You are on page 1of 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sabun merupakan barang kebutuhan dalam setiap rumah tangga yang digunakan sebagai bahan penbersih. Bentuk sabun bermacam-macam tergantung dari penggunaan, juga bahan-bahan yang ditambahkan. Bahan baku sabun adalah campuran asam lemak (hewani maupun nabati) dicampur dengan soda (kalium atau natrium hidroksida) akan membentuk larutan kental. Hasil samping sabun adalah gliserin. Untuk mendapatkan sabun dengan nilai ekonomi yang tinggi perlu ditambahkan zat aditif lain dalam sabun, seperti : pewangi, pengisi, pewarna, anti bakteri, pelembut, dan lainnya. Dalam proses industri, proses saponifikasi dilakukan dalam pembuatan sabun padat yang saat ini sabun padat tidak hanya digunakan sebagai sabun cuci tetapi merupakan bahan pembersih muka dan badan (Zaelana, dkk, 2011). Dalam percobaan ini, sabun dibuat dari logam alkali (NaOH) natrium hidroksida. Percobaan ini penting dilakukan untuk mengetahui bagaimana prinsipprinsip pembuatan sabun dan untuk mengetahui mutu sabun yang dihasilkan.

1.2 Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam percobaan ini adalah bagaimana cara membuat sabun dari minyak goring dan naoh dengan benar serta bagaimana cara menganalisa mutu sabun. 1.3 Tujuan Percobaan Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari pembuatan sabun dan untuk menganalisa mutu sabun.

1.4 Manfaat percobaan Manfaat yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah dapat mengetahhui cara pembuatan sabun yang benar serta mengetahui cara menganalisa mutu sabun. 1.5 Ruang lingkup percobaan Praktikum Kimia Organik modul Pembuatan dan Analisa Mutu Sabun di laksanakan di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan keadaan ruangan.. Tekanan udara Suhu ruangan : 760 mmHg : 30 C

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak (C18H34O2), natrium hidroksida (NaOH), asam klorida (HCl), aquadest (H2O), etanol (C2H5OH), dan indicator phenolphthalein. Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah beaker glass, magnetic stirrer, hot plate, gelas ukur, cawan petri, erlenmeyer, corong gelas, buret, plastic warp, klem, dan standar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sabun Sabun adalah senyawa dari garam asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat (C17H33COO-Na+). Sabun merupakan produk pembersih untuk kulit manusia, seperti detergen. Sabun mempunyai gugus hidrofobik yang berinteraksi dengan minyak dan ujung anionik yang larut air. Mekanisme sabun mengangkat minyak atau lemak dari benda adalah molekul sabun larut dalam air dan ujung hidrofobik mengepung molekul minyak, sedangkan ujung anion terlarut dalam air membentuk misel sehingga minyak terlepas dari benda (Cakrabuana, 2010). Lemak dan minyak yang digunakan untuk membuat sabun terdiri dari 7 asam lemak yang berbeda. Apabila semua ikatan karbon dalam asam lemak terdiri dari ikatan yunggal disebut asam lemak jenuh, sedangkan bila semua atom karbon berikatan dengan ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh. Jumlah asam lemak yang tak jenuh dalam pembuatan sabun akan memberikan pengaruh kelembutan pada sabun yang dibuat (Zaelana, dkk, 2011). Bentuk-bentuk sabun 1. Sabun Cair 1) Dibuat dari minyak kelapa 2) Alkali yang digunakan naoh 3) Bentuk cair dan tidak mengental dalam suhu kamar 2. Sabun Lunak 1) Dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit 2) Alkali yang dipakai naoh 3) Bentuk pasta dan mudah larut dalam air 3. Sabun Keras 1) Dibuat dari lemak netral yang padat 2) Alkali yang dipakai naoh 3) Sukar larut dalam air (Prawira, 2010).

2.2

Saponifikasi Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun. Sabun dibuat dari

proses saponifikasi lemak hewan dan dari minyak. Gugus induk lemak disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrikarbon panjang yang berikatan membentuk gugus karboksil. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH) (Prawira, 2010). Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai produk utama dari gliserin sebagai produk samping. Gliserin dari produk samping juga mempunyai nilai jual. Sabun dengan berat molekul rendah akan mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras (Astuti, 2012). Apabila trigliserida direaksikan dengan alkil, maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon pada gliserol akan terpisah. Proses ini disebut saponifikasi. Atom oksigen mengikat sodium yang berasal dari sodium hidroksida sehingga ujung dari rantai asam karboksilat akan larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang kemudian disebut sabun. Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol, apabila ketiga gugus lemak tersebut lepas maka reaksi saponifikasi dianggap selesai (Zaelana, 2011). O
_ H2C _ O || C _ R1

H2C _ OH

O || R1 _ C _ O _ Na

O
||

HC _ O _ C _ R2 O
||

+ 3NaOH

O || HC _ OH + R2 _ C _ O _ Na O || R3 _ C _ O _ Na Sabun

H2C O C R3 Trigleserida Basa

H2C _ OH Gliserol

Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi (Zaelana, dkk, 2011).

Suatu sabun mandi yang baik, kualitas kadar alkali bebas tidak boleh melebihi 0,05 %. Kadar air dalam sabun kecantikan maksimum 15 % dan kadar garam dalam sabun mandi tidak boleh melebihi 0,6 % (Zaelana, dkk, 2011).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Percobaan Reaksi antara lemak dan alkali kuat menghasilkan gliserol dan sabun. O O || _ H2C _ O || C _ R1 H2C _ OH R1 _ C _ O _ Na O HC _ O _ C _ R2 O H2C O C R3 Trigleserida Basa
_ _ || _ ||

+ 3NaOH

O || HC _ OH + R2 _ C _ O _ Na O || R3 _ C _ O _ Na Sabun

H2C _ OH Gliserol (Zaelana, dkk, 2011)

Gambar 4.1 Reaksi Saponifikasi

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Pembuatan Sabun Bahan Minyak Air NaOH 4.2 Perbandingan mol 1 5 2 Mol Larutan 0,3521 mol 1,7606 mol 0,7042 mol Massa Larutan 100 gram 31,690 gram 28,169 gram Berat sabun 136,63 gram % Ralat 14,53 %

Pembahasan Pada pembuatan sabun, bahan dasar yang biasa digunakan adalah : C12-C18. Jika

kecil C12 maka dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Jika besar C20 maka bahan akan kurang larut (hanya digunakan sebagai campuran) (Supandi, 2011). Dalam percobaan ini senyawa alkali yang digunakan adalah natium hidroksida (NaOH). Percobaan dimulai dengan mencampurkan minyak dan natrium hidroksida (NaOH) dan dipanaskan di atas hot plate. Larutan diaduk dengan stirrer sambil dipanaskan di atas hot plate. Kemudian larutan yang kental ini dituangkan kedalam cawan petri yang telah dilapisi plastic warp dan didiamkan selama 24-48 jam. Sabun

yang telah jadi diambil 5 gram dan dilaruutkan dengan 30 ml etanol didalam erlenmeyer. Kemudian larutan ini di ambil sampelnya sebanyak 5 ml dan ditetesi dengan beberapa tetes indikator penolpthalein. Larutan ini dititrasi dengan 5 ml larutan asam klorida 0,5 N. Massa sabun yang diperoleh dengan percobaan ini adalah 136,63 gram dengan massa teori sebesar 159,859 gram, serta persen ralat sebesar 14,53 %. Kadar asam lemak bebas dalam sabun adalah 76,8 %. Proses pembuatan sabun atau saponifikasi terjadi apabila trisliaerida direaksikan dengan alkalui, maka ikatan antara atom oksigen pada gugus karboksilat dan atom karbon pada gliserol akan terpisah. Atom oksigen mengikat sodium dari sodium hidroksida sehingga ujung rantai asam karboksilat larut dalam air. Garam sodium dari asam lemak inilah yang disebut sabun. Sedangkan gugus OH dalam hidroksida akan berikatan dengan molekul gliserol. Apabila ketiga gugus asam lemak tersebut lepas, maka reaksi saponifikasi dinyatakan selesai.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah: 1. massa sabun yang diperoleh dari percobaan ini adalah 136,63 gram dengan massa sabun teori 159,859 gram, serta persen ralat sebesar 14,53 %. 2. kadar asam lemak bebas dalam sabun adalah 76,8 %. 3. metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah pemanasan, pengadukan, pencampuran, dan titrasi. 4. sabun yang dihasilkan adalah jenis sabun keras. 5. NaOH digunakan sebagai senyawa alkali kuat dalm proses reaksi. 5.2 Saran Adapun saran yang dapat disampaikan untuk modul ini nadalah: 1. kecepatan pengadukkan hendaknya diperhatikan dengan baik untuk mencegah larutan menjadi terlalu kental dan dapat menyebabkan larutan cepat mengeras sebelum di cetak. 2. 3. sebaiknya selama proses pemanasan, suhu larutan di ukur sebaiknya sampel sabun yang yang akan di analisa ditunggu dengan menggunakan termometer. sampai benar-benar keras, agar tidak terjadi kesalahan dalm menganalisa mutu dari sabun yang dihasilkan. 4. nitrasi. 5. sebelum proses titrasi, posisi buret harus benar agar tidak salah dalam pembacaan volume titran. sampel sabun yang digunakan saat titrasi hendaknya larut semua dalam pelarut etanol, sehingga tidak mempengaruhi proses

DAFTAR PUSTAKA
Cakrabuana, Hangga. 2010. Analisa Penentuan Asam-Asam Lemak Pada Sabun dengan Metode Ekstraksi Pelarut dan GC. http://madrasahqalbu.blogspot. com/2012/05/analisa-analisa-penentuan-asam-asam-lemak-pada-sabundengan-metode-ekstraksi-pelarut-dan-gc. Diakses 11 Desember 2012. Krisbiantoro. 2012. Reaksi Saponifikasi Serta Pengujian Sifat Surfaktan Sabun dan Detergen. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta. Prawira. 2010. Reaksi Saponifikasi Pada Proses Pembuatan Sabun. http..//Yprawira. Wordpress.com/reaksi-saponifikasi-pada-proses-pembuatan-sabun. Diakses 12 Desember 2012. Supandi., Sri, Nevi. 2011. Formulasi Sabun Transparan Minyak Nilam Sebagai Obat Jerawat. http://www.scrib.com/pdf/254437/sabun transparan. Diakses 10 Desember 2012. Zaelana, Yusuf., Widiyanti, Yuniar., Masluhah, Viasiti. 2011. Laporan Praktikum Satuan Proses Saponifikasi. http://yusufzae.blogspot.com/2012/02/laporan saponifikasi.html/. Diakses 12 Desember 2012.

LAMPIRAN A APLIKASI DALAM DUNIA INDUSTRI


FORMULASI SABUN TRANSPARAN MINYAK NILAM SEBAGAI OBAT JERAWAT Minyak nilam mengandung senyawa patchouli alkohol sebagai kandungan utamanya dengan kadar 50-60 %. Minyak nilam memiliki aktifasi sebagai antibakteri, antiradang, dan penghambat pertumbuhan jamur dan bakteri. Minyak nilam juga memiliki kepekaan terhadap bakteri seperti staphylococcus epidermis dan propionibacterium acnes. VCO merupakan minyak alamiah berkualitas tinggi yang diperoleh dari santan kelapa segar. Kandungan asam lemak terutama asam laurat dan oleat dalam VCO dapat berfungsi untuk melembutkan kulit, peningkatan penetrasi, molsturizer, dan mempercepat penyembuhan pada kulit. VCO juga memiliki aktifitas sebagai antibakteri. Dengan demikian kombinasi minyak nilam dan VCO dimana minyak nilai sebagai zat aktif dan VCO sebagai salah satu komponen tambahan, dapat menghasilkan sabun transparan yang memiliki efek anti jerawat yang lebih baik dan aman digunakan (Supandi, dkk, 2011).

LAMPIRAN B PERHITUNGAN
B.1 Pembuatan Sabun Perbandingan mol minyak : air : NaOH = 1 : 5 : 2 Mr minyak = 284 gram/mol Mr air Mr NaOH = 18 gram/mol = 40 gram/mol

Mol minyak = B.2 perhitungan Analisa Sabun

You might also like