You are on page 1of 22

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa sektor perkebunan saat ini telah menempati peranan penting dalam perekonomian Negara baik ditingkat Nasional maupun Daerah. Meskipun dalam saat kondisi krisis ekonomi, perkebunan masih dapat bertahan dan berperan dalam menyelamatkan perekonomian Negara, selain itu perkebunan memiliki potensi besar dalam memberikan kesempatan kerja bagi anggota masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan usaha disektor perkebunan baik pembangunan kebun maupun pembangunan industri hasil perkebunan, menjadi salah satu fokus perhatian yang akan dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh Pemerintah Provinsi bersama Pemerintah Kabupaten / Kota se-Kalimantan Barat mengingat peranan dan kontribusi yang ada cukup signifikan untuk menopang laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat. Dengan berkembangnya pembangunan kebun maupun pembangunan industri perkebunan yang cukup pesat tersebut, disatu sisi dapat menghasilkan dampak positif dan disisi lainnya dapat pula memberikan dampak negatif. Dampak positif yang dimaksud adalah membuka kesempatan kerja yang cukup luas, meningkatkan pendapatan daerah dan memberikan efek bagi berkembang dan berputarnya roda perekonomian daerah. Adapun dampak negatifnya adalah terjadinya peningkatan pencemaran akibat industri yang tidak memperhatikan beberapa aspek penting antara lain; penghematan bahan baku dan energi, meminimalisir terjadinya pencemaran, penggunaan kembali bahan yang masih bisa dimanfaatkan, pemungutan kembali bahan yang masih dapat dimanfaatkan, pemungutan kembali bahan yang masih bernilai dari bahan buangan (Recovery), kurangnya kemampuan SDM baik dalam proses produksi, pengolahan limbah dan pengelolaan limbah. Akibat dari perkembangan industri yang kurang memperhatikan aspek-aspek tersebut diatas dan tidak jarang pula kita mendengar timbulnya berbagai kasus pencemaran yang terjadi di masyarakat atau di lingkungan sekitar pabrik, baik pencemaran udara, air sungai, air tanah dan sebagainya yang menimbulkan claim dari masyarakat. Untuk itu khasus pencemaran lingkungan tersebut harus segera
1

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

diatasi bersama dan menyeluruh, yaitu harus diketahui sumber-sumber pencemaran, bagaimana proses pencemaran itu terjadi dan bagaimana langkah upaya penyelesaian masalah pencemaran lingkungan itu sendiri. Untuk itu diperlukan upaya untuk mengurangi limbah tersebut dengan membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), Penangkap Debu (Dust Collector), Peredam Suara, dll. Untuk memastikan suatu kegiatan industri tidak mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan, diperlukan upaya pemantauan secara berkala dan terus menerus terhadap kualitas limbah.

1.2 TUJUAN Adapun tujuan dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah : Mengetahui pengolahan masing masing limbah yang dihasilkan oleh Industri Kelapa Sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa Mengidentifikasi komponen komponen kegiatan Industri Kelapa Sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa yang diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan Mengidentifikasi parameter uji (Sampling) dari pengolahan limbah di Industri Kelapa Sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa. Menyusun rencana dalam perbaikan kondisi lingkungan disekitar Industri Kelapa Sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa

1.3 PENENTUAN KERJA PRAKTEK Untuk penentuan lokasi Kerja Praktek diberikan kebebasan bagi mahasiswa untuk memilih tempat sebagai lokasi Kerja Praktek. Melihat kondisi perkebunan di Kalimantan Barat yang nyaris mengalami kepunahan akibat masyarakat tidak menjaga kekayaan alam Kalimantan yang berlimpah, penulis tertarik untuk mendalami permasalahan mengapa lingkungan semakin tercemar disaat ekonomi berkembang pesat. Dalam melakukan kerja praktek ini di perlukan waktu kerja praktek yaitu 2 bulan atau minimal 128 jam.

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

1.4 TAHAPAN ANALISA KERJA PRAKTEK Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini digunakan beberapa metode dalam pengumpulan data, adapun metode-metode tersebut adalah sebagai berikut : Studi literatur Studi literatur yaitu pengumpulan data-data literatur yang relevan untuk mendukung penulisan laporan kerja praktek. Literatur tersebut dapat bersumber dari pustaka maupun internet. Studi Dokumen Studi dokumen yaitu pengumpulan data-data dokumen pelaksanaan kegiatan pengawasan dari pihak-pihak yang terkait. Dokumen ini berisi identitas pemrakarsa, rencana usaha/kegiatan, dampak yang akan terjadi, program pengelolaan lingkungan hidup dan program pemantauan lingkungan hidup serta lampiran-lampiran yang terkait dengan kegiatan industri tersebut. Metode Observasi Metode observasi merupakan metode pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki (Marzuki, 2000). Pengertian observasi yang lebih sempit adalah mengamati (watching) dan mencatat kelengkapan laporan kegiatan untuk digunakan dalam analisis tanpa melakukan manipulasi. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian (Marzuki, 2000). Dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data dari observasi. Pertimbangan penulis menggunakan metode dokumentasi adalah karena dokumentasi merupakan sumber data yang stabil dan mudah didapatkan. Metode dokumentasi berfungsi untuk menunjukkan suatu fakta di lapangan. Metode Wawancara Metode wawancara merupakan metode tanya jawab yang dimaksudkan untuk melengkapi data dari observasi. Penulis melakukan kegiatan wawancara terhadap beberapa sumber yang berkaitan dengan proses pengawasan di lapangan. Adapun sumber-sumber tersebut adalah site manager pabrik dan tenaga kerja lapangan.

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

1.5.

PERUMUSAN MASALAH Seperti diketahui bahwa industri pabrik kelapa sawit akan memproduksi limbah dengan skala yang bcukup besar dan perperan dalam mencemari lingkungan sekitar perindustrian. Untuk itu, penulis mengadakan kerja praktek di bidang pengawasan dan pemantauan lingkungan indutri perkebunan kelapa sawit untuk mengetahui apakah Industri Kelapa Sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa sudah memenuhi persyaratan bangunan industri itu.

I.6

PEMBATASAN MASALAH Masalah yang akan di bahas dalam kerja praktek ini adalah pemantauan / monitoring kegiatan industri kelapa sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa apakah sudah baik atau perlu perbaikan dalam penanggulangan limbah baik limbah cair, padat dan gas.

1.7

SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN Adapun sitematika pembahasan yang akan digunakan dalam penyusunan laporan kerja praktek ini adalah sebagai berikut:

Bab I. PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan merupakan bab yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat serta metode penulisan laporan kerja praktek dan sistematika penulisan laporan kerja praktek. Bab II. GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab II Gambaran umum lokasi studi berisi kondisi wilayah baik dari aspek fisik dan kimia maupun aspek biologinya. Bab III. PEMBAHASAN Bab III Pembahasan berisi analisis terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul dalam teknis pelaksanaan kegiatan Industri dan memberikan solusi dari masalah-masalah yang ditimbulkan. Bab IV. PENUTUP Bab IV Penutup berisi hasil-hasil dari analisis berupa kesimpulan dan saran.
4

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

Perkebunan merupakan salah satu jenis usaha di indonesia yang menjadi bagian dari pembangunan perekonomian nasional. Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2004 tentang perkebunan, dijelaskan bahwa Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai ,mengolah dan memasarkan barang dan jasa tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat dgn demikian dapat dikatakan bahwa usaha perkebunan memiliki fungsi ekonimi, ekologi, maupun sosial budaya yang saling terkait satu sama lainnya. Perkebunan kepala sawit sebagai salah satu jenis usaha perkebunan di indonesia memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan akan ketiga fungsi tersebut. Luas lahan di Provinsi Kalimantan Barat yang potensial untuk pengembangan Pertanian Lahan Kering (PLK) seluas 6.097.913 Ha atau sekitar 41,54% luas total wilayah yaitu seluas 14.680.700 Ha. Kegiatan perkebunan kelapa sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa (PT. BPK) dikukuhkan oleh Surat Keputusan Bupati Kubu Raya nomor 317/BA/VII/1997, tentang izin lokasi untuk keperluan pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan luas 13.605 Ha dan telah memenuhi persyaratan Analisis Dampak Lingkungan dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi (BLHD) dengan nomor dokumen 660.1/14.b/TAMBEN.LH-D/7.3.05. Secara geografis lokasi perkebunan terletak diantara 000118 Lintang Selatan dan 1092529,5 Bujur Timur. Pencapaian ke lokasi perkebunan dari kota Pontianak dapat ditempuh melalui perjalanan darat dengan kondisi jalanan aspal, namun beberapa kilometer menuju lokasi perkebunan jalan masih berupa tanah merah yang relatif berlubang. Perjalanan ditempuh kurang lebih 2 jam dengan jarak tempuh 120 km/jam, menggunakan kendaraan beroda empat.

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 2.1 : Plank perkebunan kelapa sawit PT. BPK

Gambar 2.2 : Akses jalan menuju pabrik. Terlihat di sisi kanan kiri terdapat hamparan pohon kelapa sawit

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

Gambar 2.3 : Denah Lokasi PKS PT. BPK

2.1.

Aspek Fisik dan Kimia Lingkungan dengan tinjauan aspek fisik dan kimia merupakan salah satu komponen lingkungan hidup yang terkena dampak dari kegiatan perkebunan kelapa sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa. Beberapa komponen lingkungan yang terkena dampak adalah seperti iklim, kualitas udara dan hidrologi.

2.1.1

Iklim Iklim di kota Pontianak berpengaruh dari letaknya kota Khatulistiwa yaitu 00224 Lintang Utara sampai dengan 00537 Lintang Selatan dan 1091625 Bujur Timur sampai dengan 1092301 Bujur Timur. Berdasarkan data curah hujan (lampiran) diketahui bahwa terdapat beberapa bulan kering dimana rata rata curah dan hari hujan pada bulan bulan tersebut sangat kurang. Pada bulan bulan kering di Kalimantan Barat umumnya dan Kota Pontianak khususnya terjadi peningkatan asap dan debu.

2.1.2

Kualitas Udara Kebakaran lahan di areal perkebunan dan sekitarnya dapat menimbulkan kebakaran di areal tanaman dan sangat berpengaruh terhadap kualitas udara sekitar industri perkebunan. Dampak tersebut dapat timbul secara tidak langsung dari kegiatan bercocok tanam penduduk yang bermukim pada enclave perkebunan
7

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

kelapa sawit. Kecerobohan manusia juga dapat merupakan sumber dampak kebakaran lahan dan kebun, misalnya dengan membuang puntung rokok pada lahan bervegetasi yang rentan terhadap api, terutama pada musim-musim kemarau.

2.1.3

Kualitas Air Kegiatan yang merupakan sumber dampak terhadap kualitas air sungai ialah aliran air hasil pengolahan akhir (kolam outlet) pada pengolahan air limbah, perawatan kebun dan fasilitas pendukungnya. Perawatan kebun dan fasilitas pendukungnya meliputi pengendalian gulma dan pemupukan, perbaikan jalan kebun dan normalisasi saluran drainase. Dampak yang ditimbulkan atau jenis dampak yang timbul ialah meningkatnya kadar zat di dalam air sungai karena adanya masukan materi surface run off ke dalam air permukaan. Untuk kajian kualitas air, maka dilakukan pengambilan sampel kualitas air (Sampling) pada titik yang diperkirakan terkena dampak yaitu kolam inlet dan kolam outlet pengelolaan limbah cair PT. Bumi Pratama Khatulistiwa sebelum dibuang ke saluran drainase Sungai Andong (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 Tentang Buku Mutu Limbah Cair untuk Industri Perkebunan Kelapa Sawit). Adapun hasil lengkap analisis kualitas air dapat dilihat pada tabel berikut :

Parameter Buangan Limbah Cair PT. Bumi Pratama Khatulistiwa Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Minyak Sawit Kep. 51/MENLH/10/1995 Lampiran B.IV 100 350 250 25 50 6,0 - 9,0 Hasil Uji Inlet 27.720 44.666 18.700 50,0 61,1 3,89 Outlet 197 753 93,0 3,89 79,6 8,06

No. 1 2 3 4 5 6

Parameter Uji BOD COD TSS Minyak Lemak Nitrogen Total *) pH

Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L -

Catatan : *) Belum terakreditasi KAN - Nitrogen total adalah jumlah N Organik + Amonia total + NO3 + NO2

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

a) Parameter Fisika Parameter fisika yang dianalisis meliputi residu tersuspensi ( Total Suspended solid ), Residu Terlarut ( Total Disolved Solid )/ TDS dan suhu/temperatur. Residu Tersuspensi (Total Suspended Solid )/ TSS Dari hasil Sampling didapat Total Suspended Solid ( TSS ) pada kolam inlet PT. Bumi Pratama Khatulistiwa sangat besar dan jauh dari standar baku mutu limbah cair, yaitu sebesar 18.700 mg/l. Sedangkan pada kolam outlet, hanya dapat diturunkan sampai sebesar 93,0 mg/l, angka ini masih diatas standar baku mutu limbah cair, maka perlu penanganan dan pengawasan yang lebih baik agar kadar Total Suspended Solid ( TSS ) yang dikeluarkan sesuai dengan standar baku mutu dan tidak turut mencemari kualitas air sungai yang mengalir di areal industri. Residu Terlarut ( Total Disolved Solid )/ TDS Pengukuran TDS di lokasi pengamatan pada saluran air buangan cair tidak dilakukan karena berdasarkan Kepmen LH No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Industri Kelapa Sawit, residu terlarut tidak termasuk parameter yang harus diukur.

b) Parameter Kimia Berdasarkan hasil analisis laboratorium terhadap parameter parameter kimia menunjukkan bahwa kondisi rona awalkualitas air bersih di lokasi pengamatan pada umumnya masih berada di bawah kadar maksimum baku mutu yang dierbolehkan. Hal ini disebabkan oleh kondisi air tersebut bersal dari PDAM. Parameter kimia BOD dan COD yang terukur berada jauh dibawah batas maksimum baku mutu lingkungan berdasarkan Kepmen LH No.52 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Industri Kelapa Sawit.

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

Biochemical Oxygen Demand (BOD ) Oksigen yang terlarut ( DO ) dimanfaatkan oleh zat renik (mikroorganisme) untuk proses penguraian bahan organik (BOD). Tingginya BOD menggambarkan bahwa di perairan tersebut mengandung bahan organik tinggi, sebaliknya nilai BOD yang rendah belum tentu menunjukkan bahwa kandungan bahan organiknya rendah, karena tidak semua bahan organik dapat terdekomposisi secara biologis. Hasil pengukuran konsentrasi BOD pada kolam inlet lokasi tersebut sangat tinggi dan jauh dari standar baku mutu limbah cair yaitu sebesar 27.720 mg/l dan pada kolam outlet sebesar 197 mg/l, kondisi ini mengindikasikan bahwa pada saluran limbah cair PT. Bumi Pratama Khatulistiwa mengandung bahan organik relatif tinggi yang berada di atas baku mutu berdasarkan Kepmen LH No.51 Tahun 1995 yaitu 100 mg/l. Chemical Oxygen Demand (COD) COD menggambarkan juumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara lengkap. Jadi, nilai COD meningkat dengan meningkatnya konsentrasi bahan organik. BOD meningkat dengan meningkatnya COD, dan COD bisa digunakan untuk menduga BOD. Nilai COD yang terukur pada kolam inlet sebesar 44.666 mg/l dan outlet sebesar 753 mg/l, kondisi ini menggambarkan tingginya kandungan bahan organik pada saluran limbah domestik perkebunan kelapa sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa baku mutu lingkungan berdasarkan Kepmen LH No.51 tahun 1995 yaitu 350 mg/l.

2.2.

Aspek Biologi Komponen lingkungan biotik di lokasi perkebunan kelapa sawit meliputi parameter struktur dan komposisi flora vegetasi, struktur dan komposisi fauna tarrestrial, struktur dan komposisi hewan akuatik sebagai indikator kualitas parit atau saluran air.

10

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

2.2.1

Struktur dan Komposisi Flora/Vegetasi Dampak terhadap keanekaragaman jenis flora yang berlangsung sejak dilakukan kegiatan pembukaan lahan untuk areal kebun kelapa sawit. Areal lokasi sebelum pembangunan industri kelapa sawit sebagian besar merupakan hutan rawa sekunder. Disebelah barat perkebunan sawit tata lahan terdiri dari hutan rawa sekunder, semak belukar dan pertanian lahan kering. Dari hasil survey flora diareal tersebut diperoleh jumlah jenis tumbuhan sebagai berikut : Vegetasi pada buffer zone sebanyak 51 jenis pohon Vegetasi semak sebanyak 36 jenis pohon Vegetasi pada lahan bekas perladangan penduduk tercatat 20 jenis pohon Dari hasil pengamatan flora pada saat sebelum pembangunan perkebunan diperoleh 18 jenis pohon pada vegetasi alam seperti tertera pada lampiran 8 (Dokumen Andal perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa).

2.2.2

Struktur dan Komposisi Fauna Terrestrial Struktur dan komposisi fauna terrestrial di lokasi perkebunan jenis fauna yang tercatat pada saat survey adalah sebagai berikut : Areal Buffer zone Vegetasi semak : 77 jenis : 45 jenis

Bekas perladangan penduduk : 20 jenis

Pada saat sebelum kegiatan pembangunan perkebunan kelapa sawit atau kondisi rona lingkungan awal seperti yang diperlukan dalam dokumen ANDAL, tahun 2007 bahwa jenis fauna diwilayah studi sebanyak 77 jenis yang meliputi aves, mamalia dan reptilian.

11

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

2.2.3

Struktur dan Komposisi Hewan Akuatik Areal perkebunan dilewati badan parit dari Sungai Andong yang bermuara di sungai Kapuas. Seperti diketahuai bahwa, badan parit penerima tersebut bermuara di Sungai kapuas Kecil dan masih dipengaruhi oleh aktivitas pasang surut dari Sungai Kapuas. Kualitas air secara biologi dapat diketahui dari komposisi plankton yang ada di kedua parit tersebut. Kualitas dan kuantitas plankton yang di temukan dapat dipergunakan untuk menduga kualitas parit secara biologi.

2.3.

Aspek Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kesehatan Segenap aktifitas perekonomian yang berlangsung di sekitar perkebunan secara tidak langsung memberikan dampak terhadap sub komponen lingkungan sosial, seperti kependudukan, hubungan interaksi sosial, potensi konflik dalam lingkungan persoalan lalu lintas.

2.3.1

Kependudukan Industri perkebunan kelapa sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa berlokasi di daerah Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Menurut data statistik BPS Tahun 2010 penduduk Kabupaten Kubu Raya bekisar antara 501.599 jiwa. Diterimanya beberapa karyawan yang berasal dari penduduk setempat untuk kegiatan perkebunan merupakan dampak positif penting. Dampak penting yang dikelola yaitu peningkatan pendapatan sebagian keluarga masyarakat dan peningkatan perekonomian setempat terutama disektor informal dan jasa-jasa. Sumber dampak langsung kegiatan perkebunan adalah peningkatan sebagian pendapatan secara tetap dan multiplier effect bangkitan kegiatan transaksi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja operasional perkebunan. Dengan adanya pabrik sawit tersebut lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat didapat dengan mudah. Selain itu, hal ini juga menguntungkan bagi pengelola pabrik karena selain mendapatkan karyawan dengan mudah, pengelola perkebunan juga dapat diamatkan kepada penduduk setempat agar bisa bersamasama menjaga perkebuan.
12

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

2.3.2

Kegiatan di sekitar Lokasi Perkebunan Kegiatan masyarakat setempat ialah perladangan (sawah padi) dan budidaya tanaman holtikulktura semusim dan tahunan. Jenis tanaman yang dibudidayakan antara lain jagung, ubi kayu, pisang dan padi. Dengan memanfaatkan lahan yang kosong, maka hasil budidaya tanaman akan dapat mendukung perekonomian masyarakat setempat. Vegetasi budidaya tersebut menimbulkan efek terkendalinya iklim mikro. Aktifitas pabrik lain disebelah barat terdapat industri besi bekas. Kegiatan tersebut akan bersinergi dengan aktifitas perkebunan kelapa sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa. Dampak sinergisme yang muncul antara lain, perubahan iklim mikro karena kegiatan pembersihan dan pematangan lahan, terjadi erosi tanah terutama pada kawasan miring dan perubahan kualitas air sungai terdekat, penurunan kualitas udara ambien karena peningkatan kadar debu.

2.3.2

Tingkat Kesehatan dan Sanitasi Lingkungan Kegiatan penghuni di basecamp perumahan staf, kantor estate, dan bengkel yang menghasilkan limbah cair dan padat atau sampah. Bila tidak dikelola dengan baik limbah tersebut menimbulkan dampak terhadap nilai estetika ruang, sanitasi, lingkungan serta kualitas air tanah dan permukaan. Komponen kesehatan masyarakat seperti munculnya penyakit malaria, penyakit akibat kerja dan tingginya wabah diare. Tetapi wabah ini biasanya muncul pada saat-saat musim kemarau.

13

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

BAB III PEMBAHASAN 3.1. 3.1.1 Pengawasan Terhadap Dampak Penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan Kebakaran lahan di areal perkebunan dan sekitarnya dapat menimbulkan kebakaran di areal tanaman. Dampak tersebut dapat timbul secara tidak langsung dari kegiatan bercocok tanam penduduk yang bermukim pada enclave perkebunan kelapa sawit. Kecerobohan manusia juga dapat merupakan sumber dampak kebakaran lahan dan kebun misalnya dengan membuang puntung rokok pada lahan bervegetasi yang rentan terhadap api, terutama pada musim kemarau. Dampak kualitas udara yang paling berpengaruh adalah asap proses produksi CPO dari pabrik. Asap tersebut mengandung SO2, CO, O3 dan NO3 yang dapat menyebabkan tipisnya lapisan ozon bumi. 3.1.2 Kualitas Air Kondisi rona awal dampak kualitas air ditentukan dengan pengamatan dan pengambilan contoh air pada kolam inlet dan outlet (sampling) di lokasi industri kelapa sawit untuk mewakili kualitas limbah cair pada 9 kolam yang terdapat pada instalasi pengolahan air limbah industri kelapa sawit ini. Skala kualitasnya ditentukan oleh sifat fisik dan kimia air. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan melalui Balai Riset dan Standarisasi Industri Pontianak (BARISTAND) Jl. Budi Utomo No. 41 Pontianak KALBAR, didapat hasil untuk rona awal untuk kualitas air, parameter fisika dan kimia yang terukur pada kolam inlet menunjukkan angka yang berada diatas ambang baku mutu lingkungan, sehingga hasil tersebut dapat dikategorikan buruk. Sedangkan hasil sampling untuk parameter pada kolam outlet sudah mendekati standar baku mutu limbah cair untuk Industri Kelapa Sawit Kep.

51/MENLH/10/1995 (terlampir).

14

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

Kegiatan atau hal yang diprakirakan akan menimbulkan dampak besar dan penting dalam pengontrolan kualitas air limbah terutama pada efluen yang dikeluarkan melalui kolam outlet. 3.1.3 Persepsi dan Sikap Masyarakat Timbulnya keresahan sosial, perubahan presepsi/tata nilai masyarakat dapat disebabkan dampak kegiatan operasional, pekerja pendatang dan dampak dari perubahan kualitas sumber daya alam misalnya sumber air, kenyamanan lingkungan serta keamanan wilayah Industri Kelapa Sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa. Namun, dari hasil survey melalui wawancara langsung dengan masyarakat di sekitar wilayah studi, diketahui bahwa sebagian besar masyarakat menyetujui dan tidak keberatan dengan keberadaan Industri Kelapa Sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa di sekitar mereka dan hanya sebagian kecil saja yang ragu khususnya mengenai adanya kegiatan prostitusi. Selain itu, diterimanya masyarakat sekitar menjadi pekerja pada PT. BPK dan pesatnya laju pembangunan mobilisasi jalan disekitar industri juga menjadi dampak penting mengenai prespsi masyarakat terhadap industri kelapa sawit yang dibangun sejak tahun 1997 tersebut. Oleh karena itu pemantauan dengan kategori persepsi dan sikap masyarakat dapat dikatakan baik. 3.1.4 Penurunan Tingkat Kesehatan Masyarakat Komponen kesehatan masyarakat seperti munculnya penyakit malaria, penyakit akibat kerja dan tingginya wabah diare. Dampak kesehatan masyarakat disekitar industri diperkirakan bersumber dari kualitas air yang tidak baik karena pengaruh kegiatan di wilayah tampungannya dan saluran drainase yang kurang baik serta tidak mendukungnya kualitas air bersih dari PDAM untuk wilayah Sungai Ambawang. 3.1.5 Estetika Lingkungan Diareal kebun terdapat sarana jalan yang pada umumnya disesuaikan dengan arah saluran drainase. Dengan adanya jalan tersebut maka akses akan lebih mudah dan mobilisasi lebih terjangkau.
15

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

3.2

Sumber Limbah a. Limbah Cair Limbah cair yang dihasilkan berasal dari proses produksi minyak Crude Palm Oil (CPO). Pada proses produksi tahap sterilsasi (15% jumlah limbah cair) dan penjernian (75% jumlah limbah cair) adalah sumber utama air limbah. Pensterilan tandan buah menghasilkan kondensat kukus dan air cuci. Air cuci juga dihasilkan oleh pemerasan minyak, pemisahan biji atau serat dan tahap pencucian daging-dalam. Air panas dipakai untuk mencuci ayakan getar sebelum tangki penjernih minyak. Air yang dipisahkan dari minyak dan dari Lumpur tangki penjernih merupakan sumber utama minyak, padatan tersuspensi dan bahan organik lain. Kondensat kukus berasal dari pensterilan, pengringan minyak, pemisahan biji dan pengeringan daging-dalam. Limbah cair hasil akhir proses produksi langsung dialirkan dalam kolam aerasi untuk selanjutnya dilakukan pengolahan limbah.

b. Limbah Padat Limbah padat berasal dari sisa proses produksi yaitu tandan kosong, cangkang dan pelepah. Sedangkan limbah padat lain berasal dari pemeliharaan alat, serta aktifitas operasional pabrik.

c. Limbah Gas Limbah gas beasal dari mesin pengolah dan material handling, seperti boiller, tresser, digester, blower, electric motor,dsb akan menghasilkan opasiti. Opasiti ini merupakan asap hasil pembakaran. Asap tersebut mengandung SO2, CO, NO2, O3, Hidrocarbon, debu, timah kering, dan timbal yang tinggi. Semakin sedikit asap, maka semakin baik pembakarannya. Monitoring kualitas ambient dilakukan untuk mengetahui tingkat kandungan.

16

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

3.3

Bentuk Pengendalian Limbah a. Limbah Cair Secara konvensional pengolahan limbah di pabrik kelapa sawit PT. BPK dilakukan secara biologis dengan menggunakan sistem kolam, yaitu limbah cair diproses di dalam satu kolam anaerobik dan aerobik dengan memanfaatkan mikroba sebagai pe-rombak BOD dan menetralisir ke-asaman cairan limbah. Hal ini di-lakukan karena pengolahan limbah dengan menggunakan teknik tersebut cukup sederhana dan dianggap murah. Namun demikian lahan yang diperlu-kan untuk pengolahan limbah sangat luas, yaitu sekitar 7 ha untuk PT. BPK yang mempunyai kapasitas 30 ton TBS/jam. Kebutuhan lahan yang cukup luas pada teknik pengolahan limbah dengan menggunakan sistem kolam dapat mengurangi ketersediaan lahan untuk kebun kelapa sawit. Waktu retensi yang diperlukan untuk me-rombak bahan organik yang terdapat dalam limbah cair ialah 120 140 hari. Efisiensi perombakan limbah cair PT. BPK dengan sistem kolam hanya sebesar 60 70 %. Disamping itu pengolahan limbah PT. BPK dengan menggunakan sistem kolam sering mengalami pen-dangkalan sehingga masa retensi men-jadi lebih singkat dan baku mutu limbah tidak dapat tercapai.

Gambar 3.1 : Sampling limbah di kolam 9 / efluen

17

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

7 9 8

3 2 1 PABRIK

4 KELAPA SAWIT

BADAN AIR

Skema Instalasi Pengolahan Air Limbah PKS PT. BPK Ket : 1. Kolam Fat Pit Pond Pada tahap ini merupakan awal proses perngolahan air limbah kelapa sawit yaitu sebagai tempat pengutipan sisa minyak (oil Losse) yang terikat dalam limbah cair dan dikembalikan dalam proses pengolahan, sehingga kadar minyak dalam air dapat berkurang. Dalam hal ini minyak yang masih terikat dalam air limbah dalam jumlah yang cukup tinggi akan dapat mengganggu aktivitas mikroorganisme merombak bahan organik, disamping itu dengan adanya minyak akan membentuk lapisan film pada permukaan air, dapat menghambat penetras cahaya kedalam air sehingga dapat mengganggu fotosintesa dan algae. Waktu tinggal dalam kolam ini 2 (dua) hari, selanjutnya dialirkan ke Cooling Pond

2.

Cooling Pond Kolam ini terdiri dari dua unit dengan kedalaman 2 meter. Diperkirakan di

kolam pendingin ini suhu limbah dapat diturunkan dari 60 85 oC menjadi 40 50 oC dengan volume kolam masing-masing 60 m3 (2m x 5m x 6m) waktu tinggal 5 hari. Kolam ini selain berfungsi untuk mendinginkan limbah juga berfungsi untuk pengutipan minyak yang masih lolos dari Fat Pit.
18

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

3. 4. Neutralization Pond. Kolam ini berfungsi untuk menetralkan pH menjadi 6,5 dengan menambahkan kapur (CaCO3), waktu tinggal 23 hari. Kolam Anaerobic 4. Primary An-aerobic 5. Seco-ndary An-aerobic Terdiri dari dua kolam (primary dan secondari), waktu tinggal masing-masing kolam 43 hari. Bahan organic yang telah dipecah menjadi asam lemak, yang lebih sederhana menghasilkan gas CH4 dan H2O. Diperkirakan setelah air limbah mengalami proses dalam kolam aerobic kadar zat Pencemar. Kolam Aerobik 6. Primary Aerobic 7. Secondary Aerobic Dari kolam Anaerobic limbah dialirkan ke kolam aerobic. Di dalam kolam ini terjadi proses aerasi dengan oksigen berasal dari udara bebas. Kedalaman kolam dibuat >2 m agar sinar matahari dapat tembus sampai dasar kolam, sehingga dapat memberikan kesempatan pada fitoplankton dan algae untuk melakukan fotosintesa yang menghasilkan oksigen. Waktu tinggal di masing-masing kolam 43 hari. Disamping itu juga dilakukan tambahan aerasi dengan menggunakan air terjun, sehingga air dapat mengikat oksigen lebih banyak dari udara, dengan demikian proses bakteri aerobik dalam pnguraian bahan organik akan semakin aktif dengan bertambahnya oksigen terlarut.

Gambar 3.2 : Air terjun buatan / waterfall aerator

19

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

8. Kolom fakultatif Dari kolam Aerobic kemudian dialirkan ke kolam fakultatif. Air limbah dibiarkan beberapa lama 43 hari untuk memberikan kesempatan bakteri aerobic mencerna limbah menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Pada kolom fakultatif, bakteri dapat hidup dan berkembang baik dalam suasana anaerobik maupun aerobik, apabila tersedia oksigen akan memperoleh energi dan merombak bahan organik, tetapi bila tanpa oksigen akan memperoleh energi dari merombak bahan organik, tetapi bila tanpa ada oksigen akan memperoleh energi dengan menggunakan senyawa pengoksidasi seperti, sulfat dan nitrat, sehingga air limbah industri kelapa sawit sebelum terkontaminasi dengan badan sungai, sudah mengalami penurunan parameter-parameter limbah sehingga mengurangi

pencemaran terhadap sungai.

b. Limbah Padat Limbah tandan kosong, cangkang dan pelepah diolah dengan mendaur ulang menjadi pupuk tanaman yang disebar di lahan pohon kelapa sawit itu sendiri. Sedangkan limbah dari pemeliharaan alat dan operasional pabrik dikumpulkan kemudian dibuang ke TPS setiap sore hari kerja setelah proses produksi berlangsung.

c. Limbah Gas Industri kelapa sawit PT. BPK yang telah berdiri sejak tahun 2004 ini belum pernah mengadakan pengecekan kualitas udara ambient yang keluar dari cerobong asap mesin pengolahan. Padahal, hal tersebut penting dilakukan agar dapat diketahui kandungan opasiti yang dikeluarkan dari proses filtrasi yang terdapat didalam cerobong untuk mencegah tercemarnya kualitas udara.

20

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

3.4

Pengaruh Pengolahan Limbah Terhadap Badan Air Limbah hasil pengolahan belum dapat memenuhi standar baku mutu limbah cair, hal ini sangat berpengaruh pada kualitas air daerah tersebut, bahkan nantinya ikut pencemari kualitas air sungai kapuas. Pihak pengelola industri kelapa sawit PT. BPK diwajibkan melaporkan hasil Sampling setiap sebulan sekali kepada Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Perkebunan Prov. KALBAR agar air limbah akhir dari proses pengolahan yang keluar dari efluen sesuai dengan standar baku mutu limbah cair menurut Kep. 51/MENLH/10/1995. Selain itu, pihak pemerintah juga selalu mengadakan monitoring yang dilakukan satu kali dalam satu tahun. Apabila kualitas air hasil pengolahan belum sesuai dengan standar baku mutu limbah cair, maka perlu diadakan pengolahan kembali. Dan apabila terbukti pihak pengelola tidak memonitoring limbah pabrik mereka dengan baik maka pemerintah wajib melakukan pencabutan perizinan usaha tersebut.

21

Laporan Kerja Praktek Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat

BAB IV PENUTUP

4.1.

Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Kerja Praktek adalah sebagai berikut : 1. Perkebunan kelapa sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa terletak di Kec. Sui. Ambawang, memiliki luas areal 13.605 Ha dan kapasitas mesin olahan 30 ton/jam. 2. Limbah yang dihasilkan berupa, limbah padat,cair dan gas. Dengan kadar kandungan BOD dan COD yang belum memenuhi standar baku mutu limbah cair. 3. Limbah cair diolah dengan proses biologis, menggunakan kolam aerobik dan anaerobik.

4.2.

Saran Kegiatan Kerja Praktek ini dapat diberikan saran yang dapat diberikan untuk pihak yang terkait adalah sebagai berikut : 1. Kepada pihak pengelola industri kelapa sawit PT. Bumi Pratama Khatulistiwa untuk memperbaiki sistem pengolahan limbah agar limbah hasil pengolahan sesuai dengan standar baku mutu limbah cair. 2. Apabila pengolahan yang sudah diterapkan saat ini tidak mampu untuk menurunkan kadar pencemar, maka sebaiknya pihak pengelola mencoba untuk menggunakan proses pengolahan yang lain, seperti menggunakan teknologi membran. 3. Kepada pihak pengelola untuk mengupayakan prosgram zero emission. 4. Pihak pengelola untuk selalu melaporkan kadar limbah yang dihasilkan kepada pemerintah agar bersama-sama turut menjaga kualitas lingkungan seiring dengan meningkatkan ekonomi masyarakat dan pendapatan daerah.

22

You might also like