You are on page 1of 55

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Melalui pendidikan bangsa Indonesia bisa membebaskan diri dari kebodohan, kelatarbelakangan dan dapat mengembangkan sumber daya manusia sehingga dapat memiliki rasa percaya diri untuk bersanding dan bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan serta membangkitkan motivasi generasi bangsa untuk menggali berbagai potensi, dan mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan masyarakat secara utuh dan menyeluruh. Dunia pendidikan saat ini memusatkan mutu pendidikan pada peningkatan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang di dalamnya terdapat guru dan peserta didik sebagai unsur manusia yang mempunyai kemampuan, keterampilan,

motivasi, dan lain sebagainya yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Adanya perbedaan tersebut menjadikan pembelajaran sebagai proses pendidikan memerlukan siasat, pendekatan, metode, dan teknik yang bermacam-macam sehingga peserta didik dapat menguasai materi dengan baik dan mendalam. Seiring dengan perkembangan zaman, khususnya dalam dunia pendidikan praktek-praktek pembelajaran perlu diperbarui. Upaya tersebut terletak pada tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami

oleh anak didik secara benar. Salah satunya sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan siswa-siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur disebut sebagai sistem Pembelajaran Kooperatif. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilatator. Untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru untuk bisa ikut berpartisipasi dalam dunia yang berubah dan berkembang pesat. Menurut Isjoni (2009:14) Pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. Salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan sistem kerjasama di dalam kelas karena beberapa alasan, yaitu siswa yang kurang pandai merasa minder ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih pandai. Sedangkan siswa yang lebih pandai merasa temannya yang kurang pandai hanya menumpang pada hasil jerih payahnya, sehingga guru khawatir akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam kelompok. Slavin (2005:5) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas mereka. Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih adalah Team Assisted Individualization (TAI). Dalam model pembelajaran Team

Assisted Individualization (TAI), siswa ditempatkan dalam kelompokkelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukan. Hasil penelitian Retna tipe (2007) TAI menunjukkan efektif dari bahwa pada

pembelajaran

kooperatif

lebih

pembelajaran langsung

pada siswa kelas VII SMP Negeri 11

Semarang. Penelitian oleh Bukaningrum (2007) dengan pembelajaran kooperatif tipe TAI juga menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas IX BSMP Negeri 1 Adiwerna kabupaten Tegal. Dengan demikian pembelajaran tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi fisika kelas VIII SMP Negeri 7 Lubuklinggau, sebagian siswanya masih kurang

memahami pelajaran fisika. Hal ini ditunjukkan bahwa siswa masih terlihat pasif dalam belajar dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru masih menggunakan pembelajaran konvensional, sehingga hasil belajar siswa pada pelajaran fisika masih rendah dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 6,0. Oleh karena itu untuk membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan juga mampu meningkatkan pemahaman siswa, maka salah satu cara untuk mengatasinya adalah menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sehingga kemampuan siswa dalam menerapkan konsep fisika diharapkan dapat meningkat.

10

Oleh sebab itu, mengingat pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) belum diterapkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau dan berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul : Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Materi Energi dan Usaha Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011.

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

11

1. Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya fisika. 2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan alternatif dalam pemilihan model pembelajaran. 3. Bagi peserta didik, membantu siswa dalam meningkatkan kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan berfikir, tanggung jawab, dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan mengetahui bagaimana keberhasilannya dalam mengembangkan kemampuan peserta didik.

E. Penjelasan Istilah Menghindari salah penafsiran dari istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah berikut : a. Pengaruh yang dimaksud adalah akibat yang ditimbulkan atau yang akan terjadi setelah diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). b. Pembelajaran kooperatif mengerjakan berasal dari kata kooperatif yang artinya

sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2009:22). c. Team Assisted Individualization (TAI) termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI), siswa

12

ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukan (Kusumaningrum, 2007:18).

13

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teoretik 1. Belajar dan Hasil Belajar Menurut Winkel (dalam Wati, 2009:8) menyimpulkan belajar adalah sebagai berikut. Sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi ke arah sudah mampu yang perubahan dari proses itu terjadi dalam jangkauan waktu yang tertentu. Perubahan yang terjadi harus secara relatif yang bersifat mantap dan tidak hanya terjadi perilaku yang saat ini nampak dan tidak hanya saat ini diperhatikan adalah perubahan-perubahan tersebut terjadi karena suatu perjalanan. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009:2) Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan belajar adalah proses perubahan tingkah laku dari yang tidak tahu menjadi tahu sebagai hasil dari pengalaman. Suprijono (2009:5) mengatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan

keterampilan. Sedangkan menurut Prayitno (dalam Wati, 2009:8) Hasil belajar sesuatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil dari adanya proses belajar.

14

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu yang diperoleh individu atau kelompok setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar fisika dengan menggunakan metode kooperatif tipe TAI. 2. Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (dalam Isjoni, 2009:15) Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Menurut Lie (dalam Isjoni, 2009:23) Pembelajaran Kooperatif adalah sebagai berikut. Sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Berdasarkan pendapat tersebut pembelajaran kooperatif adalah suatu bentuk kelompok belajar kecil yang dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah mengenai soal-soal dan tugas-tugas yang dihadapinya karena siswa dapat saling tolong-menolong dan bekerjasama dalam kelompoknya. Menurut Nur (dalam Wati, 2009:11) Ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut : 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara cooperative untuk menuntaskan

materi belajarnya

15

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah 3. Bila mana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda 4. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu Pembelajaran kooperatif mengandung beberapa kelebihan, menurut Jarolimek dan Parker (dalam Isjoni, 2009:36) antara lain : a. Saling ketergantungan yang positif b. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu c. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas d. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan Tujuan pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009:39) dapat dilihat dari beberapa aspek berikut : a. Hasil belajar akademik Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

16

Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. c. Pengembangan keterampilan sosial Mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. 3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) mengelompokkan siswa menjadi kelompok kecil, siswa yang mengalami kesulitan memahami materi secara individual dapat dipecahkan bersama-sama dalam kelompok karena keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Menurut Tiliyani (2007:8) Team Assisted Individualization (TAI) adalah sebagai berikut. Model pembelajaran TAI termasuk dalam pembelajaran Kooperatif. Dalam pembelajaran TAI siswa ditempatkan dalam kelompokkelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yag sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam satu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Menurut Suyitno (dalam Kusumaningrum, 2007:19) Model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) memiliki delapan

17

komponen. berikut:

Kedelapan

komponen

tersebut

adalah

sebagai

1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa 2. Placement test, yakni pemberian pretest kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru

mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu 3. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu

kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan

kelompoknya 4. Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya 5. Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara

cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas 6. Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok 7. Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa

18

8. Whole-Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah Dengan mengadopsi pembelajaran TAI untuk mengajarkan suatu mata pelajaran, maka seorang guru mata pelajaran dapat menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut: 1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para siswanya dengan mengadopsi pembelajaran Team Assisted Individualization 2. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya Individualization. 3. Guru menyiapkan materi bahan ajar dan soal-soal yang harus dikerjakan kelompok 4. Guru memberikan pretest kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan (mengadopsi komponen Placement test). Pretest bisa digantikan dengan nilai rata-rata ulangan harian siswa 5. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan model pembelajaran Team Assisted

anggota 4-5 siswa pada setiap kelompoknya. Kelompok dibuat heterogen teams) tingkat kepandainnya (mengadopsi komponen

19

6. Guru menjelaskan materi baru secara singkat (mengadopsi komponen teaching group) 7. Guru menugasi kelompok dengan bahan yang sudah disiapkan. Melalui kerja kelompok, siswa mengisi isian soalsoal (mengadopsi komponen student creative) 8. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melaporkan kepada guru tentang hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberikan bantuan secara individual (mengadopsi

komponen Team Study) 9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami materi ajar yang diberikan guru, dan siap untuk diberi ulangan oleh guru (mengadopsi komponen Facts Test). Setelah diberi ulangan, guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang berhasil (mengadopsi

komponen Team Scores and Team Recognition) 10 Menjelang akhir waktu, guru kembali memberikan materi dengan menekankan strategi pemecahan masalah

(mengadopsi komponen whole-class units) 4. Materi Ajar (Energi dan Usaha) a. Energi 1) Pengertian Energi

20

Pengertian energi dapat kita lihat pada kehidupan sehari-hari, seperti pada malam hari bumi menjadi gelap, dan hanya dengan cahaya lampu saja, kegelapan malam dapat berubah menjadi terang. Dengan demikian cahaya lampu mempunyai kemampuan untuk membuat terang. Demikian pula dengan tenaga gerak. Seorang dapat melakukan kerja seperti berlari, mamindahkan buku, mencangkul, dan sebagainya, maka tenaga gerak juga merupakan bentuk energi. Lampu dapat menyala karena mendapat energi dari minyak tanah atau listrik, begitu juga orang dapat berlari, memindahkan buku, mencangkul dan sebagainya karena mendapat energi dari makanan yang dimakannya. Lampu menyala dan orang bekerja dikatakan melakukan usaha. Setiap benda yang melakukan usaha memerlukan energi. Menurut Giancoli (2001:203) Energi adalah kemampuan untuk

melakukan kerja. Dalam satuan SI, kerja dan energi diukur dalam joule (1 J = 1 N.m).

2) Energi Potensial Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda karena benda itu berada pada kedudukan tertentu (Purwono, 2000:149). Contoh benda berada di atas meja, batu pada ketinggian tertentu, pegas yang ditarik, dan sebagainya. Sebuah benda yang berada pada ketinggian tertentu dari tanah mempunyai energi potensial gravitasi , karena benda pada ketinggian h meter dari tanah mendapat

21

pengaruh percepatan gravitasi. Contoh energi potensial dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini.

m.g h

Gambar 2.1. Benda berada pada ketinggian h (Sumber: Purwono, 2000:149) Besar energi potensial gravitasi dipengaruhi oleh massa benda, ketinggian benda dan percepatan gravitasi. Maka dapat dituliskan persamaan sebagai berikut.
EP grav =m gy

(Giancoli, 2001:203) atau

=m gh

(Sumijadi, 1995:72)

dengan :

EP = energi potensial gravitasi (J) m = masa benda (kg) g = percepatan gravitasi (m/s2) y dan h = ketinggian (m)

3) Energi Kinetik Sebuah benda yang sedang bergerak memiliki kemampuan untuk melakukan kerja dan dengan demikian dapat dikatakan mempunyai energi. Energi

22

gerak disebut energi kinetik, dari kata Yunani kinetikos, yang berarti gerak (Giancoli, 2001:179). Khalim et al. (2004:134) mengatakan bahwa energi kinetik adalah sebagai berikut. Energi yang dimiliki oleh benda-benda yang sedang bergerak. Besarnya energi kinetik benda bergantung pada kecepatan dan massa benda itu sendiri. Semakin besar massanya, semakin besar energi kinetiknya, dan semakin besar kecepatnnya semakin besar pula energi kinetiknya. Sebaliknya, jika massa atau kecepatan semakin kecil, energi kinetiknya juga makin kecil. Hubungan antara energi kinetik, massa benda, dan kecepatan secara matematis dirumuskan sebagai berikut.

EK =

1 m .v 2 2

(Giancoli, 2001:203)

dengan : EK = energi kinetik (J) m = massa benda (kg) v = kecepatan (m/s) 4) Energi Mekanik Energi mekanik adalah energi yang terdiri atas energi kinetik dan energi potensial (Sumijadi, 1995:73). Dirumuskan sebagai berikut. Em = EP + EK dengan : Em = energi mekanik EP = energi potensial EK = energi kinetik Perhatikan contoh energi mekanis (Sumijadi, 1995:74) di bawah ini! (Sumijadi, 1995:73)

23

a) Buah kelapa yang masih menempel pada tangkai. Energi yang dimiliki hanyalah energi potensial saja. Energi kinetiknya nol (0), karena buah kelapa belum mempunyai kecepatan. Maka Em = Ep b) Setelah tangkai putus, buah kelapa jatuh dengan bergerak lebih cepat,

tetapi ketinggiannya semakin rendah. Keadaan ini menyebabkan energi kinetiknya semakin bsar sedangkan energi potensialnya semakin kecil. Maka Em = Ep + EK c) Sesaat buah kelapa akan jatuh di permukaan tanah, maka gerak

kelapa mencapai maksimum, sedangkan ketinggian kelapa nol (0). Keadaan ini menyebabkan buah kelapa hanya memiliki energi kinetik saja, sedangkan energi potensialnya nol (0). Maka b. Usaha Apabila Amir berusaha memindahkan meja dengan cara mendorongnya, sehingga meja tersebut berpindah tempat. Hal ini bearti Amir telah megeluarkan gaya untuk dikerjakan pada meja. Karena gaya Amir cukup besar maka meja dapat berpindah. Jadi pada meja telah bekerja gaya dan terjadi perpindahan. Hal ini dikatakan Amir telah melakukan usaha. Giancoli (2001:173) menyimpulkan sebagai berikut. Kata kerja memiliki berbagai arti pada bahasa sehari-hari. Tetapi dalam fisika, kerja diberi arti yang spesifik untuk mendeskripsikan apa yang dihasilkan oleh gaya ketika ia bekerja pada benda sementara benda tersebut bergerak dalam jarak tertentu. Lebih spesifik, kerja yang dilakukan pada sebuah benda oleh gaya yang konstan (konstan dalam hal Em = EK

24

besar dan arah) didefinisikan sebagai hasil kali besar perpindahan dengan komponen gaya yang sejajar dengan perpindahan. Secara matematis dapat dirumuskan :

W = .s F
dengan : W = usaha (J) F = gaya (N) s = perpindahan (m)

(Sumijadi, 1995:79)

Kerja dilakukan pada benda oleh gaya ketika benda tersebut bergerak melalui jarak, d. Jika arah gaya konstan F membuat sudut dengan arah gerak, kerja yang dilakukan oleh gaya ini adalah W = Fd cos (Giancoli, 2001:203)

B. Hipotesis Penelitian Arikunto (2006:71) mengatakan bahwa hipotesis adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis penelitian ini adalah Ada pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar fisika siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

25

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen sungguhan (true experimental research). Menurut Narbuko dan Achmadi (2008:51) penelitian eksperimen sungguhan bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, satu atau lebih kondisi perlakukan dari membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. Dengan model penelitian ini peneliti mengambil dua kelas untuk diteliti, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), sedangkan kelas kontrol tidak menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah control-group pretest-posttest. Menurut Arikunto (2009:210) dapat digambarkan sebagai berikut. Tabel 3.1 Desain Penelitian Group E P Keterangan : E P X1 : Kelas eksperimen : Kelas Pembanding (Kelas kontrol) : Pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) Pretest O1 O1 Treatment X Posttest O2 O2

26

O1 O2

: Pemberian Pretest : Pemberian Posttest

B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Penelitian Arikunto (2006:130) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari enam kelas dan

berjumlah 240 orang. Secara rinci, populasi penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini: Tabel. 3.2 Populasi Penelitian Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah VIII. 1 21 19 40 VIII. 2 22 18 40 VIII. 3 21 19 40 VIII. 4 21 19 40 VIII. 5 16 24 40 VIII. 6 22 18 40 Jumlah 123 117 240 Sumber : Staf TU dan Waka kesiswaan SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011 2. Sampel Penelitian Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto 2006:131). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu sampel diambil secara acak dari enam kelas yang ada, teknik ini digunakan karena setiap kelas dari seluruh populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Dari pemilihan secara acak

27

kelas yang digunakan sebagai sampel yaitu kelas VIII. 2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII. 4 sebagai kelas kontrol.

C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Tes Dalam penelitian ini tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:223) yang menyatakan bahwa instrumen yang berupa tes dapat digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes pada penelitian ini menggunakan tes tertulis berbentuk uraian dengan skor sesuai dengan tingkat kesukarannya. 2. Observasi Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narkubo dan Achmadi 2008:70). Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung, baik yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) maupun yang diajar tanpa pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

D. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Hasil tes

28

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terhadap hasil belajar adalah sebagai berikut: a) Skor Rata-rata dan Simpangan Baku Menentukan skor rata-rata dan simpangan baku pada tes awal dan tes akhir, untuk data hasil belajar pada kelompok eksperimen maupun kelas kontrol. Rumus yang digunakan adalah : x= f i xi fi (Sudjana, 2005:70) dan s 2 = f i ( xi x ) 2 n 1 (Sudjana, 2005:95)

Keterangan: x = skor rata-rata xi = nilai tengah f i = jumlah data n = banyak siswa s 2 = varians s = simpangan baku b) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan data. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: H0 : populasi berdistribusi normal H1 : populasi tidak berdistribusi normal Untuk menguji kenormalan dari populasi digunakan uji Chi-Kuadrat dengan rumus:

29

2 =
Keterangan:

( f0 f h )2 fh

(Arikunto, 2009:312)

2 = normalitas data (Chi Kuadrat)


f 0 = Frekuensi hasil pengamatan f h = Frekuensi harapan Jika x2hitung < x2tabel, dengan dk = k-1, taraf signifikan 5% dan peluang (1- ), maka dikatakan populasi berdistribusi normal (H0 diterima). Dalam hal lainnya data tidak berdistribusi normal. c) Uji Homogenitas Uji homogenitas varians antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dimaksudkan untuk mengetahui keadaan varians antara kedua kelompok, sama atau beda. Hipotesis yang akan diuji adalah: Ho = Hipotesis pembanding, kedua varians sama atau homogen. Ha = Hipotesis kerja, kedua varians tidak sama atau tidak homogen Pengujian homogenitas ini mengujikan uji varians dua buah peubah. Uji statistiknya menggunakan uji F, dengan rumus sebagai berikut: F= Varians terbesar Varians terkecil (Sudjana, 2005:250)

Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 jika F F1 2 ( v1 ,v2 ) dengan F12 ( v1 ,v2 ) didapat daftar distribusi F dengan peluang 1 2 , sedangkan derajat kebebasan v1

30

dan v 2 masing-masing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut sedangkan taraf nyata. d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Uji kesamaan dua rata-rata ini digunakan untuk menguji kesamaan antara dua rata-rata data, dalam hal ini antara data kelompok eksperimen dan data kelompok kontrol. 1) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka uji statistik

yang digunakan adalah uji-t dengan rumus: t= x1 x 2 1 1 dengan s 2 = s + n1 n 2

( n1 1) s12 + ( n2 1) s 22
n1 + n2 2

(Sudjana, 2005:239)

Keterangan:

t = Perbedaan rata-rata kedua sampel


x1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen x 2 = nilai rata-rata kelompok kontrol n1 = banyak sampel kelompok eksperimen n 2 = banyak sampel kelompok kontrol s = simpangan baku s 21 = varians kelompok eksperimen s 2 2 = varians kelompok kontrol s 2 = varians gabungan

31

Kriteria pengujian yang berlaku ialah terima H0 jika t < t1 dan tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n2 2) dengan peluang ( 1 ) Dimana: H0 : 1 2 : Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata skor kelas kontrol. Ha : 1 > 2 : Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol. 2) Jika kedua data berdistribusi normal dan tidak

homogen, maka dilanjutkan dengan uji-t semu (t) dengan rumus: t' = x1 x2
2 s12 s2 + n1 n2

(Sudjana, 2005:241)

Keterangan: x1 = nilai rata-rata kelompok eksperimen x 2 = nilai rata-rata kelompok kontrol n1 = banyak sampel kelompok eksperimen n 2 = banyak sampel kelompok kontrol s12 = varians terbesar
2 s 2 = varians terkecil

32

Kriterianya adalah tolak H0 jika t

w1t1 + w2 t 2 dan terima H0 jika terjadi w1 + w2

sebaliknya. Dengan: w1 =

s12 s2 , w2 = 2 , t1 = t(1 )( n1 1) dan t2 = t( 1 )( n2 1) . Peluang n1 n2

untuk penggunaan daftar disribusi t ialah ( 1 ) sedangkan dk-nya masingmasing ( n1 1 ) dan ( n 2 2 ). 2. Analisis Data Hasil Observasi Data aktifitas siswa dicatat dalam lembar observasi. Untuk setiap rencana pengajaran dibuat kategori aktivitas yang dilakukan oleh seluruh siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dari kategori tersebut dilihat seberapa banyak siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan kategori. Jumlah siswa yang melakukan aktivitas sesuai dengan kategori dicatat dan dihitung persentase keaktifannya dengan cara: NA = Keterangan : NA = nilai keaktifan Setelah diperoleh data, maka diberikan kriteria sebagai berikut: Tabel. 3.3 Kriteria Tingkat Keaktifan Nilai Kriteria Keaktifan 80 100 Sangat Aktif 60 79 Aktif 40 59 Cukup Aktif 20 39 Kurang Aktif 0 - 19 Sangat Kurang Aktif Arikunto (dalam Mulyana, 2004:20) Jumlah Siswa 100% Jumlah Seluruh Siswa

33

Lembar

observasi

terhadap

keaktifan

siswa

selama

pelaksanaan

pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada tabel 3.4. Tabel 3.4 Lembar Observasi Keaktifan Siswa No 1. Tahapan Pembelajaran Kegiatan Awal (Diobservasi selama 5 menit) Kegiatan Inti (Diobservasi selama 30 menit) Kategori Memperhatikan penjelasan guru Terjadi interaksi antara guru dan siswa Memperhatikan penjelasan guru Terjadi interaksi antara guru dan siswa Menulis Mengerjakan soal-soal Interaksi antara siswa, guru dan siswa Kemampuan menjawab soal dengan baik Menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan ini

2.

3.

Kegiatan Akhir (Diobservasi selama 5 menit)

E. Uji Coba Instrumen Penelitian Instrumen yang akan diujikan adalah intrumen tes hasil belajar siswa. Instrumen ini terdiri dari 10 soal. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui kualitas instrumen yang meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. 1. Validitas Arikunto (2006:168) mengatakan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

34

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu: rxy = Keterangan: rxy N X Y = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y = Jumlah siswa yang diujicobakan = Skor tiap item = Skor total N (XY ) (X )(Y ) {NX 2 (X ) 2 }{NY 2 (Y ) 2 } (Arikunto, 2006:170)

XY = Jumlah perkalian X dan Y Klasifikasi untuk menginterprestasikan besarnya koefisien korelasi menurut Guilford J.P (dalam Sukasno, 2006:49) dibagi kedalam kategori-kategori sebagai berikut : rxy 0,00 < rxy 0,20 < rxy 0,40 < rxy 0,60 < rxy 0,80 < rxy 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 tidak valid validitas sangat rendah validitas rendah dan (kurang) validitas sedang (cukup) validitas tinggi (baik) validitas sangat tinggi (sangat baik)

Untuk mendapatkan kesignifikanan validitas instrumen, maka diperlukan uji statitik t dengan rumus : t= r n2 1 r2 (Sudjana, 2005:380)

35

Keterangan : n = Banyak data r = Korelasi t = Distribusi student Untuk taraf signifikan ( = 0,05), maka hipotesis diterima jika t (1 1 ) < t < t (1 1 ) dengan dk = (n - 2). Dalam hal lainnya hipotesis ditolak, 2 2 dengan kata lain soal tersebut dikatakan valid. Hasil perhitungan analisis validitas butir soal dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel. 3.5 Hasil Analisis Validitas No Soal Nilai rxy t(hitung) t(tabel) Keterangan 1 0,11 0,61 2,04 Tidak Valid 2 0,36 2,12 2,04 Valid / rendah 3 0,61 4,23 2,04 Valid / tinggi 4 0,27 1,54 2,04 Tidak Valid 5 0,65 4,69 2,04 Valid / tinggi 6 0,63 4,43 2,04 Valid / tinggi 7 0,72 5,72 2,04 Valid / tinggi 8 -0,04 -0,02 2,04 Tidak Valid 9 0,63 4,43 2,04 Valid / tinggi 10 0,62 4,35 2,04 Valid / tinggi Sumber : Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Siswa Kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011 Analisis validitas hasil uji coba pada tabel 3.5 soal uji coba yang

diberikan sebanyak 10 butir, yang termasuk kategori : 1) tidak valid adalah soal nomor 1, 4 dan 8 2) valid rendah adalah soal nomor 2 3) valid tinggi adalah soal nomor 3, 5, 6, 7, 9 dan 10.

36

Jadi dari analisis validitas hasil uji coba, yang termasuk kategori valid adalah soal nomor 2, 3, 5, 6, 7, 9 dan 10. Maka soal yang digunakan sebanyak enam soal yang tergolong valid tinggi yaitu soal nomor 3, 5, 6, 7, 9 dan 10. Perhitungan analisis validitas butir soal uji coba tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 2. Reliabilitas Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto:2006:178). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha yang dirumuskan sebagai berikut ;
2 k b 1 r11 = 2 t k 1

(Arikunto, 2006:196)

Keterangan: r11 k b
2

= reabilitas instrumen = banyaknya butir soal = jumlah varians skor setiap butir soal = varians total

t2

Klasifikasi untuk menginterprestasikan reliabilitas suatu tes menurut Guilford. J.P (dalam Sukasno, 2006:61) adalah sebagai berikut: r11 0,20 reliabilitas sangat rendah 0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang

37

0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r11 = 0,58 , ini berarti soal uji coba tersebut mempunyai derajat reliabilitas sedang, sehingga dapat dipercaya sebagai alat ukur. Perhitungan analisis reliabilitas butir soal uji coba tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. 3. Tingkat Kesukaran Arikunto (dalam Kusumaningrum, 2007:48) Menarik simpulan sebagai berikut. Ditunjau dari segi kesukaran, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha penyelesaiannya. Soal yang terlalu sulit akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencobanya lagi karena di luar jangkauan kemampuannnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal adalah sebagai berikut : TK = Keterangan : TK JSA JSB SIA SIB = tingkat kesukaran = jumlah skor kelompok atas = jumlah skor kelompok bawah = jumlah skor ideal kelompok atas = jumlah skor ideal kelompok bawah JS A + JS B SI A + SI B Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006:78)

38

Kriteria tingkat kesukaran (Mendikbud, 1989:51) sebagai berikut : 0,24 = soal sukar 0,25 - 0,75 = soal sedang 0,76 = soal mudah Dari hasil perhitungan, dapat dikemukakan rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran pada tabel 3.6. Tabel 3.6 Hasil Tingkat Kesukaran Jumlah Skor Tingkat Jumlah skor Jumlah skor Ideal Kelompok Kesukaran Kelompok Kelompok Bawah (TK) atas Atas/Bawah 1 48 42 54 0,83 2 63 48 81 0,68 3 73 42 90 0,64 4 61 49 90 0,61 5 82 33 90 0,64 6 70 10 90 0,44 7 81 23 90 0,58 8 66 73 80 0,77 9 119 66 135 0,68 10 81 41 90 0,68 Sumber : Berdasarkan hasil uji coba instrumen siswa kelas IX.6 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011 Nomor soal

Ket. Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Mudah Sedang Sedang SMP N 7

Dari analisis tingkat kesukaran hasil uji coba pada tabel 3.6 dari 10 butir soal yang termasuk dalam kategori: 1) Mudah adalah soal nomor 1 dan 8. 2) Sedang adalah soal nomor 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9 dan 10. 3) Sukar, tidak terdapat soal dalam kriteria sukar. Perhitungan analisis tingkat kesukaran butir soal uji coba tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.

39

4.

Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Kusumaningrum, 2007:50). Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006:77) menarik simpulan sebagai berikut. Kelompok subjek dibagi dalam dua kelompok. Kelompok subjek disebut kecil jika jumlah subjeknya kurang dari atau sama dengan 30 (n 30) . Untuk kelompok subjek dengan (n > 30) disebut kelompok besar. Untuk kelompok subjek besar,maka untuk keperluan perhitungan daya pembeda butir soal tersebut, diambil 27 % siswa kelompok atas dan 27 % siswa kelompok bawah, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 54 % dari populasi. Proses penentuan kelompok atas dan kelompok bawah tersebut ialah dengan cara mengurutkan skor total setiap subjek dari skor tertinggi ke skor terendah. Dalam penelitian ini jumlah siswa yang melakukan uji coba tes adalah 32 siswa, maka disebut sebagai kelompok besar, sehingga untuk keperluan perhitungan daya pembeda diambil 27 % siswa kelompok atas dari 32 siswa dan 27 % siswa kelompok bawah dari 32 siswa. Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda setiap butir soal adalah sebagai berikut : DP = Keterangan : DP = Indeks daya pembeda JSA = jumlah skor kelompok atas JSB = jumlah skor kelompok bawah JS A JS B SI A Suherman dan Sukjaya (dalam Sukasno, 2006:76)

40

SIA = jumlah skor ideal salah satu kelompok (kelompok atas atau bawah) Kriteria indeks daya pembeda yang digunakan menurut Guilfort.J.P (dalam Sukasno, 2006:77) adalah sebagai berikut : DP = 0,00 0,00 0,20 0,40 0,70 < DP < DP < DP < DP 0,20 0,40 0,70 1,00 Sangat Jelek Jelek Cukup Baik Sangat Baik Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Jumlah Jumlah Skor Daya Jumlah skor skor Ideal Pembeda Ket. Kelompok Kelompok Kelompok (DP) atas Bawah Atas/Bawah 1 48 42 54 0,11 Jelek 2 63 48 81 0,18 Jelek 3 73 42 90 0,34 Cukup 4 61 49 90 0,13 Jelek 5 82 33 90 0,54 Baik 6 70 10 90 0,67 Baik 7 81 23 90 0,64 Baik 8 66 73 80 -0,08 Sangat Jelek 9 119 66 135 0,39 Cukup 10 81 41 90 0,44 Baik Sumber : Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Siswa Kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011 Nomor soal Analisis daya pembeda hasil uji coba pada tabel 3.7 dari 10 butir soal, yang termasuk kategori: 1) sangat jelek adalah soal nomor 8. 2) jelek adalah soal nomor 1, 2 dan 4. 3) cukup adalah soal nomor 3 dan 9.

41

4) baik adalah soal nomor 5, 6, 7, dan 10. Perhitungan analisis daya pembeda butir soal uji coba tes selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B. Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba No Soal 1 Validitas 0,11 Valid/sangat rendah Tingkat Kesukaran 0,83 Mudah Daya Pembeda 0,11 Jelek Ket

Soal tidak dapat digunakan 2 0,36 Valid/rendah 0,68 Sedang 0,18 Jelek Soal tidak dapat digunakan 3 0,61 Valid/tinggi 0,64 Sedang 0,34 Cukup Soal dapat digunakan 4 0,27 Valid/rendah 0,61 Sedang 0,13 Jelek Soal tidak dapat digunakan 5 0,65 Valid/tinggi 0,64 Sedang 0,54 Baik Soal dapat digunakan 6 0,63 Valid/tinggi 0,44 Sedang 0,67 Baik Soal dapat digunakan 7 0,72 Valid/tinggi 0,58 Sedang 0,64 Baik Soal dapat digunakan 8 -0,44 Tidak valid 0,77 Mudah -0,08 Sangat Soal tidak Jelek dapat digunakan 9 0,63 Valid/tinggi 0,68 Sedang 0,39 Cukup Soal dapat digunakan 10 0,62 Valid/tinggi 0,68 Sedang 0,44 Baik Soal dapat digunakan Sumber : Berdasarkan Hasil Uji Coba Instrumen Siswa Kelas IX.6 SMP N 7 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2010/2011 Berdasarkan rekapitulasi pada tabel 3.8 maka item-item soal yang akan digunakan untuk tes adalah item soal yang termasuk kategori valid tinggi yaitu soal nomor 3, 5, 6, 7, 9 dan 10, yang berjumlah 6 soal sedangkan yang lainnya tidak digunakan.

42

F. Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Lubuklinggau kelas VIII berjumlah 6 kelas pada semester pertama tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaannya dilakukan secara langsung oleh peneliti dan sesuai dengan jadwal yang berlaku di sekolah. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada materi energi dan usaha. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan pemberian tes awal, melaksanakan pembelajaran dan tes akhir. Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum proses pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dilaksanakan sedangkan tes akhir untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Penelitian ini dilakukan dari tanggal 19 Juli 2010 sampai tanggal 02 Agustus 2010.

43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen yaitu kelas VIII.2, proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sedangkan pada kelas kontrol yaitu kelas VIII.4 proses pembelajarannya tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti bertindak sebagai pengajar. Pada pelaksanaan tes awal kelas eksperimen diikuti oleh semua siswa dan kelas kontrol juga diikuti semua siswa. Data hasil tes akhir diperoleh setelah kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda dalam pembelajaran fisika pada materi energi dan usaha. Data tersebut digunakan untuk menentukan perbedaan hasil belajar antara kedua kelas. Sebelum dilaksanakan pembelajaran dan tes akhir terlebih dahulu dilaksanakan pretest, kemudian melaksanakan kegiatan

pembelajaran dan dilanjutkan dengan pemberian posttest. 1. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa Kemampuan awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal yang dimiliki siswa sebelum diberi pembelajaran energi dan usaha. kemampuan awal diperoleh melalui pretest baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kemampuan awal yang dimaksud merupakan kemampuan siswa sebelum guru memberikan pembelajaran kepada siswa baik itu pembelajaran

44

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) maupun tanpa pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Tes awal (pretest) ini dilakukan pada pertemuan pertama yang diikuti oleh 40 siswa pada kelas eksperimen dan 40 siswa pada kelas kontrol. Skor hasil tes awal diambil sebagai data penelitian yang akan dianalisis untuk mengetahui keadaan awal sampel apakah berasal dari keadaan yang sepadan atau sama. Skor tes awal siswa tersebut dapat dilihat dalam lampiran C. Pada tahap ini analisis yang dilakukan sebagai berikut. a. Rata-rata ( x ) dan simpangan baku ( s ) skor tes awal Hasil perhitungan Rata-rata ( x ) dan simpangan baku ( s ) skor tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Rata-rata ( x ) dan Simpangan Baku ( s ) Hasil Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen Kontrol Rata-rata ( x ) 17,30 16,80 Simpangan baku ( s ) 5,29 4,47

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata skor kemampuan awal kelas eksperimen sebesar 17,30 dan kelas kontrol sebesar 16,80. Sedangkan simpangan baku kelas eksperimen 5,29 dan simpangan baku kelas kontrol 4,47. Hal ini berarti kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang begitu besar. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.

45

b. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data hasil tes siswa berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan

= 0,05 , jika 2 hitung < 2tabel maka data berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas tes awal untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Awal

2 hitung Kelas dk Eksperimen 3,3119 5 Kontrol 4,2357 5 Dari tabel 4.2 menunjukkan nilai 2 hitung

2tabel Kesimpulan 11,1 Normal 11,1 Normal data tes awal untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari pada 2tabel . Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 2 (Chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data tes awal pada kedua kelompok berdistribusi normal pada taraf kepercayaan = 0,05 , karena 2 hitung <

2tabel . Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.


c. Uji Homogenitas Uji homogenitas ini bertujuan untuk melihat apakah data pada kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik (Lampiran C) tentang uji homogenitas varians dengan taraf

46

kepercayaan = 0,05 , jika Fhitung < Ftabel maka varians dua kelompok data adalah homogen. Hasil uji homogenitas varians tes awal untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Awal Tes Tes awal Fhitung 1,40 dk 40;38 Ftabel 1,71 Kesimpulan Homogen

Pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa varians kedua kelompok data (kelas eksperimen dan kelas kontrol) pada tes awal adalah homogen, karena Fhitung < Ftabel . Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas, maka kedua kelompok data tes awal adalah normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes awal dapat menggunakan uji-t. Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk tes awal adalah: H0 = Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata skor kelas kontrol. Ha = Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar dari rata-rata skor kelas kontrol. Hasil uji-t untuk tes awal dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Tes Awal

47

Tes Tes awal

thitung 0,46

dk 60

ttabel 1,67

Kesimpulan thitung < ttabel Ho diterima

Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan awal siswa (Lampiran C) menunjukkan bahwa t hitung < ttabel , maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Dengan kata lain bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kemampuan awal yang sama dengan taraf kepercayaan = 0,05 , karena t hitung < ttabel yaitu t hitung = 0,46 dan ttabel = t ( 1 )( n1 + n2 2 ) = t ( 0,95 )( 60 ) = 1,67. Berdasarkan analisis ini, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok sampel dalam keadaan sepadan (berangkat dari kondisi awal yang sama). Karena kedua kelas sama-sama belum melaksanakan pembelajaran, sehingga pada tahap selanjutnya dapat dilaksanakan pembelajaran pada masing-masing kelas, dimana dikelas eksperimen diberi pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 2. Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Akhir Siswa Kemampuan akhir siswa dalam penguasaan materi enegi dan usaha merupakan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Kemampuan akhir siswa diperoleh melalui tes akhir. Pelaksanaan tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes akhir digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

48

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Skor hasil tes akhir dapat dilihat pada lampiran C. Pada tahap ini analisis yang dilakukan sebagai berikut. a. Rata-rata ( x ) dan simpangan baku ( s ) skor tes akhir Hasil perhitungan rata-rata ( x ) dan simpangan baku ( s ) skor tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Rata-rata ( x ) dan Simpangan Baku ( s ) Hasil Tes Akhir (Postest) Kelas Eksperimen Kontrol Rata-Rata ( x ) 46,30 39,25 Simpangan Baku 11,10 9,13

Berdasarkan tabel 4.5 dibandingkan dengan kemampuan awal siswa (tabel 4.1), terdapat peningkatan hasil belajar pada kemampuan akhir siswa setelah diberikan pembelajaran. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor sebesar 46,30 dibandingkan dengan skor tes awal, maka ada peningkatan sebesar 29,00. Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata skor sebesar 39,25 berarti terjadi peningkatan rata-rata skor sebesar 22,45. Peningkatan kelas eksperimen lebih besar dari peningkatan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan skor tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes kelas kontrol. Perhitungan lampiran C. b. Uji Normalitas selengkapnya dapat dilihat pada

49

Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik (Lampiran C) mengenai uji normalitas data dengan taraf kepercayaan = 0,05 , jika 2 hitung < 2tabel maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas tes akhir untuk kedua kelompok dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Skor Tes Akhir Kelas Eksperimen Kontrol

2 hitung 2,8486 9,2355

dk 5 5

2tabel 11,1 11,1

Kesimpulan Normal Normal

Dari tabel 4.6 menunjukkan nilai 2 hitung

data tes akhir untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil daripada 2tabel . Berdasarkan ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan uji kecocokan 2 (Chi-kuadrat) dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal pada taraf kepercayaan

= 0,05 , karena 2 hitung < 2tabel . Perhitungan selengkapnya dapat


dilihat pada lampiran C. c. Uji Homogenitas Berdasarkan ketentuan perhitungan statistik (Lampiran C) tentang uji homogenitas varians dengan taraf kepercayaan = 0,05 , jika Fhitung < Ftabel maka varians dua kelompok data adalah homogen. Hasil uji homogenitas varians tes

50

akhir untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan

= 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.7.


Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor Tes Akhir Tes Tes akhir Fhitung 1,48 dk 40;38 Ftabel 1,71 Kesimpulan Homogen

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa varians kedua kelompok data kelas ( eksperimen dan kontrol ) pada tes akhir adalah homogen, karena Fhitung < Ftabel . Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C. d. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data hasil belajar fisika siswa kelas VIII.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII.4 sebagai kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian uji kesamaan dua rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk data tes akhir dapat menggunakan uji-t. Hipotesis statistik yang diuji dalam perhitungan uji-t untuk tes akhir adalah: H0 : 1 2 : Hipotesis pembanding, rata-rata skor kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan rata-rata skor kelas kontrol. Ha : 1 > 2 : Hipotesis kerja, rata-rata skor kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol. Hasil uji-t untuk tes akhir dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Tes Akhir Tes thitung dk ttabel Kesimpulan

51

Tes akhir

3,16

60

1,67

thitung > ttabel Ho ditolak

Pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t mengenai kemampuan akhir siswa (Lampiran C) menunjukkan bahwa thitung > ttabel (3,16 > 1,67) maka Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini berarti rata-rata skor kelas eksperimen secara signifikan lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol. 3. Deskripsi dan Analisis Data Hasil Observasi Observasi dilakukan untuk melihat aktifitas siswa selama proses belajar mengajar berlangsung dengan materi energi dan usaha pada kelas eksperimen dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) dan pada kelas kontrol yang tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Data hasil observasi hanya digunakan sebagai data pelengkap dan untuk memperkuat hasil penelitian. Observasi ini dilakukan sebanyak 3 kali oleh peneliti di kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari 9 kategori. Data hasil aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung terdapat pada lampiran C dan hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.9 dan 4.10. Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Persentase aktifitas siswa 57,83 % Persentase aktifitas siswa 60,56 % Persentase aktifitas siswa 63,89 %

Rata-rata = 60,76 (Aktif)

52

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktifitas Siswa Kontrol Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Persentase aktifitas siswa 34,72 % Persentase aktifitas siswa 41,01 % Persentase aktifitas siswa 47,58 %

Rata-rata = 41,10 (Cukup Aktif)

Dari tabel 4.9 dan 4.10 terlihat bahwa rata-rata keaktifan siswa kelas eksperimen lebih besar daripada siswa kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI).

B. Pembahasan Pada kelas eksperimen terlebih dahulu peneliti mensosialisasikan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI), siswa dibagi dalam kelompok belajar yang beranggotakan 4 orang dan terbentuk sebanyak 10 kelompok sesuai dengan nilai pretest mereka, selanjutnya peneliti menjelaskan materi pelajaran secara singkat. Kemudian peneliti memberikan tugas berupa soalsoal yang harus dikerjakan oleh kelompok, setiap kelompok mengerjakan tugas yang diberikan dan menyatukan pendapatnya untuk mencari jawaban yang paling tepat dan meyakinkan, penelitipun memberikan bantuan seperlunya secara individual bagi siswa yang kurang memahami materi. Setelah siswa dianggap sudah mampu mengerjakan soal-soal tersebut, maka peneliti memberikan tes

53

(quiz) dan menetapkan kelompok terbaik sampai kelompok yang kurang baik, selanjutnya menjelang akhir waktu peneliti menjelaskan kembali soal-soal yang dianggap sulit oleh siswa khususnya soal-soal hitungan. Selama proses pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati keaktifan siswa, dengan menggunakan lembar observasi siswa. Pada pertemuan pertama kelas eksperimen materi yang disampaikan yaitu tentang bentuk-bentuk energi, perubahan bentuk energi serta energi potensial benda. Disini guru memberikan soal untuk setiap kelompok sebanyak empat butir soal dimana jumlah siswa dalam setiap kelompok empat orang, mereka harus mengerjakan masing-masing satu soal, dalam tahap ini kelompok pertama sampai kelompok sepuluh mengalami hambatan khususnya soal-soal hitungan pada soal nomor tiga dan nomor empat, sehingga mereka memerlukan bantuan kepada peneliti yang bertindak sebagai pengajar (guru), disini guru memberikan bantuan seperlunya secara individual pada setiap kelompok yang membutuhkan, dengan demikian hambatan yang mereka alami dapat teratasi. Pada pertemuan kedua kelas eksperimen materi yang disampaikan yaitu energi kinetik dan energi mekanik. Pada saat guru memberikan tugas kelompok, beberapa kelompok mengalami hambatan pada soal hitungan yang memerlukan pembalikan rumus, yaitu pada soal nomor tiga, kelompok-kelompok yang mengalami hambatan yaitu kelompok tiga, lima, tujuh, delapan, sembilan dan sepuluh, sedangkan pada soal nomor empat semua kelompok mengalami

54

hambatan. Kelompok tersebut meminta bantuan kepada guru, gurupun memberikan bantuan secara individual kepada kelompok yang membutuhkan. Pada pertemuan ketiga kelas eksperimen materi yang disampaikan yaitu materi usaha. Pada saat guru memberikan tugas kelompok hanya 5 kelompok yang mengalami hambatan pada soal nomor empat, hal ini dikarenakan kelompok tersebut masih belum memahami maksud soal tersebut. Sehingga mereka meminta bantuan kepada guru, gurupun memberikan bantuan secara individual kepada kelompok yang membutuhkan, sehingga mereka dapat memahami soal tersebut. Pada kelas kontrol pembelajaran yang dilakukan adalah dengan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan. Dalam proses pembelajaran ini guru menjelaskan materi secara urut dan kadang-kadang memberi waktu peserta didik untuk bertanya dan mencatat. Selanjutnya, guru memberikan beberapa contoh soal, dan guru membahas soal yang diberikan dengan meminta beberapa peserta didik untuk untuk mengerjakan di papan tulis. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada peserta didik yang belum paham. Selanjutnya guru memberikan latihan soal kepada siswa. Pada akhir waktu guru membantu peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Pada proses pembelajaran ini pada awalnya membuat peserta didik menjadi lebih tenang, Peserta didik duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran. Hal semacam ini menjadikan guru sulit memahami pemahaman peserta didik, karena peserta didik yang belum paham tidak mau bertanya. Permasalahan lain yang dihadapi oleh peserta didik adalah tentang kemampuan peserta didik dalam memahami dan memecahkan masalah. Karena pembelajaran

55

tidak menggunakan kelompok maka masalah yang diberikan harus diselesaikan sendiri tanpa bantuan satu team, peserta didikpun tidak berani dan malu untuk meminta bantuan kepada guru. Oleh karena itu pemahaman peserta didik dalam memahami arti atau maksud soal yang diberikan oleh guru dan kecepatan berhitung agak lambat. Selama proses pembelajaran di kelas kontrol berlangsung peneliti dibantu oleh teman sejawat untuk mengamati keaktifan siswa, dengan menggunakan lembar observasi siswa. Berdasarkan analisis data awal diperoleh bahwa data

berdistribusi normal, Fhitung < Ftabel maka dapat dikatakan bahwa kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berangkat dari keadaan yang sama atau homogen. Kemudian kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen diberi perlakuan dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) kelompok kontrol diberi perlakuan tanpa menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Setelah diberi perlakuan yang berbeda, untuk kelas eksperimen diberi pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sedangkan untuk kelas kontrol tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Kemudian kelas diberikan tes akhir maka terjadi peningkatan hasil belajar. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata skor sebesar 46,30 dibandingkan dengan skor tes awal, maka ada peningkatan sebesar 29,00. Untuk kelas kontrol memperoleh rata-rata skor sebesar 39,25 berarti terjadi

56

peningkatan rata-rata skor sebesar 22,45. Peningkatan kelas eksperimen lebih besar dari peningkatan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan skor tes kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan skor tes kelas kontrol. Hasil dari tes hasil belajar kedua kelompok dilakukan uji normalitas, uji kesamaan dua varians, dan uji hipotesis. Dari uji normalitas dan uji kesamaan dua varian menunjukkan

bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan uji kesamaan dua rata-rata diperoleh data mengenai kemampuan akhir siswa bahwa kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan = 0,05 karena t hitung > ttabel yaitu t hitung = 3,16 dan ttabel = 1,67. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, berarti rata-rata skor kelas eksperimen secara signifikan lebih besar daripada rata-rata skor kelas kontrol. Dengan kata lain ada pengaruh pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011. Berdasarkan analisis hasil penelitian, kita ketahui bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari hasil belajar kelas kontrol. Hal ini disebabkan beberapa hal yang mempengaruhinya, antara lain: 1. Dalam metode pembelajaran interaksi kooperatif siswa tipe Team Assisted besar

Individualization

(TAI),

dengan

siswa

lebih

dibandingkan interaksi siswa dengan guru. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak belajar antara sesama siswa daripada belajar dari guru, sehingga siswa

57

yang merasa minder bila harus bertanya menjadi berani bertanya karena yang dihadapi teman sebayanya. Dengan demikian siswa akan termotivasi dan menjadi lebih paham terhadap suatu materi. Sedangkan pada pembelajaran tanpa menggunakan Team Assisted Individualization (TAI) pembelajaran berpusat pada guru sehingga interaksi siswa dengan guru lebih besar dibandingkan interaksi siswa dengan siswa padahal siswa yang belum jelas kadang tidak berani atau malu untuk bertanya pada guru. 2. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada penelitian ini guru memberikan tugas kelompok berupa soal-soal yang terdiri dari 4 soal untuk setiap kelompok, sedangkan dalam setiap

kelompok berganggotakan 4 orang, jadi setiap siswa dalam kelompok harus mengerjakan 1 soal, dalam hal ini mereka bertanggung jawab untuk mengerjakan soal yang menjadi tugas mereka, bagi yang belum memahami dapat bertanya kepada teman satu kelompoknya, jika masih belum paham dapat meminta bantuan guru dan guru secara individual membantu mereka. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) guru hanya berfungsi sebagai fasilitator yaitu memberikan pengarahan seperlunya kepada siswa, keaktifan siswa lebih ditekankan. Sehingga siswa tertantang untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang sulit. Sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran

58

berpusat pada guru, siswa cenderung pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran. 3. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) siswa tidak cepat bosan karena siswa dapat saling berdiskusi dalam kelompoknya sehingga proses pembelajaran tidak monoton. Sedangkan dalam pembelajaran tanpa menggunakan tipe Team Assisted Individualization (TAI) siswa lebih banyak duduk dan memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya minat belajar. Berdasarkan analisis data hasil observasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mengenai aktivitas siswa, terlihat hasil perhitungan persentase rata-rata aktifitas siswa pada kelas eksperimen secara keseluruhan sebesar 60,76 % termasuk kriteria aktif sedangkan pada kelas kontrol sebesar 41,10 % termasuk kriteria cukup aktif. Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Hal ini disebabkan pada pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) tahapan pembelajaran yang diterapkan menuntut peserta didik untuk selalu melakukan kegiatan, berinteraksi satu sama lain dan mengembangkan kemampuan komunikasi dan kemampuan pemecahan masalah.

59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, diperoleh rata-rata skor tes akhir kelas eksperimen sebesar 46,30 dan kelas kontrol sebesar 39,25 dan hasil uji hiptesis diperoleh t hitung > ttabel yaitu t hitung = 3,16 dan ttabel = 1,67 dengan demikian rata-rata hasil belajar fisika siswa yang menggunanakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) secara signifikan lebih baik daripada hasil belajar fisika siswa yang tanpa menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap hasil belajar fisika siswa pada materi energi dan usaha kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Lubuklinggau tahun pelajaran 2010/2011.

B. Saran

60

1. Guru diharapkan agar dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) pada pelajaran fisika sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.. 2. Sekolah hendaknya mendukung terlaksananya kegiatan yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI). 3. Perlu diadakan penelitian lanjutan sebagai pengembangan dari penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Sukarsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Debdikbud. 1989. Kurikulum SMP, Petunjuk Pelaksanaan Penilaian. Jakarta : Debdikbud Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta: Erlangga. Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Khalim, Abdul ; Hari subagya; Agus Taranggono. 2004. Sains Fisika. Bumi Aksara Kusumaningrum, Retna. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assited Individualization) Melalui Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) terhadap Hasil Belajar Matematika Sub Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belahketupat pada Siswa Kelas VII SMPN II Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. [Online] http://www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH12e3/... dir/doc.pdf. [14 Januari 2010]. Mulyana, Derty. 2004. Pengaruh Penerapan Teori Belajar Burner dalam Pembelajaran Fisika pada Pokok Bahasan Tekanan terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 SLTP Negeri 1 Indralaya. Skripsi tdak diterbitkan. Palembang: Jurusan MIPA FKIP Universitas Sriwijaya. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara

61

Purwono, Indro. 2000. Fisika Pendidikan Dasar 9 Tahun. Surakarta: Pabelan. Sumijadi. 1995. IPA Fisika.Surakarta: Tiga Serangkai. Slavin, Robert E. 2005. Cooperatif Learning. Bandung: Nusa Media. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sukasno. 2006. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Buku tidak diterbitkan. Lubuklinggau : STKIP-PGRI Lubuklinggau. Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tiliyani, Bukaningrum. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Team Assited Individualization (TAI) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IX BSMP Negeri 1 Adiwerna Kabupaten Tegal dalam Pokok Bahasan Pangkat Tak Sebenarnya. [Online] http://www.digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH014e/... dir/doc.pdf. [14 Januari 2010]. Wati, Ernie Fitri. 2009. Penerapan Pendekatan CooperativeLearning Tpe Jigsaw dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau. Skripsi tidak diterbitkan. Lubuklinggau: Jurusan MIPA STKIP PGRI Lubuklinggau.

You might also like