You are on page 1of 40

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend, 2005). Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsepdiri, dimana perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2001). Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal mencapai keinginan (Kelliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini jika tidak segera ditanggulangi sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda- tanda harga diri rendah yaitu rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial, kurang percaya diri kadang sampai mencederai diri sendiri (Townsend, 1998). Dalam hal ini penulis mengambil kasus harga diri rendah dikarenakan masalahmasalah kejiwaan bisa muncul lebih serius itu dimulai dari harga diri rendah. Kasus ini juga dapat memberikan gambaran bagaimana seseorang mengalami gangguan pada konsep dirinya yaitu harga diri rendah dan dampak apa saja yang bisa ditimbulkan jika masalah tersebut tidak teratasi.

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui dan memahami serta dapat mengaplikasikan konsep keperawatan pada lansia dengan masalah harga diri rendah. 1.2.2 Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu untuk mengetahui dan memahami tujuan perawatan lansia. b. Mahasiswa mampu untuk mengetahui dan memahami konsep harga diri rendah. 1.3 Rumusan Masalah a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan perawatan lansia. b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep harga diri rendah.

BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik 2.1.1 Pengertian Keperawatan Gerontik Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi. Menua (= menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2004; 3) Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU no 13 tahun 1998 dikutip dari Maryam (2008:32) tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lansia masa dimana proses produktifitas berfikir berakhir, mengingat, menangkap dan merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara berkala (Muhamad:15). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia menurut Keliat (1999) dikutip dari Maryam (2008:32 2.1.2 Batasan Lanjut Usia DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut: 1. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS 2. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM 3. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi: 1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun. 3

2) Lanjut usia (elderly) antara 60 74 tahun 3) Lanjut usia tua (old) antara 75 90 tahun 4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun 2.1.3 Proses Menua Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah. Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan: 1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial, 2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, 3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo, 1996) Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto (1994) menyebutkan masalah masalah yang menyertai lansia yaitu: 1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain, 2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya, 3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau pindah,

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak dan 5) Belajar memperlakukan anak anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar adalah perubahan gerak. Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya. Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992) Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri ciri penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah: 1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya. 2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi 3) Selalu mengingat kembali masa lalu 4) Selalu khawatir karena pengangguran, 5) Kurang ada motivasi, 6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan 7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan. 5

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah: minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain. 2.1.4 Teori Proses Menua 1) Teori Teori Biologi a) Hayflick Limit Teori (Biological Clock = Genetic Theory = Celluler Aging) Tiap spesies di dalam inti sel mempunyai suatu jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi Jam ini menghitung mitosis dan menghentikan replikasi. Jadi menurut konsep ini kita akan meninggal dunia meskipun tidak disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit Teori ini didukung oleh kenyataan mengapa beberapa spesies mempunyai perbedaan umur harapan hidup yang nyata. Secara teoritis dapat dimungkinkan kita memutar jam ini lagi meski hanya beberapa waktu dengan pengaruh pengaruh dari luar berupa peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dll. b) The Error Theory Terjadi mutasi progresif pada DNA sel somatic, akan menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan sel. Error Catastophe adalah menua disebabkan oleh kesalahan kesalahan beruntun dalam waktu yang lama, terjadai kesalahan dalam proses transkripsi (DNA RNA maupun dalam proses translasi RNA protein/ enzim). Walaupun dalam batas tertentu kesalahan dapat diperbaiki, namun kemampuan untuk memperbaiki sifatnya terbatas pada kesalahan dalam proses transkripsi (pembentukan RNA) yang tentu menyebabkan kesalahan sintesis protein atau enzim yang dapat menghasilkan zat berbahaya. c) Wear And Tear Theory

Menurut teori ini meninggal adalah suatu hasil penggunaan jaringan yang berlebihan karena mereka tidak dapat meremajakan kembali karena pemakaian secara terus nmenerus dan tak ada habis habisnya. Teori ini mewakili kepercayaan bahwa suatu organ atau jaringan mempunyai program jumlah energi untuk mereka. Menua dapat dipandang sebagai suatu proses fisiologi yang ditentukan oleh jumlah pemakaian dan kerusakan yang seorang telah digunakan. d) Free Radical Theory Radikal bebas bersifat merusak karena sangat reaktif, sehingga data bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh seperti dalam membran sel. Radikal bebas dihasilkan sebagai zat antara oleh proses respirasi mengubah bahan bakar menjadi ATP yang melibatkan oksigen. Zat tersebut adalah superoksida, peroksida, hidrogen dan radikal hidroksil. Walaupun tubuh mempunyai zat penangkal yaitu: superoksida dismutase (SOD), enzim katalase yang berunsur Fe dalam bentuk Haem, enzim glutation peroksidase. Rasikal bebas juga dapat dinetralkan menggunakan senyawa nonenzymatic seperti vitamin C, provitamin A (beta karoten), Vitamin E. Ada sebagian masih tetap lolos dan makin lanjut usia makin bertambah banyak sehingga proses pengrusakan terjadi, kerusakan makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati. e) Immunity Theory Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition). Mutasi menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel mengalami perubahan sebagai sel asing dan menghancurkannya.

Dipihak lain imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker menjadi menurun sehingga sel kanker leluasa membelah. f) Cross Linkage Theory Yang memisahkan struktur molekuler adalah loncatan bersama reaksi kimia. Terutama adalah kolagen yang relatif panjang dan lamban dihasilkan oleh fibroblast. Fiber yang baru terbentuk kemudian ditangkap fiber yang tua membentuk rantai silang. Hasil akhir rantai silang adalah peningkatan kepadatan molekul kolagen yang menyebabkan penurunan kapasitas untuk transport nutrisi dan untuk mengangkut produk sisa dari sel. Hal ini menyebabkan penurunan dari fungsi struktur. Pada lansia terjadi penurunan efisiensi sistem imun pertahanan tubuh untuk mengankat agen rantai silang. Setelah agen menyerang seharusnya mitosis terjadi tetapi dalam hal ini tidak, sehingga menyebabkan rantai silang. Teori ini menjelaskan penyebab utama arteriosklerosis, penurunan sistem imun dan penurunan elastisitas pada usia lanjut. 2) Teori Sosiologi a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki. c) Teori pembebasan (disengagement theory) Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni : 1. kehilangan peran 2. hambatan kontak sosial 3. berkurangnya kontak komitmen d) Person Environment Fit Theory Teori ini menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara kemampuan suatu kelompok dalam masyarakat dan lingkungan sosial mereka. Setiap orang meliputi: kekuatan ego, tingkat ketrampilan motorik, kesehatan biologis individu, kognitif dan sensori persepsi. Lansia mungkin mengalami penurunan untuk kemampuan yang dengan

mempengaruhi

kemampuannya

berhubungan

lingkungannya. Demikian juga jika menderita penyakit maka kemampuan akan terbatas. Lingkungan juga menjadi lebih mengancam dan mungkin tidak mempunyai kemampuan lagi untuk berhubungan dengan

lingkungan. Respon lansia dari sekarang didasarkan pada kehidupan yang telah dialami, kepercayaan, dan harapan. Jika mereka memberikan reaksi terhadap stres, tantangan atau ketakutan untuk melepaskan diri dari interaksi, pada situasi sekarang sering menghasilkan beberapa respon karena lansia adalah individual, responnya harus dihormati 9

3) Teori Psikologi a) Maslows Hierarchy of Human Needs Theory Menurut teori ini tiap individu mempunyai hirarki kebutuhan dan semua individu berusaha untuk memenuhinya. Kebutuhan individu mempunyai prioritas yang berbeda, ketika seseorang telah memenuhi kebutuhan dasar maka akan mancapai kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan dasar digambarkan dalam segitiga. Seseorang yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang paling tinggi aktualisasi diri. b) Jungs Theory of Individualism Teori ini menjelaskan bahwa kepribadian seseorang digambarkan tidak hanya berorientasi pada dunia luar (Extroved) tetapi juga pengalaman pribadi (introved) keseimbangan antar keduanya merupakan faktor yang penting untuk kesehatan mental. Perjalanan proses menua, kepribadian sering dimulai perubahan dari luar difokuskan dan perhatian kemandirian dirinya dimasyarakat ke yang lebih dalam seperti individu mencari jawaban dari dalam diri. Menua dikatakan sukses ketika seseorang melihat ke dalam dan menilai dirinya lebih dari kehilangan atau pembatasan fisiknya. Individu dapat menerima prestasi dan ketrebatsannya. c) Course of Human Life Theory Fokus pada teori ini adalah mengidentifikasi dan pencapaian tujuan kehidupan seseorang menurut lima fase perkembangan. Kunci dari perkembangan kesehatan adalah pemenuhan kebutuhan diri. Lima fase perkembangan itu yaitu : (1) Masa Kanak kanak: tidak mempunyai tujuan hidup yang realistis (digambarkan waktu tidak jelas)

10

(2) Remaja dan dewasa muda: mulai mempunyai konsep yang spesifik mengenai tujuan hidup (3) Usia 25 tahun: mulai lebih konkret tentang tujuan hidup dan aktif bekerja untuk mencapainya (4) Usia pertengahan: melihat kebelakang kehidupannya,

mengevaluasi apakah mempunyai atau tidak prestasi dan sering mulai merubah tujuan hidup (rencana untuk selanjutnya) (5) Fase Terakhir (Usia lanjut): merupakan waktu untuk menghentikan mencapai cita cita tujuan hidup d) Developmental Theory Setiap individu harus belajar tugas perkembangan yang khusus pada berbagai tingkat kehidupan, pencapaian tugas perkembangan memberi kontribusi kebahagian dan perasaan sukses individu. Tugas perkembangan khusus beberapa sumber yaitu: (1) Kematangan fisik (2) Pengharapan budaya masyarakat (3) Nilai dan aspirasi individual Tugas perkembangan lansia meliputi: (1) Pengaturan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan (2) Pengaturan dari pengunduran diri dan penurunan penghasilan (3) Pengaturan meninggalnya suami / istri (4) Mendirikan perkumpulan kelompok umur, adaptasi tugas masyarakat (5) Membuat perencanaan kehidupan fisik yang memuaskan 2.1.5 Stereotipe Psikologik Orang Lanjut Usai Biasanya sifst sifat stereotipe para lansia ini sesuai dengan pembawaannya pada waktu muda. Beberapa tipe dikenal adalah sebagai berikut: 1) Tipe Konstruktif

11

Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya, mempunyai toleransi tinggi, humoristik, fleksibel (luwes), dan tahu diri. Biasanya sifat sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima fakta fakta proses menua, mengalami masa pensiun dengan tenang, juga dalam menghadapi masa akhir. 2) Tipe Ketergantungan (Dependent) Orang lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai oleh istrinya. Ia senang mengalami pensiun., malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak suka bekerja dan senang untuk berlibur. 3) Tipe Defensif Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan / jabatan tak stabil., bersifat selalu menolak bantuan, sering kali emosinya tak dapat dikontrol, memegang teguh pada pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif. Anehnya mereka takut menghadapi menjadai tua dan tak menyenangi masa pensiun. 4) Tipe Bermusuhan (Hostility) Memreka mengannggap orang lain penyebab kegagalannya, selalu mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal hal yang baik, takut mati, iri hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit / buruk. 5) Tipe Membenci / Menyalahkan Diri Sendiri (Selfhaters) Orang ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio ekonomi. Biasanya mempunyai perkawinan yang tak bahagia, mempunyai sedikit hobby, merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima fakta pada proses menua, tidak iri hati pada orang yang berusia muda., mereka sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap 12

kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaanya. Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih tinggi persentasenya pada golongan lansia ini, apalagi pada mereka yang hidup sendirian. 2.1.6 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lanjut usia, antara lain: 1) Permasalahan umum a. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan. b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati. c. Lahirnya kelompok masyarakat industri. d. Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia. e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia. 2) Permasalahan khusus : a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik, mental maupun sosial. b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia. c. Rendahnya produktifitas kerja lansia. d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat. e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat individualistik. f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik lansia 2.1.7 Faktor faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan 1) Hereditas atau ketuaan genetik 2) Nutrisi atau makanan 13

3) Status kesehatan 4) Pengalaman hidup 5) Lingkungan 6) Stres 2.1.8 Perubahan Perubahan Pada Lansia 1. Perubahan Fisik Berbagai perubahan anatomik / fisiologik akibat proses menua dan akibat patologiknya a. Sel 1) Lebih sedikit jumlahnya 2) Lebih besar ukurannya. 3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler. b. Sistem persyarafan 1) Cepatnya menurun hubungan persarafan. 2) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres. 3) Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. c. Sistem pendengaran 1) Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara/nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun. 2) Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis. 3) Terjadinya pengumpalan serumen dapat mengeras karena

meningkatnya keratin. d. Sistem penglihatan 1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar 14

2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola) 3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) 4) Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam kegelapan. 5) Hilangnya daya akomodasi. 6) fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi menurun) 7) Lever (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan dan berkurangnya tempat aliran darah. e. Sistem genito urinaria 1) Ginjal Mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50& fungsi tubulus berkurang akibatnya : kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urine, BJ urine menurun, proteinuria (biasanya + 1), BUN meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. 2) Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin. 3) Pembesaran prostat 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Vagina : Selaput lendir menjadi kering dan elastisitas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali, terjadi perubahan-perubahan warna. 5) Daya seksual : Orang-orang yang makin menua masih juga membutuhkannya tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi seseorang berhenti : frekuensi seksual intercourse cenderung menurun secara bertahap tiap tahun, tetapi kapasitasnya untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua. f. Sistem endokrin 1) Produksi dari hampir semua hormon menurun 2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah. 15

3) Pituitari : Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH. 4) Menurunnya aktivitas tiroid, Menurunnya BMR (basal metababolic rate) dan menurunnya daya pertukaran zat. 5) Menurunnya produksi aldosteron. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron, estrogen dan testeron. g. Sistem kulit 1) Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak. 2) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. 3) Rambut dalam hidung dan telinga menebal. 4) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan vaskularisasi. 5) Kuku jari menjadi keras dan rapuh. 6) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk. 7) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya. h. Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system) 1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh. 2) Kifosis 3) Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas. 4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang). 5) Persendian membesar dan menjadi kaku. 6) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis. 7) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban.

16

2.

Perubahan Mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental : a. Pertama-tama perubahan fisik khususnya organ perasa b. Kesehatan umum c. Tingkat pendidikan d. Keturunan (herediter) e. Lingkungan Perubahan kepribadian yang drastis. Keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang ketakutan mungkin oleh faktor lain seperti penyakit. Kenangan (memori) Kenangan lama tidak berubah a. Kenangan jangka panjang Berjam jam sampai berhari hari yang lalu mencakup beberapa perubahan. b. Kenangan jangka panjang 0 10 menit, kenangan buruk IQ (intelegency Quation) a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor : terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan tekanan dai faktor waktu.

3.

Perubahan Psikososial Perubahan psikosial meliputi: a. Pensiun: bila seseorang pensiun dia akan kehilangan finansial, status, teman/relasi, pekerjaan/kegiatan b. Merasakan/sadar akan kematian c. Perubahan cara hidup d. Penyakit kronis dan ketidakmampuan e. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian

17

f. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan gambaran diri, perubahan konsep diri 4. Perkembangan Spiritual Perubahan spiritual meliputi: a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi b. Semakin matur dalam kehidupan keagamaan c. Menurut Fowler (1991): perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara mencintai dan keadilan. 2.2 Konsep Dasar Harga Diri Rendah (HDR) 2.2.1 Definisi Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000). Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjang akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri, perasaan dan pengalaman tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, yang dapat di ekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. (Towsend, 1998) Menurut Schult & Videbech (1998), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal menapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999). Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan Sundeen, 1998 :227) 18

2.2.2

Etiologi Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain : a. Faktor predisposisi ( Stuard and Sudeen, 1998 ) Penolakan orang tua Harapan orang tua yang tidak realistis Kegagalan yang berulang kali Kurang mempunyai tanggung jawab personal Ketergantungan pada orang lain Ideal diri tidak realistis b. Faktor presipitasi ( Stuard and Sudeen, 1998 ) Stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti ; 1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang megancam. 2) Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran : Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya, nilai-nilai tekanan untuk penyesuaian diri. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap perkembangan harus dilalui individu dengan menjelaskan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor bagi konsep diri. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status menyebabkan perubahan 19 peran yang dapat menimbulkan

ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran berlebihan. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan. Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua kompoen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri peran dan harga diri. Masalah konsep diri dapat di cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau fisiologi, namun yang penting adalah persepsi klien terhadap ancaman. 2.2.3 Tanda dan Gejala Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien harga diri rendah adalah : Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang percaya diri. Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam meraih sesuatu. Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain. Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain. Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki. Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih sesuatu. Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan. 20

Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri. Ketegangan peran yang dirasakan. Pandangan hidup pesimis. Keluhan fisik Penolakan terhadap kemampuan personal Destruktif terhadap diri sendiri Menarik diri secara social Penyalahgunaan zat Menarik diri dari realitas Khawatir 2.2.4 Mekanisme Koping a. Pertahanan jangka pendek Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas, misalnya main musik, bekerja keras, menonton televisi Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut dalam aktifitas sosial, keagamaan Aktifitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik / belajar giat. Aktifitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misalnya penyalahgunaan obat. b. Pertahanan jangka panjang Penutupan identitas yaitu adapsi identitas pada orang yang menurut klien penting, tanpa memperhatikan kondisi dirinya. Identitas negatif yaitu klien beranggapan bahwa identifikasi yang tidak wajar akan diterima masyarakat. c. Pertahanan yang berorientasi ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental : Disosiasi 21

Isolasi Proyeksi Displacement Sumber-sumber koping : a. aktifitas olah raga b. hobi dan kerajinan tangan c. seni yang ekspresif d. kesehatan e. kecerdasan f. kreativitas g. hubungan interpersonal 2.2.5 Klasifikasi Harga diri ada 2 macam: harga diri rendah kronis dan harga diri rendah situasi (Carpenito, 2001 ). a. Harga diri rendah kronis adalah suatu kondisi penilaian diri yang negatif berkepanjangan pada seseorang atas dirinya. Karakteristiknya antara lain : Mayor: untuk jangka waktu lama / kronis : Pernyataan negatif atas dirinya, ekspresi rasa malu/ bersalah, penilaian diri seakan-akan tidak mampu menghadapi kejadian tertentu, ragu-ragu untuk mencoba sesuatu yang baru. Minor: Seringnya menemui kegagalan dalam pekerjaan, tergantung pada pendapat orang lain, presentasi tubuh buruk, tidak asertif bimbang,dan sangat ingin mencari ketentraman. b. Harga diri rendah situasional suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa (kehilangan, perubahan). Karakteristiknya : Mayor : Kejadian yang berulang / berkala dari penilaian diri yang negatif dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara

22

positif, menyatakan perasaan negatif tentang dirinya ( putus asa, tidak berguna). Minor : Pernyataan negatif atas dirinya, mengekspresikan rasa mal/bersalah, penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa/situasi kesulitan membuat keputusan, mengesolasi diri. 2.2.6 Rentang Respon Rentang respon harga diri rendah berfluktuasi dari rentang adaptif sampai rentang maladaftif (Stuard dan Sundeent,1998) Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma. Respon adaptif Aktualisasi diri Konsep diri + Harga diri rendah Kekacauan Identitas respon maladaptif Depersonalisasi

a. Respon adaptif meliputi: Aktualisasi diri Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses. Konsep diri positif Klien mampu pengalaman yang positif perwujudan dirinya, dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai suatu norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat jika menyimpang merupakan respon maladaptif. b. Respon maladptif meliputi: Harga Diri Rendah Transisi antara adaptif dan maladptif sehingga individu cenderung berfikir kearah negatif. Kekacauan Identitas Kegagalan individu mengintegrasi aspek-aspek masa kanak-kanak dalam pematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa secara harmonis. 23

Depersionalisasi Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, dan tidak dapat membedakan dirinya dari orang lain sehingga tidak dapat mengenali dirinya sendiri 2.2.7 Proses Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com) menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya, hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri yaitu: 1) Memberikan kesempatan berhasil 2) Menanamkan gagasan 3) Mendorong aspirasi 4) Membantu membentuk koping 2.2.8 Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan konsep diri

Harga Diri Rendah

24

2.2.9

Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Keperawatan Keliat (1999) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu : 1) Memberi kesempatan untuk berhasil 2) Menanamkan gagaasan 3) Mendorong aspirasi 4) Membantu membentuk koping b. Penatalaksanaan Medis 1) Clorpromazine ( CPZ ) Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin. Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin. 2) Haloperidol ( HPL ) Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari. Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin. 3) Trihexyphenidyl ( THP ) Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan idiopatik. Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna. c. Terapi okupasi / rehabilitasi Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan ( Seraquel, 2004 ) d. Psikoterapi

25

Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2004 ) e. Terapi psikososial Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas. 2.3 Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah (HDR) 2.3.1 Pengkajian a. Identitas a) Klien Nama Umur Jenis kelamin Agama Status Suku banga Pekerjaan Pendidikan Alamat Tanggal masuk : : : : : : : : : :

Tanggal pengkajiaan : b) Penanggung Jawab Nama Umur Jenis kelamin Agama Status Suku banga : : : : : : 26

Pekerjaan Pendidikan Alamat

: : :

Hub. Dengan klien : b. Alasan Masuk Rumah Sakit c. Riwayat Penyakit 1. Keluhan Utama 2. Riwayat Penyakit Dahulu 3. Riwayat Penyakit Sekarang 4. Riwayat Penyakit Keluarga d. Pemeriksaan Fisik 1. Penampilam KU :

Kesadaran : TTV : TD : Nadi: suhu: RR : 2. Head to Toe a. Kepala b. Mata c. Hidung d. Mulut e. Telinga f. Leher g. Dada h. Payudara i. Abdomen j. Perineum k. Ekstremitas

27

e. Pola-Pola Fungsi Kesehatan 1. Tidur dan Istirahat 2. Personal Hygiene 3. Nutrisi dan Metabolisme 4. Eliminasi 5. Seksualitas f. Faktor Predisposisi 1. Riwayat gangguan jiwa dimasa lalu 2. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa 3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan g. Psikososial 1. Genogram 2. Konsep Diri a) Citra tubuh b) Identitas c) Peran d) Ideal Diri e) Harga diri 3. Hubungan Sosial a) Orang yang berarti: b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain 4. Spiritual a) Nilai dan Keyakinan b) Kegiatan Ibadah: h. Status Mental 1. Penampilan: 2. Pembicaraan: 3. Aktivitas motorik: 4. Alam perasaan: 28

5. Afek : 6. Interaksi selama wawancara: 7. Persepsi : 8. Proses berpikir: 9. Isi pikir: 10. Tingkat kesadaran: 11. Memori: 12. Tingkat konsentrasi dan berhitung 13. Kemampuan menilai 14. Daya tilik diri i. Kebutuhan Persiapan Pulang 1. Makan: 2. BAB/BAK: 3. Mandi: 4. Istirahat dan tidur: 5. Penggunaan Obat: 6. Pemeliharaan kesehatan: 7. Aktivitas di dalam rumah 8. Aktivitas di luar j. Mekanisme Koping k. Aspek Medik 2.3.2 Masalah keperawatan a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional. 2.3.3 Intervensi a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 29

Intervensi Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. Sapa klien dengan ramah. Perkenalkan diri dengan sopan. Tanyakan nama lengkap dan panggilan. Jelaskan tujuan pertemuan dan menepati janji. Tunjukkan sikap empati. 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Intervensi Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Hindari penilaian negatif terhadap klien . Utamakan memberikan pujian yang realistik. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. Intervensi Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat di gunakan selama sakit. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya Intervensi Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat di lakukan setipa hari sesuai kemampuan. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi. Memberi contoh cara pelaksanaan yang telah direncanakan 5. Klien melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. Intervensi Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. Beri pujian atas keberhasin klien.

30

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung ada. Intervensi Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah. Bantu keluarga dalam membri dukungan. Beritahu keluarga dalam menyiapkan lingkungan di rumah. b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka disfungsional. Tujuan umum : Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya. Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Intervensi Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya Sediakan waktu untuk mendengarkan klien Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri. 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Intervensi Klien dapat menilai kemampuan yang dapat diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Intervensi 31

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Intervensi Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Intervensi Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan Beri pujian atas keberhasilan klien Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Intervensi Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

BAB III PEMBAHASAN KASUS 3.1 Skenario Suatu hari Puskesmas X sedang melakukan pemeriksaan kesehatan keliling, ketika berkunjung disebuah rumah perawat menerima laporan dari Tn. P (25 tahun) yang 32

mengatakan bahwa ayahnya Tn. M (70 tahun) sering menyendiri dikamar, jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain dan tetangga disekitar rumah. Istri Tn. M yaitu Ny. R (65 tahun) mengatakan bahwa suaminya melakukan perilaku seperti itu sejak pension dari Perusahaan Otomotif sebagai kepala bidang atau manajer 6 bulan yang lalu. Setelah pension Tn. P hanya diam saja dirumah dan pendapatan keluarga bergantung dari Tn. P sebagai honorer dan Ny. R yang membuka warung. Dari hasil pengkajian perawat, ditemukan data: tensi: 130/90 mmHg, Nadi:80 x/menit, Suhu:350C, Respirasi: 18 x/menit, afek tumpul, bicara dengan nada tidak jelas, kontak mata kurang, sering menunduk. Klien mengatakan bahwa malu dengan istri dan anaknya karena tidak bisa memberi nafkah seperti dulu ketika masih bekerja sebagai menejer. Dan merasa hanya membebani keluarganya tanpa bisa melakukan apa-apa. Klien juga mempunyai riwayat Diabetes Melitus (DM) sehingga membutuhkan susu khusus penderita DM yang harganya mahal sehingga isteri dan anaknya yang harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhannya. Keluarga klien merasa bingung harus berbuat bagaimana dengan kondisi klien, bahkan Tn. P mengusulkan agar Tn. M dimasukkan saja ke panti jompo agar bisa mendapatkan perawatan lebih intensif. PERTANYAAN 1. Buatlah asuhan keperawatan lansia dengan menggunakan konsep-konsep dasar keperawatan gerontik dan sesuai dengan langkah-langkah proses keperawatan dari mulai pengkajian sampai evaluasi! 3.2 Jawaban Skenario A. Pengkajian 1) Identitas Klien Nama Umur Alamat Pendidikan Tanggal masuk ke panti Jenis kelamin Suku 33 : Tn. M : 70 tahun : : : -

: laki-laki : -

Agama Status perkawinan Tanggal pengkajian 2) Riwayat kesehatan

: menikah : 3 januari 2013

a. Riwayat kesehatan sekarang keluarga mengatakan klien menyendiri dikamar, jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain dan tetangga disekitar rumah b. Riwayat kesehatan dahulu Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus (DM). c. Riwayat kesehatan keluarga 3) Tinjauan sistem (jelaskan tentang kondisi system-system dibawah ini yang terhadap pada klien) : a. Keadaan umum : tingkat kesadaran: Penampilan:TTV: -TD: 130/90 mmHg RR: 18 x/menit Nadi:80x/menit Suhu: 350C

b. Sistem Kardiovaskuler: Frekuensi nadi 80 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg. c. Sistem Pernafasan Frekuensi nafas 18 x/menit. d. Sistem Integumen e. Sistem Perkemihan f. Sistem MuskuloSkeletal g. Sistem Endokrin h. Sistem Gastrointestinal i. Sistem Reproduksi j. Sistem Persarafan 34

k. Sistem Penglihatan l. Sistem Pendengaran m. Sistem Pengecapan 5. Pengkajian Psikososial & Spiritual a. Psikososial b. Identifikasi Masalah Emosional c. Pengkajian Fungsional Klien d. Pengkajian keseimbangan B. Diagnosa Keperawatan a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. Ditandai dengan: DS : keluarga mengatakan klien menyendiri dikamar, jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain dan tetangga disekitar rumah DO : b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak realistis. Ditandai dengan: DS: Klien mengatakan bahwa malu dengan istri dan anaknya karena tidak bisa memberi nafkah seperti dulu ketika masih bekerja sebagai menejer. Dan merasa hanya membebani keluarganya tanpa bisa melakukan apa-apa. DO: -

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi . Ditandai dengan: DS : . Keluarga klien merasa bingung harus berbuat bagaimana dengan kondisi klien, DO: C. NCP 35 -

a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. Ditandai dengan: DS : keluarga mengatakan klien menyendiri dikamar, jarang berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain dan tetangga disekitar rumah DO : Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Intervensi Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik. Sapa klien dengan ramah. Perkenalkan diri dengan sopan. Tanyakan nama lengkap dan panggilan. Jelaskan tujuan pertemuan dan menepati janji. Tunjukkan sikap empati. 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. Intervensi Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Hindari penilaian negatif terhadap klien . Utamakan memberikan pujian yang realistik. 3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. Intervensi Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat di gunakan selama sakit. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. 4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya Intervensi

36

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat di lakukan setipa hari sesuai kemampuan. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi. Memberi contoh cara pelaksanaan yang telah direncanakan 5. Klien melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. Intervensi Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. Beri pujian atas keberhasin klien. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah. 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung ada. Intervensi Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah. Bantu keluarga dalam membri dukungan. Beritahu keluarga dalam menyiapkan lingkungan di rumah. b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak realistis. Ditandai dengan: DS: Klien mengatakan bahwa malu dengan istri dan anaknya karena tidak bisa memberi nafkah seperti dulu ketika masih bekerja sebagai menejer. Dan merasa hanya membebani keluarganya tanpa bisa melakukan apa-apa. DO: -

Tujuan umum : Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya. Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Intervensi Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan) 37

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya Sediakan waktu untuk mendengarkan klien Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri. 2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Intervensi Klien dapat menilai kemampuan yang dapat diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki 3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. Intervensi Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah 4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki Intervensi Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan 5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan Intervensi Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan Beri pujian atas keberhasilan klien Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah 6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Intervensi Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien. 38

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga. c. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi. Ditandai dengan: DS : . Keluarga klien merasa bingung harus berbuat bagaimana dengan kondisi klien, DO: -

Tujuan : Kurang pengetahuan teratasi. Kriteria Hasil : Keluarga dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, Intervensi :

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya

D. Evaluasi Evaluasi setelah dilakukan intervensi pada klien lansia. a. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal b. Klien akan meningkat harga dirinya c. Pengetahuan keluarga bertambah.

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung

39

maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun kronis atau menahun. Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha

menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran 4.2 Saran DAFTAR PUSTAKA 1. Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc 2. Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta. Egc 3. Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta 4. Harrol, Kaplan. 1987. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya Medika 5. Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta. 6. Keliat, Budi Anna.(1999). Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. EGC: Jakarta 7. Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa. (2005). Modul Community Mental Health Nursing 8. NANDA International. (2008). Nursing Diagnoses: Definition and Classification .Philadelphia:USA.

40

You might also like