You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

Partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Penyebab partus tak maju antara lain adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang salah, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua, perut gantung, grandmulti dan ketuban pecah dini. Penatalaksanaan pada partus tak maju salah satunya dengan melakukan sectio caesaria. Pengaruh partus tak maju pada bayi antara lain perubahan-perubahan tulang-tulang kranium dan kulit kepala serta kematian Janin Pada kasus persalinan macet/tidak maju akan ditemukan tanda-tanda kelelahan fisik dan mental yang dapat diobservasi dengan : dehidrasi dan ketoasidosis (ketonuria, nadi cepat, mulut kering), demam, nyeri abdomen

BAB II

PRESENTASI KASUS II.1. IDENTITAS Nama Umur Pekerjaan Alamat Status No. RM Agama Tanggal masuk Tanggal Keluar : Ny. I : 23 th : Ibu Rumah Tangga : Pabuaran Cikande - Serang : Menikah : 810074 : Islam : 23-10-2011 : 27-10-2011

II.2. ANAMNESA (autoanamnesa tanggal 23 oktober 2011 pukul 22.00 WIB) : mulas mulas ingin melahirkan : keluar air air dari jalan lahir

Keluhan Utama Keluhan Tambahan

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD Serang dengan keluhan mulas mulas ingin melahirkan sejak pukul 07.00 WIB ( 15 jam SMRS ). Mulas dirasakan hilang timbul, makin sering, makin lama dan makin teratur. Pasien juga mengeluh keluar air-air dari jalan lahir sejak pukul 05.00 WIB (17 jam SMRS). Air-air yang keluar berwarna bening, berbau amis dan tidak dapat ditahan. Keluhan keluar lendir dari jalan lahir bercampur darah juga diakui pasien sejak pukul 12.00 WIB (10 jam SMRS). Pada pukul 12.00 WIB pasien dibawa ke bidan dekat rumah untuk meminta pertolongan persalinan. Setelah itu pada pukul 13.00 16.00 pasien sudah dipimpin mengedan oleh bidan, namun tidak kunjung lahir. Akhirnya, pada pukul 19.00 pasien dirujuk ke RSUD Serang untuk mendapatkan penanganan selanjutnya. Riwayat menstruasi Menarche Lama Banyak Siklus : 12 th : 7 hari : 2-3xGP/hari : teratur 2 Riwayat pernikahan 1 kali menikah, selama 10 tahun Istri : 15 tahun

Suami : 18 tahun

Dismenore Fluor Albus HPHT TP

::: 25 Februari 2011 : 02 Desember 2011

Riwayat Imunisasi 2 kali suntik TT, usia kandungan 2&3 bulan

Riwayat Kontrasepsi KB suntik per 3 bulan selama 4 tahun.

Riwayat kehamilan dan persalinan 1. Perempuan, 9 tahun, lahir normal, di rumah, ditolong bidan, cukup bulan, berat lahir 2.800 gr sehat. 2. Hamil ini

Riwayat ANC Rutin kontrol kandungan setiap bulan ke bidan dekat rumah Tekanan darah setiap kontrol normal antara 110/80 mmHg 120/80 mmHg Perut bertambah besar sesuai usia kehamilan Berat badan naik sesuai bertambahnya usia kandungan Mendapat vitamin, penambah darah dan kalsium yang diminum setiap hari Mendapat imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada usia kandungan 2 dan 3 bulan

Riwayat penyakit dahulu: Asma : keluhan sesak napas disertai bunyi mengi, disangkal

Penyakit jantung : keluhan cepat lelah saat beraktivitas sehari-hari, sesak saat tidur telentang, sesak dimalam hari, disangkal Hepatitis Hipertensi disangkal Diabetes melitus : keluhan banyak makan, banyak dimalam hari, disangkal HIV : riwayat periksa HIV positif, seks bebas, peakai narkoba disangkal minum, dan BAK yang sering : mata berwarna kuning, nyeri perut kanan atas dan ulu hati, disangkal : keluhan nyeri kepala disertai nyeri tengkuk dan tekanan darah tinggi,

Riwayat penyakit keluarga : Asma : keluhan sesak napas disertai bunyi mengi, disangkal

Penyakit jantung : keluhan cepat lelah saat beraktivitas sehari-hari, sesak saat tidur telentang, sesak dimalam hari, disangkal Hepatitis Hipertensi disangkal Diabetes melitus : keluhan banyak makan, banyak dimalam hari, disangkal HIV : riwayat periksa HIV positif, seks bebas, peakai narkoba disangkal minum, dan BAK yang sering : mata berwarna kuning, nyeri perut kanan atas dan ulu hati, disangkal : keluhan nyeri kepala disertai nyeri tengkuk dan tekanan darah tinggi,

II.3. PEMERIKSAAN FISIK (23 Oktober 2011 pukul 22.00) Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu

: Sedang : Compos mentis : 120/80 mmHg : 87 x/menit : 20 x/menit : 36,5 C

Status generalis Kepala Mata THT Leher Thorax Pulmo Cor Abdomen Ekstremitas : normocephal, rambut tidak mudah dicabut : CA +/+, SI -/-, RC +/+ : dalam batas normal : pembesaran KGB dan tiroid (-) : pernafasan simetris statis dinamis : vesikuler, Rh -/-, Wh-/: S1S2 reguler, M -/-, G -/: BU +/+, status obstetricus : akral dingin, edema -/-, RP +/+

Status obstetrikus Inspeksi gravidarum (+) Palpasi : LI LII :TFU : 30 cm, teraba bulat, lunak, tidak melenting : kanan : bagian kecil janin Kiri : tahanan memanjang : Perut tampak membesar dan memanjang, linea nigra (+), striae

LIII : teraba bulat, keras, melenting LIV : divergen His Auskultasi : 3x10x30

: DJJ : 145 x/ menit

TBJ: (30 12) x 155 = 2.790 gr

VT: v/u/v: tenang Pembukaan : 9 cm Efficement : 90 % Portio : depan, lunak Bagian terbawah : kepala Penurunan : H II Ketuban : Denominator : uuk kiri depan Penunjuk: UUK ki dep

II.4. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb: 12,5 g/dl Ht: 38 % Leukosit: 10.100/l Trombosit: 401.000/l MCH : 29 MCV : 91 MCHC : 32 GDS : 176

II.5. DIAGNOSA KERJA

G2P1A0 hamil 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan KPD 10 jam + inertia uteri, janin tunggal hidup presentasi kepala.

II.6. TERAPI Rencana persalinan pervaginam Antibiotik profilaksis (Inj. Amoxicilin 3x1 gr). Induksi persalinan Obs. KU, KS, TTV Obs. His, DJJ, kemajuan persalinan

II.7. PROGNOSIS Kehamilan: ad bonam Persalinan: dubia ad bonam

II.8. TABEL FOLLOW UP Tanggal 23/10/11 Jam 23.00 Follow Up Lapor dr. Sp.OG Terapi / Tindakan Medik Instruksi: Inj. Amoxicilin 3x1 gr Noprostol tab/vag/6 jam

23.40

Memberikan noprostol tab/vag/6 jam (I)

23.45

Memberikan inj. Amoxicilin 1 gr/ IV

01.00

S/ mulas-mulas

O/ KU: sedang KS: CM TD: 120/80 mmHg N: 85 x/mnt R: 20 x/mnt T: 36,4 C HIS: 3x1035 DJJ: 135 x/mnt

D/ G2P1A0 hamil aterm in partu kala I fase aktif dg KPD 14 jam dalam induksi noprostol a/i inertia uteri, janin tunggal hidup presentasi kepala

P/

Obs. KU, KS TTV Obs. His, DJJ, kemajuan persalinan. 7

04.00

S/ mulas-mulas O/ KU: sedang KS: CM TD: 120/80 mmHg N: 88 x/menit R: 20 x/menit T: 36,7 C

HIS: 3x10x35 DJJ: 148 x/menit

Jam

Follow Up

Terapi / Tindakan Medik

VT: v/u/v : tenang Pembukaan: 10 cm Ketuban: Bagian bawah: kepala Penurunan: H II Penunjuk: UUK ki dep

D/ G2P1A0 hamil aterm in partu kala II dg KPD 18 jam dalam induksi noprostol a/i inertia uteri, janin tunggal hidup presentasi kepala P/ Inj. Amoxicilin 1 gr IV Obs. KU, KS, TTV Obs. His, DJJ, kemajuan persalinan.

24/10/11

08.00

S/mulas-mulas

O/ KU: sedang KS: CM TD: 110/70 mmHg N: 84 x/menit R: 20 x/menit T: 36,7 C HIS: 3x1040 DJJ: 148 x/menit VT: v/u/v : tenang Pembukaan: 10 cm Ketuban: Bagian bawah: kepala Penurunan: H II 9

Penunjuk: UUK ki dep

D/ G2P1A0 hamil aterm in partu kala II dg KPD 22 jam dalam induksi noprostol a/i inertia uteri, janin tunggal hidup presentasi kepala

P/

Inj. Amoxicilin 2x1 gr IV Obs. KU, KS, TTV Obs. His, DJJ, kemajuan persalinan.

08.30

Visit dr. Sp.OG

Rehidrasi RL 500 cc Drip oxytocin 5 IU mulai 20 tpm (noprostol stop)

08.30

Mengganti cairan infus dengan RL guyur 1 kolf

10.00

Memasang drip oxytocin 5 IU dalam D5% 500 cc mulai 20 tpm.

14.00

S/ mulas-mulas

O/ KU: sedang KS: CM TD: 110/70 mmHg N: 88 x/menit R: 20 x/menit T: 36,7 C

HIS: 4x10x40 DJJ: 152 10

VT: v/u/v : tenang Pembukaan: 10 cm Ketuban: Bagian bawah: kepala Penurunan: H II Penunjuk: UUK ki dep

D/ G2P1A0 hamil aterm in partu kala II dg KPD 1 hari dalam akselerasi oxytocin a/i partus tak maju, janin tunggal hidup presentasi kepala.

P/

Obs. KU, KS, TTV Obs. His, DJJ, kemajuan persalinan

20.00

S/ mulas-mulas

O/ KU: sedang KS: CM TD: 110/70 mmHg N: 88 x/menit R: 20 x/menit T: 36,7 C

HIS: 3x1035 DJJ: 152 VT: v/u/v : tenang Pembukaan: 10 cm Ketuban: Bagian bawah: kepala Penurunan: H II Penunjuk: UUK ki dep 11

D/ G2P1A0 hamil aterm in partu kala II dg KPD 1 hari dalam akselerasi oxytocin a/i partus tak maju, janin tunggal hidup presentasi kepala.

P/

Obs. KU, KS, TTV Obs. His, DJJ, kemajuan persalinan

20.30

Lapor dr. Sp.OG

Cito SC a/i Partus tak maju

S/ nyeri luka post op 25/10/11 O/ KU: sedang KS: CM TD: 110/70 mmHg N: 88 x/menit R: 20 x/menit T: 36,7 C St. Lokalis a/r abdomen I : luka post op tertutup kassa, rembes (-), darah (-), tanda radang sekitar (-) P: NT (+), TFU 2 jari di bawah pusat. Pr: timpani A: BU (+) normal

ASI -/Lokia rubra (+) inaktif

12

A/ Post SC transperitoneal a/i partus tak maju + insersi IUD Cupper T 380 A hari I P/ Obs. KU, KS, TTV Inj. Ceftriaxone 2x1 gr Inj. Ketorolac 3x1 amp Inj. Ranitidin 2x1 amp

Tanggal

Jam

Follow Up

Terapi / Tindakan Medik

13

26/10/11

S/ nyeri luka post op O/ KU: sedang KS: CM TD: 120/80 mmHg N: 88 x/menit R: 20 x/menit T: 36,7 C St. Lokalis a/r abdomen I : luka post op tertutup kassa, rembes (-), darah (-), tanda radang sekitar (-) P: NT (+), TFU 2 jari di bawah pusat. Pr: timpani A: BU (+) normal

ASI -/Lokia rubra (+) inaktif

A/ Post SC transperitoneal a/i partus tak maju + insersi IUD Cop 380 T hari II Th/ Ganti oral: Amoxicilin 500 mg 3x1 Mefinal 500 mg 3x1

P/

27/10/11

S/ nyeri luka post op berkurang O/ KU: sedang KS: CM TD: 120/80 mmHg N: 80 x/menit R: 20 x/menit 14

T: 36,7 C St. Lokalis a/r abdomen I : jahitan luka post op kering rembes (-), darah (-), tanda radang sekitar (-) P: NT (+), TFU 2 jari di bawah pusat. Pr: timpani A: BU (+) normal

ASI -/Lokia rubra (+) inaktif

Hasil lab post. Op: Hb: 11,5 L: 10.500 Tr: 451.000 Albumin: 3,4

A/ Post SC transperitoneal a/i partus tak maju + insersi IUD Cop 380 T hari III Amoxicilin 500 mg 3x1 Mefinal 500 mg 3x1

P/

Pasien boleh pulang.

15

LAPORAN OPERASI pasien tidur terlentang di meja operasi dalam anestesi spinal, dilakukan aseptis dan antisepsis dengan alkohol dan betadine. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril Insisi linea mediana diperdalam lapis demi lapis sampai dengan peritoneum. Peritoneum dibuka kemudian tampak uterus gravidarum atterm, plica vesica uterina disayat dan disisihkan. SBR disayat secara tajam ditembus dan diperbesar secara tumpul. Ketuban Mencari kepala bayi diluksir, , lahir bayi laki-laki dengan BB= 2800 gram, PB=49 cm, cacat(-), anus (+), tali pusat diklem dan dipotong. Placenta implantasi di fundus dilahirkan lengkap secara manual dan dilakukan pengecekan sisa placenta. Luka SBR dijahit jelujur terkuncidengan chromic catgut no 2-0. Dilakukan reperitonealisasi plica vesica uterina jelujur tidak terkunci dengan chromic catgut no. 2-0 perdarahan dirawat, dilakukan eksplorasi rongga abdomen, tuba dan ovarium dekstra dan sinistra dalam batas normal. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, peritoneum dengan chromic catgut no 1-0 secara jelujur tidak terkunci menggunakan polisorb no.I, subkutis dengan jelujur tidak terkunci, menggunakan chromic catgut no 2-0, kulit dg chromic catgut no 1-0 subkutikuler.

16

BAB III DISKUSI KASUS III.1. Anamnesa Penulis setuju dengan anamnesis yang disajikan, dimulai dari keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit sekarang dan riwayat yang lain dibuat secara sistematis.

III.2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan cukup.

III.3. Diskusi Diagnosis Diagnosis kerja pada pasien ini G2P1A0 hamil 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan KPD 17 jam + inertia uteri, janin tunggal hidup presentasi kepala. Diagnosis didapat dari : Dari anamnesa

Ibu mengatakan ini kehamilan anak kedua, ibu mengaku pernah melahirkan satu kali dan belum pernah keguguran, - Untuk usia kehamilan didapat dari HPHT dimana ibu mengatakan pada 25-02-2011, maka didapatkan taksiran persalinan dengan rumus neagle adalah hari +7, bulan -3, tahun +1 didapatkan 02-12-2011, dan usia kehamilannya adalah 38 minggu, termasuk atterm. - Sudah inpartu karena dari hasil anamnesa pasien merasakan mulas-mulas yang semakin teratur,sering dan kuat; keluar air-air dari jalan lahir sejak pukul 12.00 WIB (10 jam SMRS). dan dari pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan serviks 9cm, sehingga masuk ke dalam kala1 fase aktif dengan KPD 17 jam. Dari pemeriksaan fisik -Adanya tanda pasti kehamilan dengan dapat diraba dan dikenalnya bagian-bagian janin,(satu tahanan memanjang dan satu bagian2 kecil janin dapat terdengar bunyi jantung janin dengan menggunakan dopler atau stetoskop laennec dengan satu punctum maksimum. pada pemeriksaan leopold Leopold I : didapatkan bagian besar, teraba bulat, lunak dan tidak melenting pada bagian fundus uteri, leopold II teraba tahanan memanjang pada bagian kiri perut ibu dan teraba bagian kecil janin pada perut kanan ibu, leopold III terdapat bagian besar, bulat, keras, dan melenting bagian terbawah tidak dapat digoyangkan, leopold IV didapatkan bagian terbawah 17

janin sudah masuk pintu atas panggul, serta hanya didapatkan dua bagian besar dan satu punctum maksimum dari denyut janin jantung yang menandakan janin tunggal hidup.
Dari pemeriksaan dalam (Vaginal Touche)

Didapatkan vagina,urethra dan vulva tenang, portio sejajar dengan sumbu lahir, pembukaan 9cm, pendataran 90%, ketuban -, bagian terbawah teraba kepala, penurunan H-II, penunjuknya uuk kiri depan. Maka pada kasus ini didiagnosis Presentasi kepala dan sudah masuk inpartu kala I fase aktif. Pada pasien ini keluhan keluar air-air dirasakan sejak 17 jam sebelum masuk rumah sakit, keluarnya secara tiba tiba, tidak bisa ditahan oleh pasien. Air-air yang keluar berwarna jernih dan berbau amis Dalam Buku Ajar Ilmu Kebidanan disebutkan bahwa, ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan berlangsung (inpartu). Sedangkan menurut Protap Pelayanan Medis RSUD Serang, KPD adalah ketuban pecah sebelum inpartu atau pada pembukaan < 3cm pada kehamilan lebih dari 20 minggu. Pada kasus ini ketuban sudah pecah 17 jam sebelum masuk rumah sakit, diperkirakan pecah sebelum impartu. Oleh karena itu, penulis setuju pasien ini dinyatakan KPD. Tanda-tanda telah berlangsungnya proses persalinan menurut Protap Pelayanan Medis RSUD Serang adalah: 1. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (mulas-mulas teratur, sering dan makin lama makin kuat). 2. Keluarnya lendir bercampur darah dari vagina. 3. penipisan dan pembukaan serviks.

Pada kasus ini pasien ini telah masuk dalam keadaan inpartu, dimana terdapat mulas-mulas yang makin lama, makin teratur, walaupun mulas hanya berlangsung selama 30 detik yang menunjukkan keadaan inertia uteri.

Diskusi Penatalaksanaan

Pada pasien ini, awalnya tidak dipertimbangkan SC. karena tidak ada tanda-tanda CPD dan gawat janin. Tetapi pada perjalanannya, penatalaksanaan akhir pada kasus ini adalah SC atas indikasi partus tak maju karena setelah pemberian induksi dan akselerasi berupa noprostol 18

dan oksitosin didapatkan pembukaan lengkap, namun kepala tetap berada di H-II sehingga tidak didapatkan adanya penurunan kepala. Menurut buku ajar kebidanan partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Partus tak maju (persalinan macet) berarti meskipun kontraksi uterus kuat, janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada rongga panggul atau pintu bawah panggul. Partus tak maju yaitu suatu persalinan dengan his yang adekuat yang tidak menunjukan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala dan putar paksi selama 2 jam terakhir. Pada kasus ini, pembukaan sudah lengkap tapi tidak terjadi kemajuan dalam penurunan kepala, yaitu kepala masih di Hodge II sejak awal datang (pembukaan 9) sampai pembukaan lengkap pukul 4 pagi (6 jam). Pasien kemudian didiagnosis partus tak maju, karena sudah diinduksi dan akselerasi persalinan sampai terjadi pembukaan lengkap, tetap tidak terjadi kemajuan dalam penurunan kepala walaupun his sudah adekuat (4 x 10x40). Oleh karena itu bayi dilahirkan secara per abdominal.

Penyebab Partus Tak Maju

Penyebab partus tak maju yaitu : 1. Disproporsi sefalopelvik (pelvis sempit atau janin besar) Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang penting ialah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin dalam perbandingan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik atau tidak. Disproporsi sefalopelvik adalah ketidakmampuan janin untuk melewati panggul. Panggul yang sedikit sempit dapat diatasi dengan kontraksi uterus yang efisien, letak, presentasi, kedudukan janin yang menguntungkan dan kemampuan kepala janin untuk mengadakan molase. Sebaliknya kontraksi uterus yang jelek, kedudukan abnormal, ketidakmampuan kepala untuk molase dapat menyebabkan persalinan normal tidak mungkin. Kehamilan pada ibu dengan tinggi badan < 145 cm dapat terjadi disproporsi sefalopelvik, kondisi luas panggul ibu tidak sebanding dengan kepala bayi, sehingga pembukaannya berjalan lambat dan akan menimbulkan komplikasi obstetri.

19

Disproporsi sefalopelvik terjadi jika kepala janin lebih besar dari pelvis, hal ini akan menimbulkan kesulitan atau janin tidak mungkin melewati pelvis dengan selamat. Bisa juga terjadi akibat pelvis sempit dengan ukuran kepala janin normal, atau pelvis normal dengan janin besar atau kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit. Disproporsi sefalopelvik tidak dapat didiagnosis sebelum usia kehamilan 37 minggu karena sebelum usia kehamilan tersebut kepala belum mencapai ukuran lahir normal.

Disproporsi sefalopelvik dapat terjadi : a. Marginal (ini berarti bahwa masalah bisa diatasi selama persalinan, relaksasi sendi-sendi pelvis dan molase kranium kepala janin dapat memungkinkan berlangsungnya kelahiran pervaginam). b. Moderat (sekitar setengah dari pasien-pasien pada kelompok lanjutan ini memerlukan kelahiran dengan tindakan operasi). c. Definit (ini berarti pelvis sempit, bentuk kepala abnormal atau janin mempunyai ukuran besar yang abnormal, misalnya hidrosefalus, operasi diperlukan pada kelahiran ini).

2. Presentasi yang abnormal Hal ini bisa terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan kepala yang sulit lahir pada presentasi bokong. a. Presentasi Dahi Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah. Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga persalinan menjadi lambat dan sulit. Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.

20

b. Presentasi Bahu Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina. Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.

c.

Presentasi Muka Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah. Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput. Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida.

3.

Abnormalitas pada janin Hal ini sering terjadi bila ada kelainan pada janin misalnya : Hidrosefalus, pertumbuhan janin lebih besar dari 4.000 gram, bahu yang lebar dan kembar siam.

4. Malposisi Kepala janin biasanya masuk ke rongga panggul ibu dengan posisis ubun-ubun kecil lintang dengan ubun-ubun kecil janin melintang pada rongga panggul ibu. Dengan penurunan, kepala janin mengalami rotasi sehingga ubun-ubun kecil terletak di bagian depan pada rongga panggul ibu. Kegagalan perputaran ubun-ubun kecil ke depan sebaiknya ditatalaksana sebagai ubun-ubun kecil belakang. Posisi oksiput lintang terjanin jika posisis oksiput janin terletak lintang terhadap rongga panggul ibu. Jika posisi lintang ini menetap sampai akhir kala I persalinan, maka posisi ini sebaiknya ditangani sebagai posisi oksiput posterior.

21

Pada kasus ini kemungkinan untuk panggul sempit dan abnormalitas janin (bayi besar) dapat disingkirkan dengan dasar anamnesis yang menyatakan bahwa pasien pernah melahirkan anak pertama dengan berat 2.800 gram, sedangkan taksiran berat janin saat ini tidak melebihi berat anak pertama, yaitu sekitar 2.790 gram. Untuk presentasi janin yang abnormal juga dapat disingkirkan dengan pemeriksaan fisik pada vaginal touche yang menyebutkan bahwa bagian terbawah janin adalah kepala dengan denominator ubun-ubun kiri depan. Akan tetapi, jika memang benar data pada saat pemeriksaan vaginal touche denominator janin adalah ubun-ubun kiri depan, harusnya dengan his yang adekuat janin dapat lahir normal pervaginam. Pada kasus ini penulis berpendapat hal yang memungkinkan terjadinya partus tak maju adalah malposisi kepala janin. Kepala janin biasanya masuk ke rongga panggul ibu dengan posisis ubun-ubun kecil lintang dengan ubun-ubun kecil janin melintang pada rongga panggul ibu. Dengan penurunan, kepala janin mengalami rotasi sehingga ubunubun kecil terletak di bagian depan pada rongga panggul ibu. Kegagalan perputaran ubunubun kecil ke depan sebaiknya ditatalaksana sebagai ubun-ubun kecil belakang. Posisi oksiput lintang terjadi jika posisi oksiput janin terletak lintang terhadap rongga panggul ibu. Jika posisi lintang ini menetap sampai akhir kala I persalinan, maka posisi ini sebaiknya ditangani sebagai posisi oksiput posterior.

PENANGANAN KHUSUS Posisi Oksiput posterior Rotasi secara spontan terjadi pada 90% kasus. Persalinan yang terganggu terjadi jika kepala janin tidak rotasi atau turun. jika ada tanda-tanda persalinan macet atau DJJ>180 atau <90 pada fase apapun, segera lakukan seksio sesarea. Jika ketuban utuh, pecahkana ketuban dengan pengait amnion Jika pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, akselerasi persalinan dengan oksitosin. Jika pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan dalam fase pengeluaran, periksa kemungkinan adanya obstruksi Jika tidak ada tanda obstruksi, akselerasi persalinan dengan men ggunakan oksitosin 22

jika pembukaan lengkap dan jika : kepala janin teraba 3/5 atau lebih daitas simpisis pubis (PAP) atau kepala diatas station-2, lakukan seksio sesarea. Kepala janin di antara 1/5 dan 3/5 diatas simpisis pubis atau bagian terdepan kepala janin diantara stasion 0 dan -2 : lakukan VE atau SC Kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simpisis pubis atau bagian terdepan dari kepala janin berada di stasion 0, lakukan ekstraksi cunam. Berdasarkan teori diatas tindakan sectio caesaria yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat.

23

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Pada kasus ini diagnosa yang dibuat sudah tepat yaitu G2P1A0 Hamil 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan KPD 17 jam dan inersia uteri, janin tunggal hidup presentasi kepala. Penanganan terakhir yang dilakukan yaitu seksio cesarean juga tepat untuk meminimalisir risiko terjadinya kematian janin karena persalinan lama akibat partus tak maju.

SARAN Penulis menyarankan pemeriksa lebih teliti dalam menilai penunjuk atau denominator pada bagian terbawah janin, agar komplikasi yang mungkin terjadi dapat ditangani lebih dini.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. Depkes RI. 2010 2. Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga, jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. 2010 3. Komite Medis RSUD Serang. Prosedur Tetap Pelayanan Medis. SMF Kebidanan dan Kandungan RSUD Serang. 2009 4. Mochtar R. Sinopsis Obstetri jilid 1, Obstetri Fisiologi dan Patologi. Edisi 2, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998.

25

You might also like