You are on page 1of 35

System digital

lampu berjalan

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MAKALAH Pekerjaan pekerjaan jalan raya selama waktu gelap biasanya ditandai oleh lampu lampu kuning yang menyala. Lampu lampu itu sering disambungkan jadi satu yang membentuk suatu lampu yang nyala berturut turut. Makalah ini merupakan pembahasan atau suatu evaluasi dari gabungan beberapa materi atau modul ( Pembuatan Alat ) yang kami terima atau yang telah kami lakukan untuk membahas megenai lampu lampu tersebut yaitu Lampu Berjalan, yang telah menjadi satu-kesatuan dalam modul aplikasi atau penerapan dari beberapa materi atau modul yang kami dapatkan dari praktikum Sistem Digital dengan cakupan yang agak sedikit dipersempit ruang lingkup pembahasannya. 1.2 PEMBATASAN atau RUANG LINGKUP MAKALAH Dalai suatu penulisan yang mengambil suatu object tertentu, tentu saja mempunyai suatu yang namanya batasan-batasan yang harus diambil agar supaya terdapat ruang lingkup dari penulisan tersebut. Permasalahan yang kami batasi dalam makalah ini hanya pada cara kerja dari suatu rangkaian baik secara diagram blok atau secara detail, cara pengujian dan cara kerja alat serta landasan teori dari beberapa komponen yang digunakan dalam suaturangkaian. 1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan suatu peluang yang kami anggap cukup luas bagi para mahasiswa dalam mengembangkan pengetahuan dasar mengenai Sistem Digital untuk mengetahui fungsi dan jenis dari komponen yang digunakan atau mengenai karakteristik dari komponen tersebut dan dengan serta-merta dapat menganalisa cara kerja dari suatu rangkaian dan dapat melatih para mahasiswa untuk bertanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada mereka. 1

System digital

lampu berjalan

1.4 a)

METODE PENULISAN MAKALAH Observasi, yaitu denganpengamatan kami selama mengikuti praktikum Sistem Digital. Metode ini mengarahkan kepada kami untuk mampu merekam atau mengingat semua materi yang telah disampaikan selama pelaksanaan praktikum Sistem Digital serta meneliti dan menyimpulkan yang selanjutnya kami sampaikan dalam penulisan makalah ini.

Metode penulisan makalah ini didapat berdasarkan berbagai cara, antara lain :

b)

Studi pustaka, yaitu dengan mencari informasi dari buku-buku atau media kmunikasi yang lain, yang dapat dijadikan pedoman atau referensi. Metode ini sangat membantu sekali dalam bentuk teori-teori yang mendukung penulisan ini serta dapat memecahkan suatu masalah yang sedang kami hadapi dalam penulisan makalah ini.

c)

Konsultasi, yaitu dengan bertanya atau berkomunikasi kepada para asisten praktikum mengenai apa yang bagi kami kurang dapat dimengerti dan kurang dapat dipahami tentang yang harus kami perrbuat dalam penulisan makalah ini, mengenai isi atau sumber referensi yang kami perlukan. Juga kepada para senior kami yang tentunya lebih memahami atau berpengalaman dalam penulisan makalah ini.

1.5 A.

SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH BAB I. Pendahuluan, yang terdiri dari :


A.1. Latar Belakang Makalah, yang menjelaskan alasan pembuatan makalah

Adapun sistematika dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

ini.
A.2. Pembatasan atau Ruang Lingkup Makalah, yang cakupan dari isi

makalah ini.
A.3. Tujuan Penulisan Makalah, titik berat yang ditekankan dalam makalah

ini.

System digital

lampu berjalan

A.4. Metode Penulisan Makalah, yang menjelaskan cara atau langkah-langkah

yang ditempuh dalam penulisan makalah ini.


A.5. Sistematika Penulisan Makalah, yang menunjukkan point-point atau

pembagian masalah yang terdapat dalam makalah ini. B. C. D. E. BAB II. Landasan Teori, yang menguraikan teori-teori dasar tentang komponen-komponen yang digunakan dalam proyek yang kami lakukan. BAB III.Analisa Rangkaian, yang menerangkan tentang cara kerja rangkaian secara diagram blok dan secara detail. BAB IV.Cara Pengujian dan Pengoperasian Alat, yang menerangkan tentang bagaimana cara menguji dan menggunakan alat dalam proyek ini. BAB V. Penutup, yang berisikan kesimpulan atau analisa akhir dari alat dan saran yang dapat membantu dalam menyelesaikan alat dalam proyek ini.

System digital

lampu berjalan

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini pembahasan yang diketengahkan adalah mengenai teori dari masing-masing komponen yang digunakan dalam perangkaian alat dalam proyek LAMPU BERJALAN ini, yaitu : 2.1 RESISTOR Pada dasarnya semua bahan memiliki sifat resistif namun beberapa bahan seperti tembaga, perak, emas dan bahan metal umumnya memiliki resistansi yang sangat kecil. Bahan-bahan tersebut menghantar arus listrik dengan baik, sehingga dinamakan konduktor. Kebalikan dari bahan yang konduktif, bahan material seperti karet, gelas, karbon memiliki resistansi yang lebih besar menahan aliran elektron dan disebut sebagai insulator. Bagaimana prinsip konduksi, dijelaskan pada artikel tentang semikonduktor. Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam satu rangkaian. Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Dari hukum Ohms diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol (Omega). Resistor yang digunakan dalam elektronika terbagi ke dalam dua jenis utama, yaitu terdiri dari : 1. Resistor linier, yang bekerja berdasarkan atau sesuai dengan hukum ohm. 2. Resistor non-linier, yang umum digunakan terdiri dari : Foto resistor, yang peka terhadap cahaya. Termistor, yang peka terhadap panas. Resistor yang bergantung pada tegangan listrik.

System digital

lampu berjalan

Resistor juga terdapat jenis yang lain, yaitu terbagi ke dalam dua jenis : 1. Resistor tetap, yaitu resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap dan memiliki batas kemampuan daya misalnya watt, watt, watt, 1 watt, 5 watt dan lain sebagainya. Arti dari batas kemampuan daya adalah resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan kemampuan daya yang telah ditetapkan, apabila melampaui maka resistor tersebut akan tidak berfungsi lagi. Resistor ini memiliki nilai hambatannya,tipe resistor yang ini berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. 2.

Gambar 2.1 Simbol Resistor

Warna

Nilai

faktor pengali

Toleransi 5

System digital

lampu berjalan

Hitam Coklat Merah Jingga Kuning Hijau Biru Violet Abu-abu Putih Emas Perak Tanpa warna

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -

1 10 100 1.000 10.000 100.000 106 107 108 109 0.1 0.01 -

1% 2%

5% 10% 20%

Tabel - 1 : nilai warna gelang Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya. Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor pengalinya. Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna gelang resitor ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana violet dan gelang ke tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna 6

System digital

lampu berjalan

emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua. Masih dari tabel-1 diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan gelang violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau 47 x 100 = 4.7K Ohm dan toleransinya adalah 5% Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut. Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya, misalnya 100/5W. 2. Resistor tidak tetap (variabel), yaitu resistor yang memiliki nilai hambatan atau resistansi yang dapat diubah-ubah dan dapat dilihat atau dibaca pada bagian luar badan resisitor hambatan maksimal dari resistor tersebut. Jenisnya terbagi ke dalam dua jenis, yaitu : 2.1. Potensiometer, yaitu resistor variabel yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan memutar poros yang merupakan bagian dari badannya.

System digital

lampu berjalan

Gambar 2.2 Simbol Potensiometer 2.2 Trimpot, yaitu resistor variabel yang nilai resistansinya dapat diubahubah dengan cara memutar porosnya dengan bantuan obeng kecil ukuran kurang lebih 1-2 milimeter. Satuan dari resistor adalah atau Ohm, di mana 1 kiloOhm (1k) = 10 3 Ohm.

Gambar 2.3 Simbol Trimpot 2.2 KAPASITOR 2.2.1 Prinsip dasar dan spesifikasi elektriknya Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan.

System digital

lampu berjalan

2.2.2 Kapasitor terbagi ke dalam dua jenis, yaitu : 1. Kapasitor tetap, yaitu kapasitor yang memiliki kapasitansi yang tidak dapat diubah atau telah ditetapkan sebelumnya. Kapasitor ini dibedakan kepada jenis bahan yang digunakan sebagai lapisan di antara lempeng-lempeng logam yang disebut bahan dielektrikum, seperti keramik, mika, kertas, polyester ataupun film. Sehingga kapasitor tetap ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu : 1.1 Kapasitor non-polar atau tidak memiliki kutub, yaitu kapasitor yang terbuat dari bahan yang tersebut di atas dan nilainya kurang dari 1 mikroFarad (1F).

Gambar 2.4 Simbol Kapasitor Tetap 1.2 Kapasitor polar atau memiliki kutub, yaitu kapasitor elektrolit (elco) yang memiliki nilai lebih dari atau sama dengan 1 mikroFarad (1f).Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda (+) dan (-) di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda. 9

System digital

lampu berjalan

Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium, magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) proses permukaannya dapat dioksidasi sehingga membentuk lapisan metaloksida (oxide film). Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan emas. Elektroda metal yang dicelup kedalam larutan electrolit (sodium borate) lalu diberi tegangan positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan negatif (katoda). Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan mengoksidai permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan Aluminium, maka akan terbentuk lapisan Aluminium-oksida (Al2O3) pada permukaannya.

Gambar 2.5 Kapasitor Elco

Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida dan electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisanmetal-oksida sebagai dielektrik. Dari rumus (2) diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal dielektrik. Lapisan metaloksida ini sangat tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya cukup besar. Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang banyak digunakan adalah aluminium dan 10

System digital

lampu berjalan

tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah adalah Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF, 470uF, 4700uF dan lain-lain, yang sering juga disebut kapasitor elco.

Gambar 2.6 Simbol Elco Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar namun menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki arus bocor yang sangat kecil Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi relatif mahal. 2. Kapasitor tidak tetap atau variabel, yaitu kapasitor yaitu : 2.1. Varco, yaitu kapasitor variabel yang nilai kapasitansinya dapat diubahubah dengan memutar poros yang merupakan bagian dari badannya. yang memiliki nilai

kapasitansi yang dapat diubah-ubah. Kapasitor ini terbagi ke dalam dua jenis,

11

System digital

lampu berjalan

Gambar 2.7 Simbol Kapasitor Variabel 2.2. Trimer, yaitu kapasitor variabel yang nilai kapasitansinya dapat diubahubah dengan memutar porosnya dengan bantuan obeng kecil ukuran kurang lebih 1-2 milimeter.

Gambar 2.6 Simbol Trimer 2.2.3 Kapasitansi Satuan dari kapasitor adalah Farad, yang diambil dari nama penemunya Michael Faraday. Untuk rangkain elektronik praktis, satuan farads adalah sangat besar sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan uF (10-6 F), nF (10-9 F) dan pF (10-12 F). Untuk mengetahui besarnya nilai kapasitas pada kapasitor dapat dibaca melalui kode angka pada bahan kapasitor tersebut yang terdiri dari 3 angka pada kapasitor nonpolar, misalnya 104 artinya nilai kapasitasnya sama dengan 10*104 = 10x10000 = 105 pF = 102 nF = 0,1 F. Sedangkan untuk elco tertulis 100 F / 16 volt artinya elco memiliki kapasitas sebesar 100 F dan tegangan kerjanya tidak boleh melebihi 16 volt. Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis : Q = CV .(1) Q = muatan elektron dalam C (coulombs) C = nilai kapasitansi dalam F (farads) V = besar tegangan dalam V (volt) 12

System digital

lampu berjalan

Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut : C = (8.85 x 10-12) (k A/t) ...(2) Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang disederhanakan. Udara vakum Aluminium oksida Keramik Gelas Polyethylene k=1 k=8 k = 100 - 1000 k=8 k=3

.Tabel 2. konstanta dielektrik 2.2.3 Tegangan Kerja (working voltage) Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja dengan baik. Para elektro- mania barangkali pernah mengalami kapasitor yang meledak karena kelebihan tegangan. Misalnya kapasitor 10uF 25V, maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja pada tegangan AC.

2.3 DIODA Dioda merupakan suatu semikonduktor yang hanya dapat menghantar arus listrik dan tegangan listrik pada satu arah saja, yang memiliki bahan pokok dari Germanium (Ge) dengan tegangan barier sebesar 0,3volt artinya bila tegangan yang melewatinya kurang dari 0,3 volt maka dioda tidak bekerja dan Silikon (Si) dengan tegangan barier sebesar 0,7 volt artinya bila tegangan yang melewatinya kurang dari 0,7 volt maka dioda tidak bekerja.

13

System digital

lampu berjalan

Struktur dioda tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N. Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi N.

Gambar 2.9 Simbol dan struktur dioda Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi kecil yang disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat keseimbangan hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak terbentuk hole-hole yang siap menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron-elektron yang siap untuk bebas merdeka. Lalu jika diberi bias positif, dengan arti kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari sisi N dengan serta merta akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau elektron mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N karena ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau mengunakan terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi P ke sisi N.

Gambar 2.10 dioda dengan bias maju Sebalikya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan memberikan bias negatif (reverse bias). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas tegangan lebih besar dari sisi P. 14

System digital

lampu berjalan

Gambar 2.11 dioda dengan bias negatif Tentu jawabanya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-masing tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion layer) semakin besar dan menghalangi terjadinya arus. Demikianlah sekelumit bagaimana dioda hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil saja dioda sudah menjadi konduktor. Tidak serta merta diatas 0 volt, tetapi memang tegangan beberapa volt diatas nol baru bisa terjadi konduksi. Ini disebabkan karena adanya dinding deplesi (deplesion layer).

Gambar 2.12 grafik arus dioda Sebaliknya untuk bias negatif dioda tidak dapat mengalirkan arus, namun memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi breakdown, dimana dioda tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk di lapisan deplesi.

15

System digital

lampu berjalan

2.3.1 Dioda Kontak titik dan Dioda Hubungan Dioda kontak titik, yaitu dioda yang dipergunakan untuk mengubah frekuensi tinggi menjadi frekuensi rendah, misalnya tipe OA 70, OA 90 dan 1N 60. Dioda Hubungan, yaitu dioda yang dapat menghantarkan arus atau tegangan listrik yang besar hanya satu arah dan digunakan untuk menyearahkan arus dan tegangan. Dioda ini memiliki tegangan maksimal dan arus maksimal, misalnya tipe 1N4001 ada 2 jenis, yaitu yang berkapasitas 1 / 50 volt dan 1 / 100 volt.

Gambar 2.13 Simbol Dioda Kontak Titik dan Dioda Hubungan

2.3.2 Dioda Zener Phenomena tegangan breakdown dioda ini mengilhami pembuatan komponen elektronika lainnya yang dinamakan zener. Sebenarnya tidak ada perbedaan sruktur dasar dari zener, melainkan mirip dengan dioda. Tetapi dengan memberi jumlah doping yang lebih banyak pada sambungan P dan N, ternyata tegangan breakdown dioda bisa makin cepat tercapai. Jika pada dioda biasanya baru terjadi breakdown pada tegangan ratusan volt, pada zener bisa terjadi pada angka puluhan dan satuan volt.

Gambar 2.14 Simbol Zener Ini adalah karakteristik zener yang unik. Jika dioda bekerja pada bias maju maka zener biasanya berguna pada bias negatif (reverse bias). Zener juga banyak digunakan untuk aplikasi regulator tegangan (voltage regulator) misalnya tipe 12 volt 16

System digital

lampu berjalan

artinya dioda zener dapat membatasi tegangan yang lebih besar dari 12 volt menjadi 12 volt. Zener yang ada dipasaran tentu saja banyak jenisnya tergantung dari tegangan breakdwon-nya. 2.3.3 Dioda Pemancar Cahaya ( LED, light Emiting Diode ) Merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya.LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkna emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang pakai adalah galium, arsenic dan phosporus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula.

Gambar 2.15 Simbol LED Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang banyak ada adalah warna merah, kuning dan hijau.LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua warna bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi dayanya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam, ada yang persegi empat, bulat dan lonjong.

Gambar 2.16 LED array LED sering dipakai sebagai indicator pada peraga atau display yang masingmasing warna bisa memiliki arti yang berbeda. Menyala, padam dan berkedip juga 17

System digital

lampu berjalan

bisa berarti lain. LED dalam bentuk susunan (array) bisa menjadi display yang besar. Dikenal juga LED dalam bentuk 7 segment atau ada juga yang 14 segment. Biasanya digunakan untuk menampilkan angka numerik dan alphabet. 2.4 TRANSITOR Transistor merupakan komponen aktif di mana dalam pengoperasiannya memerlukan sumber tegangan atau sumber arus tersendiri. Transistor sendiri merupakan bahan yang bersifat semikonduktor yang terbuat dari bahan germanium dan silicon, yang mempunyai 3 keping dan dirakit menjadi satu. Keping yang mengapit masing-masing adalah Emitor (E) dan Kolektor (C), sedangkan keping yang diapit adalah Basis (B). Transistor ini bekerja berdasarkan prinsip pengendalian arus kolektor dengan menggunakan arus pada basis. Dengan kata lain arus basis mengalami penguatan hingga menjadi sebesar arus kolektor. Penguatan ini bergantung pada factor penguatan masing-masing transistor ( dc dan dc ). Sifat transistor yang akan saturasi pada nilai tegangan tertentu antara basis dan emitor menjadikan transistor dapat berfungsi sebagai saklar elektronik. Transistor memiliki dua jenis, yaitu : A. Transistor bipolar, yaitu transistor yang memiliki 2 persambungan kutub. Yang sering digunakan memiliki 3 kaki ( emitor, basis dan kolektor ). Yang merupakan penggabungan dari buah dioda. Jenisnya NPN dan PNP.

Gambar 2.17 Simbol Transistor NPN B.

Gambar 2.18 Simbol Transistor PNP

Transistor unipolar, yaitu transistor yang hanya memiliki 1 persambungan kutub. Jenisnya FET ( Field Effect Transistor ), yang terdiri dari JFET kanal N,

18

System digital

lampu berjalan

JFET kanal P, MOSFET kanal N dan MOSFET kanal P dan memiliki 3 kaki ( source, gate dan drain ).

Gambar 2.19 JFET kanal P

Gambar 2.20 JFET kanal N

Pada transistor bipolar prinsip kerja transistor adalah arus bias base-emiter yang kecil mengatur besar arus kolektor-emiter. Hal yang penting adalah bagaimana caranya memberi arus bias yang tepat sehingga transistor dapat bekerja optimal. 2.4.1 Arus Bias Ada tiga cara yang umum untuk memberi arus bias pada transistor, yaitu rangkaian CE (Common Emitter), CC (Common Collector) dan CB (Common Base). Namun saat ini akan lebih detail dijelaskan bias transistor rangkaian CE. Dengan menganalisa rangkaian CE akan dapat diketahui beberapa parameter penting dan berguna terutama untuk memilih transistor yang tepat untuk aplikasi tertentu. Tentu untuk aplikasi pengolahan sinyal frekuensi audio semestinya tidak menggunakan transistor power, misalnya. 2.4.2 Arus Emiter Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk kesatu titik akan sama jumlahnya dengan arus yang keluar. Jika teorema tersebut diaplikasikan pada transistor, maka hukum itu menjelaskan hubungan : IE = IC + IB ........(1)

19

System digital

lampu berjalan

arus emitor Persamanaan (1) tersebut mengatakan arus emiter IE adalah jumlah dari arus kolektor IC dengan arus base IB. Karena arus IB sangat kecil sekali atau disebutkan IB << IC, maka dapat di nyatakan : IE = IC ..........(2) Alpha () sering dijumpai spesikikasidc (alpha dc) yang tidak lain adalah : dc = IC/IE ..............(3) Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor. Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter maka idealnya besar dc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada memilikidc kurang lebih antara 0.95 sampai 0.99.

Beta () Beta didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus base. = IC/IB ............. (4) 20

System digital

lampu berjalan

Dengan kata lain, adalah parameter yang menunjukkan kemampuan penguatan arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter ini ada tertera di databook transistor dan sangat membantu para perancang rangkaian elektronika dalam merencanakan rangkaiannya. Misalnya jika suatu transistor diketahui besar=250 dan diinginkan arus kolektor sebesar 10 mA, maka berapakah arus bias base yang diperlukan. Tentu jawabannya sangat mudah yaitu : IB = IC/ = 10mA/250 = 40 uA Arus yang terjadi pada kolektor transistor yang memiliki = 200 jika diberi arus bias base sebesar 0.1mA adalah : IC =IB = 200 x 0.1mA = 20 mA Dari rumusan ini lebih terlihat defenisi penguatan arus transistor, yaitu sekali lagi, arus base yang kecil menjadi arus kolektor yang lebih besar. 2.4.3 Common Emitter (CE) Rangkaian Common Emitor adalah rangkain yang paling sering digunakan untuk berbagai aplikasi yang mengunakan transistor. Dinamakan rangkaian Common Emitor, sebab titik ground atau titik tegangan 0 volt dihubungkan pada titik emiter.

rangkaian CE

21

System digital

lampu berjalan

Ada beberapa notasi yang sering digunakan untuk mununjukkan besar tegangan pada suatu titik maupun antar titik. Notasi dengan 1 subscript adalah untuk menunjukkan besar tegangan pada satu titik, misalnya VC = tegangan kolektor, VB = tegangan base dan VE = tegangan emiter.Ada juga notasi dengan 2 subscript yang dipakai untuk menunjukkan besar tegangan antar 2 titik, yang disebut juga dengan tegangan jepit. Diantaranya adalah : VCE = tegangan jepit kolektor- emitor VBE = tegangan jepit base - emitor VCB = tegangan jepit kolektor - base Notasi seperti VBB, VCC, VEE berturut-turut adalah besar sumber tegangan yang masuk ke titik base, kolektor dan emitor. 2.4.4 Kurva Base Hubungan antara IB dan VBE tentu saja akan berupa kurva dioda. Karena memang telah diketahui bahwa junction base-emitor tidak lain adalah sebuah dioda. Jika hukum Ohm diterapkan pada loop base diketahui adalah : IB = (VBB - VBE) / RB ......... (5) VBE adalah tegangan jepit dioda junction base-emitor. Arus hanya akan mengalir jika tegangan antara base-emitor lebih besar dari VBE. Sehingga arus IB mulai aktif mengalir pada saat nilai VBE tertentu.

22

System digital

lampu berjalan

kurva IB -VBE Umumnya diketahui VBE = 0.7 volt untuk transistor silikon dan VBE = 0.3 volt untuk transistor germanium. Nilai ideal VBE = 0 volt. 2.4.5 Kurva Kolektor Sekarang sudah diketahui konsep arus base dan arus kolektor. Satu hal lain yang menarik adalah bagaimana hubungan antara arus base IB, arus kolektor IC dan tegangan kolektor-emiter VCE. . Pada gambar berikut telah diplot beberapa kurva kolektor arus IC terhadap VCE dimana arus IB dibuat konstan.

kurva kolektor Dari kurva ini terlihat ada beberapa region yang menunjukkan daerah kerja transistor. Pertama adalah daerah saturasi, lalu daerah cut-off, kemudian daerah aktif dan seterusnya daerah breakdown. 2.4.6 Daerah Aktif Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana arus IC konstans terhadap berapapun nilai VCE. Dari kurva ini diperlihatkan bahwa arus IC hanya tergantung dari besar arus IB. Daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linear (linear region). Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada loop kolektor (rangkaian Common Emitor), maka dapat diperoleh hubungan : 23

System digital

lampu berjalan

VCE = VCC - ICRC .............. (6) Dapat dihitung dissipasi daya transistor adalah : PD = VCE.IC ............... (7) Rumus ini mengatakan jumlah dissipasi daya transistor adalah tegangan kolektoremitor dikali jumlah arus yang melewatinya. Dissipasi daya ini berupa panas yang menyebabkan naiknya temperatur transistor. Umumnya untuk transistor power sangat perlu untuk mengetahui spesifikasi PDmax. Spesifikasi ini menunjukkan temperatur kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja normal. Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka transistor dapat rusak atau terbakar. 2.4.7 Daerah Saturasi Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 volt sampai kira-kira 0.7 volt (transistor silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-base yang mana tegangan VCE belum mencukupi untuk dapat menyebabkan aliran elektron. 2.4.8 Daerah Cut-Off Jika kemudian tegangan VCC dinaikkan perlahan-lahan, sampai tegangan VCE tertentu tiba-tiba arus IC mulai konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja transistor berada pada daerah cut-off yaitu dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON). Perubahan ini dipakai pada system digital yang hanya mengenal angka biner 1 dan 0 yang tidak lain dapat direpresentasikan oleh status transistor OFF dan ON.

24

System digital

lampu berjalan

rangkaian driver LED

Misalkan pada rangkaian driver LED di atas, transistor yang digunakan adalah transistor dengan= 50. Penyalaan LED diatur oleh sebuah gerbang logika (logic gate) dengan arus output high = 400 uA dan diketahui tegangan forward LED, VLED = 2.4 volt. Lalu pertanyaannya adalah, berapakah seharusnya resistansi RL yang dipakai. IC = IB = 50 x 400 uA = 20 mA Arus sebesar ini cukup untuk menyalakan LED pada saat transistor cut-off. Tegangan VCE pada saat cut-off idealnya = 0, dan aproksimasi ini sudah cukup untuk rangkaian ini. RL = (VCC - VLED - VCE) / IC = 2.6V / 20 mA = (5 - 2.4 - 0)V / 20 mA

= 130 Ohm

2.4.9 Daerah Breakdown Dari kurva kolektor, terlihat jika tegangan VCE lebih dari 40V, arus IC menanjak naik dengan cepat. Transistor pada daerah ini disebut berada pada daerah breakdown. Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini, karena akan dapat merusak transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor nilai tegangan VCEmax yang diperbolehkan sebelum breakdown bervariasi. VCEmax pada databook transistor selalu dicantumkan juga. 2.5 IC ( Integrated Circuit ) 25

System digital

lampu berjalan

IC ( integrated Circuit ) adalah suatu rangkaian yang terintegrasi dari beberapa komponen yang menjadi satu. Pada rangkaian ini digunakan IC 40106 dan IC4017. 2.5.1 IC 40106 Hex inverters dengan input schmitt-trigger 0.9V typical input hysteresis padaVCC=+5V dan 2.3V pada VCC=+10V.
+---+--+---+ 1A |1 /1Y |2 2A |3 3A |5 /3Y |6 GND |7 +--+ 14| VCC 13| 6A 12| /6Y 10| /5Y 9| 4A 8| /4Y +---*---+ | A |/Y | +===*===+ | 0 | 1 | | 1 | 0 | +---*---+ _ /Y = A

/2Y |4 40106 11| 5A

+----------+

IC 40106

2.5.2 IC CMOS 4017

4-bit asynchronous decade counter dengan output decoded penuh, reset dan clock aktif tinggi dan aktif rendah kedua input CLK di AND kan, sehigga dapat digunakan sebagai clock dan clock enable.
+---+--+---+ Q5 |1 +--+ 16| VCC

26

System digital

lampu berjalan

Q1 |2 Q0 |3 Q2 |4 Q6 |5 Q7 |6 Q3 |7 GND |8

15| RST 14| CLK1 13| CKE/CLK2 4017 12| RCO 11| Q9 10| Q4 9| Q8

+----------+

IC CMOS 4017

Adapun karakteristik dari IC 4017 ini terdapat 9 kaki yang merupakan jalan keluar ( output ). Kemudian Vcc terletak pada kaki 16. Clock terdapat pada kaki 14. Clock enable terdapat pada kaki 13. Carry out terdapat pada kaki 12 dan kaki 15 adalah sebagai reset. Pencacah dimulaikan dengan transisi RENDAH ke TINGGI pada jalan masuk lonceng CLK (clock ) sementara jalan masuk CKE ( clock enable ) sedang RENDAH pada jalan masuk CKE, sementara jalan masuk lonceng CLK adalah tinggi. Kalau pencacah pencacah 4017 dikaskadekan, jalan keluar Carry Out tersebut sedang RENDAH, sementara pencacah berada dalam status 5,6,7,8 dan 9 TINGGI. Pada jalan masuk reset ( RST ) mereset pencacah pada nol ( Q0 = Carry Out = TINGGI, Q1Q9 = RENDAH ). IC CMOS 4017 pada rangkaian ini adalah merupakan penghitung atau pencacah, yang berfusi sebagai register geser (Shift Register) yang dapat menggerakkan atau menggeser LED yang dapat menyala dari ke kiri ke kanan. Register ini adalah yang salah satu sub sistemnya paling berguna dan paling banyak kemampuannya dalam suatu system digital. Pencacah yang di drive oleh suatu clock dapat digunakan untuk menggeser banyak daur clock, karena pulsa clock terjadi pada 27

System digital

lampu berjalan

waktu yang diketahui. Shift register dapat digunakan sebagai suatu instrumen untuk mengukur waktu (periode dan frekuensi). Shift register tersebut juga merupakan rangkaian logika penguat sehingga pencacah membutuhkan karakteristik memori dan pewaktu memegang peranan yang penting. Shift register ini digunakan pula untuk membagi frekuensi dan menyimpan data seperti dalam detak digital, an juga dapat digunakan dalam pengurutan alamat dan dalam beberapa rangkaian aritmetika.

BAB III ANALISA RANGKAIAN 28

System digital

lampu berjalan

3.1 Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram

INPUT

CLOCK

Pencacah

OUTPUT

Untuk memudahkan penjelasan, rangkaian ini dibagi mejadi 4 bagian utama, yaitu rangkaian Input, Clock, Pencacah, Output. Keempat Block diatas tentunya memiliki karakteristik dan prinsip kerja . Berikut penjelasannya: 3.1.1 Input Input pada rangkaian ini berasal dari tegangan yang diberikan pada rangkaian sebesar 12 volt ataupun 9 volt. input tegangan tersebut dapat mengunakan baterai ataupun adaptor. Pada rangkaian ini penulis menggunakan baterai 9 volt sebagai input tegangan. 3.1.2 CLOCK Pada rangkaian ini penulis menggunakan IC 40106 sebagai frekuensi pembangkit clock yang berkisar antara 6Hz 30 %, digunakannya trimpot P1 ditengah rangkaian agar keluaran pada pembangkit clock dapat diumpankan ke penghitung IC1. Pada keterangan dibawah ini IC 40106 merupakan suatu IC inverting bila dilihat dari table masukan dan keluarannya.

+---+--+---+ 1A |1 /1Y |2 2A |3 +--+ 14| VCC 13| 6A 12| /6Y

+---*---+ | A |/Y | +===*===+ | 0 | 1 |

_ /Y = A

29

System digital

lampu berjalan

/2Y |4 40106 11| 5A 3A |5 /3Y |6 GND |7 10| /5Y 9| 4A 8| /4Y

| 1 | 0 | +---*---+

+----------+

3.1.3 Pencacah Pencacah pada rangkaian in menggunakan IC 4017 sebagai shift register, yang dapat menggeser led dari kiri kekanan maupun sebaliknya. Setelah pembangkit clock diumpankan ke penghitung / pencacah IC1 ( IC 4017 ), keluaran keluaran dari penghitung di reset ke awal mulai, bila Q4 menuju nilai 1, ini menunjukan adanya hubungan pada kaki 15 dan kaki 10 dari IC tersebut. Lalu keluaran keluaran pada kaki Q0Q3 dihubungkan ke rangkaian monostable multivbrator. Seluruh multivibrator tersebut tersulut olehsisi menuju negative dari pulsa keluaran keluaran Q0Q3. 3.1.4 Output Output yang digunakan disini adalah empat kelompok yangterdiri dari empat buah LED. LED tersebut dibagi menjadi empat buah kelompok yaitu A,B,C,D. Dari setiap rangkaian multivibrator tersebut dihubungkan ke satu kelompok barisan LED. Trimpot trimpot (P2..P5) yang terdapat pada rangkaian menentukan berapa lama setiap kelompok LED akan menyala. Semua periode pulsa itu diperlukan kurang lebih sama. LED-LED dari setiap kelompok akan menyala secara serentak, 3.2 Analisis Rangkaian Secara Detail

30

System digital

lampu berjalan

Mulai dari tegangan yang diberikan atau didapatkan dari rangkaian Power Suply atau baterai sebesar 9 volt bias juga 12 Volt. Kecepatan nyala berurutan pada sebarisan LED ditentukan oleh frekuensi pembangkit clock N1 (pada IC 40106), tegangan masuk pada IC 2 (IC 40106) sebagai clock, frefuensi clock ini akan berkisar pada 6HZ 30 %. Bila trimpot P1 ada di tengah, keluaran dari pembangkit clock akan diumpankan ke penghitung IC1, keluaran keluaran dari penghitung di reset ke awal mulai. BIla Q4 menuju logika 1, ini menunjukan hubungan antara kaki 15 dan 10 dari IC 1. Keluaran keluaran Q0Q3 dihubungkan masing masing ke suatu rangkaian multivibrator monostable yang terdiri dari N2N5. Seluruh multivibrator tersebut tersulut oleh sisi menuju negative dari pulsa pulsa keluaran Q0..Q3. Periode pulsa dapat diatur dengan trimpot trimpot P2P5, yang tentunya menentukan berapa lama setiap kelompok LED akan menyala. Semua perode pulsa itu diperlikan lebih kurang sama, untuk menjamin kerataan penyalaan lampu berjalan, rangkaian ini menggunakan 4 kelompok dari empat buah LED. LED LED dari setiap kelompok akan menyala dengan serentak. Penyulut pada N2N5 tidak mampu mencatu arus yang cukup untuk LED LED tu dan oleh karenanya penyangga transistor (T1T4) diikutsertskan. Arus yang mengalir melalui LED-LED setiap kali menyala kira kira 30mA, arus pemakaian rata rata dari rangkaian yang bekerja pada frekuensi lebih tinggi berorde 30 mA. Tetapi, bila periode waktu nyalalebih lama daripada periode waktu nyala berjalan, maka kebutuhan arusnya mungkinnaik sampai maksimum, sebesar 100mA.

31

System digital

lampu berjalan

BAB IV CARA PENGOPERASIAN ALAT

4.1

CARA PENGUJIAN ALAT

Bila rangkaian sudah selesai atau sudah benar pemasangannya baik komponen ataupun jalur-jalurnya, maka pengujian alat dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : A. B. Menghubungkan rangkaian dengan tegangan sebesar 12V atau 9 V dengan menggunakan baterai atau adaptor . Pada rangkaian ini menggunakan empat buah kelompok LED, LED-LED pada setiap kelompok akan menyala dengan serentak dan empat kelompok lampu itu akan nyala secara berurutan. C. Untuk pengaturan kecepatan dari gerak LED dan kapasitas terang daripada LED tersebut dilihat dengan cara memutar trimpot yang terdapat pada alat tersebut.

4.2

CARA KERJA ALAT

Rangkaian ini memberikan display dari LED yang akan menyala secara berurutan. Rangkaian ini menggunakan IC 4017 sebagai shift register (register geser) dan IC 40106 sebagai Clock. Kecepatan nyala berurutan pada sebarisan LED ditentukan oleh frekuensi pembangkit clock. Dan pergeseran LED ditentukan oleh IC 4017. Sehingga keluaran dari IC 4017 menuju 4 rangkaian monostable yang terhubung dengan 4 kelompok barisan LED. Sehingga LED tersebut dapat menyala secara berurutan dan dihubungkan dengan LED-LED lain sehingga dapat dibentuk sesuai keiginan kita.

32

System digital

lampu berjalan

Kecepatan pergeseran dan kapasitas terangnya LDR tergantung dari trimpot, sehingga harus diputar dengan obeng sedemikian rupa. Untuk mendapatkan hasil yang lebih cantik LED-LED dapat diatur atau dibentuk sesuai keinginan.

33

System digital

lampu berjalan

BAB V PENUTUP

5.1
A. B.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari beberapa pengamatan , yaitu : Rangkaian LAMPU BERJALAN ini memiliki 4 bagian utama, yaitu Input, CLOCK, Pencacah, Output IC yang digunakan dalam rangkaian LAMPU BERLALAN ini, sangat berpengaruh karena IC digital inilah yang mengendalikan cara kerja rangkaian secara keseluruhan. C. IC yang digunakan pada rangkaian ini merupakan IC pencacah sebagai shift register (register geser) yang membuat LED dapat bergerak dari kiri ke kanan ataupun sebaliknya. Cepat pergeseran LED dapat diatur dengan trimpot yang dihubungkan dengan IC sebagai pencacah dan kapasitas terangnya ataupun kecepatan nyala dapat diatur juga dengan trimpot yang dihubungkan dengan IC sebagai Clock. D. LAMPU BERJALAN sangat berguna untuk lampu penerangan jalan ataupun dapat juga digunakan sebagai display untuk hiasan yang cantik.

5.2

SARAN Dalam pembuatan proyek ini diharapkan ketelitiannya dalam membuat

layoutnya pada project board dan pemilihan komponen apakah masih baik atau tidak serta tidak lupa kecermatan dalam pemasangannya. Untuk itu kami memberikan beberapa saran dalam pembuatan proyek ini:

Hendaknya sebelum layout digambar pada PCB, gambarkan terlebih

dahulu layout pada kertas dengan teliti dan benar agar tidak terjadi kesalahan pada saat pemindahan layout ke PCB. Dan pastikan layout yang telah dipindahkan ke PCB tergambarkan dengan jelas, juga diharapkan PCB tidak 34

System digital

lampu berjalan

kotor atau tergores sehingga pada saat pencelupan ke dalam cairan ferriclorit akan didapatkan gambar yang baik.

Pastikan pada saat pemasangan komponen-komponennya dilakukan

dengan benar sesuai dengan layout yang telah dibuat, khususnya kaki-kaki transistor harus dipasang dengan tepat, baik basis, collector dan emitornya.

Setelah kita memasang komponen pastilah kita menyoldernya, untuk

itu kita harus menyoldernya dengan sangat hati-hati, gunakan solder yang baik dan timah yang baik, sebab banyak komponen-komponen yang sangat sensitive terhadap panas, penyolderan yang kurang baik akan membuat komponen tersebut rusak.

Apabila rangkaian yang akan kita buat menggunakan IC sebaiknya

kita hati hati dalam penyolderan dan penggunaanya, untuk mencegah IC tersebut cepat panas sehingga rusak dan bocor untuk itu penggunaan socket IC sangatlah diharuskan.

Pastikan kembali rangkaian yang telah dibuat, untuk meyakinkan

apakah rangkaian itu sudah benar.

35

You might also like