You are on page 1of 18

AKTUALISASI AJARAN ISLAM DALAM KEHIDUPAN

A. Prinsip-prinsip Aktualisasi Ajaran Islam


1. Keseimbangan Perkembangan
Manusia memiliki dua aspek, yaitu fisik dan mental spiritual.
Arah pertumbuhan kedua aspek tersebut harus seimbang. Jika ia hanya
menaruh perhatian pada perkembangan kejiwaan saja dan melupakan
perkembangan raganya, ia akan menjadi lemah dan mati. Ia bukan hanya
akan mengalami kemerosotan kesegaran fisik dan kepuasan materilnya,
tetapi juga akan tertinggal dalam perjalanan spiritualnya.
Terdapat beberapa cara dan alat tertentu untuk mencapai
perkembangan, baik material maupun spiritual. Perkembangan fisik
manusia sendiri membutuhkan berbagai faktor makanan dan vitamin
dalam batas tertentu.

2. Keseimbangan Dunia Akhirat
Bila kita amati kecenderungan hidup manusia, terdapat dua arah
yang saling berlawanan. Di satu pihak ada kelompok orang yang hanya
mengejar kenikmatan dunia. Tolak ukur kenikmatan ini adalah pangan,
sandang, papan dan seksual. Seluruh usahanya diarahkan untuk mengejar
keempat kenikmatan ini. Betapa getolnya orang untuk memperoleh
sebesar-besarnya harta hanya untuk mengejar kenikmatan duniawi tanpa
tujuan suci dan cara yang halal. Korupsi dan manipulasi, sebagai bentuk
pencurian moderen, merupakan fenomena yang umum terjadi di mana-
mana. Disisi lain ada sekelompok orang yang menjauhi dunia. Seluruh
hidupnya diarahkan untuk mengejar kenikmatan akhirat.
Islam memberikan bimbingan agar umatnya mengejar kenikmatan
dunia dan akhirat.
;u4--4 .EOg C4>-47 +.-
4O-O.- E4O=E- W 4 w4>
El4l14^ ;g` 4Ou^O- W
}O;O4 .E =}=O;O +.-
C^O) W 4 ;ul> E1=OE^-
O) ^O- W Ep) -.- OUg47
4gO^^- ^__
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash,
77).
Dari QS, Al-Qashash ayat 77 terungkap bahwa ajaran islam
menganjurkan manusia untuk mengejar kenikmatan dunia, sekaligus
kenikmatan akhirat. Keterpautan dunia-akhirat terungkap dari firman suci
berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi artinya bahwa kenikmatan
dunia-akhirat itu harus diperoleh dengan cara-cara yang benar dan untuk
tujuan suci.

B. Hubungan dengan Allah
1. Menjaga Kebersihan dan Kesucian
Allah adakah Maha Suci. Oleh karena itu Dia hanya bisa didekati
oleh orang yang suci. Islam menekankan betapa pentingnya kebersihan,
sehingga kebersihan disebut-sebut sebagai salah satu tujuan dari
keimanan. Al Quran menjelaskan masalah kebersihan dan kesucian
dalam ayat-ayat berikut :
Og^4C -g~-.-
W-EON44`-47 -O) +;~ O)
jE_OUO- W-OUO^N
7E-ON_N 74CguC4 O)
-g-4OE^- W-O=O^`-4
7c+7NO) :UN_O4 O)
u-4:u^- _ p)4 +-L7
4:NLN_ W-NOO_-C _ p)4
+-47 -/E@OO u _O>4N OEEc
u 47.~E} /4 74g)` =}g)`
Oj*.4^- u Ne+-OE
47.=Og)4- U W-_`
w7.4` W-OO4O4 -4Og=
4:j1C W-O=O^`
:g-ON_+O) 7CguC4 +Ou4g)`
_ 4` C@ONC +.- E;41g
:^OU4 ;}g)` 4OEO }4
C@ONC 74O)-_CN1g g-N1g4
+O4-Eug^ 7^OU4 :^UE
]NO7;= ^g
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur (QS. Al Maidah Ayat 6)

C4^OU4*OEC4 ^}4N ^*1E^- W
~ 4O- O+O W-O7jO4;N
47.=Og)4- O) ^*1E^- W
4 O}-O+4O^> _/4EO 4pO_;C4C
W -O) 4pOO_C> ;-O> ;}g`
+^OEO N74O4` +.- _ Ep) -.-
OUg47 4-)O+-- OUg474
-@O)-_C4^- ^ggg
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu
adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri (QS. Al-Baqarah Ayat 222)

Nabi SAW menyatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian
dari iman. Sabda-sabda Nabi SAW yang berhubungan dengan kebersihan
dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Sangat dianjurkan agar menggosok gigi sebelum shalat.
b. Jagalah agar rambut panjangmu tetap bersih atau mencukurnya
c. Jangan membuat kumismu tumbuh lebat karena akan dijadikan
tempat persembunyian syetan.
d. Setiap akan mengenakan pakaian hendaknya menjaganya agar tetap
bersih
e. Orang yang membersihkan masjid akan diberi pahala oleh Allah
seakan-akan ia telah membebaskan seorang hamba sahaya
f. Perbuatan manusia yang tidak pernah meludah dan mendengus-
denguskan hidungnya di masjid akan menempatkan posisinya
disebelah kanan pada hari Kiamat.
g. Jagalah kebersihan halaman dan sarambi rumahmu.



2. Menjaga Kebersihan dan Badan dan Sarana Peribadatan
Bila kita hendak mengerjakan shalat, kita diwajibkan terlebih
dahulu berwudhu. Melakukan wudhu hendaklah dengan air yang suci dan
yang diperoleh secara legal (baik airnya ataupun tempatnya). Bila tidka
demikian, maka wudhunya dianggap tidak sah.
Sebagai konsekuensi terkena najis besar yang disebabkan
melakukan hubungan seks atau mengeluarkan sperma, maka setiap
Muslim diwajibkan mandi, baik sebelum menunaikan shalat ataupun
dalam mengerjakan ibadah lainnya yang diwajibkan agar kita dalam
keadaan suci.
Seorang wanita yang telah melewati masa haidnya diwajibkan
melakukan mandi wajib agar bisa menunaikan shalat dan ibadah lainnya
yang mewajibkan untuk bersuci terlebih dahulu.
Seorang yang sedang terkena najis besar dan wanita yang sedang
menjalani masa haid dilarang melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Menyentuh teks Al-Quran atau nama Allah atau orang-orang suci
seperti para Rasul dengan bagian tubuhnya.
b. Tinggal di masjid dan tempat suci lainnya atau memasuki tempat-
tempat tersebut untuk meletakkan sesuatu di dalamnya.

3. Menjaga Kesucian Jiwa
Untuk dapat mendekatkan diri dengan Allah, jiwa kita pun harus
suci. Firman Suci mengungkapkan secara singkat tentang persoalan ini
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu dan
sesungguhnya merugilah orang-orang yang mengotorinya (QS. Al-
Syams, 9-10). Dalam menjaga kesucian jiwa, kita harus mentauhidkan
(meng-Esa-kan) Allah dengan semurni-murninya tauhid. Dia-lah Allah
Yang Esa dalam Dzat, sifat ataupun perbuatan-Nya. Tidak boleh ada
benih syirik sekecil apa pun dalam jiwa kita. Meng-Esa-kan Allah berarti
pula bahwa kita hanya memandang Allah sebagai satu-satunya pencipta
dan pemelihara alam. Semua makhluk suka ataupun tidak, rela ataupun
terpaksa, tunduk, patuh dan bergantung kepada Allah, Quran Suci berikut
menandaskan kemurniaan ke-Esa-an Allah : Katakanlah : Dia-lah Allah
Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan, dan tidak
ada seorang pun yang setara dengan Dia : (QS. Al-Ikhlash, 1-4).

4. Ikhlas dalam Beribadah
Kita tidak boleh beribadah secara asal-asalan, melainkan harus
mengikhlaskan diri kepada-Nya. Ungkapan Shalatku, ibadahku hidupku
dan matiku hanya untuk Allah harus benar-benar direalisasikan dalam
kehidupan. Ungkapan ini justru menunjukan keikhlasan dalam beribadah.
Firman Suci mengungkapkan sebagai berikut : Padahal mereka tidak
disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan demikianlah itulah
agama yang lurus (QS. Al-Bayyinah, 5).

5. Memohon pertolongan Hanya Kepada Allah
Dalam hidup di dunia ini tidak ada seorang pun manusia ataupun
jin yang dapat menolong manusia selain Allah. Pada prinsipnya Allaj itu
sangat dekat dengan kita. Dalam QS Al-Baqarah, 186 disebutkan Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran . Tentu saja ada beberapa petunjuk agar Doa atau
permohonan kita dapat diterima oleh Allah :
a. Hendaklah menghadap kiblat sambil mengangkat kedua tangannya
dan megusapkan kedua tangannya ke wajah setelah selesai berdoa.
b. Hendaklah memperlahankan suaranya, yaitu diantara nyaring dan
berbisik
c. Tidak perlu diungkapkan dalam bentuk sajak
d. Hendaklah disampaikan dengan rasa rendah diri, khusyu, takut dan
penuh harap
e. Memiliki keyakinan bahwa doanya akan dikabulkan
f. Hendaklah disampaikan dengan penuh kesungguhan, alangkah
baiknya bila diulang-ulang tiga kali
g. Hendaklah dimulai dengan berdzikir kepada Allah dan membaca
shalawat, dan menutupnya dengan membaca shalawat atas Nabi.

C. Hubungan dengan Rasullulah
1. Menghidupkan sunnah rasulullah
Sunah Nabi merupakan sumber ajaran Islam. Sebagai orang Islam,
kita tidak boleh hanya menerima Al-Quran saja tanpa menerima sunnah
Nabi. Tentu saja perlu seleksi ketat untuk mengesahkan sunnah Nabi,
karena adanya oknum tertentu yang berusaha menyimpangkan sunnah
Nabi. Oleh karena itu ulama telah bersusah payah membuat kriteria
tentang sahih tidaknya suatu sunnah.

2. Menziarahi kuburan rasulullah
Diantara adab terhadap Nabi adalah menziarahi kuburannya.
Sambil mengerjakan ibadah hajji dan umrah, kita bisa sekaligus berziarah
ke makam Nabi yang mulia.

3. Membaca shalawat atas Nabi dan Keluarganya
Membacakan shalawat atas Nabi dan keluarganya merupakan
ajaran Islam. Setiap shalat kita diwajibkan membaca shalawat ini, yaitu :
Allahumma shalliala Muhammad wa ali Muhammad . Menurut
Sayidina Ali k.w. , orang yang berdoa tidak akan dikabulkan oleh Allah,
kecuali apabila dimulai dan diakhiri dengan membaca shalawat atas Nabi
dan keluarganya.



D. Hubungan dengan Diri Sendiri
Setiap diri memiliki tiga maca potensi yang bila dikembangkan dapat
mengarah kepada kutub positif, tetapi dapat juga ke kutub negatif. Ketiga
potensi yang dimaksud adalah nafsu, amarah (agresivitas) dan kecerdasan.
Bila dikembangakan secara positif, nafsu dapat menjadi suci, amarah bisa
menjadi berani, dan kecerdasan bisa menjadi bijak. Sabaliknya, bila
mengembang ke kutub negatif maka akan menghasilkan karakter-karakter
negatif. Potensi nafsu dapat mengarah ke pengumbaran hawa nafsu dan
serakah.
1. Menjaga kesucian diri
Allah mengaanugerahkan nafsu kepada manusia. Karena manusia
diciptakan dari ruh kemuliaan dan lumpur, maka tarik menarik diantara
kedua arah yang saling berlawanan itu begitu kuat, sehingga diperlukan
suatu upaya mengaktualisasikan kesucian diri. Manusia sama sekali tidak
dilarang untuk menikmati kesenangan duniawi, rizki ataupun lawan jenis,
asalkan dengan cara halal dan baik.

2. Menjaga makanan (minuman)
Tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia membutuhkan makanan
untuk kelagsungan hidupnya dan untuk pertumbuhan badannya. Islam
sama sekali tidak melarang manusia untuk menyantap makanan yang
enak-enak dan meneguk minuman yang sehat dan menyenagkan. Al-
Quran bahkan mendorong manusia untuk memanfaatkan karunia Illahi.
Dalam Al-Quran disebutkan sebagai berikut :
~ ;}4` 4OEO OE4C)e *.-
/-- E4Ou= jg14lgg
ge4:jO-C-4 =}g`
-^e@O- _ ~ "Og- 4g~--g
W-ONL4`-47 O) jE_O41E^-
4Ou^O- LO=g~ 4O4C
gOE41^- ElgEOE
N_E+^ ge4CE- Og
4pO+;4C ^@g
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang
telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu
(disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia,
khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat." Demikianlah Kami
menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.
Maksud ayat ini ialah perhiasan-perhiasan dari Allah dan makanan yang
baik itu dapat dinikmati di dunia ini oleh orang-orang yang beriman dan
orang-orang yang tidak beriman, sedang di akhirat nanti adalah semata-
mata untuk orang-orang yang beriman saja.
Kriteria umum makanan dan minuman yang dihalalkan adalah
nilai kebaikan seperti faedahnya, kelezatannya, kebersihannya dan
kesuciannya. Tentu saja ada beberapa makanan dan minuman tertentu
yang dilarang, dengan maksud untuk menyelamatkan ummat manusia
dari pengaruh yang buruk, dan bukannya untuk menghilangkan segala
yang baik buat mereka.
Beberapa jenis makanan dan minuman yang diharamkan sebagai
berikut :
a. Semua benda yang menjijikan dan kotor seperti lumpur, tanah liat, air
yang tercemar dan makanan yang busuk dan tengik.
b. Anjing, babi dan binatang pemangsa daging seperti singa, srigala,
beruang.
c. Hewan invertebrate (tak bertulang belakang) seperti ular,
kalajengking, binatang penyengat dan cacing.
d. Jenis burung yang mempunyai paruh bengkok dan cakar dan
termasuk dalam burung predator seperti elang.
e. Jenis burung yang biasa membumbung tinggi diangkasa tanpa
mengepakan sayapnya atau hanya sesekali saja sayapnya dikepakan.
f. Beberapa jenis binatang lainya seperti gajah, katak, tikus, kera dan
kura-kura darat.
g. Semua jenis minuman beralkohol.
Binatang yang halal pun harus disembelih dengan cara yang benar
demi menjaga kesucian. Penyembelihan hewan yang sah harus
memenuhi lima syarat berikut ini :
a. Yang melakukannya harus orang Islam
b. Hewan yang sedang disembelih harus dihadapkan ke arah kiblat
c. Dia harus menyebut nama Allah ketika sedang menyembelih
d. Dia harus memotong tenggorokan hewan tersebut dengan alat
pemotong yang tajam dan terbuat dari besi dengan cara sedemikian
rupa sehingga urat nadi, urat merih dan saluran oesophagusnya
terpotong
e. Hewan tersebur harus dipindahkan setelah dipotong
Benda yang bisa dimakan dan diminum hanya halal apabila ia
tidak diperoleh dengan cara tidak sah. Walupun halal tetapi kita dilarang
makan secara berlebihan.

3. Menjaga kesucian faraj (seksual)
Ajaran Islam tidak melarang umat manusia menikmati kesenagan
seksual, malaha Islam sangat mencela orang-orang yang tetap
mempertahankan hidup membujang. Akan tetapi Islam memberikan jalan
mulia untuk menuju kearah kesenangan ini, yaitu dengan jalan menikah.

4. Mengembagkan keberanian (Syajaah)
Manusia memiliki potensi amarah. Sifat ini dikembangkan agar
menjadi sifat uang mulaia yaitu berani (syajaah). Syajaah adalah
keberanian untuk menyampaikan yang hak, membela kebenaran, dan
memberantas kepalsuan. Demikian pula sifat pengecut yaitu takut untuk
menyampaikan yang hak, membela kebenaran dan memberantas
kebatilan merupakan perbuatan tercela.

5. Mengembakan kebijaksanaan
Islam menganjurkan umat manusia agar mencari ilmu setinggi-
tingginya. Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu
beberapa derajat. Maka dari itu carilah ilmu walau ke negeri cina
sekalipun.

6. Marah
Marah merupakan gejala emosional yang muncul dari dalam diri
seseorang yang nampak ke permukaan dalam berbagai perwujudannya.
Menurut Imam Al-Ghazali, marah itu ialah nyala api yang bersumber
dari api Allah, menyala berkobar-kobar menjulang tinggi sampai naik ke
ulu hati dan akhirnya muncul dalam bentuk gejala-gejala fisik perubahan
warna muka, mata, telinga, sangat gugup, anggota badanya gemetar,
giginya gemeretek, jalan mondar-mandir, lubang hidung membesar dan
mengecil, mulut mengeluarkan kata-kata tidak terkendali.
Cara meredakan amarah dari degi perbuatan. Untuk menetalisir
marah dari segi ilmunya ialah dengan cara :
a. Berfikir dalam-dalam dan menyadari betapa tinggi nilainya apabila
kita mampu menahan marah, menahan diri, mampu memberi maaf
dan akan memperoleh pahala dari Allah
b. Dia akan mendapat murka Allah, jika nafsu amarahnya diperturutkan
secara meluap-luap tanpa berusaha menghentikannya.
c. Berfikir jauh kedepan, betapa akan muncul permusuhan, rasa
dendam dari orang yang ia marahi, dan akan terjadi hubungan
silaturahmi yang tidak harmonis.
d. Cobalah ingat-ingat dan bayangkan betapa buruk rupa wajahnya
tatkala ia sedang marah, dan hentikan segera
e. Harga diri kita akan naik dan dikagumi oleh orang, jika kita mampu
menahan marah dan memberi maaf kepada si pelaku sesuai dengan
agaran agama Islam
f. Harus ingat, bahwa meneruskan nafsu amarahm, berarti kita
mengikuti bujukan, rayuan syaithan yan berusaha menjerumuskan
kita ke jalan yang tidak diridhoi Allah.
Walupun kita diajarkan untuk tidak marah, namun tidak boleh
pula kita tidak memiliki sifat bisa marah. Mampu menahan marah ini
adalah salah satu ciri manusia taqwa, seperti dalam firman berikut :
W-EONNjOEc4 _O) E4Og^4`
}g)` :)O OE4E_4 E_O4N
4OEOO- OO-4
;OgNq 4-+-Ug ^@@
4g~-.- 4pOgLNC O)
g7.-O-O- g7.-O--4
4-ggE:^-4 E^^O4^-
4-gE^-4 ^}4N +EE4-
+.-4 OUg47 --gLO^-
^@j

Bersegeralah menuju pengampunan dari Tuhanmu serta surge yang
luasnya adalah seluruh langit dan bumi. Itu disediakan untuk orang-
orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang suka membelanjakan
hartanya diwaktu berkecukupan atau waktu kekurangan serta orang-
orang yang suka menahan marah dan pula yang mampu memaafkan
kesalahan orang lain dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat
baik (QS. Al-Imran : 133-134)

Tingkatan marah
Ada tingkatan marah yaitu : Tafrith, Ifrath dna Itidal. Yang
dimaksud dengan tafrith ialah sifat acuh tak acuh, sifat yang tidak
memiliki rasa marah. Ifrath ialah kebalikan dari tafrith, yaitu sifat yang
berlebih-lebihan marahnya, keterlaluan, melampaui batas. Orang seperti
ini tidak bisa lagi berfikir jernih. Ia picik, tidak dapat lagi membedakan
mana yang benar, mana yang salah, akibatnya ia tidak terkendali. Jadi
kehilangan sifat kemarahan adalah tidak baik dan sebaliknya kemarahan
yang meluap-luap tanpa terkendali juga sangat tidak baik. Itidal yaitu
sifat mampu mengendalikan kemarahan dikala marah, dan bisa marah
bila diperlukan marah.

7. Sabar dan Syukur
a. Sabar
Sabar adalah sikap jiwa yang ditampilkan dalam penerimaan
terhadap sesuatu. Sabar dapat dikategorikan kedalam empat hal yaitu:
1) Sabar terhadap perintah Allah
Manusia ditugaskan untuk beribadah kepada Allah,
tunduk, patuh dan taat kepada perintahnya. Sebagai hamba
berarti manusia harus menyerahkan segenap jiwa raganya kepada
kehendak Allah, tiada pilihan lain baginya selain ketaatan dan
kepatuhan.
Untuk mencapai ketaatan dan kepatuhan tersebut,
manusia harus terus menerus menyadari dirinya dan
kedudukannya sebagai makhluk Allah. Ini merupakan upaya
untuk mencapai kesabaran, yakni penerimaan dengan sepenuh
hati terhadap perintahnya.
Kesabaran terhadap perintah Allah digambarkan dengan
jelas dalam Al-Quran, yaitu pada saat Allah mengisahkan dialog
antara Nabi Ibrahim dengan putranya Ismail, yaitu :
* EuU4 +OE4` =/uROO-
4~ O/E_+:4C EO)E+) O4O
O) g4LE^- EO)E+
El+4^O OO^ -O4`
O4O> _ 4~ ge4^4C
E^- 4` NO4`u> W
EO)+4Ec p) 47.E- +.-
=}g` 4)OO- ^g
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku
Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-
orang yang sabar" (QS. 37 : 102)

Sabar yang diperlihatkan oleh Ibrahim dan Ismail
merupakan akumulasi dari keyakinan (iman) yang mewujudkan
penyerahan dan kepasrahan yang total terhadap perintah Allah,
sehingga dirinya larut dalam ketundukan dan ketaatan. Kecintaan
Ibrahim yang dalam kepada anaknya yang bersifat manusiawi
dapat ia letakan di bawah kecintaan kepada Allah. Kesabaran
yang ada dalam dirinya adalah penyerahan apa saja yang ia miliki
dan cintai demi menyempurnakan ketaatannya kepada Allah.
Demikian pula yang terjadi pada Ismail, ia pun larut dalam
penyerahan total, sehingga dengan penuh kerelaann, ia
mengorbankan dirinya pada penyembahan yang suci kepada
Allah. Inilah bentuk sabar terhadap perintah Allah yang
meletakan segala keinginan dan kecintaan yang ada dalam dirinya
seorang muslim ke dalam ketundukan kepada perintah Allah.
2) Sabar terhadap larangan Allah
Sabar terhadap larangan Allah adalah mengendalikan
hawa nafsu yang mendorong untuk melangar larangan. Nafsu
sesuai dengan sifatnya adalah kekuatan besar yang mendorong
manusia bergerak untuk mencari kenikmatan dan kepuasan. Sabar
di sini berarti mengendalikan dan menekan perasaan dan
keinginan, sehingga dapat menyikapi setiap larangan Allah
sebagai sesuatu yang wajar yang harus dihidarinya. Allah
berfirman :
uO;-4 El=O^4^ E74`
4g~-.- ]ONN;4C +4O
jE_E4^)
+]/E^-4 4pC@ONC
+OE_;_4 W 4 u>
E4L^14N gu+4N C@O>
OE4C)e jE_O41E^-
4Ou^O- W 4 ;7gC> ;}4`
4LUE^N +O4lU~ }4N
4^@O^gO E74lE>-4
+O.4OE- ]~E4 +NO^`
1CNO ^gg
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang
menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari
mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan
janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. 18:28).

Sabar terhadap larangan Allah adalah menghindarkan diri
terhadap segala larangan Allah secara sunguh-sunguh dan terus
menerus.
3) Sabar terhadap perbuatan Orang
Manusia sebagai makhluk sosial yang berada di tengah-
tengah pergaulan dengan manusia lainnya, setiap saat dihadapkan
kepada sikap dan perbuatan orang lain terhadap dirinya.
Islam mengajarkan pergaulan dan sikap yang baik dalam
menghadapi orang lain, termasuk sikap terhadap orang yang
membenci atau memusuhinya.
Ada beberapa bentuk sikap sabar dalam menghadapi
perbuatan orang lain, yaitu :
a) Tidak melayani ajakan permusuhan atau pertengkaran dengan
cara diam (tidak meladeni) atau pindah. Firman Allah:
uO;-4 _O>4N 4` 4pO7O4C
-Ou--4 -6O;E- 1E1g- ^
Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan
jauhilah mereka dengan cara yang baik. (QS.73:10).

Tidak melayani permusuhan, menghindari diri dengan
menjauhinya dilakukan dengan baik. Ini pertanda sikap sabar,
sebagai bukti berhasilnya mengendalikan perasaan yang
bersumber dari nafsu.
b) Menerima konsekuensi dari suatu perbuatan yang dilakukan
dan menyikapinya secara bijaksana tanpa emosional.
firmanNya :
uO; EE 4OE=
W-O7q guOE^- =}g`
cOO- 4 u4-O
+=) N^@)
Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang
mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar
dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi
mereka. (QS.46:35)

Perbuatan yang baik tidak selalu ditangapi baik oleh pihak
lain. Oleh karena itu teguh pada keyakinan akan perbuatan
yang dilakukan dan menyadari sifat manusia merupakan dasar
untuk bersikap bijaksana, sehingga perilaku orang lain yang
tidak memahami tujuan dari kebaikan, tidak menyebabkan
meluapnya emosi yang melahirkan keburukan dan dosa.
c) Memaafkan Perilaku orang lain. Perbuatan baik yang
dilakukan seseorang muslim kadang-kadang ditangapi orang
lain dengan reaksi yang tidak baik, akibat orang lain itu tidak
memahami tujuan kebaikan yang terdapat dalam kebaikan itu.
Disini sikap sabar ditampakan dalam bentuk yang bijaksana,
yaitu membuka perasaan untuk memaafkan orang lain. Ini
merupakan suatu perbuatan yang paling utama dalam
pandangan Allah, seprti Firmannya:

}E4 4OE= 4OEEN4 Ep)
ElgO ;}g guO4N jOON`1-
^j@
Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya
(perbuatan) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang
diutamakan. (QS.42:43)



d) Memerangi musuh. Sabar bagi seorang muslim dalam
bentuknya yang lain adalah menghilangkan ketakutan dan
kekuatiran dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi
dan memeranginya. Ia akan berbicara lantang tentang
kebenaran bahkan ia akan maju ke medan pertempuran
dengan gagah berani dan penuh percaya diri mempertahankan
keyankinan. Ia akan berdiri dengan tegak dan optimis akan
kemenangan yang akan diraihnya, karena keyakinannya yang
kuat dan kokoh bahwa pertolongan Allah akan dating
membela kaum yang benar. Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman. Bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada aAllah
supaya kamu beruntung. (QS.3:200).
4) Sabar menerima musibah. Dalam kehidupan sehari-hari adanya
musibah yang menimpa seseorang merupakan Sunnatullah,
karena ia merupakan konsekuensi dari kehidupan dunia, baik
musibah yang disebabkan oleh alam, maupun musibah karena
kelalaian manusia sendiri. Musibah yang menimpa kepada
seorang muslim dapat dikatagorikan kepada dua macam, yaitu :
a. Ujian, yaitu bentuk-bentuk musibah yang menimpa seorang
muslim untuk mengukur kualitas keimanannya, Allah
berfirman :
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surge,
padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang brjihad di
antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS.
3:142).
Ujian hidup dengan berbagai macamnya merupakan ujian
keimanan dan kepatuhan seorang muslim, dapatkah ia
bersabar dengan tetap patuh dan taat serta tetap berpegang
teguh kepada Allah pada saat musibah itu menimpanya.
Bentuk-bentuk ujian Allah dapat berupa kesenangan,
misalnya dalam bentuk kekayaan, keturunan atau bentuk-
bentuk kesenangan duniawi lainnya, firmanNya:
]+OUl+ EO)
:g4O^` :O^4
;NEO44 =}g`
=}Cg~-.- W-O>q
=U4-^- }g` :)U:~
=}g`4 -g~-.-
W-EO74O'= O+O
-LOOg1E _ p)4
W-+O> W-O+->4
Ep) CgO ;}g` guO4N
jOON`1- ^gg
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan
dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar
dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari
orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang
banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan
bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk
urusan yang paling diutamakan. (QS.3:186).

Dan firmanNya:
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, melainkan main-main
dan senda gurau, padahal belum nyata bagi Allah orang-
orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-
orang yang bersabar. (QS.3:142).

b. Cobaan, yaitu bentuk-bentuk musibah yang menimpa
seseorang yang ditujukan Allah untuk mencoba kekuatan
iman yang dimilikinya dengan menghadapkannya pada
musibah yang menyulitkan, misalnya kelaparan dan bencana
alam. Allah berfirman :
7^^4OUlE44 7/E)
=}g)` OC^-
;vO^-4 ^4^4 =}g)`
4O^`- +^-4
g4OEE1-4 @Og]=E4
-)OO- ^))
4g~-.- .-O)
_u4= O4l1G`
W-EO7~ ^^) *. .^^)4
gO^O) 4pON_4O ^)g
Dan sungguh Kami akan brikan cobaan kepadamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira bagi orang-
orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah mereka mengucapkan Sesungguhnya kami dari
Allah dan kepada Allah pula dikembalikan. (QS.2.155-156).

Menghadapi cobaan yang menimpa diri, seorang muslim akan
tetap berpegang teguh kepada Allah. Ini merupakan hakekat
iman yang amat kuat, karena apapun yang terjadi pada
akhirnya kepada Allah jualah semua makhluk akan kembali,
karena itu kecemasan dan kekuatiran tidak akan
menghancurkan imannya, apalagi jika disadari bahwa
keimanan yang dimiliki itu akan diuji coba kulitasnya.
Melihat makna sabar seperti diuraikan di atas dapat dipahami
bahwa sabar pada hakekatnya adalah pengendalian nafsu yang
ada pada diri setiap orang. Nafsu yang terkendali akan
melahirkan perilaku dan sikap yang mantap, optimis dan
bertanggung jawab yang mendorongnya untuk tunduk dan
patuh pada Dzat yang Maha Kuasa, menghidarkan diri dari
egoism dan takabur yang merupakan sikap dan perilaku yang
mencerminkan kualitas yang rendah dari seorang makhluk
yang lemah yang ditugaskan untuk menjadi khalifah di muka
bumi, jika kesabaran telah tumbuh dalam diri seorang muslim,
maka ia dapat dijadikan sebagai sarana untuk mencapaik
keridlaan Allah, seperti firmanNya:
Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar. (QS.2:153).

b. Syukur
Syukur adalah sikap dan perilaku yang menunjukan penerimaan
terhadap suatu pemberian atau anugerah dalam bentuk pemanfaatan
dan penggunaan yang sesuai dengan kehendak pemberinya.
Syukur kepada Allah dapat diungkapkan melalui dua cara yaitu:
1) Ucapan yaitu memuji Allah dengan kalimat-kalimat pujian yakni
mengucapkan tahmid (alhamdulillahi rabbilalamin).
2) Tindakan yaitu bentuk-bentuk perbuatan manusia yang dikaitkan
antara nikmat yang diterimanya dengan perbuatan yang
seyogyanya dilakukan menurut tuntunan Allah. Misalnya
mensyukuri nikmat mata dengna cara menggunakan mata untuk
melihat alam sebagai penghayatan terhadap kebesaran Allah
Mensyukuri nikmat adalah memanfaatkan dan menggunakan
anugerah Allah secara sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri
(taqarrub) kepada-Nya.

You might also like