You are on page 1of 10

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dalam menjalankan setiap roda kehidupan tidak terlepas dari hubungan antara manusia dengan manusia. Hubungan antara manusia dengan manusia tersebut bisa dilakukan dengan pelaksanaan muamalah (perdagangan). Perdagangan dalam Islam diatur sedemikian rupa, sehingga antara pihak penjual dan pihak pembeli mempunyai manfaat terhadap pelaksanaan jual beli tersebut. Dalam pelaksanaan perdagangan ataupun jual beli ada sesuatu hal yang diharamkan oleh Allah dalam praktik jual beli tersebut yaitu Riba. Riba merupakan pertambahan atau kelebihan salah satu dari dua barang sejenis yang dipertukarkan tanpa ada imbalan atas kelebihan itu. B. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1. 2. Untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Fiqih Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai teori-teori yang Pendidikan Pada Jurusan PAI, STIT YAPTIP Kampus II Ujung Gading. berhubungan dengan Riba

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Riba Riba secara bahasa bermakna : ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah perigambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjammeminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam. 1 Mengenai hal ini, Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa : 29)

Pengertian senada juga disampaikan oleh jumhur ulama sepanjang sejarah Islam dari berbagai mazhab fiqhiyyah. Di antaranya sebagai berikut 2 : 1. Badr ad-Din al-Ayni, Pengarang Umdatul Qari Syarah Shahih al-Bukhari. "Prinsip utama dalam riba adalah penambahan. Menurut syariah, riba berarti penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis riil.
Helmi Karim, Fiqih Muamalah, (Jakarta : Gema Insani, 2000), h.75 Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad Al-Muthlaq dan Muhammad bin Ibrahim, Fiqih Muamalah, (Muktabah Al-Harf : 2009),
2 1

2. Imam Sarakhsi dari Mazhab Hanafi. "Riba adalah tambahan yang disyaratkan dalam transaksi bisnis tanpa adanya iwadh (atau padanan) yang dibenarkan syariah atas penambahan tersebut. 3. Raghib al-Asfahani. "Riba adalah penambahan atas harta pokok" 4. Imam an-Nawawi dari Mazhab Syafi'i. adalah : penambahan atas harta pokok karena unsur waktu. Dalam dunia perbankan, hal tersebut dikenal dengan bunga kredit sesuai lama waktu pinjaman. 5. Qatadah, "Riba jahiliah adalah seseorang yang menjual barangnya secara tempo hingga waktu tertentu. Apabila telah datang saat pembayaran dan si pembeli tidak mampu membayar, ia memberikan bayaran tambahan atas penangguhan." 6. Ziad bin Aslam.yang dimaksud dengan riba jahiliah yang berimplikasi pelipatgandaan sejalan dengan waktu adalah seseorang yang memiliki piutang atas mitranya. Pada saat jatuh tempo, ia berkata, 'Bayar sekarang atau tambah. 7. Mujahid., "Mereka menjual dagangannya dengan tempo. Apabila telah jatuh tempo dan (tidak mampu bayar), si pembeli memberikan 'tambahan' atas tambahan waktu. 8. Ja'far ash-Shadiq dari Kalangan Syi'ah. Ja'far ash-Shadiq berkata ketika ditanya mengapa Allah SWT mengharamkan riba, "Supaya orang tidak berhenti berbuat kebajikan. Hal ini karena ketika diperkenankan untuk mengambil bunga atas pinjaman, seseorang tidak berbuat makruf lagi atas transaksi pinjam-meminjam dan sejenisnya, padahal qard bertujuan untuk menjalin hubungan yang erat dan kebajikan antar manusia. 9. Imam Ahmad bin Hanbal, Pendiri Mazhab Hanbali. Ketika Imam Ahmad bin Hanbal ditanya tentang riba, ia menjawab, "Sesungguhnya riba itu adalah seseorang memiliki utang maka dikatakan kepadanya apakah akan melunasi atau membayar lebih. Jikalau tidak mampu melunasi, ia harus menambah dana (dalam bentuk bunga pinjam) atas penambahan waktu yang diberikan.

B. Dasar Hukum Yang Mengharamkan Riba Riba hukumnya adalah Haram. Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 275

Artinya : Allah menghalalkan riba jual beli dan mengharamkan


Kemudian Allah juga berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 30 :


Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. C. Jenis-jenis Riba Adapun jenis-jenis Riba yaitu : 1. 2. Riba Fadhil : Riba Gardhi Yaitu menukarkan dua barang sejenis tetapi tidak sama ukurannya. Yaitu utang piutang dengan syarat adanya keuntuntan atas bunga bagi yang mengutanginya 3. 4. Riba Yad Riba Nasa Yaitu meninggalkan temat akad jual belum sebelum serah terima. Yaitu pertukaran barang dengan barang lain yang disyaratkan terlambat salah satunya.3

Ibid

D. Bank 1. Bunga Bank Bank adalah : suatu lembaga atau badan hukum yang didirikan untuk mengelola keuangan, baik milik pemerintah (negara) maupun swasta yang telah mendapat izin dari pemerintah. Bagi mereka yang menyimpan uangnya di bank dalam bentuk apapun, maka pihak bank akan memberikan tambahan kepadanya sebesar yang telah ditetapkan dalam peraturan bank tersebut.4 2. yaitu : a. b. Haram Halal Karena telah memungut riba. Asalkan bank-bank itu berdiri dan menjalankan peraturannya berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah. c. Subhat Belum jelas halal atau haram bunga bank tersebut. Pendapat ini mengambil alasan apa yang pernah terjadi pada masa Rasulullah SAW : Pendapat Ulama Mengenai Bunga Bank Mengenai kedudukan hukum bunga Bank terdapat tiga macam

:
Artinya : Dari Jabir ra, berkata, Saya pernah datang kepada Nabi SAW dan beliau membayar dan memberi tambahan (HR Bukhari dan Muslim).5

Rozalinda, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Perbankan Syariah, (Padang : Hayka Press, 2005) 5 Ibid

E. Sebab Diharamkan Riba Adapun sebab-sebab diharamkannya riba adalah : 1. 2. 3. Riba dapat menimbulkan permusuhan batin (baik langsung Riba menimbulkan mental pemboros malas kerja Riba merupakan salah satu bentuk penjajahan bagi peminjam maupun tidak langsung)

F. Manfaat Diharamkan Riba Semua ajaran agama, baik yang berupa perintah maupun larangan untuk kebaikan manusia. Adapun manfaat diharamkannya riba adalah : 1. a. b. c. yang lemah d. 2. a. b. 3. Selamat dari ancaman Allah SWT dan laknat Rasulullah. Peminjam dapat : Selamat dari pemerasan yang dilakukan oleh rentenir Memenuhi kebutuhan hidup dengan tenang Kedua belah pihak (rentenir dan peminjam) dapat menjalin Bagi Rentenir (Pemilik Uang) dapat : Selamat dari sifat serakah atau tamak terhadap harta yang Terindari dari sikap hidup malas karena mengharapkan Terhindar dari perbuatan aniaya karena memeras kaum bukan haknya bunga uang yang dipinmamkan

hubungan kasih sayang sebab rib merusak hubungan batin diantara mereka kerena satu pihak memaksa pihak lain.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut Bahasa Riba adalah kelebihan atau tambahan. Sedangkan menurut Syara Riba adalah pertambahan atau kelebihan salah satu dari dua barang sejenis yang dipertukarkan tanpa ada imbalan atas kelebihan itu. Riba hukumnya adalah Haram. Adapun jenis-jenis Riba yaitu : Riba Fadhil , Riba Gardhi, Riba Yad dan Riba Nasa Bank adalah : suatu lembaga atau badan hukum yang didirikan untuk mengelola keuangan, baik milik pemerintah (negara) maupun swasta yang telah mendapat izin dari pemerintah. Bagi mereka yang menyimpan uangnya di bank dalam bentuk apapun, maka pihak bank akan memberikan tambahan kepadanya sebesar yang telah ditetapkan dalam peraturan bank tersebut. B. Saran Kami sebagai penulis dari makalah ini mengharapkan serta menerima kritikan dan saran dari mahasiswa/ mahasiswi demi memperbaiki isi makalah ini, dengan mengucapkan terima kasih kami kepada Dosen yang telah memberi bimbingan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah bin Muhammad Ath-Thayyar, Abdullah bin Muhammad Al-Muthlaq dan Muhammad bin Ibrahim, Fiqih Muamalah, Muktabah Al-Harf : 2009 Karim Helmi, Fiqih Muamalah, Jakarta : Gema Insani, 2000 Rozalinda, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Perbankan Syariah, Padang : Hayka Press, 2005

KATA PENGANTAR


Puji sukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunianya kepada kita semua dan dengan rahmad-Nya jualah pemakalah dapat menyusun makalah ini dengan sedemikian rupa. Salawat berangkai salam penulis mohon kepada Allah untuk rasulnya muhammad SAW, semoga dengan adanya uswatun hasanah, makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Selanjutnya penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran kepada kita semua dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis sudah membuatnya dengan baik, namun apabila masih ada kekurangan penulis mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan makalah ini

Ujung Gading,

Januari 2012

Penulis

(Kelompok XI )

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................... 1 B. Tujuan Penulisan...................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Riba........................................................................ 2 B. Dasar Hukum Yang Mengharamkan Riba............................... 4 C. Jenis-jenis Riba........................................................................ 4 D. Bank......................................................................................... 5 E. Sebab Diharamkanya Riba...................................................... 6 F. Manfaat Diharamkannya Riba................................................. 6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................... 7 B. Saran.......................................................................................... 7 DAFTAR KEPUSTAKAAN

You might also like