You are on page 1of 82

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS-FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK SUB POKOK BAHASAN PEMANTULAN

CAHAYA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Nama NIM Jurusan : HENIK ISMAWATI : 4201403028 : Pendidikan Fisika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2007

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia skripsi.

Semarang, 13 Juli 2007 Pembimbing I Pembimbing II

Drs.Hadi susanto, M.Si NIP. 130819142

Drs. Mosik, M.S NIP. 131281226

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang pada : Hari Tanggal : Selasa : 14 Agustus 2007

Panitia Ujian Ketua Sekretaris

Drs. Kasmadi Imam S, M.S NIP. 130781011 Pembimbing I

Drs. M. Sukisno, M.Si NIP. 130529522 Penguji I

Drs.Hadi susanto, M.Si NIP. 130819142

Dr. Wiyanto, M.Si NIP. 131764032

Pembimbing II

Penguji II

Drs. Mosik, M.S NIP. 131281226

Drs.Hadi susanto, M.Si NIP. 130819142

Penguji III

Drs. Mosik, M.S NIP. 131281226

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2007 Henik Ismawati NIM. 4201403028

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO Sesunguhnya Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya (QS : 2 :286) Jadilah orang dengan cukup semangat untuk melakukan sesuatu, cukup keberanian untuk mewujudkan impian dan cukup tekad untuk menggapai impian itu serta iringi dengan doa Friendship is my life

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahankan untuk : 1. My father&mother yang selalu menyayangiku dan mengiringi langkahku dengan doa. 2. Kak Han, Hermi dan Adikku Afik tercinta. 3. My love An& to give your spirit. Thanks for all with you my life be more wonderfull 4. Saudaraku Inung dan Sobat-sobatku ( Paijo, chusni, ciul, Set, Yuli, Hanik,Eni, Anix Dhut) yang selalu membantuku. 5. Teman-teman fisika 2003

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya sehingga penyusun skripsi yang berjudul

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS-FISIKA

MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK SUB POKOK BAHASAN PEMANTULAN CAHAYA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007 yang disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan di Universitas Negeri Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini, banyak memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penyusun tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat : 1. Dr. H. Soedijono Sastroatmodja, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Kasmadi Imam S, M.S selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. 3. Drs. M. Sukisno, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika Universitas Negeri Semarang.. 4. Drs.Hadi susanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan kemudahan dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini. 5. Drs. Mosik, M.S selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan kemudahan dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini 6. Agus Setyono D,S.Pd.M selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 13 Semarang yang telah memberikan izin untuk penelitian.

7. Faizah Pahalawati,S.Pd selaku guru pengampu mata pelajaran Sains kelas VIII SMP Negeri 13 Semarang yang telah membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. 8. Bapak Ibu Guru serta semua karyawan dan siswa-siswi Kelas VIII A SMP Negeri 13 Semarang yang telah memberikan bantuan dan kerjasama yang baik. 9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun mohon pada semua pihak untuk memberikan saran dan kritik yang sekiranya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penyusun mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Agustus 2007

Penulis

ABSTRAK Ismawati, Henik. 2007. MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS-FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK SUB POKOK BAHASAN PEMANTULAN CAHAYA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2006/2007. Skripsi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs.Hadi susanto, M.Si , Pembimbing II : Drs. Mosik, M.S. Berdasarkan observasi awal, proses pembelajaran Sains-Fisika di SMP N 13 Semarang Tahun Pelajaran 206/2007 belum optimal. Hal ini dibuktikan siswa yang aktif 45% dan nilai rata-rata hasil ulangan harian tentang gelombang dan bunyi sebesar 6,25. Guru masih mengunakan metode ceramah, sehingga interaksi siswa dengan guru serta dengan siswa lainnya sangat kurang. Akibatnya siswa menjadi kurang aktif dan terlibat secara langsung dalam pembelajaran, maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan pembelajaran inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran yang mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau mempelajari suatu gejala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode tersebut dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dengan subyek penelitian siswa kelas VIII A SMP N 13 Semarang sebanyak 45 orang yang terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Karakteristik kelas ini memiliki keaktifan dan hasil belajar yang rendah dibanding kelas VIII yang lainnya. Data tentang keaktifan diperoleh dari lembar observasi psikomotorik, afektif (minat), dan lembar angket (sikap). Sedangkan hasil belajar diperoleh dari pretest dan postest. Data tentang kegiatan guru dalam proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi. Dari data tersebut, kemudian dianalisis dengan deskriptif persentase. Indikator keberhasilan untuk keaktifan siswa setidak-tidaknya 75% dari jumlah siswa yang aktif dan indikator hasil belajar sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti tes. Selama penelitian menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dari siklus I-II. Pada siklus I aktivitas psikomotorik sebesar 66 menjadi 71 diakhir siklus II, afektif yang menyatakan sangat minat 0% menjadi 16% dan angket sebesar 51% menyatakan positif dan 49% sangat positif. Sedangkan Rata-rata hasil belajar Siklus I sebesar 73 menjadi 82 diakhir siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing pada sub pokok bahasan pemantulan cahaya dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP N 13 Semarang. Diharapkan jika diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing perlu adanya sistem kontrol yang baik oleh guru pada saat siswa melakukan pengamatan dan diskusi sehingga siswa benar-benar memanfaatkan waktu dan memahami materi dengan baik. DAFTAR ISI Kata kunci : Aktivitas siswa, hasil belajar, inkuiri terbimbing, pemantulan cahaya Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii PERNYATAAN.............................................................................................. iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. v KATA PENGANTAR.................................................................................... vi ABSTRAK ...................................................................................................... viii DAFTAR ISI................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 4 1.3 Tujuan .......................................................................................... 4 1.4 Manfaat ......................................................................................... 4 1.5 Penegasan Istilah........................................................................... 5 1.6 Sistematika Skripsi........................................................................ 7 BAB 11 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Belajar Dalam konteks Pembelajaran ............... 9 2.2 Tinajauan Tentang Aktivitas Belajar ............................................. 13 2.3 Tinajauan Tentang Hasil Belajar.................................................... 17 2.4 Tinjauan Tentang Hakikat Sains .................................................... 18 2.5 Tinjauan Tentang Inkuiri Terbimbing............................................ 21

2.6 Tinjauan Tentang Materi Pemantulan Cahaya............................... 27 BAB 111 METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subyek Penelitian ....................................................... 34 3.2 Faktor yang Diteliti ....................................................................... 34 3.3 Rencana Tindakan Penelitian......................................................... 35 3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................ 36 3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 48 3.6 Metode Analisis Data..................................................................... 49 3.7 Indikator Keberhasilan ................................................................... 50 BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 51 4.2 Pembahasan................................................................................... 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ........................................................................................ 65 5.2 Saran............................................................................................... 66 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 67 LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 69

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Kategori minat siswa.......................................................................... 38 Tabel 2. Kategori sikap siswa .......................................................................... 39

Tabel 3. Kriteria daya pembeda ....................................................................... 42 Tabel 4. Kriteria indeks kesukaran soal ........................................................... 42 Tabel 5. Hasil analisis penilaian psikomotorik siswa ...................................... 51 Tabel 6. Hasil analisis penilaian afektif siswa ................................................. 53 Tabel 7. Hasil kegiatan guru dalam pembelajaran inkuiri ............................... 54 Tabel 8. Hasil belajar tes kognitif siswa pada siklus I ..................................... 55 Tabel 9. Hasil belajar tes kognitif siswa pada siklus II.................................... 55

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Skenario pembelajaran inkuiri menurut Gulo ................................ 25 Gambar 2. Hukum pemantulan ........................................................................ 28

Gambar 3. Pembentukan bayangan cermin datar............................................. 29 Gambar 4. Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung...................................... 30 Gambar 5. Sifat-sifat bayangan pada cermin cekung....................................... 31 Gambar 6. Sinar-sinar istimewa pada cermin cembung................................... 32 Gambar 7. Sifat-sifat bayangan pada cermin Cembung................................... 33 Gambar 8. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ........................................... 47 Gambar 9. Kegiatan pembelajaran inkuiri terbimbing..................................... 170

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Silabus dan penilaian berbasis inkuiri ....................................... 69 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan pembelajaran I........................................ 71

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan pembelajaran II ...................................... 74 Lampiran 4. Lembar kerja siswa 1................................................................. 78 Lampiran 5. Lembar kerja siswa 2................................................................. 81 Lampiran 6. Kunci jawaban Lembar Kerja Siswa (LKS) .............................. 85 Lampiran 7. Soal uji coba instrumen penelitian............................................. 88 Lampiran 8. Kisi-kisi soal uji coba instrumen ............................................... 98 Lampiran 9. Kunci jawaban soal tes uji coba instrumen ............................... 99 Lampiran 10. Lembar jawaban soal uji coba instrumen .................................. 100 Lampiran 11. Analisis validitas,reliabilitas,daya beda, dan tingkat kesukaran 101 Lampiran 12. Perhitungan validitas butir soal ................................................. 106 Lampiran 13. Perhitungan daya pembeda soal ................................................ 108 Lampiran 14. Perhitungan tingkat kesukaran soal ........................................... 109 Lampiran 15. Perhitungan reliabilitas instrumen ............................................. 110 Lampiran 16. Soal pretest siklus I.................................................................... 111 Lampiran 17. Soal postest siklus I ................................................................... 115 Lampiran 18. Soal pretest siklus II .................................................................. 119 Lampiran 19. Soal postest siklus II .................................................................. 122 Lampiran 20. Kunci jawaban soal pretest dan postest ..................................... 125 Lampiran 21. Lembar jawaban pretest dan postest.......................................... 126 Lampiran 22. Lembar observasi psikomotorik I .............................................. 127 Lampiran 23. Lembar observasi psikomotorik II............................................. 129 Lampiran 24. Rekapitulasi hasil belajar psikomotorik I .................................. 131 Lampiran 25. Rekapitulasi hasil belajar psikomotorik II................................. 133

Lampiran 26. Lembar observasi afektif 1 ........................................................ 135 Lampiran 27. Lembar observasi afektif 2 ........................................................ 137 Lampiran 28. Lembar observasi afektif 3 ........................................................ 139 Lampiran 29. Rekapitulasi hasil belajar afektif 1 ............................................ 141 Lampiran 30. Rekapitulasi hasil belajar afektif 2 ............................................ 143 Lampiran 31. Rekapitulasi hasil belajar afektif 3 ............................................ 145 Lampiran 32. Lembar angket/kuasioner siswa................................................. 147 Lampiran 33. Kisi-kisi instrumen angket/kuasioner siswa .............................. 148 Lampiran 34. Rekapitulasi hasil angket/kuasioner siswa ................................ 149 Lampiran 35. Lembar observasi kegiatan guru 1............................................. 151 Lampiran 36. Lembar observasi kegiatan guru 2............................................. 153 Lampiran 37. Lembar observasi kegiatan guru 3............................................. 155 Lampiran 38. Rekapitulasi hasil kegiatan guru 1............................................. 157 Lampiran 39. Rekapitulasi hasil kegiatan guru 2............................................. 158 Lampiran 40. Rekapitulasi hasil kegiatan guru 3............................................. 159 Lampiran 41. Hasil belajar kognitif (pretest) siswa siklus I ............................ 160 Lampiran 42. Hasil belajar kognitif (postest) siswa siklus I............................ 162 Lampiran 43. Hasil belajar kognitif (pretest) siswa siklus II ........................... 164 Lampiran 44. Hasil belajar kognitif (postest) siswa siklus II........................... 166 Lampiran 45. Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa....................................168 BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Kompetensi merupakan kemampuan berpikir, bertindak, dan bersikap secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, keterampilan, dan nilai. Kompetensi ini sebagai bekal bagi peserta didik agar dapat menanggapi: i) isu lokal, nasional, kawasan, dunia, sosial, ekonomi, lingkungan dan etika; ii) menilai secara kritis perkembangan dalam bidang Sains dan teknologi serta dampaknya; iii) memberi sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan Sains dan teknologi; dan iv) memilih karir yang tepat (Depdiknas, 2004:6). Selama proses pembelajaran siswa seharusnya ikut terlibat secara langsung agar siswa memperoleh pengalaman dari proses pembelajaran. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Carl Sagan dalam Koes (2003:5) mendefinisikan Sains lebih sebagai sebuah cara berpikir daripada satu kumpulan pengetahuan. Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun Sains, yang mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-

gejala alam dan interaksi didalamnya.

Mata pelajaran Sains di SMP

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar guru mampu mengembangkan suatu strategi dalam mengajar yang dapat meningkatkan motivasi siswa, sehingga keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar meningkat. Dalam pelaksanaannya, metode ceramah yang merupakan metode konvensional masih mendominasi dalam proses pembelajaran fisika. Metode ceramah hanya mengutamakan produk atau hasilnya saja. Padahal dalam pembelajaran fisika, proses dan produk sama pentingnya serta tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, penggunaan metode dan pendekatan pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan akan meningkatkan aktivitas belajar siswa, dan dengan meningkatnya aktivitas selama pembelajaran, diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Guru dapat meningkatkan aktivitas anak didiknya melalui pembelajaran yang berbasis laboratorium dan penyelidikan. Untuk kepentingan ini salah satu metode pembelajaran yang sesuai adalah inkuiri. Inkuiri merupakan metode pembelajaran Sains yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi, atau mempelajari suatu gejala (Koes, 2003:12). Apabila siswa belum pernah mempunyai pengalaman belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri, maka diperlukan bimbingan yang cukup luas dari guru. Hal inilah yang disebut dengan inkuiri terbimbing.

Kenyataan yang ditemui di lapangan, banyak guru menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah). Siswa hanya mendengar dan mencatat. Alasan menggunakan pembelajaran konvensional yang

dikemukakan oleh beberapa sumber informasi (guru) antara lain : terbenturnya oleh waktu tatap muka di kelas, kesulitan untuk menyusun bahan pelajaran yang menggunakan pendekatan yang menarik, sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Alasan tersebut menjadikan guru lebih memilih metode ceramah daripada metode lain. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru fisika kelas VIII, Ibu Faizah Pahalawati, S. Pd menyatakan bahwa banyak siswa memiliki tingkat keaktifan yang rendah. Hasil ini dapat dilihat dari setiap kali guru menerangkan selama pembelajaran berlangsung siswa yang aktif hanya 45%. Sedangkan siswa yang lainnya hanya diam sebagai pendengar dan mencatat. Melalui hasil belajar ulangan harian siswa tentang gelombang dan bunyi diperoleh nilai hasil belajar untuk pelajaran fisika kelas VIII A SMP Negeri 13 Semarang yang memiliki nilai rata-rata 6,25. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINSFISIKA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK SUB POKOK BAHASAN PEMANTULAN CAHAYA PADA SISWA 1.2 KELAS VIII SMP NEGERI 13 SEMARANG TAHUN PELAJARAN Rumusan Masalah 2006/2007. Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah Apakah melalui pembelajaran inkuiri terbimbing yang

diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Sains-fisika siswa kelas VIII SMP N 13 Semarang?

1.3

Tujuan Tujuan penelitian merupakan usaha untuk menemukan kebenaran suatu pengetahuan, dimana usaha tersebut dilakukan dengan metode ilmiah (Arikunto, 1991:6). Sesuai dengan judul yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Menerapkan metode inkuiri terbimbing dalam pembelajaran Sains sehingga diketahui metode tersebut dapat meningkatkan aktivitas. Dengan demikian keterlibatan langsung siswa yang pada akhirnya dapat mencapai hasil belajar Sains fisika yang maksimal.

1.4

Manfaat 1.4.1 Bagi sekolah sebagai informasi dalam rangka meningkatkan

efektivitas dan efisiensi dalam proses pembelajaran. 1.4.2 Bagi guru-guru selaku pendidik sebagai strategi pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem pembelajaran di kelas, serta membantu guru menciptakan kegiatan belajar yang menarik. 1.4.3 Bagi siswa dapat meningkatkan minat belajar Sains melalui aktivitas laboratorium sehingga siswa lebih mendalami konsep yang sedang dipelajari. Serta meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran sehingga siswa lebih aktif mengajukan pendapat, bertanya, menyanggah pendapat, dan menjawab pertanyaan selama pembelajaran berlangsung. 1.4.4 Bagi peneliti digunakan untuk menambah pengetahuan dalam membekali diri sebagai calon guru fisika yang memperoleh pengalaman penelitian secara ilmiah agar kelak dapat dijadikan modal sebagai guru dalam mengajar.

1.5

Penegasan Istilah Untuk membatasi masalah dan menghindari kesalahpahaman terhadap istilah dalam skripsi ini, maka perlu dikemukakan penegasan istilah. Batasan pengertian dari judul penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.5.1 Meningkatkan Aktivitas Meningkat berarti naik (Anonim, 1980). Sedangkan aktivitas berasal dari kata Aktif, secara istilah adalah kegiatan untuk melakukan sesuatu. Jadi meningkatkan aktivitas adalah usaha untuk menaikkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga terjadi interaksi yang efektif antara guru dan siswa. Aktivitas tersebut meliputi perhatian siswa saat guru memberikan penjelasan, respon dalam mengajukan permasalahan, melakukan penyelidikan, menjawab soal dari guru dan siswa lain, mengemukakan pendapat saat diskusi, dan memberikan tanggapan terhadap pendapat siswa lain.

1.5.2

Hasil belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, dan

pengertian-pengertian,

sikap-sikap,

apresiasi,

abilitas,

ketrampilan (Hamalik, 2005:31). Hal ini dimaksudkan hasil yang berupa nilai kognitif siswa diatas standar yaitu >65. 1.5.3 Sains-Fisika Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsipprinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Salah satu mata pelajaran Sains di SMP adalah fisika. 1.5.4 Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang baik (Darsono, 2000:24). Pembelajaran sangat berkaitan dengan metode mengajar. 1.5.5 Inkuiri terbimbing Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran (fisika/Sains) dan mengacu pada salah satu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi atau

mempelajari suatu gejala. (Koes, 2003:12) Inkuiri yang diterapkan adalah inkuiri terbimbing, dimana guru membuat rencana pembelajaran atau langkah-langkah

percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru. 1.5.6 Pemantulan Cahaya Cahaya merupakan salah satu sub mata pelajaran Sains atau bagian dari mata pelajaran fisika. Cahaya dalam sebuah medium akan merambat mengikuti garis lurus. Pemantulan cahaya adalah salah satu sifat cahaya apabila sinar cahaya jatuh pada permukaan benda lalu dibalikkan kembali. Dalam pemantulan cahaya akan dibahas tentang hukum pemantulan, sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar, sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung dan cembung.

1.6

Sistematika Skripsi Untuk memudahkan dan memperjelas skripsi ini, maka akan diuraikan secara singkat sistematika penulisan skripsi. Ada 3 bagian sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan pembimbing, halaman pengesahan, pernyataaan, abstrak, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi skripsi terdiri dari :

BAB I

Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, penegasan istilah, sistematika skripsi.

BAB II

Tinjauan teori berisi sejumlah teori yang mendasari penyusunan skripsi ini dan mendukung atau menjadi acuan dalam menguji rumusan masalah. Didalamnya meliputi tinjauan tentang belajar dalam konteks pembelajaran, tinjauan tentang aktivitas belajar, tinjauan tentang hakikat Sains, tinjauan tentang hasil belajar, tinjauan tentang inkuiri terbimbing, tinjauan tentang materi pemantulan cahaya.

BAB III. Metodologi penelitian, bab ini berisi tentang setting dan subyek penelitian, faktor yang diteliti, rencana tindakan penelitian, prosedur penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, indikator keberhasilan. BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan berisi peningkatan aktivitas dan hasil belajar tiap siklus serta pembahasannya. BAB V Kesimpulan dan saran berisi kata penutup yang memuat kesimpulan dan saran. 3. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka, lampiran-lampiran, tabel, dan surat penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Belajar Dalam Konteks Pembelajaran Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang pengertian belajar atau learning, baik secara umum maupun khusus. Seringkali perumusan dan penafsiran itu berbeda satu sama lain. Adapun beberapa perumusan tentang belajar dalam Hamalik ( 2005:27-28 ) sebagai berikut. a. Dalam pengertian lama, mendefinisikan belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis. b. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing). Jadi belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar disini bukan hanya mengingat, akan tetapi juga mengalami atau

berpartisipasi langsung. c. Sejalan dengan perumusan diatas, ada pula tafsiran lain tentang belajar yaitu belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar disinilah menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi tersebut akan terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Namun pada dasarnya belajar merupakan proses yang

menghendaki adanya perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan.

Gagne dan Berliner menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. Teori Piaget menyatakan bahwa anak menjadi tahu dan memahami lingkungannya melalui jalan interaksi dan beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Menurut teori ini siswa harus membangun pengetahuannya sendiri melalui observasi, eksperimen, diskusi, dan lain-lain. Implikasi dari teori tersebut terhadap pembelajaran Sains adalah bahwa guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dan menggunakan akalnya. Jadi unsur-unsur pokok yang terkadung dalam pengertian belajar adalah : 1. Belajar sebagai proses pengalaman. 2. Perolehan pengetahuan dan keterampilan. 3. Perubahan tingkah laku bersifat relatif permanen. 4. Aktivitas diri. Adapun ciri-ciri belajar menurut William Burton dalam Hamalik (2005:31) sebagai berikut. 1. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (Under going). 2. Proses situasi melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. 3. Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid. 4. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.

5. Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan. 6. Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materiil dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual dikalangan murid-murid. 7. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalamanpengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid. 8. Proses belajar yang terbaik apabila murid mengetahui status dan kemajuan. 9. Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. 10. Hasil-hasil belajar secara fungsional bertalian satu sama lain, tetapi dapat didiskusikan secara tepisah. 11. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan. 12. Hasil-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan. 13. Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya. 14. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan serangkaian pengalaman-

pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik. 15. Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi kepribadian dengan kecepatan yang berbeda-beda.

16. Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat komplek dan dapat berubah-ubah (adaptabel). Jadi tidak sederhana dan statis. Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2003:100). Prakteknya, pembelajaran sangat terkait dengan metode mengajar. Dalam proses perkembangan pendidikan di Indonesia bahwa salah satu hambatan yang paling menonjol dalam pelaksanaannya adalah metode mengajar. Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individu ataupun kelompok, agar pelajaran dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode mengajar makin efektif pula pencapaian tujuan (Ahmadi, 1997:52). Dalam pembelajaran, tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga hal yaitu pretest, proses belajar mengajar, dan postest. Pretest adalah permulaan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk menjajagi kemampuan awal peserta didik, mengetahui tingkat kemajuan peserta didik berhubungan dengan proses pembelajaran dan mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai. Proses

sebagai kegiatan dari pelaksanan proses pembelajaran yakni bagaimana tujuan-tujuan direalisasikan. Postest adalah kegiatan akhir pelaksanaan pembelajaran guna melihat keberhasilan pembelajaran dengan

membandingkan hasil pretest.

2.2 Tinjauan Tentang Aktivitas Belajar Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Sebagai rasionalitasnya, hal ini juga mendapatkan pengakuan dari berbagai ahli pendidikan. Frobel dalam Sardiman (2001:38) mengatakan bahwa manusia sebagai pencipta. Dalam ajaran agama pun diakui bahwa manusia adalah sebagai pencipta yang kedua (setelah Tuhan). Secara alami peserta didik memang ada dorongan untuk menciptakan. Peserta didik adalah suatu organisme yang berkembang dari dalam. Prinsip utama yang dikemukakan Frobel bahwa peserta didik harus bekerja sendiri. Untuk memberikan motivasi, maka dipopulerkan suatu semboyan berpikir dan berbuat. Begitu juga dalam belajar sudah tentu tidak mungkin meninggalkan dua kegiatan berpikir dan berbuat. Montessori juga menegaskan bahwa anak-anak itu memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidikan akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana

perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan Montessori ini memberikan

petunjuk bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas didalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan pendidikan memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik. Dalam hal kegiatan belajar ini, Rousseou memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan belajar sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Oleh sebab itu, orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Guru bertugas menyedikan bahan pelajaran, tetapi yang mengolah dan menentukan adalah siswa sesuai dengan bakat, kemampuan, dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah berbuat dan sekaligus merupakan proses yang membuat anak didik aktif dan mendominasi aktivitas adalah siswa. Agar anak didik berpikir sendiri, maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Sehubungan dengan ini, maka Piaget menerangkan bahwa seorang anak itu berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berpikir. Keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga terjadi interaksi yang efektif antara guru dan siswa. Dalam pengajaran dapat dikatakan efektif apabila pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Sekolah merupakan area untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa

tidak cukup hanya mendengar dan mencatat seperti yang lazim terdapat disekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2001:76 ) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut : 1. visual activities meliputi membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, meliputi menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengemukakan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listening activities, meliputi uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing activities, meliputi menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, meliputi menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, meliputi melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak. 7. Mental activities, meliputi menangggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, meliputi menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, tenang, dan gugup. Aktivitas yang akan dinilai dalam penelitian yaitu penilaian psikomotorik dan afektif. Penilaian psikomotorik meliputi aspek merangkai alat percobaan, mengukur, menghitung, analisis data dan melukis jalannya

sinar. Penilaian afektif (minat) meliputi kehadiran di kelas, bertanya dan memberikan tangggapan, partisipasi dalam kegiatan laboratorium, dan ketepatan waktu mengumpulkan laporan. Sedangkan penilaian afektif (sikap) meliputi bekerjasama dalam kelompok, kejujuran, ketekunan belajar, dan tangungjawab. Menurut Hamalik (2005:175-176), adapun nilai-nilai aktivitas dalam pengajaran bagi siswa sebagai berikut : 1. Para siswa mancari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. 2. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. 3. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa. 4. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri. 5. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis. 6. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara orang tua dengan guru. 7. Pengajaran diselenggarakan secara realitis dan konkret sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan verbalitis. 8. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat.

2.3 Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan ketrampilan (Hamalik, 2005:31). Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan hasil latihan saja, melainkan mengubah perilaku. Bukti yang nyata jika seseorang telah belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku dalam belajar memiliki unsur subyektif dan unsur motoris. Unsur subyektif adalah unsur rohaniah, sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek tersebut adalah : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Pengetahuan Pengertian Kebiasaan Keterampilan Apresiasi Emosional Hubungan sosial Jasmani Etis atau budi pekerti

10) Sikap

Jika seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka akan terlihat terjadinya salah satu atau beberapa aspek tingkah laku diatas. Horword Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yaitu a. Keterampilan dan kebiasaan. b. Pengetahuan dan pengertian. c. Sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, antara lain ; a. Informasi verbal b. Keterampilan intelektual c. Strategi kognitif d. Sikap e. Keterampilan motoris. Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom membagi menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

2.4 Tinjauan Tentang Hakikat Sains-Fisika Sains berasal dari bahasa Inggris science yang berarti pengetahuan. Sains adalah ilmu pengetahuan yang sangat dinamis dan selalu mengalami perubahan dan perkembangan secara kontinu. Sains banyak mendiskusikan tentang alam yang terdiri dari ilmu fisika, kimia, dan biologi. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Sains di sekolah menengah pertama diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu, pendidikan Sains diterapkan dalam menyajikan pembelajaran. Sains adalah memadukan antara pengalaman proses Sains dan pemahaman produk Sains dalam bentuk pengalaman langsung. Hal ini juga sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa SMP yang masih berada pada fase transisi dari konkrit ke formal, akan sangat memudahkan siswa jika pembelajaran Sains mengajak anak untuk belajar merumuskan konsep secara induktif berdasar fakta-fakta empiris di lapangan. Hakikat fisika sama halnya dengan hakikat Sains karena fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Sains. Sagan dalam Koes (2003:5) mengatakan tentang Sains : Tujuan Sains adalah untuk menemukan bagaimana alam bekerja, mencari bagaimana aturannya, memecahkan keteraturan yang adadari partikel-pertikel subnuklir yang mungkin membawa komponen utama semua materi, ke makhluk hidup, komunitas sosial manusia, dan kemudian kosmos secara keseluruhan. Persepsi kita mungkin mengalami distorsi oleh latihan dan praduga atau bahkan karena keterbatasan indera kita yang tentu saja menerima secara langsung tetapi hanya sebagian kecil dari gejala alam.Sains didasarkan atas eksperimen, pada kemauan untuk menantang dogma lama, pada keterbukaan untuk melihat alam

semesta seperti apa yang sesungguhnya. Serta merta Sains kadangkadang membutuhkan keberanianpaling tidak keberanian untuk mempertanyakan kebijaksanaan konvensional. Secara umum, hakikat Sains menurut model kontemporer adalah sebagai berikut. 1. Sains adalah organisasi pengetahuan kita untuk membantu kita mempelajari alam. 2. Sains adalah bagian dari kemajuan dan kreativitas manusia (Sains itu berkembang). 3. Sains adalah sebuah pencarian untuk temuan-temuan (Sains adalah sebuah proses). 4. 5. Sains terdiri dari berbagai disiplin dan proses a. Sains adalah upaya-upaya kompetitif. b. Popularitas pengetahuan ilmiah berkait secara langsung dengan prestise orang yang menemukan pengetahuan itu. c. Kemudahan seorang ilmuwan menerima pengetahuan berkaitan secara langsung dengan seberapa dekat paradigma ilmuwan (program penelitian dll) dengan paradigma pengetahuan yung satu dengan yang lainnya.

2.5 Tinjauan Tentang Inkuiri Terbimbing 2.5.1 Definisi inkuiri terbimbing

Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan, atau penyelidikan, dan inkuiri berarti penyelidikan (Ahmadi, 1997:76). Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Materi yang disajikan guru bukan begitu saja diberikan dan diterima oleh siswa, tetapi siswa diusahakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka menemukan sendiri konsep-konsep yang direncanakan oleh guru (Ahmadi, 1997: 79). Menurut Carin dan Sund (1975), yang dimaksud dengan inkuiri ialah The process of investigasing a problem. Inquiry differs from problem solving in that an individual may origainate the problem and develop his own strategies for obtaining information. Unlike problem solving there is not set pattern to inquiry. An individual may be be involved in may methods of obtaining information and be may take intuitive aporoaches to the problem. The and product of inquiry may result in a to the problem. The end product of inquiry may result in a discovery. Inkuiri adalah suatu metode yang digunakan dalam pembelajaran fisika dan mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan, informasi atau mempelajari suatu gejala. Wayne Welch berpendapat bahwa metode penyelidikan ilmiah sebagai proses inkuiri. Ia juga mengidentifikasi lima sifat dari proses inkuiri, yaitu pengamatan, pengukuran, eksperimentasi, komunikasi, dan proses-proses mental (Koes, 2003:12-13). Dalam pembelajaran Sains dengan pembelajaran inkuiri, guru harus membimbing siswa terutama siswa yang belum pernah mempunyai

pengalaman belajar dengan kegiatan-kegiatan inkuiri. Atas dasar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, W.R Romey (1968,h.22)

membedakan inkuiri menjadi dua tingkat, yaitu : a. Inkuiri dengan aktivitas terstruktur Dalam inkuiri dengan Aktivitas terstruktur siswa memperoleh petunjuk-petunjuk lengkap yang mengarahkan pada prosedur yang didesain untuk memperoleh sesuatu konsep atau prinsip tertentu. b. Inkuiri dengan aktivitas tidak terstruktur Dalam inkuiri dengan Aktivitas Tidak Terstruktur,

hanya terdapat penyajian masalah, dan siswa secara bebas memilih dan menggunakan prosedur-prosedur masing-masing, menyusun data yang diperolehnya, menganalisisnya dan kemudian menarik

kesimpulan. Sedangkan Carin dan Sund (h.111) berpendapat bahwa pembelajaran model inkuiri mencakup inkuiri induktif terbimbing dan tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Diantara model-model inkuiri yang lebih cocok untuk siswa siswa SMP adalah inkuiri induktif terbimbing, dimana siswa terlibat aktif dalam pembelajaran tentang konsep atau suatu gejala melalui pengamatan, pengukuran, pengumpulan data untuk ditarik

kesimpulan. Pada inkuiri induktif terbimbing, guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima

informasi, tetapi guru membuat rencana pembelajaran atau langkahlangkah percobaan. Siswa melakukan percobaan atau penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep yang telah ditetapkan guru. Menurut Gulo (2002:86-87), peranan utama guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut. a. Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir. b. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. c. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberikan keyakinan pada diri sendiri. d. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas. e. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. f. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas. g. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.

2.5.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Inkuiri

Menurut

Memes

(2000:42),

ada

enam

langkah

yang

diperhatikan dalam inkuiri terbimbing, yaitu : 1. Merumuskan masalah. 2. Membuat hipotesa. 3. Merencanakan kegiatan. 4. Melaksanakan kegiatan. 5. Mengumpulkan data. 6. Mengambil kesimpulan. Enam langkah pada inkuiri terbimbing ini mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuannya sendiri untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario pembelajaran sehingga pembelajarannya dapat berjalan dengan lancar. Skenario pembelajaran inkuiri Menurut Gulo (2002:99) dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

KEGIATAN SISWA

SINTAKS ALIRAN KEGIATAN

KEGIATAN GURU

KETERANGAN

1.1

Mengerjakan pretest 1.2 Menunjukkan kebutuhan masalah dan minta informasi 2.1 Mendengarkan, mempertanyakan, mengusulkan

Menentukan tujuan pengajaran

1.1 Menentukan entry behaviour 1.2 Menjelaskan tujuan pengajaran

Pengantar singkat tentang konten dan prosedur Membentuk kelompok

3.1

Masuk ke dalam kelompok

2.1 Memberikan penjelasan singkat dan menyeluruh tentang konten dan prosedur kerja 3.1 Mengorganisasi fasilitas dan kelompok 4.1 Mengamati, membantu, mengarahkan 5.1 Menganjurkan, memberi fasilitas, dan bimbingan

1. Guru mempersiapkan hand-outs tentang materi dan yang berhubungan dengan konten 2. Menentukan batas waktu

3. Menjajaki cara pembentukan kelompok

4.1

4.2 5.1

6.1

7.1

8.1

9.1

Merumuskan, mengklasifikasika n tujuan Urutan tugas Membaca, bertanya, mengamati, membuat catatan, meneliti, mengorganisasi data Analisis data, kesimpulan individual Sharing penemuan, kritik mengambil catatan, kesimpulan pandahuluan Menulis laporan kelompok antarsiswa Menanggapi dan bertanya

Klasifikasi tujuan

5. Saling membantu antarsiswa

Kerja individual

Laporan pada kelompok Diskusi kelompok

6.1 Menganjurkan, memberi fasilitas dan bimbingan 7.1 Menganjurkan, memberi fasilitas dan bimbingan.

6. Saling membantu antarsiswa 7. Saling membantu antarsiswa

Laporan kelompok Diskusi kelas Rangkuman Tindakan lanjut

8.1 Memberi bantuan

8. Saling membantu

9.1 Memantau, membantu mengelola kelas 10.1 Sintesis, menyimpulkan 11.1 Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi

9. Memimpin diskusi

10.1 Tanya jawab, catat 11.1 Mamberi saran

10. Memimpin diskusi 11. Memimpin diskusi

Gambar 1. Skenario pembelajaran inkuiri Menurut Gulo 2.4.3 Kelebihan dan Kekurangan inkuiri terbimbing

2.4.3.1 Kelebihan inkuiri terbimbing Menurut Suryobroto (2002:201), ada beberapa kelebihan pembelajaran inkuiri antara lain : 1. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. 2. Membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. 3. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan. 4. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan penemuan. 5. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar. 6. Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi pada diri sendiri melalui proses-proses

kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. Guru menjadi teman belajar, terutama dalam situasi penemuan yang jawabanya belum diketahui.

2.4.3.1 Kekurangan inkuiri terbimbing

Kelemahan inkuiri menurut Suryobroto (2002:201) adalah sebagai berikut. 1. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini. 2. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. 3. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri.

2.6 Tinjauan Tentang Materi Pemantulan Cahaya 2.6.1 Pengertian pemantulan cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnet yang merambat dengan arah perambatannya lurus dan mempunyai kecepatan tertentu, tergantung jenisnya. Berkas cahaya adalah cahaya yang tampak sebagai kelompok sinar-sinar cahaya. Berkas cahaya dibedakan menjadi 3 yaitu 1. Berkas cahaya sejajar 2. Berkas cahaya mengumpul (konvergen) 3. Berkas cahaya menyebar (divergen)

Jika sinar cahaya jatuh pada permukaan benda lalu dibalikkan kembali, kita sebut dengan pemantulan. seberkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang rata seperti permukaan cermin datar atau permukaan air yang tenang, maka pemantulan ini disebut pemantulan teratur. 2.6.2 Hukum pemantulan Hukum pemantulan cahaya pada suatu permukaan

menyatakan bahwa : a. Sinar datang, sinar pantul, garis normal berpotongan pada satu titik dan terletak pada bidang datar. b. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (r) Secara matematis dituliskan bahwa : i = r
Garis normal

Cermin datar

Gambar 2. hukum Pemantulan Beberapa pengertian dalam hukum pemantulan (Hukum Snellius) antara lain : Sinar datang ialah sinar yang datang pada permukaan benda. Sianr pantul ialah sinar yang dipantulkan oleh permukaan benda. Garis normal ialah garis yang dibuat tegak lurus pada permukaan benda. Sudut datang ialah sudut antara sinar datang dengan garis normal.

Sudut pantul ialah sudut antara sinar pantul dengan garis normal. 2.6.3 Pemantulan pada cermin datar Sebuah cermin yang permukaannya datar sempurna disebut cermin datar. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melukiskan bayangan pada cermin datar, sebagai berikut. Sinar selalu berasal (datang dari sisi depan cermin/sisi mengkilat) dan dipantulkan kembali ke sisi depan. Bayangan nyata dibentuk oleh perpotongan langsung sinar-sinar pantul dilukiskan dengan garis utuh, bayangan maya (tidak nyata) dibentuk oleh perpotongan perpanjangan sinar-sinar pantul (dilukiskan dengan garis putus-putus). Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin datar yaitu : Bayangan maya, dan terletak di belakang cermin (tidak dapat ditangkap dengan layar). Ukuran bayangan sama dengan ukuran benda (1X Perbesaran). Jarak bayangan ke cermin sama dengan jarak benda dari cermin. Bayangan tegak artinya posisi tegaknya sama dengan posisi tegaknya benda.

Benda

Bayangan

Gambar 3.Pembentukan bayangan cermin datar

2.6.4

Pemantulan pada cermin cekung (cermin konkaf ) Cermin cekung adalah cermin yang terbuat dari irisan bola yang permukaan dalamnya mengkilap. Cermin cekung bersifat mengmpulkan sinar (konvergen). Bagian-bagian cermin cekung adalah : Titik pusat cermin (O) Titik fokus (F) Titik pusat kelengkungan (M) = 2 F

Sumbu utama yaitu garis normal yang melalui M dan O

Sinar-sinar istemewa pada cermin cekung antara lain : Sinar sejajar sumbu utama yang meninggalkan benda akan
M F

dipantulkan menuju ke titik fokus F (sinar 1) Sinar yang meninggalkan benda menuju ke titik fokus F akan dipantulkan sejajar sumbu utama (Sinar 2). Sinar yang meninggalkan benda menuju ke titik M pusat akan
M F

kelengkungan

dipantulkan kembali ke titik M (Sinar 3).


Gambar 4. Sinar-sinat istimewa cermin cekung

Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cekung yaitu : Jika benda terletak antara O dan
Benda

F, bayangan terbentuk bersifat maya, tegak, dan diperbesar.


M F O

Bayangan F

Jika benda terletak antara F dan


Benda

M, bayangan terbentuk bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar.


M Bayangan F O

Jika benda terletak di M sampai


Benda

tak hingga, bayangan terbentuk bersifat nyata, terbalik, dan


M F Bayangan O

diperkecil.

Jika

benda

terletak

di

M,
Benda

bayangan terbentuk bersifat nyata, terbalik, dan sama besar dengan bendanya.

M Bayangan

Jika benda terletak di titik fokus


Benda

F,

bayangan

yang

terbentuk
M Bayangan F O

terletak di tak terhingga.

Gambar 5. Sifat-sifat bayangan cermin cekung

2.6.5 Pada cermin cembung (cermin konveks) Cermin cembung adalah cermin yang terbuat dari irisan bola yang permukaan luarnya mengkilap . Titik fokus cermin cembung berada dibelakang cermin, karena itu jarak fokusnya bertanda negatif. Sifat cermin cembung adalah untuk sinar-sinar yang paraksial akan dipantulkan menyebar (divergen). Sinar-sinar istemewa pada cermin cembung sebagai berikut. Sinar sejajar sumbu utama yang meninggalkan benda akan
F M

dipantulkan seolah-oleh datang dari titik fokus F (Sinar 1) Sinar datang yang seolah-olah menuju titik fokus F akan

dipantulkan sejajar sumbu utama (Sinar 2). Sinar yang meninggalkan benda menuju ke titik M pusat akan

kelengkungan

dipantulkan kembali seolah-olah datang dari titik M (Sinar 3 ).


Gambar 6. sinar-sinar istimewa cermin cembung

Sifat-sifat bayangan yang terbentuk pada cermin cembung yaitu Maya (terletak dibelakang cermin) Tegak Diperkecil
Benda Bayangan

Gambar 7. Pembentukan bayangan cermin cembung

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Setting dan Subyek Penelitian

Penelitian dengan pendekatan tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII A semester 2 SMP Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007, yang beralamatkan di jalan Lamongan Raya Telp (024) 316241 Semarang 50236. Dengan jumlah siswa adalah 45 orang yang terdiri dari 24 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Peneliti memilih kelas VIII A karena dari enam kelas yang ada, melalui observasi awal didapatkan nilai hasil belajar rendah dan aktivitas belajar rendah.

3.2 Faktor yang diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah : a. Faktor siswa : Aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika melalui pembelajaran Sains untuk sub pokok bahasan pemantulan cahaya melalui pembelajaran inkuiri terbimbing. b. Faktor guru : cara guru dalam merencanakan pembelajaran fisika sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan dan aktivitas guru selama proses pembelajaran .

3.3 Rencana Tindakan penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Ada dua siklus yang direncanakan dalam penelitian ini. Tiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. 1. Perencanaan ( Planning ) Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi identifikasi masalah, membuat silabus, membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), membuat lembar observasi siswa dan guru, Soal-soal evaluasi (Pretest dan postest), alat atau bahan yang digunakan dalam percobaan, dan membuat angket informasi balikan siswa untuk mengetahui sikap terhadap penerapan model inkuiri. 2. Pelaksanaan ( Action ) Pelaksanaan tindakan berupa kegiatan belajar mengajar sesuai skenario pembelajaran yang sudah direncanakan. Dalam inkuiri

terbimbing, rincian kegiatan sebagai berikut. a. Kegiatan awal: memberikan tes awal (pretest), penyampaian tujuan pembelajaran, mengkaitkan pembelajaran dan pengetahuan awal siswa. b. Kegiatan inti: mendiskusikan langkah-langkah penyelidikan bersama siswa dan guru membimbing siswa menemukan konsep. c. Kegiatan Akhir: membimbing siswa membuat kesimpulan dan evaluasi, memberikan tes akhir (postest), serta memberikan angket

informasi balikan siswa untuk mengetahui sikap siswa terhadap penerapan inkuiri terbimbing. 3. Pengamatan ( Observation ) Pengamatan adalah suatu kegiatan mengamati jalannya

pelaksanaan tindakan untuk memantau sejauh mana efek pembelajaran dengan mengggunakan inkuiri terbimbing pada sub pokok bahasan Pemantulan cahaya. Pengamatan dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan berdasarkan lembar observasi, LKS, dan angket yang telah diisi oleh siswa. 4. Refleksi ( reflection ) Dari hasil yang didapat pada tahap evaluasi dalam setiap siklusnya dikumpulkan serta dianalisis setiap siklus. Digunakan untuk merefleksi diri. Apakah dengan tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan sikap berikutnya.

3.4 Prosedur Penelitian

Secara lengkap prosedur penelitian meliputi : 3.4.1 Persiapan a. Melakukan observasi awal melalui wawancara dengan guru kelas VIII.

b. Mempersiapkan

perangkat

pembelajaran

(Silabus,

Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran /RPP, LKS, alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran). c. Menyusun lembar observasi untuk siswa dan guru Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran inkuiri berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati dengan menggunakan lembar observasi minat dan psikomotorik, sedangkan aktivitas guru berupa lembar observasi kelas untuk kegiatan guru. 1). Lembar observasi psikomotorik Penilaian terhadap psikomotorik siswa meliputi aspek merangkai alat percobaan, mengukur, menghitung, analisis data dan melukiskan pembentukan bayangan. Instrumen untuk

mengukur psikomotorik terdiri dari lima aspek. Rentang yang digunakan adalah 4 sampai 1, maka skor tertinggi 4 x 5 = 20 dan skor terendah 1 x 5 = 5. Untuk mendapatkan nilai psikomotorik dihitung dengan rumus sebagai berikut.
nilai =

skor yang dicapai siswa 100%


skor maksimal (Depdiknas, 2003 : 18)

2). Lembar obeservasi afektif ( minat ) Instrumen yang dilakukan untuk mengukur minat terdiri dari empat aspek yaitu kehadiran dikelas, bertanya, partisipasi

dalam kegiatan laboratorium dan ketepatan waktu mengumpulkan tugas. Rentang yang dipakai adalah 4 sampai 1, maka skor tertinggi 4 x 4 = 16 dan skor terendah 1 x 4 = 4. Selanjutnya hasil ini diinterpretasikan dengan tabel minat siswa atau kelas sebagai berikut. Tabel 1. kategori minat siswa Jumlah Skor > 12,8 9,7 12,8 6,4 9,6 < 6,4 Kategori Minat Sangat minat Minat Kurang minat Tidak minat

Keterangan : Skor batas bawah kategori sangat minat adalah 0,8x16=12,8 dan batas atasnya 16. Skor batas bawah kategori minat adalah 0,6x16=9,6 dan skor batas atasnya 12,8 Skor batas bawah kategori kurang berminat adalah 0,4x16=6,4 dan batas atasnya 9,7 Skor batas bawah kategori tidak minat adalah kurang dari 6,4 (Tim Peneliti Program Pascasarjana UNY, 2004:22). d. Membuat lembar kuesioner atau angket. Angket penelitian ini digunakan untuk mengetahui nilai afektif (sikap) siswa terhadap pembelajaran inkuiri. Terdapat empat indikator yang dinilai yaitu bekerjasama dalam kelompok, kejujuran, ketekunan belajar, dan tanggungjawab siswa. Dari 4 indikator sikap ini, kemudian dikembangkan menjadi 12 pertanyaan. Rentang yang dipakai adalah 4 sampai 1, sehingga skor tertinggi 12 x 4 = 48 dan skor terendah 12 x 1 = 12. Setelah diketahui jumlah skor yang diperoleh

siswa dan skor rata-rata sikap, kemudian diinterpretasikan dengan tabel sebagai berikut. Tabel 2. kategori sikap siswa Jumlah Skor > 38,4 28,8 38,4 19,2 28,7 < 19,2 Kategori sikap Sangat Positif Positif Negatif Sangat Negatif

Keterangan : Skor batas bawah kategori sangat positif adalah 0,8x48=38,4 dan batas atasnya 48. Skor batas bawah kategori positif adalah 0,6x48=28,7 dan skor batas atasnya 38,4 Skor batas bawah kategori negatif adalah 0,4x48=19,2 dan batas atasnya 28,7 Skor batas bawah kategori sangat negatif adalah kurang dari 19,2 (Tim Peneliti Program Pascasarjana UNY, 2004:22). e. Menyusun kisi-kisi instrumen uji coba. f. Menyusun soal tes Soal tes yang disusun dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda. g. Menguji coba alat evaluasi Setelah perangkat tes disusun kemudian diuji cobakan untuk mendapat perangkat tes yang valid, reliabilitas, serta mempunyai taraf kesukaran dan daya pembeda yang baik. Tes yang diujicobakan berupa tes pilihan ganda yang berjumlah 50 butir.Tes ini diuji cobakan pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 13 semarang pada tanggal 5 April 2007.

h. Menganalisis hasil uji coba instrumen Rumus yang dugunakan untuk menganalisis hasil uji coba instrumen sebagai berikut : 1). Validitas Butir Soal Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkattingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Dalam penelitian digunakan rumus point biserial korelasi : rpbus = M p Mt St p q (Suherman, 1990:163 )

Keterangan :

rpbis = koefisien korelasi point biserial (validitas butir soal)

M p = mean skor dari subjek yang menjawab benar untuk butir


yang dicari validitasnya

M t = rerata skor total dari seluruh pengikut tes S t = simpangan baku (standar deviasi) skor total p = Proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal yang
dimaksud.

q = proporsi siswa yang menjawab salah pada butir soal yang


dimaksud (q=1-p) Kriteria : apabila rpbis > rtabel maka butir soal tersebut valid.

2). Reliabilitas soal Reliabilitas menunjukkan suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.( Suharsimi Arikunto, 2001:21 )
K K M r11 = 1 KVt K 1

(Suherman, 1990:189 )

Keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicari jumlah varian tiap-tiap skor items

K = Banyaknya butir soal M = Rata-rata skor total


Vt = Varian total
Kriteria : apabila r11 > rtabel maka butir soal tersebut reliabel. 3). Daya pembeda soal Daya pembeda sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal itu membedakan antara testi (siswa) yang pandai atau berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda butir soal :
DP = JB A JBB JS A

(Suherman, 1990:201 )

Keterangan :

DP = Daya pembeda soal JBA = Jumlah benar untuk kelompok atas.

JBB = Jumlah benar untuk kelompok bawah. JSA = jumlah siswa kelompok atas.
Tabel 3. kriteria daya pembeda soal sebagai berikut : Interval DP DP 0 0,00 < DP 0,20 0,20 < DP 0,40 0,40 < DP 0,70 0,70 < DP 1,00 Kriteria Sangat jelek Jelek Cukup Baik Sangat baik (Suherman, 1990: 202 ) 4). Taraf Kesukaran Butir Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal menggunakan rumus sebagai berikut.
IK = JB A + JBB 2 JS A

(Suherman, 1990:112)

Tabel 4. kriteria indeks kesukaran soal, sebagai berikut. Interval IK IK = 0,00 0,00 < IK 0,30 0,30 < IK 0,70 0,70 < IK 1,00 IK = 1,00 Kriteria Terlalu sukar Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah (Suherman,1990:113) 3.4.2 Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom

Action Research) dengan dua siklus. Tiap siklus yang direncanakan


mempunyai langkah-langkah sebagai berikut.

1. Siklus I Perencanaan Tindakan :

a. Permasalahan diidentifikasi mengenai pelaksanaan pembelajaran Fisika meliputi aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa secara umum melalui wawancara dengan guru fisika kelas VIII SMP N 13 Semarang. b. Menggunakan model inkuiri sebagai solusi pemecahan masalah. c. Membuat skenario pembelajaran yang meliputi pembuatan silabus, rencana pembelajaran, membuat soal pretest dan postest, membuat LKS, lembar observasi siswa, penyediaan alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan, dan angket balikan.
Pelaksanaan tindakan :

a. Guru memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. b. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok, setiap kelompok 5 orang siswa. c. Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan. d. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam LKS dan guru membimbing siswa melakukan percobaan. e. Setelah selesai, Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil percobaannya untuk didiskusikan dan ditarik kesimpulan. f. Guru memberikan latihan aplikasi konsep dan memberikan tugas berikutnya.

g. Memberikan tes diakhir tahap (postest).


Pengamatan :

a. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai kemampuan siswa dalam bekerja dan menyelesaikan tugas kelompok. b. Mengkoreksi dan menilai jawaban LKS dan soal pretest dan postest.
Refleksi :

Setelah siklus I selesai, data yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui apakah pembelajaran inkuiri yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus I belum bisa meningkatkan aktivitas siswa dengan baik, maka desain pembelajaran pada siklus I perlu diperbaiki agar pembelajaran pada siklus selanjutnya lebih baik dan berhasil.
2. Siklus II Perencanaan Tindakan :

a. Guru merancang kembali kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri yang merupakan perbaikan dari siklus I. b. Membuat skenario pembelajaran yang meliputi pembuatan silabus, rencana pembelajaran, membuat soal pretest dan postest, membuat LKS, lembar observasi siswa, penyediaan alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan, dan angket balikan.

Pelaksanaan tindakan :

a. Guru memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. b. Guru membagi siswa menjadi 9 kelompok, setiap kelompok 5 orang siswa. c. Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilakukan. d. Siswa melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang ada dalam LKS dan guru membimbing siswa melakukan percobaan. e. Setelah selesai, Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil percobaannya untuk didiskusikan dan ditarik kesimpulan. f. Guru memberikan latihan aplikasi konsep. g. Memberikan tes diakhir tahap (postest), setelah itu memberikan angket balikan untuk diisi siswa.
Pengamatan :

a. Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai kemampuan siswa dalam bekerja dan menyelesaikan tugas kelompok. b. Mengkoreksi dan menilai jawaban LKS, soal pretest dan postest dan angket balikan.
Refleksi :

Setelah siklus II selesai, data yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui apakah pembelajaran inkuiri yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Pada siklus II terjadi

peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan baik melalui pembelajaran inkuiri terbimbing, sehingga pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Langkah-langkah sebagai berikut. penelitian diatas dapat digambarkan

PRE PENELITIAN : Menentukan permasalahan Mengumpulkan data awal tentang hasil belajar kognitif dan psikomotorik siswa sebagai studi awal

PERENCANAAN TINDAKAN

PELAKSANAAN

SIKLUS I (Materi : Cermin datar dan hukum pemantulan) REFLEKSI

PENGAMATAN

PERENCANAAN TINDAKAN

PELAKSANAAN

SIKLUS II (Materi : Cermin cekung dan cembung) REFLEKSI

PENGAMATAN

Indikator tercapai Selesai

Indikator belum tercapai Dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan memperbaiki skenario pembelajaran

Gambar 8. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Sumber data Sumber data penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP N 13 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007 dan guru serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 2. Jenis data a. Data tentang kondisi awal, untuk metode pengajaran guru berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas, nilai laporan ulangan harian siswa pokok bahasan bunyi. 2 Data tentang peningkatan aktivitas siswa diperoleh dari hasil pengamatan langsung melalui lembar observasi dan nilai laporan LKS. 3 Peningkatan hasil belajar kognitif berdasarkan dari jawaban tiap soal mengerjakan soal evaluasi (pretest dan postest). 4 Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan dalam penelitian diperoleh dari Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS, dan lembar observasi guru. 5 Data hasil belajar afektif (sikap) diperoleh melalui lembar angket sebagai pendapat atau tanggapan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data penelitian ini adalah deskriptif persentase. Data hasil penelitian yang dianalisis meliputi rata-rata kelas, ketuntasan belajar individu, dan ketuntasan belajar secara klasikal. Selanjutnya hasil analisis data diperolah baik kualitataf maupun kuantitatif. Hasil ini diinterpetasi dan disimpulkan yang digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. 1). Rata-rata kelas. Untuk menghitung rata-rata kelas pada masing-masing siklus digunakan rumus :

X =
Keterangan ;

X
N

(Sudjana, 1989:109)

X = rata-rata kelas

X = jumlah seluruh skor


N = banyaknya subjek.
2). Ketuntasan belajar secara individu Untuk menghitung ketuntasan belajar secara individu digunakan rumus :

ketuntasan individu =

jumlah jawaban soal yang benar 100% jumlah soal seluruhnya (Usman, 1993:138)

3). Ketuntasan belajar secara klasikal Nilai postest diperoleh setelah dilakukan tindakan kelas, kemudian dianalisis untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar. Ketuntasan secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus :

ketuntasan klasikal =

jumlah siswa yang mendapat nilai 65 100% jumlah siswa yang mengikuti (Mulyasa, 2003:102)

3.7 Indikator Keberhasilan

Tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Siswa dipandang mencapai tuntas belajar psikomotorik, afektif apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya 75% peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2003:101). 2. Siswa mencapai tuntas belajar kognitif apabila siswa mampu

menyelesaikan, menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas diperoleh dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang mengikuti tes (Mulyasa, 2003:99). Ketuntasan individu digunakan untuk menentukan ketuntasan secara klasikal, sedangkan ketuntasan klasikal digunakan untuk menentukan keberlangsungan penelitian tindakan kelas (siklus selanjutnya).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran SainsFisika sub pokok bahasan pemantulan cahaya dengan pembelajaran inkuiri terbimbing, pada tiap siklus diperoleh hasil sebagai berikut.
a. Hasil analisis peningkatan aktivitas belajar

Hasil peningkatan aktivitas belajar diperoleh berdasarkan lembar observasi, yaitu :


1. Hasil analisis penilaian psikomotorik

Gambaran mengenai hasil belajar psikomotorik siswa yang meliputi aspek merangkai alat percobaan, mengukur, menghitung, analisis data dan melukiskan pembentukan bayangan, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Hasil analisis penilaian psikomotorik siswa

Nilai Psikomotorik No 1. 2. 3. 4. Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai Rata-rata Ketuntasan (%) Siklus I 81 56 66 56 % Siklus II 81 63 71 78%

Nilai psikomotorik siswa diperoleh dari pengamatan langsung ketika siswa melakukan percobaan. Dari hasil analisis diperoleh bahwa

pada siklus I, nilai rata-rata psikomotorik sebesar 66 dengan ketuntasan 56%, karena kurang dari 75% maka belum dikatakan tuntas secara klasikal. Secara lebih rinci, untuk kemampuan merangkai alat percobaan nilai rata-ratanya 71, kemampuan mengukur nilai rataratanya 62, kemampuan menghitung nilai rata-ratanya 0 (tidak dilakukan), kemampuan menganalisis data percobaan nilai rata-ratanya 64, dan kemampuan melukis pembentukan bayangan dari hasil percobaan nilai rata-ratanya 68. Pada siklus II, nilai rata-rata psikomotoriknya sebesar 71 dengan ketuntasan sebesar 78 %. Secara lebih rinci, untuk kemampuan merangkai alat percobaan nilai rataratanya 73, kemampuan mengukur nilai rata-ratanya 73, kemampuan menghitung nilai rata-ratanya 72, kemampuan menganalisis data percobaan nilai rata-ratanya 68 dan kemampuan melukis pembentukan bayangan dari hasil percobaan nilai rata-ratanya 0 (tidak dilakukan). Sehingga hasil belajar psikomotorik pada siklus II dapat dikatakan tuntas secara klasikal. Hasil belajar psikomotorik selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 24 dan 25.
2. Hasil analisis penilaian afektif (minat)

Penilaian afektif (minat) dilakukan melalui pengamatan langsung ketika siswa mengikuti dan melakukan percobaan. Berikut ini merupakan ringkasan mengenai hasil belajar afektif (minat) :

Tabel 4.2 Hasil analisis penilaian afektif (minat) siswa

Jumlah siswa (%) No Keterangan Siklus I 1 1. 2. 3. 4. Sangat Minat Minat Kurang Minat Tidak Minat 0% 82% 16% 2% Siklus II 2 7% 93% 0% 0% 3 16% 73% 11% 0%

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pada siklus I persentase jumlah siswa yang minat sebesar 82% , persentase jumlah siswa yang kurang minat sebesar 16%, dan persentase jumlah siswa yang tidak minat sebesar 2%. Sedangkan siklus II pertemuan ke-2 persentase jumlah siswa yang sangat minat sebesar 7% dan persentase jumlah siswa yang minat sebesar 93% dan pertemuan ke-3, persentase jumlah siswa yang sangat minat sebesar 16%, persentase jumlah siswa yang minat sebesar 73%, dan persentase jumlah siswa yang kurang minat sebesar 11%, maka hasil belajar afektif (minat) siswa pada siklus II cenderung tingi. Sehingga hasil belajar afektif (minat) pada siklus I dan siklus II dapat dikatakan tuntas. Hasil belajar afektif (minat) selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 29, 30 dan 31.
3. Hasil analisis angket (sikap) siswa

Angket yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing. Dari hasil angket siswa secara lengkap dapat dilihat pada lampiran, berdasarkan

analisis angket siswa dapat diketahui bahwa dari 45 siswa, sebanyak 22 orang siswa menunjukkan tanggapan yang sangat positif dengan persentase sebesar 49% siswa dan sebanyak 23 orang siswa yang menunjukkan tanggapan positif dengan persentase 51%. Hasil belajar angket (sikap) selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 33. 4. Hasil kegiatan guru dalam pembelajaran inkuiri Dari hasil kegiatan guru dalam proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui pengamatan langsung oleh observer, diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil kegiatan guru dalam pembelajaran inkuiri

Nilai kegiatan guru No Keterangan Siklus I 1 1. 2. Jumlah skor Nilai 66 72% 2 75 82% Siklus II 3 80 87%

Dari tabel 4.3, diketahui bahwa pada siklus I, jumlah skor kemampuan guru dalam menguasai proses pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 66 dengan nilai 72%. Pada siklus II, pertemuan ke2, jumlah skor kemampuan guru jumlah skor kemampuan guru dalam menguasai proses pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 75 dengan nilai 82% dan pertemuan ke-3 jumlah skor kemampuan guru dalam menguasai proses pembelajaran inkuiri terbimbing sebesar 80 dengan nilai 87%. Sehingga kegiatan guru dalam proses pembelajaran inkuiri pada siklus I dan siklus II dapat dikatakan semakin meningkat. Hasil

kegiatan guru dalam pembelajaran inkuiri, selanjutnya dapat dilihat pada lampiran 38, 39, dan 40.
b. Hasil Belajar kognitif siswa

Berdasarkan analisis pretest dan postest pada siklus I dan siklus II diperoleh nilai rata-rata pretest dan postest serta jumlah siswa yang tuntas belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil belajar tes kognitif siswa pada siklus I

No 1. 2. 3. 4.

Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Persentase siswa yang tuntas belajar (%)

Pretest 60 0 42 9%

Postest 93 0 73 89%

Tabel 4.5 Hasil belajar tes kognitif siswa pada siklus II

No 1. 2. 3. 4.

Keterangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Persentase siswa yang tuntas belajar (%)

Pretest 73 33 56 56%

Postest 93 47 82 91%

Dari hasil analisis belajar kognitif siswa yang disajikan pada tabel 4.4 dan 4.5, dapat dilihat bahwa pada siklus I nilai rata-rata sebelum diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu berupa nilai rata-rata pretest adalah 42 dengan ketuntasan 9%, setelah diberikan

pembelajaran inkuiri terbimbing mengalami peningkatan yaitu berupa nilai rata-rata postest menjadi 73 dengan ketuntasan 89%. Pada siklus II nilai rata-rata pretest sebesar 56 dengan ketuntasan 56%. Setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 82 dengan ketuntasan 91%. Hasil belajar kognitif selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 45.
4.2 Pembahasan

1. Siklus I Berdasarkan hasil ulangan pada konsep getaran dan gelombang sebelum melakukan penelitian ternyata hasil belajar siswa belum memenuhi harapan. Hal ini dapat diketahui dari nilai rata-rata ulangan harian siswa 6,25 dengan ketuntasan 56%. Bertolak dari kondisi awal tersebut dilakukan penelitian tindakan kelas untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa melalui penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam sub pokok bahasan pemantulan cahaya. Pada awal pembelajaran guru memberikan pretest untuk mengetahui pengetahuan siswa sebelum diberikan pelajaran. Setelah pretest selesai, guru memberikan apersepsi dan motivasi, serta tujuan dari pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas agar siswa siap menghadapi bahan pelajaran dan mempunyai rasa keingintahuan yang kuat terhadap materi yang akan dibahas. Kegiatan pendahuluan tersebut diikuti dengan kegiatan inti. Kegiatan inti dalam proses pembelajaran yang dilakukan adalah guru membagi siswa dalam 9 kelompok-kelompok kecil

yang terdiri dari 5 orang siswa kemudian guru membagikan peralatan beserta lembar kerja siswa/LKS. Setelah itu secara berkelompok siswa merangkai alat percobaan, mengukur, menghitung, analisis data dan melukiskan pembentukan bayangan sesuai dengan LKS dengan bimbingan guru. Kemudian masing-masing kelompok mendiskusikan hasil

pengamatannya dan mengisi LKS dengan bimbingan guru. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil

pengamatannya kemudian dilakukan diskusi atau sharing bersama-sama kelompok lainnya. Kegiatan penutup dalam pembelajaran ini berupa menarik

kesimpulan dari materi yang telah dipelajari dengan bimbingan guru. Dalam kegiatan ini siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan materi yang kurang jelas untuk dipahami, sedangkan guru menyatukan kerangka berpikir siswa dengan menjelaskan bagian-bagian penting. Kemudian dilakukan postest untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah dipelajari. Dalam kegiatan pengamatan terhadap pembentukan dan sifat-sifat bayangan pada cermin datar, serta hukum pemantulan diharapkan siswa mengunakan pengetahuan awalnya untuk membangun pengetahuan baru dan untuk membuktikan pada siswa yang mulanya mengalami miskonsepsi. Pada kegiatan pengamatan ini akan mengalami proses induktif (berdasarkan fakta nyata) sehingga siswa dapat membangun makna, kesan dalam memori atau ingatannya. Hal ini berdasarkan

pendapat Dimyati (1994) mengatakan bahwa dalam belajar melalui pengamatan langsung siswa tidak sekedar mengamati tetapi harus menghayati, terlibat langsung dalam pembuatan dan bertanggungjawab terhadap hasilnya. Selain dengan pengamatan langsung, siswa yang belajar akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang kuat dan mendalam karena dalam pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan keseharian siswa atau kehidupan nyata. Dalam diskusi akan menciptakan aktivitas bertanya yang berguna untuk menggali informasi yang dimiliki siswa, mengecek pemahaman siswa dan membangkitkan respon siswa. Selain aktivitas bertanya dapat menghubungkan informasi baru kedalam struktur kognitif siswa sehingga belajar akan lebih bermakna. Dalam kegiatan sharing, siswa saling melengkapi hasil temuannya antara satu kelompok dengan kelompok lain. Selain itu untuk menyamakan konsep antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dan antara guru dengan siswa. Guru pada saat membimbing siswa untuk mengemukakan pendapat atau jawaban siswa sebaiknya memperhatikan keterlibatan dan keaktifan siswa. Proses pembelajaran pada siklus I dengan pembelajaran Inkuiri Terbimbing diperoleh nilai rata-rata aktivitas psikomotorik sebesar 66 dengan ketuntasan klasikal 56%. Hal ini berarti 25 siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih. Sebagai tolak ukur keberhasilan, siswa

belum dikatakan tuntas karena kurang dari 75% dari jumlah yang mengikuti tes. Diperoleh hasil belajar psikomotorik yang belum tuntas karena, (1) masih ada siswa yang kurang terbiasa untuk melakukan kerja ilmiah atau kegiatan laboratorium sehingga belum memahami apa yang diharapkan melalui kegiatan percobaan; (2) ada sebagian siswa yang kurang bisa mengkomunikasikan data hasil percobaan. Sedangkan aktivitas afektif siswa, untuk siswa yang sangat minat belum ada, siswa yang minat 82%, kurang minat 16%, dan tidak minat 2%. Karena rata-rata kelas yang minat terhadap pembelajaran ini yang besar, maka hasil belajar afektif siswa cenderung tinggi. Untuk hasil tes kognitif siswa sebelum diberikan tindakan mendapatkan nilai rata-rata 42 dengan ketuntasan 9%. Hal ini berarti bahwa 4 siswa yang hanya memperoleh nilai 65 atau lebih. Dari nilai ratarata 42 dengan ketuntasan 9%, kita mengetahui ternyata siswa masih minimnya pengetahuan siswa tentang materi cermin datar dan hukum pemantulan. Kemudian diakhir pembelajaran, siswa diberikan postest untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan atau daya serap pelajaran siswa setelah diberikan tindakan. Ternyata dari hasil penilaian postest diperoleh nilai rata-rata 73 dengan ketuntasan klasikal 89%. Ini berarti 40 siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih . Sehingga pada siklus I untuk hasil belajar kognitif siswa dapat dikatakan tuntas karena lebih dari 85% siswa mendapatkan nilai diatas 65 atau lebih.

Perolehan ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang belum memenuhi indikator yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan dari keaktifan siswa yang kurang optimal, selain itu guru kurang menguasai pembelajaran inkuiri terbimbing yang dapat dilihat dari hasil pengamatan kegiatan guru. Sehingga siswa masih enggan untuk bertanya pada guru jika mengalami kesulitan. Siswa kurang tertib dalam pengamatan karena belum mempelajari isi lembar kerja siswa/LKS yang akan dilakukan, saat diskusi jika ada siswa yang berpendapat kurang sesuai siswa yang lain akan berkomentar yang tidak baik. Sesuai dengan pendapat John Dewey dalam Dimyati (1994) yang menyatakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah. Dalam setiap kegiatan belajar siswa selalu menampakkan keaktifan baik dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang sulit untuk diamati. Berdasarkan hasil analisis data di atas maka perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran selanjutnya yaitu guru harus berusaha mengelola kelas dengan baik, guru harus memperbaikai cara-cara memotivasi siswa untuk dapat menjawab pertanyaan dan mengungkapkan pendapat. Selain itu guru harus membimbing siswa dalam pengamatan dan diskusi sehingga siswa bisa terarah dengan baik. Guru juga harus berusaha menguasai pembelajaran inkuri supaya proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru dapat membuat

suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan membuat siswa lebih banyak terlibat pada saat pembelajaran. 2. Siklus II Berdasarkan hasil aktivitas psikomotorik pada pelaksanaan siklus II ini bahwa hasil belajar psikomotorik, afektif, dan hasil belajar kognitif siswa telah mencapai ketuntasan. Nilai rata-rata psikomotorik sebesar 71 dengan ketuntasan 78%. Berdasarkan ketuntasan belajar tersebut berarti ada 35 siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih dapat dikatakan tuntas dan 10 siswa yang tidak tuntas. Sebagai tolak ukur keberhasilan yang telah ditetapkan, siklus II telah mengalami peningkatan dan dapat dikatakan telah tuntas 75% dari jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes. Hal ini bila dibanding dengan siklus I, hasil aktivitas psikomotorik mengalami peningkatan sebesar 22% yaitu 78% - 56%. Dari hasil aktivitas afektif pada pertemuan ke-2 diperoleh siswa yang sangat minat sebesar 7%, minat sebesar 93%. Pada pertemuan ke-3 terjadi peningkatan pada siswa yang sangat minat menjadi 16%, sedangkan yang minat terjadi penurunan dari 93% menjadi 73%, dan kurang minat dari 0% menjadi 11%. Meskipun terjadi sedikit peningkatan dan sedikit penurunan minat tetapi masih diatas rata-rata ideal, maka dapat dikatakan tuntas. Untuk hasil tes kognitif siswa sebelum diberikan tindakan mendapatkan nilai rata-rata 56 dengan ketuntasan 56%. Hal ini berarti bahwa 25 siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih. Dari nilai rata-rata 56 dengan ketuntasan 56%, kita mengetahui ternyata siswa masih

minimnya pengetahuan siswa tentang materi cermin cekung dan cermin cembung. Kemudian diakhir pembelajaran, siswa diberikan postest untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan atau daya serap pelajaran siswa setelah diberikan tindakan. Ternyata dari hasil penilaian postest diperoleh nilai rata-rata 82 dengan ketuntasan klasikal 91%. Ini berarti 41 siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih . Sehingga pada siklus I untuk hasil belajar kognitif siswa dapat dikatakan tuntas karena lebih dari 85% siswa mendapatkan nilai diatas 65 atau lebih. Upaya penangan masalah belajar siswa tersebut ditekankan pada perbaikan cara-cara belajar, penguasaan cara mengajar, penyesuaian materi pelajaran dan mengurangi hambatan yang dihadapi siswa dengan memberikan lembar kerja siswa sebelum dilakukan kegiatan belajar mengajar agar dapat dipelajari sebelumnya. Cara ini bertujuan agar siswa mencapai prestasi belajar yang optimal sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Ada berbagai cara yang dapat digunakan guru dalam pelaksanaan pengajaran yaitu tidak selalu melakukan percobaan didalam laboratorium, tetapi diberikan suasana baru dengan mengajak siswa melakukan percobaan diluar laboratorium. Pencapaian hasil belajar siswa tersebut telah memenuhi target yang telah ditetapkan untuk indikator jika dibanding dengan hasil belajar pada siklus I dan sebelum tindakan. Berdasarkan hasil observasi untuk kegiatan pembelajaran guru diketahui telah meningkat kinerjanya dalam mengelola proses

pembelajaran. Guru memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan

pada siklus I. Tindakan perbaikan tersebut adalah guru memotivasi siswa supaya aktif bertanya, mengajukan pendapat dan menjawab pertanyaan dari guru, menegur siswa yang bercanda dan mengganggu temannya. Selain itu guru juga berkeliling dari satu kelompok ke kelompok lain untuk melakukan bimbingan dan arahan kepada siswa yang kelihatan agak

bingung. Dari segi kepribadian pun guru lebih percaya diri dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dan lebih menguasai. Dalam proses pembelajaran terjadi peningkatan jumlah siswa yang aktif mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan mereka juga sudah melakukan pengamatan dengan tertib dan baik dengan tepat waktu. Dalam observasi terlihat kerjasama kelompok juga menunjukkan peningkatan. Peningkatan banyaknya siswa yang terlibat aktif selama proses pembelajaran tersebut merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa motivasi siswa untuk belajar juga semakin meningkat. Meningkatnya motivasi siswa maka tujuan pembelajaran seperti yang tercantum dalam tujuan pembelajaran khusus akan tercapai. Pencapaian hasil belajar siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan tidak lepas dari peran guru dalam proses pembelajaran. Karena guru merupakan salah satu komponen yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Pada siklus II terjadi perubahan-perubahan seperti hasil belajar siswa yang optimal, motivasi siswa meningkat, siswa aktif dalam pembelajaran, dan suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. Sehingga dengan pembelajaran inkuiri siswa akan terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran. Gulo (2002) menyatakan bahwa inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif. Selain meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, faktor lain yang mendorong tercapainya ketuntasan belajar kognitif siswa karena siswa memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk belajar sehingga dengan mudah dapat memahami materi yang diajarkan. Dari hasil angket/kuesioner yang diberikan diakhir siklus II, secara keseluruhan siswa menunjukkan tanggapan /respon yang tinggi terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini dapat kita lihat pada lampiran 34 yang menunjukkan 22 siswa merespon sangat positif dengan persentase sebesar 49% dan 23 siswa yang merespon positif dengan persentase sebesar 51%.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan obesrvasi, serta analisis data yang telah diuraikan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa : 1. Melalui pembelajaran inkuiri terbimbing untuk sub pokok pembahasan pemantulan cahaya siswa kelas VIII A SMP Negeri 13 Semarang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar sains-fisika. 2. Analisis peningkatan aktivitas siswa diperoleh melalui analisis

psikomotorik, afektif (minat), dan lembar angket (sikap), serta kegiatan guru yang mendukung dalam proses pembelajaran. Peningkatan aktivitas dapat terlihat dari : Nilai rata-rata psikomotorik siswa diakhir siklus I sebesar 66 menjadi 71 diakhir siklus II. Nilai afektif (minat) siswa diakhir siklus I tidak ada siswa yang menyatakan sangat minat sedangkan diakhir siklus II sebesar 16% menyatakan sangat minat. Hasil angket hasil angket/kuesioner yang diberikan diakhir siklus II, secara keseluruhan siswa menunjukkan tanggapan /respon yang tinggi terhadap pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini dapat kita lihat pada lampiran yang menunjukkan 22 siswa merespon sangat positif dengan persentase sebesar 49% dan 23 siswa yang merespon positif dengan persentase sebesar 51%.

3. Analisis belajar kognitif siswa diperoleh melalui hasil pretest dan postest yang dilakukan setiap siklus. Peningkatan hasil belajar kognitif terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa diakhir siklus I sebesar 73 menjadi 82 diakhir siklus II.
5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut : 1. Supaya mengarahkan (memotivasi) siswa mengajukan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan yang bersifat membimbing. 2. Dalam pembelajaran, menggunakan sejumlah contoh sesuai dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan materi ajar. 3. Jika akan diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing perlu adanya sistem kontrol yang baik oleh guru pada saat siswa melakukan pengamatan dan diskusi sehingga siswa benar-benar memanfaatkan waktu dan memahami materi dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia Anonim.1980. Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta : Depdikbud. Amien, Moh. 1987. Mengajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiri. Jakarta : Dekdikbud. Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : Depdiknas. Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Fisika. Jakarta : Depdiknas. Dimyati, dan Mudjiono. 1994. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Depdikbud. Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara. Kanginan, Marthen. 2004. Sains Fisika SMP untuk kelas VIII semester 2. Jakarta:Erlangga. Koes H, Supriyono. 2003. Strategi Pembelajaran Fisika. Bandung : JICA Memes, Wayan. 2000. Model Pembelajaran Fisika di SMP. Jakarta : Proyek Pengembangan Guru Sekolah Menengah Depdiknas. Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Sardiman, A. M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rajagrasindo Persada. Sudjana, Nana. 1989. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, Erman. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung : Wijayakusumah Suryosubroto, B. 2002. Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta : PT Rineka Cipta. Tim Penelitian Program Pascasarjana UNY. 2004. Pedoman Penilaian afektif. Yogyakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan menengah Direktorat pendidikan lanjutan Tingkat Pertama. Usman, Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Rosda Karya

You might also like