You are on page 1of 23

1

ETIKA AKUNTAN MAKALAH


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi dengan dosen pengampu Agus Widarsono, SE, M.Si, Ak (2646)

Oleh Audri Utaminingsih Cantika Putri Hadiyanti Elsa Syefira Qhoirunnisa N. Siti Dwi Mawarni Sri Dewi Saraswati (1001833) (1005998) (1003039) (1001495) (1005479)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah dengan judul Etika Akuntan dengan Pendekatan Positive Value Responsibility, merupakan makalah yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Kami, selaku penyusun makalah, ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Pihak-pihak tersebut diantaranya: 1. Bapak Drs. H. Tb. Aman F. Ak., MM., CPA dan Bapak Agus Widarsono, S.E.,M.Si.Ak, selaku dosen pegampu mata kuliah Etika Bisnis dan Profes, atas kesempatan dan saran yang diberikan untuk penyusunan makalah ini. 2. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan baik secara materil maupun immateril dalam penyusunan makalah ini. 3. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungannya. Dengan segala kerendahan hati, kami pun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Saran dan kritik yang membangun akan sangat membantu kami untuk menyusun makalah dengan lebih baik lagi di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan serta memberi pandangan lain terhadap etika akuntan bagi pembaca sekalian.

Bandung, Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 2 1.4 Metode Penulisan ...................................................................................................... 3 1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................... 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Etika Akuntan ......................................................................................... 5 2.2 Kode Etik IAI ............................................................................................................ 6 2.3 Peranan Etika dalam Profesi Akuntansi .................................................................... 6 2.4 Prinsip Etika Akuntan .............................................................................................. 7 2.5 Aturan Etika .............................................................................................................. 11 2.6 Tujuan Profesi Akuntansi dan Cara Pencapaian Tujuannya ..................................... 14 2.7 Dampak Positif Pelaksanaan Kode Etik .................................................................... 14 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Ulasan Kasus Pelanggaran Kode Etik Akuntan Publik............................................. 16 3.2 Analisis Kasus Etika Akuntan ................................................................................... 17 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 18 4.2 Saran. ..................................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan, dunia sedang diguncang dengan berbagai bencana alam, seperti ketimpangan pada bidang politik yang tidak lagi demokratis, nilai-nilai sosial budaya yang kian luntur, dan krisis ekonomi dunia. Hal ini terjadi bukan hanya disebabkan oleh golongan tertentu saja, tetapi juga pada masing-masing pribadi. Penyebab utama hal tersebut adalah etika. Seringkali kita merasa etika hanya sebagian kecil dari penyebab terjadinya hal-hal di atas, padahal etika merupakan pondasi awal yang dapat mengakibatkan runtuhnya sistem peraturan pada pribadi seseorang jika tidak dikelola dengan baik. Seiring dengan perkembangan dunia globalisasi dan kompetisi, setiap profesi dituntut untuk dapat bekerja secara profesioanal pada bidangnya, Para profesional dituntut bukan hanya bersikap profesional dalam kaidahkaidah aturan profesi saja, tetapi profesional juga dalam menyatakan kebenaran pada saat masyarakat akan dirugikan atau ada tindakan-tindakan perusahaan yang tidak sesuai dengan hukum yang berlaku. (IFAC). Banyak terdapat kasus pelanggaran etika akuntan yang terjadi. Contohnya adalah kasus sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit sehingga menyesatkan masyarakat dalam pelaporannya, kasus Mulyana W. Kusuma tahun 2004, yang menjabat sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistik pemilu, kasus KPMG-Siddharta dan Harsono yang telah terbukti menyuap aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75 ribu, mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin yang terjerat tujuh kasus di beberapa kementerian, dan yang terakhir, yang akan menjadi bahasan kasus kami yaitu kasus seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan

Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet. Maraknya kasus-kasus penyelewengan pada etika akuntan seperti pelanggaran responsibility, transparansi dan manipulasi, penyuapan, dan lainlain, seperti sudah menjadi berita negatif bagi pencitraan keprofesian akuntan. Maka, berangkat dari permasalahan yang ada, kami mencoba memaparkan kode etik akuntan yang seharusnya dilaksanakan demi menjaga koridorkoridor keprofesian akuntan.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, timbullah beberapa pertanyaan yaitu: 1. Apa pengertian etika dan akuntan, pengertian etika/kode etik akuntan? 2. Bagaimana kode etik akuntan menurut IAI? 3. Bagaimana peranan etika dalam profesi akuntansi? 4. Apa saja prinsip etika profesi akuntansi? 5. Aturan etika apa saja yang diperlukan akuntan? 6. Apa tujuan profesi akuntansi dan bagaimana cara pencapaian tujuan tersebut? 7. Bagaimana dampak positif pelaksanaan etika akuntan? 8. Bagaimana keterkaitan kasus pelanggaran dengan aturan etika?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian etika/kode etik akuntan. 2. Mengetahui kode etik akuntan menurut IAI. 3. Mengetahui peranan etika dalam profesi akuntansi. 4. Mengetahui prinsip etika profesi akuntansi. 5. Mengetahui aturan etika apa saja yang diperlukan akuntan. 6. Mengetahui tujuan keprofesian akuntan dan cara pencapaian tujuan tersebut dengan etika yang baik. 7. Mengetahui dampak positif pelaksanaan etika akuntan dengan benar.

8. Mengetahui keterkaitan kasus pelanggaran etika akuntan dengan aturan etika.

1.4 Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi literatur yaitu metode dengan cara membaca referensi dari buku dan browsing di internet.

1.5 Sistematika Penulisan KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Metode Penulisan 1.5 Sistematika Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Etika Akuntan 2.2 Kode Etik Akuntan menurut IAI 2.3 Peranan Etika dalam Profesi Akuntansi 2.4 Prinsip Etika Akuntan 2.5 Aturan Etika 2.6 Tujuan Profesi Akuntansi dan Cara Pencapaian Tujuannya 2.7 Dampak Positif Pelaksanaan Kode Etik BAB III PEMBAHASAN 3.1 Ulasan Kasus Pelanggaran Kode Etik Akuntan Publik 3.2 Analisis Kasus terhadap Etika Akuntan

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Etika Akuntan Kata etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu ethikos, berarti timbul dari kebiasaan, maksudnya adalah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia, sebagai manusia, harus hidup baik, dan (b) masalah-masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan pada nilai dan norma-norma moral yang umum diterima. Akuntan adalah sebutan dan gelar gelar profesional yang diberikan kepada seorang sarjana yang telah menempuh pendidikan di fakultas ekonomi jurusan akuntansi pada suatu universitas atau perguruan tinggi dan telah lulus Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Ketentuan mengenai praktik akuntan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant) yang mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah terdaftar pada Departemen Keuangan Republik Indonesia. Kode etik adalah sistem norma, nilai, dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia adalah aturan perilaku dan etika akuntan dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya. Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf

profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada suatu Kantor Akuntan Publik (KAP).

2.2 Kode Etik Akuntan menurut IAI Kode etik seorang akuntan menurut IAI meliputi: 2.2.1. Prinsip Etika Akuntan. Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip etika disahkan oleh kongres dan berlaku bagi seluruh anggota. 2.2.2 Aturan Etika Akuntan. Aturan etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota himpunan yang bersangkutan. 2.2.3 Interpretasi Aturan Etika Akuntan. Interpretasi aturan etika akuntan merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihakpihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tinggi, mencapai tingkat kinerja yang tinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.

2.3 Peranan Etika dalam Profesi Akuntansi Profesi akuntansi mengandung karakteristik pokok suatu profesi, diantaranya adalah jasa yang sangat penting bagi masyarakat, pengabdian bangsa kepada masyarakat, dan komitmen moral yang tinggi. Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para akuntan dengan standar kualitas yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi akuntansi menetapkan standar teknis atau standar etika yang harus dijadikan sebagai panduan oleh para akuntan, utamanya yang secara resmi menjadi anggota profesi, dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.

Jadi, standar etika diperlukan bagi profesi akuntansi karena akuntan memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan kepentingan. Kode etik atau aturan etika profesi akuntansi menyediakan panduan bagi para akuntan profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil keputusan-keputusan sulit.

2.4 Prinsip Etika Akuntan 2.4.1 Tanggung Jawab Profesi Akuntan Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat, dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi. 2.4.2 Kepentingan Umum (Public) Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak

dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada objektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.

Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam. menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik, atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. 2.4.3 Integritas Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip. 2.4.4 Objektivitas Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap

adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau di bawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan objektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal, dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orangorang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara objektivitas. 2.4.5 Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk

memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab

10

untuk menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman, dan pertimbangan yang diperlukan cukup memadai untuk bertanggung jawab atas apa yang harus dipenuhinya. 2.4.6 Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk

mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat-sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir. 2.4.7 Perilaku Profesional Setiap anggota harus berperilaku secara konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat umum. 2.4.8 Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan objektivitas.

11

Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

2.5 Aturan Etika 2.5.1 Independensi, Integritas, dan Objektivitas Independensi adalah dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact ) maupun dalam penampilan (in appearance). Integritas dan objektivitas dalam menjalankan tugasnya adalah anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interst) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain. 2.5.2 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi 2.5.2.1 Standar Umum 2.5.2.1.1 Kompetensi Profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan

dengan kompetensi profesional. 2.5.2.1.2 Kecermatan dan Keseksamaan Profesional. Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional. 2.5.2.1.3 Perencanaan dan Supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa professional.

12

2.5.2.1.4 Data Relevan yang Memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau

rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya. 2.5.2.2 Prinsip Akuntansi Anggota KAP tidak diperkenankan menyatakan

pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau

menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam kondisi tersbeut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan. 2.5.3 Tanggung Jawab kepada Klien Informasi klien yang rahasia, anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:

13

2.5.3.1 Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi. 2.5.3.2 Memengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap

ketentuan peraturan yang berlaku. 2.5.3.3 Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai dengan kewenangan IAI. 2.5.3.4 Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegasan disiplin anggota. 2.5.4 Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi 2.5.4.1 Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi. Anggota wajib memelihara perkataan citra dan profesi dengan yang tidak dapat

melakukan

perbuatan

merusak reputasi rekan seprofesi. 2.5.4.2 Komunikasi Antar Akuntan Publik. Anggota wajib

berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement audit) menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan. Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasidari akuntan pengganti secara memadai. 2.5.4.3 Perikatan Atestasi. Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikataan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila

14

perikatan tersebut dilaksanakan untuk memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang. 2.5.5 Tanggung Jawab dan Praktik Lain Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi. Namun, anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran, dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

2.6 Tujuan Profesi Akuntansi dan Cara Pencapaian Tujuannya Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat etika dasar yang harus terpenuhi, yaitu: 2.6.1 Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi. 2.6.2 Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi. 2.6.3 Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tinggi. 2.6.4 Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

2.7 Dampak Positif Pelaksanaan Kode Etik 2.7.1 Penerimaan Hadiah dan Bentuk Keramah-Tamahan Lainnya. Praktisi maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya mungkin saja diberikan atau ditawari suatu hadiah atau bentuk keramah-tamahan lainnya (hospitality) oleh klien. Dengan diberikannya

15

hadiah oleh klien maka jika hadiah itu diterima oleh praktisi maka praktisi otomatis harus mengikuti permintaan klien seperti membuat laporan palsu agar klien mendapatkan nilai plus dari si pembaca laporan audit atau klien dapat saja mengintimidasi untuk mempublikasikan karena praktisi sudah menerima hadiah yang menurut etika profesi akuntan itu tidak boleh dilakukan. Penerimaan pemberian tersebut dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi. Sebagai contoh, ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas dapat terjadi ketika hadiah dari klien diterima, dan ancaman intimidasi terhadap objektivitas dapat terjadi sehubungan dengan kemungkinan dipublikasikannya penerimaan hadiah tersebut. 2.7.2 Pencitraan yang Baik di Hadapan Publik Banyak kasus yang terjadi pada akuntan publik terkait pelanggaran kode etik. Namun, dampak positif terhadap pelaksanaan kode etik akuntan juga sangatlah menguntungkan seperti pencitraan baik di hadapan publik, tidak sedikit kantor akuntan publik serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah menerapkan sistem kode etik akuntan dengan benar sehingga menimbulkan pencitraan yang baik pula di hadapan masyarakat maupun investor-investor dalam dan luar negeri.

16

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Ulasan Kasus Pelanggaran Kode Etik Akuntan Publik Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet. Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut pada kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut. Fitri Susanti, kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu, Selasa (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus ini. Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan pinjaman ke BRI. Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan korupsinya. "Ada empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan keuangan yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut," tegas Fitri. Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus tersebut di Kejati Jambi. Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan publik. Tersangka Effendi Syam melalui

16

17

kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi dapat menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan siapa saja yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga terungkap kasus korupsinya. Sementara itu, pihak penyidik kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum mau memberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka Effendi Syam dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tersebut. Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor. Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru

menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan tersangka Effedi Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan kredit.

3.2 Analisis Kasus Etika Akuntan Apa yang telah dilakukan oleh Biasa Sitepung telah melanggar aturan etika yang salah satunya adalah integritas dan objektivitas adalah dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interst) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain. Dalam kasus ini, ia pun telah membantu kliennya melakukan korupsi dalam kredit macet.

18

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Sebagai seorang pekerja profesional, akuntan harus memiliki etika bisnis dan etika profesi. Hal ini dikarenakan masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para akuntan dengan standar kualitas yang tinggi dan bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya profesi akuntansi menetapkan standar teknis atau standar etika yang harus dijadikan sebagai panduan oleh para akuntan, utamanya yang secara resmi menjadi anggota profesi dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Di dalam kasus pelanggaran kode etik akuntan publik, dapat terlihat bagaimana seorang profesi akuntan melanggar kode etik yang seharusnya dipegang teguh oleh seorang akuntan. Sehingga ada suatu konsekuensi yang harus ditanggung akibat dari suatu pelanggaran kode etik itu sendiri. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau

nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Perbedaan dari setiap kode etik suatu profesi adalah setiap etika profesi mempunyai kode etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang mengatur etika profesi tersebut. Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran kode etik akan diperiksa oleh majelis kode etik dari setiap profesi tersebut.

4.2 Saran Harus ada lembaga yang berbeda-beda dalam menaungi berbagai profesi yang ada, dimana lembaga tersebut merupakan sekumpulan orang yang memiliki profesi yang sama dengan tujuan dapat menciptakan tatanan etik dalam pekerjaan. Selain itu, lembaga-lembaga profesi tersebut harus

18

19

memiliki tujuan yang satu yaitu mengutamakan profesionalitas dalam bekerja yang dilihat dari kepatuhan menjadikan kode etik profesi sebagai pedoman. Etika profesi akuntansi diatur oleh suatu badan atau organisasi yang bertanggung jawab di lingkup akuuntansi seperti Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) sedangkan untuk etika profesi yang lain diatur oleh organisasi yang berbeda sesuai dengan profesinya masing-masing.

iii

DAFTAR PUSTAKA Dorayaki, Nata. (2012). Kode Etik IAI [Online]. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/87498690/KODE-ETIK-IAI [3 Oktober 2012] Ella. (2011). Kode Etik Akuntan [Online]. [04 Tersedia: oktober

http://www.scribd.com/doc/67834540/Kode-Etik-akuntan 2012] Gunadarma. (2011). Etika Profesi Akuntansi

[Online].

Tersedia:

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/etika-profesi-akuntansi-14/ [1 Oktober 2012] Gunadarma. (2012). Etika Akuntansi Profesi [Online]. Tersedia: [3

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/11/etika-akuntansi-profesi/ Oktober 2012] Kompas. (2010). Akuntan Publik Diduga Terlibat

[Online]. Tersedia:

http://nasional.kompas.com/read/2010/05/18/21371744/akuntan.publik.did uga.terlibat [6 Oktober 2012] Prapapta, Agung. (2009). Kode Etik Profesi Akuntan Publik [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/14650989/Kode-Etik-Profesi-Akuntan-Publik [3 Oktober 2012] Wikipedia. (2011). Akuntan [Online]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntan [3 Oktober 2012] Wikipedia. (2012). Etika [Online]. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Etika [3 Oktober 2012]

iii

You might also like