You are on page 1of 14

Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbaharui

4.1. Prinsip Dasar Penggunaan SDA Tak Dapat Diperbaharui Sumber daya alam terdapat dalam berbagai jenis bahan mineral, minyak bumi dan gas. Keberadaan potensi ini di masa yang akan datang semakin signifikan manakala energi yang bersumber dari minyak bumi semakin menepis. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui merupakan sumber daya alam yang bersifat stok, dimana ektraksi saat ini berarti mengurangi stok yang ada untuk masa yang akan datang. Tingkat pertumbuhan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui menurut Hence dalam Pearce dan Tuner (1994) adalah tetap F(X) = 0 hal ini karena tidak adanya faktor regenerasi sebagai sumber pertumbuhan sebagaimana yang terjadi pada sumber daya yang dapat diperbaharui. Dengan demikian marginal capital gain dari sumber daya sama dengan discount rate dengan kata lain tingkat harga dan ektraksi sumber daya sama dengan discount rate. Dalam bentuk persamaan matematik dapat ditulis : s= P' P ..............................................................................................

(4.1) Persamaan 4.1. merupakan persamaan dasar dikemukakan oleh Harold Hotelling untuk penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Persamaan lain yang menggambarkan harga (Pt) suatu

Modul ESL

31

sumber daya pada periode t sama dengan harga (P0) pada tahun awal dicompound dengan tingkat bunga s, sehingga diperoleh persamaan Pt = P0 e st (4.2.) Pada persamaan 4.1. asumsi yang digunakan adala biaya ekstraksi adalah nol. Apabila komponen biaya ektraksi tidak sama dengan nol maka nilai P harus dikurangi dengan biaya (C) yang dikenal sebagai royalty (R). sehingga persmaan 4.1 menjadi s= P' P' = PC R ................................................................................... ........................................................................................

(4.3)

Modul ESL

32

Gambar 4.1 menunjukkan

kondisi dimana terdapat beberapa biaya

st ektraksi, diturunkan dari persamaan Pt = P0 e .

Pt Pk Demand PB P1 Price path

Pt = P0 e st

P0 Qt T i

Resouces stock

45
0

Gambar 4.1. Hotteling Price Path

Gambar 4.1. menunjukkan bahwa T adalah total periode ektraksi sumberdaya, P1 adalah initial price, harga untuk periode t (Pt) adalah Pt e st . PB adalah harga backstop technology Permintaan digambarkan pada kuadran dua. Analis jalur harga digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara satu peubah dengan peubah lainnya, dalam hal ini perubahan penggunaan sumberdaya diakibatkan perubahan harga.

Modul ESL

33

4.2.

Ektraksi Sumber Daya Alam yang Tidak Dapat Diperbaharui

Sumber

daya

yang

tidak

dapat

diperbaharui

bersifat

stok

menyebabkan sifat penawarannya juga terbatas. Pearce dan Tuner (1994) menggambarkan proses penawaran sumber daya yang bersifat Non renewable resources sebagaimana ditunjukan Gambar 4.2.

Estimation of size and geophysical caracteristic s Exploration

Additional deliseation of deposits Developme nt Preparatio n of sites for extraction

Renoval of reserves from the ground extraction

Identificati on of resources deposits

Preparation for distribution and sale

Gambar 4.2. Proses penawaran non renewable resources

Diawali dengan kegiatan ekplorasi dalam mencari lokasi dimana terdapat sumber-sumber deposit/keberadaan sumber daya yang kemudian untuk dikembangkan. Ekploitasi dilakukan setelah diketahui dengan pasti sumber daya yang ada. Minyak Bumi dan Gas Minyak Bumi dan Gas merupakan bahan bakar yang bersumber dari Bahan Bakar Fosil. Minyak (petroleum) berasal dari kata Petro dan leaum yang berarti rock (batu) dan oil (minyak). Minyak dan gas sebagian besar terdiri dari campuran molekul carbon dan hydrogen yang disebut dengan hydrocarbons. Minyak dan gas terbentuk dari siklus alami yang dimulai dari sedimentasi sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang terperangkap selama jutaan tahun. Pada umumnya
Modul ESL

34

terjadi jauh dibawah dasar lautan. Material-material organic tersebut berubah menjadi minyak dan gas akibat efek combinasi temperatur dan tekanan di dalam kerak bumi. Kumpulan dari minyak dan gas tersebut membentuk reservoir-reservoir minyak dan gas.

Gambar 4.3. Lapisan Batuan Bumi

Kebutuhan akan bahan bakar minyak tersebut semakin meningkat setiap tahun sehingga memicu perkembangan ilmu pengetahuan untuk mencari minyak dan gas bumi tersebut. Minyak bumi dan gas biasa terdapat jauh dibawah dasar laut. Pemetaan geologi dan survey seismic digunakan untuk mendeteksi keberadaannya, namun hanya dengan pengeboran kita baru dapat memastikannya.

Modul ESL

35

Di Indonesia bahan bakar minyak masih merupakan energi utama yang dikonsumsi oleh masyarakat. BBM di konsumsi dari berbagai sector diantaranya Industri, rumah tangga, transportasi dan pembangkit listrik. Tabel 4.1. berikut menyajikan persentase tingkat konsumsi dari empat tiga sektror tersebut terhadap BBM dari tahun 1994-2003. Tabel 4.1. Pangsa Konsumsi BBM Per sektor Tahun 1994-2003
Tahun Industri( %) Rumah Tangga & Komersial (%) 21.6 19.0 20.7 22.2 18.2 Transport asi (%) Pembang kit Listrik(%) 9.4 12.0 9.0 9.0 10.7

1994 1997 1998 2000 2003

23.2 21.1 21.5 21.7 24.0

45.8 47.9 48.8 47.1 47.0

Sumber: Ditjen Migas. Dalam Jurnal Inovasi (2005)

Sektror

transportasi BBM

merupakan Persentase

sector

yang

terbesar terhadap

dalam total

mengkonsumsi

konsumsinya

pemakaian energi yaitu sebesar 47,32 %, sedangkan sector industri 22,35 %, rumah tangga 20,34 % dan pembangkit listrik sebesar 10,02 %. Kecenderungan peningkatran konsumsi BBM secara terus menerus yang tidak seimbang dengan produksi nasional maupun kapsitas produksi kilang minyak yang ada menjadikan Indonesia juga sebagai Negara pengimport mionyak dalam rangka menutupi kebutuhan minayak dalam negeri. Untuk itu pentingnya dipikirkan energi alternative pengganti BBM. Sama halnya dengan BBM Konsumsi gas bumi selama tahun 19902000 pertumbuhannya rata-rata sekitar 4.7 % pertahun. Hingga tahun 2000. tingkat konsumsinya hanya sebesar 5.8 %. Selama ini pemanfaatan gas bumi lebih banyak digunakan oleh sektor industri

Modul ESL

36

untuk keperluan bahan bakar dalam berproduksi. Pada tahun 2000. sektor industri memanfaatkan sekitar 99 % dari total konsumsi gas bumi dalam negeri. Sementara sektor rumah tangga. komersial. listrik dan transportasi hanya sedikit saja menggunakan energi ini. Namun demikian Gas bumi dipandang sebagai energi alternatif yang potensial untuk dikembangkan sebagai energi pengganti minyak bumi. Gas bumi ini terdiri dari gas alam dan gas kota. Total cadangannya sekitar 170 TSCF (Trillion Standard Cubic Feet). sementara hingga saat ini yang terbukti sebesar 95 TSCF. Dengan asumsi produksinya konstan seperti saat ini sebesar 2.9 TSCF dan tidak ditemukan cadangan baru. maka jumlah ini cukup untuk 30 tahun ke depan. Batubara Bersasarkan jenis komoditinya, sumber daya mineral terdiridari Asbes, Barit, Batu apung (pumice), Bauksit, Belerang, FireClay Fosfat Garam Batu kapur/gamping, Batubara, Emas, Mangan Feldspar, Marmer, Bentonit, Diatomea, Dolomit Magnesit,

Gipsum Grafit Granit Kalsit/batu bintang Talk, Tembaga,

Kalsium Karbonat, Kaolin, Kromit, Timah, Yodium Zeolit Zirkon.

Nikel, Pasir Besi, Pasir Kwarsa, Perak, Phiropilit,

Jenis Bahan Bakar Fosil lainnya adalah batubara. Pemanfaatan batubara merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan diversifikasi energi guna mengurangi ketergantungan pada minyak bumi (Darsono, 1994). Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun,

Modul ESL

37

mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Adapun sebaran potensi Batubara Indonesia dapat doilihat pada Gambar berikut . Pada tahun 1993. pemakaian batubara mulai diperkenalkan untuk konsumsi rumah tangga dan industri kecil yaitu dalam bentuk briket batubara. Kapasitas produksi dan ketersediaan batubara dalam negeri cukup melimpah. cadangannya diperkirakan 36.3 milyar ton.

Gambar 4.4. Potensi Sebaran Batubara Indonesia

Modul ESL

38

Tabel 4.2. berikut menyajikan produksi Barubara Indonesia Tahun 1999-2002, yang dihasilkan dari empat melakukan penambangan batubara. Tabel 4.2. Produksi Batubara Indonesia Tahun 1999 - 2002
No 1 PERUSAHAAN BUMN 1999 11.207. 140 57.514. 988 4.662.3 46 15, 21 78, 06 6,3 3 0,4 0 2000 Ton 14, 03 80, 23 5,5 0 0,2 4 2001 /% 10.211. 957 76.528. 691 5.790.7 82 2002 11, 04 82, 71 6,2 6 0,0 2 8.778.4 16 68.950. 960 3.093.9 93 16.979 80.840. 347 10, 86 85, 29 3,8 3 0,0 2

kelompok perusahaan yang

10.746. 024 61.457. 2 Kontraktor 261 4.216.1 3 KP Swasta 75 183.47 4 297.237 14.777 KP Koperasi 4 JUMLAH 73.681. 76.602. 92.531. KESELURUHAN 711 934 431 Sumber : Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara

Perusahaan BUMN yang melakukan kegitan penambangan yaitu pada tambang batubara Bukit Asam dengan lokasi utama yaitu Ombilin, Tanjung Enim. Dari total produksi Perusahaan BUMN hanya mempunyai share sebesar rata-rata sebesar 12,78 % yang dihasilkan taun 1999-2002. Sedangkan perusahaan kontraktor terdiri dari 20 perusahaan yang menyebar seluruh Indonesia yang terbesar Adaro diantaranya adalah PT. Kaltim Prima Coal Indonesia , PT.

Indonesia, PT. Kideco Jaya Agung dan PT. Arutmin Indonesia dengan total produksi tahun 1999 sebesar 43.529.649 Ton atau 76% dari total produksi perusahaan kontraktor. Secara keseluruhan perusahaan kontrakjtor mempuyai share produksi rata-rata 81,57 % per tahun. KP Swasta dan KP Koperasi mempunyai share produksi masing-masing sebesar 5,8 % dan 0,17 %. MINERAL DAN LOGAM DASAR Sumber daya Mineral dan Logam Dasar di Indonesia diproduksi oleh beberapa perusahaan diantaranya PT. Freeport Indonesia, PT. Koba Tin, PT. International, PT. Nickel Ind. Tbk, PT. Gunung Ki Kara Mining,
Modul ESL

39

PT.Karimun Granit, PT. Lusang Mining, PT.Ampalit Mas Perdana, PT. Monterado Mas Mining, PT. Prima Lirang Mining, PT. Kelian Equatorial Mining, PT. Indo Muro Kencana, PT. Newmont Minahasa Raya, PT. Barisan Tropical Mining, PT. Newmont Nusa Tenggara, PT. Nusa Halmahera Mineral, PT. Timah Tbk, dan PT. Aneka Tambang Tbk. Produksi yang dihasilkan meliputi 11 jenis komoditi sebagaimana pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Produksi Mineral dan Logam Dasar Tahun 1995 2002
UNI NO KOMODITI T 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Konsent. Cu. Tembaga Emas Perak Konsent. Sn. Sn. In Konst. Conv. Matte Ekiv. Ni+Co Batu Pecah Bijih Nikel High Grade Low Grade Ferro Nikel Ni Content Bauksit Pasir Besi Logam Timah

Dm t Ton Kg Kg Ton Ton Ton Ton Ton WM T WM T WM T MT Ton MT WM T Ton

1.510. 257 459.68 7 62.996 275.23 6 48.246 7.079 58.408 46.087 3.057. 333 711.45 1 958.05 6 843.88 7 54.277 10.735 899.03 5 348.37 1 37.416

1.758.91 0 525.914 83.044 250.109 53.448 8.428 51.210 39.499 4.827.05 8 960.245 1.103.36 2 1.363.26 0 46.688 9.553 841.967 425.101 40.337

1.817.88 0 548.278 89.069 269.712 58.160 10.416 40.979 32.407 6.136.31 8 706.509 1.112.69 8 1.010.72 9 48.698 9.999 808.749 487.354 42.620

2.640.04 0 809.077 182.276 411.033 47.790 10.247 45.171 35.604 4.801.01 3 635.321 1.000.11 6 1.101.20 3 41.543 8.452 1.055.64 7 503.308 32.809

2.605.18 0 766.027 127.184 288.200 42.348 10.679 57.713 45.901 4.106.92 9 697.132 1.934.53 5 603.619 44.068 9.385 1.116.32 3 562.312 28.799

3.266.36 7 1.012.05 4 123.994 255.443 41.243 9.395 70.243 55.589 5.941.39 3 794.772 1.312.68 2 931.355 47.749 10.111 1.150.77 6 489.132 25.497

3.081.02 9 982.656 160.221 329.368 58.402 13.157 74.192 58.687 3.975.43 4 677.373 1.594.84 5 1.036.43 9 38.845 8.385 1.150.80 6 440.648 34.522

2.992.64 2 920.664 105.234 215.457 54.533 19.499 31.571 25.188 3.998.18 1 544.748 2.229.50 6 633.162 32.439 6.779 1.060.64 9 325.014 22.824

Sumber : Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara

4.3. Studi kasus : Arsitektur Hemat Energi Melambungnya harga minyak mentah dunia beberapa tahun terakhir menjadikan beban keungan negara semakin membengkakuntuk

Modul ESL

40

menutupi beban subsidi yang besar. Kenaikan harga minya tersebut direspon pemerintah dengan menaikkan harga BBM pada Oktober 2005 lalu yang disertai dengan kampanye hemat energi. Salah satu tolak ukur kelangkaan Sumber daya adalah meningkatnya harga jual produk akhir yang menggunakan input produksi sumber daya tersebut dan produk ikutannya. Disamping itu juga tergambar dari semakin tingginya biaya ektrasi yang dikeluarkan dalam rangka ekploitasi. Dua hal di atas sangat dirasakan begi sumberdaya non renewable resouces.

Arsitektur Hemat Energi


Menanggapi isu krisis energi yang semakin meluas, ASEAN Centre for Energy mengadakan Best Practices Competition for Energy Efficiency Buildings atau Bangunan Hemat Energi Se-ASEAN. Popo Danes, arsitek Indonesia yang berbasis di Bali, meraih penghargaan pemenang pertama kategori bangunan tropis untuk karyanya, Natura Resor and Spa. Pemenang penghargaan ini juga berarti mengalahkan beberapa karya arsitektur terkemuka ASEAN, seperti bangunan Esplanade Theatre di Singapura. Hal yang patut dibanggakan oleh bangsa Indonesia, sekaligus semoga dapat menjadi teladan bagi arsitek-arsitek Indonesia lainnya. Dalam merancang desain sebuah bangunan, arsitek sesungguhnya tidak hanya dituntut melahirkan bangunan yang fungsional, canggih, serta sedap dipandang mata, tetapi juga harus dapat mengakomodasi segala masalah, baik menyangkut masalah mikro maupun makro, maupun masalah krisis energi di bumi kita ini. Namun, hal ini sering kali diabaikan oleh para arsitek kita, praktisi yang salah satu tugasnya juga adalah meningkatkan kualitas hidup manusia, lingkungan, serta Bukan hal yang tidak disengaja apabila sembilan tahun yang lalu, yaitu pada saat perencanaan awal bangunan resor ini, Popo memang memperhitungkan betul penggunaan energi yang otomatis akan menjadi running cost reguler yang cukup besar. Resor yang berada di Desa Laplapan Petulu, Ubud, dengan luas tanah 1,7 hektar ia rancang menjadi bangunan penginapan berupa 14 compound villa yang tiap-tiap vilanya memiliki kolam tersendiri. Selain itu, resor ini juga dilengkapi fasilitas lain, seperti sebuah restoran, kolam renang bersama, serta spa. Total luas bangunannya adalah sekitar 7.250 meter persegi atau sekitar 26 persen dari 30 persen koefisien bangunan yang diizinkan di kawasan ini. Untuk menyiasati pengeluaran energi yang besar, Popo berusaha menciptakan bangunan yang secara optimal dapat menggunakan potensi alam sebagai solusi masalah energi. Caranya adalah dengan membuat bangunan yang berbasis pada konsep arsitektur tropis yang bersahabat dengan iklim lokal yang panas dan lembab. Pertama dengan membuat lay out bangunan yang menyebar di dalam tapak.Bangunan kecil-kecil dan menyebar ini membuat tiap-tiap bangunan dapat "bernapas" dengan leluasa. Kemudian

Modul ESL

41

bumi dan alam jagat raya ini secara lebih luas. ASEAN Centre for Energy mengadakan kompetisi ASEAN Energy and Conservation Best Practices Competition for Energy Efficiency Buildings of The ASEAN Energy Award 2004 atau Kompetisi Efisiensi dan Pelestarian Energi pada Bangunan untuk ASEAN Energy Award 2004 yang diadakan di Kuala Lumpur, 5-6 Mei 2004 lalu. Kompetisi ini mengevaluasi efisiensi penggunaan energi pada bangunan yang diajukan. Dalam kompetisi ini, Popo Danes dengan karyanya, Natura Resor and Spa, menjadi pemenang pertama untuk kategori bangunan tropis. Kemenangannya ini juga berarti mengalahkan beberapa bangunan terkemuka di ASEAN termasuk Esplanade Theatre, bangunan kebanggaan Singapura, yang harus cukup puas keberadaannya, dan bangunan dirancang di sela-sela pohon yang ada. Selain mempertahankan vegetasi, cara ini juga membuat pohon berfungsi sebagai "payung alam" yang melindungi bangunan dari terik sinar matahari sehingga ruang interior menjadi sejuk karena selalu terlindung di bawah daundaun yang rindang.Hal ini jugalah yang membuat resor ini tidak lagi memerlukan pengatur suhu udara yang berlebihan, bahkan sebagian besar ruang di dalam hotel resor tidak menggunakan AC, termasuk bangunan restoran, koridor, spa, dan bale-bale vila. Satu-satunya ruang yang menggunakan AC hanyalah kamar-kamar tidur, sehingga total bangunan yang menggunakan AC hanya 915 meter persegi atau 34,5 persen saja. Untuk keperluan penyediaan air panas, resor ini menggunakan gas. Tenaga gas ini jauh lebih cepat memanaskan air serta menghemat tenaga listrik. Di sini, masingmasing unit vila juga memiliki sistem listrik terpisah dan hanya dihidupkan hanya apabila vila-vila

juga diciptakan bukaan-bukaan berupa jendela dan pintu yang besar-besar di sekeliling bangunan agar terjadi ventilasi silang. Jendela besar ini juga memasukkan sinar matahari sehingga ruang tidak memerlukan penerangan buatan di siang hari. SELAIN konsep bangunan berarsitektur tropis, Popo di sini juga mencoba mempertahankan alam semaksimal mungkin. Kondisi tanah lembah curam yang selayaknya menyulitkan perancangan arsitektur tidak ia ratakan untuk mendapatkan tanah datar secara instan, melainkan dipertahankan dengan membuat bangunan berkonstruksi panggung dengan lantai yang melayang atau tidak menyentuh tanah. Dengan cara ini, permukaan tanah di bawah bangunan masih dapat menyerap air dengan baik. Tumbuh-tumbuhan juga tetap dipertahankan terisi oleh tamu sehingga lebih menghemat energi. mendapatkan penghargaan special admission.Selain desain, material pun dipilih yang dapat menunjang konsep hemat energi tadi. Bahan-bahan alam yang didapat dari sumber lokal digunakan seperti kayu dan alang-alang. Atap alang-alang yang tebalnya 30 cm ini juga berfungsi sebagai penahan panas. Sedangkan kantilever atau overstek atap berfungsi sebagai pelindung dinding bangunan terhadap matahari. Dinding batu bata juga mampu mengurangi panas sebanyak 20 persen sehingga interior dapat terasa lebih sejuk. Desain, penggunaan material, dan konsep perlindungan alam ini tampaknya sederhana, namun implementasinya sungguh luar biasa. Bangunan ini mampu menghemat begitu banyak energi sekaligus mempertahankan kondisi lingkungan. Sungguh langkah yang bijak apabila hal ini bisa diikuti oleh arsitekarsitek kita yang lain. Pengarang : Imelda Akmal Sumber : Kompas, 20 Juni 2004

Modul ESL

42

Artikel di atas menggambarkan salah satu respon dari konsumen energi yang mencoba membaca tren Kelangkaan Energi ke depan dengan membbangun sarana prasarana yang dirancang mampu melakukan penghemaan energi. Apapun aktivitasnya nuasa demikian kedepan akan semakin berkembang dalam upaya efisiensi pemanfaatan energi. Hal lainnya yang perlu dicatat adalah pentingnya upaya mengatasi kelangkaan energi dengan diversifikasi penggunaan energi dengan cara mencari energi alternatif.

Modul ESL

43

DAFTAR BACAAN Fauzi, Akhmad, 2004, Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi , PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Pearce D.W. dan R.Kerry Tunner, 1994, Economics of Natural Resouces and The Enviroment, Te Johns Hopkins University Press,Maryland Akmal, Imelda, 2004, Arsitektur Energi, Kompas, 20 Juni 2004

Modul ESL

44

You might also like