You are on page 1of 39

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG Untuk menghadapi perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dalam bidang arsitektur yang nantinya akan semakin maju dan berkembang, mahasiswa harus belajar berproses tidak hanya secara teori dalam perkuliahan namun juga praktek di lapangan. Kemampuan mahasiswa secara teoritis diharapkan mampu berjalan berimbang dengan praktek secara nyata di lapangan, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, dalam perkuliahan kerja praktik ini saya memutuskan untuk mengambil kegiatan magang.Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja di bidang Arsitektur baik di lapang maupun di studio.Secara khusus, kegiatan ini bertujuan untuk mempelajari dan berpartisipasi aktif dalam seluruh kegiatan dalam bidang perancangan dan pelaksanaan serta menganalisis permasalahan di lapang dan menentukan alternative penyelesaiannya. Manfaat dari kegiatan magang ini adalah memperoleh pengalaman dan wawasan di dalam menghadapi pekerjaan sesungguhnya di lapang khususnya dibidang perancangan dan pelaksanaan.Metode yang digunakan adalah partisipasi aktif dalam pekerjaan di lingkungankantor maupun di lapangan khususnya pada aspek perancangan dan pelaksanaan. Proses perancangan terdiri dari inventarisasi, analisis dan sintesis, pembuatan konsep beserta pengembangannya, perancangan, perhitungan RAB yang dibuat oleh supervisor dan pembuatan dokumen-dokumen penting yang

berkaitan dengan pelaksanaan. Saya diikutsertakan mulai dari proses perancangan sampai awal pelaksanaan. Perencanaan rumah tinggal ini pada dasarnya mempunyai konsep Indis Style, dimana site yang terletak di kawasan malioboro yang sangat ramai dan padat dengan ditunjangnya bangunan-bangunan komersial disekitarnya. Gambar yang dihasilkan dari proses perancangan ini mencakup site plan, denah, potongan,

tampak,detail-detail, dan gambar perspektif / 3D. Sehingga dilihat dari proses berjalannya, praktek profesi magang yang dilakukan oleh mahasiswa arsitektur dapat menjadi sebuah proses pembelajaran yang baik untuk melihat secara langsung jalannya sebuah proyek konstruksi. Mahasiswa perlu melihat fakta-fakta yang terjadi di lapangan secara langsung. Karena pada kenyataannya tidak semua teori yang didapat dalam perkuliahan bisa berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan dalam praktek kerja di lapangan. Banyak hal yang terjadi di lapangan dan tidak didapat mahasiswa saat berproses di studio. Di samping itu mahasiswa juga dapat memahami peran serta rekan-rekan seprofesinya yang juga bergerak di bidang arsitektur agar dapat menjalin kerjasama yang baik dalam sebuah pelaksanaan proyek konstruksi. Pengalaman-

pengalaman dalam praktek profesi magang inilah yang diharapkan mampu dikembangkan dan menjadi bekal bagi mahasiswa untuk menjadi seorang arsitek.Sehingga mahasiswa mampu bersaing nantinya saat mulai terjun ke dunia kerja. Judul yang dipilih dalam penulisan laporan Praktek Profesi ini yaitu Kerja Lapang ( magang ) pada Proyek Rumah Tinggal Indis Style di Kemetiran Lor, GT II / 686-687. Sehingga penyusunan laporan ini akan lebih spesifik

mengarah sesuai tema yang diambil yaitu kerja lapang ( magang ) dengan studi kasus proses perancangan. I.2. TUJUAN Tujuan dari Paktek Profesi ini mencakup tujuan umum dan khusus, yaitu sebagai berikut : I.2.1. Tujuan Umum Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui kondisi secara nyata dalam pelaksanaan sebuah proyek dilapangan termasuk kaitannya dengan sistem dan proses yang berlaku. Mahasiswa mampu memahami tahap-tahap yang berlangsung mulai dari tahap desain hingga tahap pelaksanaan konstruksi di lapangan. Memberi gambaran secara nyata tentang dunia kerja yang akan dihadapi sesuai dengan bidang profesinya sebagai seorang arsitek. Terjadinya hubungan yang baik antara dunia pendidikan dan dunia kerja sebagai salah satu persiapan saat terjun ke duni akerja professional. I.2.2. Tujuan Khusus Salah satu syarat kelulusan jenjang Strata-1 (S-1). Mendapatkan pengalaman serta wawasan bagi mahasiswa tentang sebuah proses pelaksanaan proyek di lapangan. Melatih kemampuan mahasiswa untuk menganalisa sebuah masalah yang terjadi dan bagaimana cara mengatasinya Mampu memahami konsep-konsep non akdemis dan non teknis di dunia kerja nyata.

I.3.

PERMASALAHAN YANG AKAN DIBAHAS Dalam penulisan laporan ini, praktikan mengambil objek pengamatan pada Perancangan Proyek Rumah Tinggal Indis Style Bp. Fantoni di Kemetiran Lor, GT II / 686-687 Yogyakarta yang dilaksanakan di Studio Arsitek Bp. Henry Soendoro. Sedangkan materi yang akan di bahas pada laporan Praktek Profesi adalah tentang Proses Perancangan Proyek Rumah Tinggal Indis Style Fantoni Yogyakarta.

I.4.

METODE PENGAMATAN I.4.1 Metode pengumpulan data primer Metode ini ini dipakai untuk memperoleh data secara langsung sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dilapangan, meliputi : Metode Pengamatan Langsung di Studio Yaitu melakukan pengamatan dan ikut terlibat dalam Perancangan Proyek Rumah Tinggal Indis Style di Kemetiran Lor, GT II / 686-687, dari Desain awal, sampai desain fix, gambar kerja, dokumen lelang, beserta RAB. Metode Wawancara Merupakan suatu metode dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada nara sumber yaitu pihak-pihak yang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan pembangunan proyek. Pihak-pihak yang diwawancarai yaitu :

Bapak Henry Soendoro, S.Ars selaku Konsultan Arsitek proyek Rumah Tinggal Indis Style.

Bapak Fantoni selaku pemilik proyek. Bapak Joko selaku mandor pada lokasi proyek. Para tukang ( pekerja ) yang berada pada lokasi proyek.

I.4.2 Metode pengumpulan data sekunder Metode ini dipakai untuk mendapatkan informasi dan datadata pendukung secara tidak langsung. Pengumpulan data ini memakai metode dokumentasi, yaitu cara pengumpulan data dengan

mempelajari, memahami, dan menganalisa data-data yang berasal dari gambar kerja, dokumen tertulis, rencana kerja, foto-foto dilapangan, dan juga literatur yang dipakai sebagai referensi yang berkaitan dengan kerja lapang ( magang ) dalam proyek arsitektur. I.5. WAKTU PELAKSANAAN PRAKTEK PROFESI Kegiatan kerja lapang ( magang ) ini berlangsung selama 226 jam / 3 bulan yang terhitung mulai 1 Agustus 2012- 10 November 2012. Jadwal kerja praktek ini disesuaikan dengan kelayakan minimal kerja magang. I.6. PENYUSUNAN LAPORAN Penyusunan laporan dalam praktek profesi terdiri dari : a. Laporan Mingguan Laporan ini berupa catatan harian praktek profesi dalam kurung waktu selama 1 minggu yang dibuat oleh mahasiswa yang di dalamnya meliputi laporan perkembangan kegiatan di lapangan pada

hari

pengamatan

tersebut.

Laporan

ini

diserahkan

dan

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing mahasiswa setiap minggunya. b. Laporan akhir Laporan ini berupa laporan resmipraktek profesi yang disusun setelah jadwal praktek profesi di lapangan berakhir. Laporan ini berisikan hasil pengamatan dan analisa dari mahasiswa selama masa praktek profesi di lapangan yang sesuai dengan tema atau topik bahasan serta studi kasus yang dipilih.Laporan ini memuat rangkuman data dan kegiatan serta kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa yang menjadi pokok pembahasan topik yang dipilih dalam praktek profesi ini. I.7. METODE PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan adalah dengan membuat suatu analisa dari hasil pengumpulan data baik secara tertulis ataupun wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek. Pembahasan ini berupa laporan mingguan yang mengacu pada referensi teori-teori dasar, sehingga dapat dipakai untuk menarik kesimpulan dari hasil analisa tersebut. Setelah melakukan metode analisa, mempelajari tahap analisa dan kesesuaiannya dengan menggunakan studi literatur yang telah ada untuk menyimpulkan permasalahan-permasalahan yang didapat saat proses pengamatan di lapangan, kemudian mencari solusi pemecahan masalahnya. Yang kemudian dapat dikembalikan lagi sesuai fakta yang diperoleh selama masa praktek profesi berlangsung.

I.8

SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan Laporan Praktek Profesi ini berisi pokok-pokok pikiran yang saling berkaitan. Pokok pikiran dalam penulisan laporan ini yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN

Merupakan bab awal yang berisi tentang abstraksi (latar belakang) diadakan praktek profesi, maksud dan tujuan praktek profesi bagi mahasiswa, metode pembahasan, cara penyusunan laporan dan waktu pengamatan, beserta metode pembahasan sistematikan.
BAB II : DISKRIPSI PROYEK

Penulis membahas tentang profil , proyek dan lingkup praktek.

BAB III

DASAR TEORI

Pada BAB III penulis membahas tentang teoriteori yang berhubungan dengan perancangan

bangunan dan material yang dipakai dalam proyek.Hal ini dapat diperoleh melalui studi literatur dari buku yang kemudian dijadikan sebagai dasar teoritis dari pegamatan.

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang uraian pembahasan dan analisa penulis pada pengamatan saat kerja praktek.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan BAB penutup yang merupakan hasil akhir dari analisa dan evaluasi selama pekerjaan perancangan, yaitu kesimpulan dari apa yang sudah dibahas dalam Perancangan Proyek Rumah Tinggal Indis Style di Kemetiran Lor, GT II / 686-687. Dalam bab ini juga dituliskan saran berupa cara penyelesaian dan solusi dari masalah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Berisi sumber pustaka atau referensi yang menjadi acuan serta pendukung pengamatan dan penulisan laporan ini.
LAMPIRAN

Berisi berkas-berkas yang berkaitan dengan penulisan laporan, sebagai pelengkap penulisan

laporan kerja praktek yaitu gambar kerja, perspektif, dan dokumentasi foto-foto awal pelaksanaan proyek.

BAB II PENJELASAN PROYEK


2.1 Perencanaan (Planning) dan Perancangan (Design) Perencanaan (Planning) mencakup kegiatan formulasi rencana dan progamming, sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Dalam tahapan ini akan terkait pula unsur-unsur eksternal maupun internal yang secara langsung maupun tidak langsung saling terkait dan berpengaruh terhadap tujuan sasaran perencanaan yang akan tercapai. Kegiatan perancangan dilakukan dengan memperhatikan kondisi sekarang dan prediksi masa datang guna memantapkan bentuk perancangan seperti yang dikehendaki. Disamping itu, kegiatan perancangan dilaksanakan dengan jelas dan terinci, sesuai dengan pedoman-pedoman dan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga menjadi acuan yang jelas dalam tahapan pelaksanaan pembangunan.Pada hakekatnya keberhasilan perencanaan (Planning) dan perancangan (Design) sangat tergantung pada pendekatan terhadap tujuan dan sasaran pembangunan yang ditetapkan secara multidisiplin dan profesional. Bp. Henry Soendoro, S.Ars dengan berbagai pengalaman dalam bidang perencanaan maupun

parancangan baik untuk proyek-proyek berskala besar maupun kecil, dan didukung personal-personal dari berbagai disiplin ilmu, menawarkan layanan jasa dalam bidang perencanaan dan

perancangan secara profesional, sesuai kemajuan bidang industri konstruksi dewasa ini. 2.1.1 Pengawasan Supervisi Dan Manajemen Konstruksi Pengawasan yang efektif akan mampu mengendalikan proses kegiatan pembangunan sesuai dengan mutu, waktu, biaya, dan hasil yang telah ditetapkan. Total Quality Control (TQC), suatu sistem pengawasan dengan mengikutsertakan semua unsur yang menunjang sistem ini, walaupun unsur tersebut hanya merupakan bagian kecil saja. Dengan demikian akan diperoleh suatu hasil yang tepat mutu, tepat biaya dan tepat waktu.

Dalam hal ini kontrol yang dilakukan terhadap unsur-unsur Q, C, D, S. Keempat unsur Q, C, D, S harus seimbang, sebab jika tidak akan menyebabkan kegagalan dalam sistem ini. Management Control, merupakan langkah yang menyertai dari TQC. Langkah-langkah yang diperlukan dalam Managemen Control adalah Perencanaan (Plan), Pelaksanaan (Do), Pemeriksaan

10

hasil yang didapat (Check), dan Tindakan yang diambil (Action). Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus yang berulangulang. Secara diagramatis dapat digambarkan sebagai berikut:

Managemen Konstruksi adalah suatu pengendalian proyek untuk mendapatkan hasil optimal dengan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat kualitas, dalam seluruh tahapan kegiatan secara terpadu. Dengan adanya Manajemen Konstruksi, dalam suatu proyek yang besar dapat dilaksanakan dengan sistem Fast Track Design, yaitu suatu sistem pelaksanaan konstruksi dan perancangan dilakukan secara bersama-sama, dimana pelaksanaan bertahap. konstruksi Hal ini dan akan

perancangan

dilaksanakan

secara

menghasilkan penghematan biaya pelaksanaan proyek.

11

Sebagai contoh dari sistem Fast Track Design secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut.

2.1.2 Value Engineering Penyediaan dana untuk pembangunan banyak mengalami keterbatasan-keterbatasan dikarenakan adanya resesi yang melanda dunia, namun dilain pihak permintaan atau tuntutan akan pembangunan semakin meningkat, baik volume maupun mutunya. Sehingga dalam hal ini harus dilakukan penghematan dalam menggunakan sumber daya, baik dana, bahan, maupun tenaga. Value Engineering sebagai suatu teknik manajemen di bidang industri jasa konstruksi diterapkan untuk mencapai efisien dan efektifitas. Value Engineering dilakukan pada tahap-tahap

perencanaan maupun pada tahap pelaksanaan proyek.

12

Penerapan

Value

Engineering

dengan

menggunakan

pendekatan sistem, mempunyai tujuan utama untuk pemanfaatan fungsi-fungsi secara optimal, efisien, dan efektif, dengan tetap memperhatikan segi-segi keamanan, durasi pelaksanaan, kualitas, estetika maupun biaya/cost dari suatu konstruksi. Hampir pada setiap desain dijumpai biaya yang tidak dipelukan, terlepas betapa sempurnanya desain tersebut. Hal ini terjadi disebabkan antara lain: a. Keterbatasan waktu yang dimiliki perencana untuk membuat perbandingan biaya untuk mencapai nilai yang diinginkan. b. Perencana kekurangan waktu untuk mengambil keputusan. Keputusan sementara yang ditetapkan dengan maksud untuk mengadakan perubahan kemudian, namun keputusan

tersebut akhirnya menjadi permanen. c. Kegagalan dalam menentukan data-data sebagai acuan dalam pembuatan desain. d. Kekurangan informasi mengenai material dan produk-produk baru yang berada di pasaran. e. Tenaga ahli mempunyai spesialisasi masing-masing. Banyak yang tidak menyadari bahwa penggabungan dari berbagai disiplin ilmu akan menghasilkan desain yang baik, bukanya hanya dikerjakan oleh satu orang tenaga ahli saja, karena tidak ada orang yang dapat menguasai seluruh ilmu sekaligus. f. Kebiasaan buruk yaitu mengulang-ulang desain yang

seharusnya dirubah.

13

g. Kekurangmampuan menetapkan tolok ukur yang tepat untuk mengukur nilai dalam sistem. h. Spesifikasi yang dibuat belum disesuaikan dengan kemajuan jaman. i. Pengelola proyek tidak mengalokasikan waktu dan sumber daya yang memadai untuk pengelolaan proyek dengan kemajuan jaman. j. Hubungan masyarakat yang kurang serasi (Poor Human Relation)
2.2. TINJAUAN UMUM PROYEK

Setiap manusia pasti membutuhkan tempat untuk tinggal dan menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta, itulah mengapa rumah menjadi kebutuhan pokok manusia.Seperti layaknya kebutuhan pokok lainnya, pemenuhan atas kebutuhan rumah sebagai tempat tinggal harus dan mutlak untuk dipenuhi, Rumah yang saat ini memiliki beragam model dan bentuk karena disesuaikan dengan kebutuhan penghuninya.Oleh karena itu, manusia sangat mebutuhkan keadaan di dalam rumah yang dapat meberikan suasana nyaman bagi si pemilik. Dan rumah juga di fungsikan sebagai sumber kedamaian , sumber inspirasi, dan sumber energi bagi pemiliknya. Dari hal itu, dapat di simpulkan bahwa dalam merencanakan dan merancang sebuah rumah harus di pikirkan secara matang oleh si pemilik dan arsiteknya. Proyek Perancangan Proyek Rumah Tinggal Indis Style di Kemetiran Lor, GT II / 686-687 ini merupakan proses perancangan yang memakan waktu cukup lama kurang lebih hampir 1 tahun dikarenakan adanya beberapa revisi desain dari permintaan si pemilik. Lokasi proyek Proyek Rumah Tinggal Indis

14

Style Pak Fantoni yang beradadi Kemetiran Lor, GT II / 686-687 ini memiliki batas batas lokasi sebagai berikut : Sebelah Utara : Jalan Kampung

Sebelah Selatan : Jalan Kemetiran Kidul Sebelah Timur Sebelah Barat : Rumah Penduduk : Rumah penduduk

15

2.3.

SPESIFIKASI PROYEK
Nama Proyek Lokasi Fungsi Jumlah Lantai Luas Bangunan Luas Lahan Pemilik Proyek Arsitek : Perancangan Proyek Rumah Tinggal Indis Style Fantoni : Kemetiran Lor, GT II / 686-687Yogyakarta : Rumah Tinggal : 2 Lantai : 661,85m2 : 524,1 m2 : Bapak Fantoni : Bp. Henry Soendoro, S.Ars

2.3.1. Spesifikasi Bangunan Bangunan Rumah Tinggal Indis Style Pak Fantoni merupakan bangunan dengan ketinggian 2 lantai menggunakan struktur utama beton bertulang dan rangka atap baja ringan, dengan rincian sebagai berikut : Pondasi Kolom Penutup dinding Atap : Footplat : Beton bertulang : Dinding bata : Atap menggunakan kuda-kuda dengan bahan baja ringan Penutup atap Kusen jendela dan pintu Jendela dan pintu : genteng : alumunium dan kayu : alumunium, kayu, dan kaca

16

Bangunan ini berfungsi sebagai tempat untuk rumah tinggal yang bernuansa mewah, dengan pembagian ruang-ruang sebagai berikut : Lantai 1 Ruang Kamar Tidur(2 ruang) Ruang Kerja Ruang Tamu Ruang Keluarga Ruang makan Mini bar Pantry Ruang Cuci Ruang Kamar pembantu Ruang Karaoke Gudang Dapur Toilet (4 ruang) Garasi Genset

Lantai 2 Ruang Kamar Tidur (5 ruang) Ruang Rekreasi Ruang Keluarga Ruang Serbaguna Mini Pantri Toilet (2 ruang) Ruang Jemur

17

2.3.2. Unsur-Unsur Proyek Unsur pengelolaan proyek yaitu orang atau badan yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan proyek yang bersangkutan. Masing masing unsur pengelolaan proyek mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab, dan wewenang yang berlainan satu sama lain tetapi saling berkaitan erat. Unsur pengelola proyek beserta tanggung jawab dan wewenangnya, pada Perancangan Rumah Tinggal Indis Style Pak Fantoni ini antara lain : 1. Pemilik Proyek/ Pemberi Tugas/ Owner Pemilik/ pemberi tugas/ owner adalah orang atau badan yang memberi tugas kepada pihak perencana untuk mendesain proyek bangunan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya, yang kemudian diserahkan kepada pelaksana agar melaksanakan proyek tersebut.Pemberi tugas dapat berupa perorangan, instansi atau lembaga pemerintah maupun swasta.

Yang bertindak sebagai pemilik/ pemberi tugas pada Proyek Perancangan

Rumah Tinggal Indis Style Pak Fantoni adalah Bapak Fantoni.


Sehubungan dengan proyek yang akan dilakukan, maka tugas dan kewajiban yang harus dilakukan oleh badan ( pemberi tugas ) ini adalah : a. Menyediakan atau membayar sejumlah biaya yang akan diperlukan untuk terwujudnya suatu pekerjaan pembangunan. b. Menyelenggarakan pelelangan. c. Menerima pekerjaan apabila telah sesuai dan menyetujuinya. d. Menentukan pilihan dan mengambil keputusan terhadap rencana yang diajukan oleh perencana. e. Menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembangunan proyek agar pekerjaan yang ditawarkan dapat terlaksana sesuai waktu. Hal hal yang perlu dipersiapkan antara lain :

18

Surat surat ijin ( seperti IMB ) yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Pembiayaan. Keterangan lain yang bersangkutan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan.

2. Konsultan Perencana Konsultan perencana merupakan orang atau badan yang diberi kuasa oleh pemilik atau pemberi tugas untuk merencanakan dan merancang secara lengkap dan siap untuk dilelangkan serta dilaksanakan pembangunannya. Dalam pembangunan proyek ini konsultan perencana yang ditunjuk adalah Bp. Henry Soendoro yang mempunyai tugas dan kewajiban : a. Membuat sketsa ide atau gagasan. b. Memuat gambar pra rencana / pra rancangan. c. Membuat rencana pelaksanaan. d. Membuat gambar gambar detail yang lengkap dengan perhitungan konstruksi. e. Membuat Rencana Kerja dan Syarat syarat. f. Membuat anggaran biaya. g. Memberikan penjelasan kepada pelaksana jika ada hal hal yang kurang jelas dalam bestek dan gambar. h. Membuat gambar gambar revisi, apabila terjadi sesuatu perubahan gambar rencana yang sudah ada.

Dalam pelaksanaan pekerjaannya, konsultan memiliki tanggung jawab yang harus dijalankan, berupa : a. Perencana harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pemilik sebagai akibat langsung dari kesalahan yang timbul atau dibuat

19

oleh perencana pada waktu pelaksanaan. Kesalahan yang dimaksud adalah kesalahan yang seharusnya dapat dihindari dengan keahliannya dan kewaspadaannya serta cara pelaksanaan yang benar. b. Perencana tidak bertanggung jawab terhadap semua kesalahan yang dilakukan oleh orang orang yang bekerja padanya jika perencana dapat membuktikan bahwa kesalahan yang timbul itu tidak dapat dihindari atau tidak dapat diketahui sebelumnya meskipun ada pengawasan dan kewaspadaan dari perencana. c. Penggantian kerugian yang diderita oleh pemilik, baru dapat dituntut apabila pemilik dapat membuktikan bahwa penggantian kerugian itu tidak dapat diminta dari kontraktor maupun penyuplai bahan bangunan. d. Penentuan besar kecilnya jumlah penggantian diperhitungkan

berdasarkan atas besar kecilnya kesalahan yang menyebabkan kerugian. e. Tanggung jawab yang dibebankan perencana untuk semua kesalahan kesalahan yang ditimbulkan tidak lebih besar dari honorarium yang diterimanya, kecuali kesalahan yang ditimbulkannya sengaja, maka perencana bertanggung jawab penuh untuk semua akibat kesalahan itu tanpa pembatasan. f. Setiap tanggung jawab yang dibebankan kepada perencana akan gugur, apabila dalam waktu tiga tahun setelah pembayaran bagian terakhir dari honorarium, pemilik tidak meminta secara tertulis pertanggung-jawaban perencana untuk semua akibat dari kesalahan yang ditimbulkan oleh perencana.

20

BAB III DASAR TEORI


3.1 PROSES PERANCANGAN Proses adalah : Serangkaian urutan-urutan pergantian, pergerakan,

pengembangan, yang terjadi pada semuanya. Cara dan tindakan di mana sesuatu terjadi atau dikerjakan Serangkaian tindakan atau percobaan serta pengolahannya Cara atau kebiasaan aktifitas yang teratur dan normal. Perancangan adalah : Menemukan komponen fisik yang benar dari sebuah struktur fisik. Merupakan aktifitas pemecahan problem yang langsung Faktor kondisi untuk bagian-bagian produksi yang

mengadakan hubungan kontak dengan manusia. Menghubungkan produksi dengan situasi untuk memberikan kepuasan. Lompatan imaginasi dari fakta-fakta sekarang pada

kemungkinan-kemungkinan yang akan datang. Hasil pemecahan optimal dari kebutuhan yang sebenarnya dari suatu keadaan tertentu. Sebuah aktifitas yang kreatif, yang membawa ke dalam sesuatu yang baru dan berguna serta tidak ada sebelumnya.

21

Jadi pengertian dari Proses Perancangan adalah : Suatu cara berpikir untuk bertindak dalam mengumpulkan, memilih, mengolah (analisa), menyusun(sintesa), serta mengambil keputusan; dalam suatu rangkaian aktifitas yang terorganisir dan terintegrasi sehingga menjadi suatu kesatuan serta dapat dilihat dengan jelas peranan dan kaitan antara tiap-tiap bagian. 3.1.1 Pendekatan Pemecahan Masalah Manusia aktifitas.Sebelum sebelum mencapai obyek ditentukan oleh

melakukan

aktifitas,

manusia

mempunyai

keinginan/tujuan.Untuk mencapai obyek, aktifitas-aktifitas harus dilengkapi oleh fungsi-fungsi yang mendukung obyek tersebut. Arsitek dalam hal ini mmbantu memecahkan problem untuk mewujudkan gagasan tersebut. Apabila Arsitek akan menciptakan suatu wadah fasilitas yang layak bagi manusia, Arsitek harus mengerti tentang maksud-maksud yang diinginkan manusia. Arsitek harus mempunyai informasi-informasi yang mendetail tentang kebutuhan manusia, dalam hal ini pemberi tugas. Dalam mencari informasi-informasi, Arsitek mengumpulkan data pemberi tugas dan dari pihak-pihak lain. Arsitek harus mengetahui siapa pemberi tugas, apa yang ingin dicapai, apa saja yang di butuhkan, dan sebagainya. Pemberi tugas harus dapat memberi keterangan siapa yang akan memakai bangunan, apa keinginan/tujuannya, kegiatan apa yang harus ditampung oleh bangunan tersebut, bagaimana penampungannya agar kegiatan dapat berjalan lancar.

22

Semua informasi tentang keinginan pemberi tugas, aktifitas yang terjadi dan yang dibutuhkan, fungsi-fungsi yang mendukung aktifitas dan obyek yang melengkapi fungsi-fungsi tersebut harus disusun selengkap mungkin.Setelah seluruh informasi didapat dengan lengkap, Arsitek mulai merancang untuk mewujudkan kebutuhan manusia menjadi suatu bentuk/obyek sebagai wadah fasilitas. Disini dapat diterangkan bahwa kegiatan proses perancangan antara lain adalah merubah informasi dari tahap satu ke tahap berikutnya, sampai obyek yang dituju menjadi nyata. Seluruh proses informasi perancangan tersebut dapat disusun menjadi suatu skema sistem informasi kebutuhan dan kemungkinan. Pada akhirnya masalah yang terbesar bagi arsitek adalah menyatukan keterangan-keterangan dari pemberi tugas yang cukup terperinci agar dapat merancang, tetapi juga cukup leluasa untuk memberi kesempatan pada pemberi tugas agar dapat berubah dan berkembang dalam ruang yang baru. Masalah lainnya adalah dalam mengkoordinir ahli-ahli dari berbagai disiplin lain yang diperlukan dalam mencapai suatu perancangan yang baik. 3.1.1.1 Hubungan Manusia obyek Manusia dalam mencapai obyek ditentukan oleh aktifitas Sebelum melakukan aktifitas manusia harus mempunyai keinginan/tujuan. Untuk mencapai obyek,aktifitas harus dilengkapi oleh fungsi.

23

3.1.1.2 Hubungan Pemberi Tugas Arsitek Pada proses perencanaan terdapat hubungan pemberi tugas dan arsitek yang diharapkan dapat mewujudkan gagasan pemberi tugas. 1. Pemberi tugas mengajukan suatu gagasan kepada arsitek. Pemberi tugas mempunyai data tentang gagasan yang akan dipakai sebagai dasar untuk mewujudkan gagasan tersebut.

2. Arsitek memperoleh data dari pemberi tugas melalui suatu proses, disamping itu arsitek mencari data dari pihak lain. 3. Setelah semua data yang diperlukan lengkap dan terperinci, arsitek dapat memprosesnya secara sistematis untuk mewujudkan gagasan yang dimaksud. 3.1.1.3 Proses Perancangan Proses perancangan bergerak melalui pernyataan gagasan, keterangan aktifitas, diagram fungsi dan obyek.

24

Dalam mencapai obyek, proses merancang tercapai melalui tahap-tahap menyusun program, menyusun perencanaan dan merancang. 1. Tahap menyusun program Arsitek mengumpulkan data-data yang diperoleh dari pemberi tugas dan dari pihak-pihak lain. Data-data diubah menjadi bentuk yang terperinci untuk mendapatkan keterangan aktifitas. Dalam keterangan aktifitas

digambarkan mengenai: Karakter aktifitas Ruang gerak tiap aktifitas yang diinginkan Macam aktifitas yang dapat digabungkan bersama Hubungan ruang

Diagram Proses Perancangan

25

2. Tahap perencanaan Dalam tahap perencanaan, keterangan-keterangan aktifitas diganti ke dalam keterangan diagram fungsi yang menggambarkan perbandingan ukuran ruang-ruang. 3. Tahap merancang Semua keterangan yang telah diperinci dipergunakan untuk membuat suatu usulan atau rancangan dengan katakteristik/ciri seperti dinyatakan dalam program. 3.1.1.4 Sistem Informasi Proses perencanaan dapat disusun dari informasi pernyataan kebutuhan sebagai input menjadi pernyataan kemungkinan sebagai output dengan memperhatikan

kriteria-kriteria dan kemungkinan-kriteria. Skema ini terdiri dari tahapan-tahapan yang setiap tahapnya mempunyai pola sebagai berikut:

Proses

perencanaan

mengubah/

memindahkan

informasi dari tahap pertama ke tahap berikutnya sampai mendapatkan pernyataan dari kebutuhan fasilitas.

26

Apabila seluruh proses perencanaan disusun dalam suatu skema yang bertautan, maka setiap tahapan informasi dapat dilihat sebagai bagian terpisah dari skema tersebut.

Setiap tahapan dapat dirumuskan dalam suatu pola umum sebagai berikut:

Selanjutnya bila dinyatakan dalam

pernyataan

kemungkinan dengan

telah

hubungannya

pernyataan

kebutuhan dalam tahapandari skema tersebut, maka pernyataan kemungkinan tersebut menjadi pernyataan kebutuhan untuk proses selanjutnya.

Dengan memakai pola-pola dasar diatas, maka dapat disusun suatu skema hubungan keseluruhan dari sistem informasi.Skema ini disusun dengan meletakkan urutan

27

tahapan informasi manusia-obyek sebagai jalur horizontal dari sistem dan informasi kebutuhan dan kemungkinan sebagai jalur vertikal.

3.1.1.5 Bank Data Dalam mencapai obyek, arsitek bekerja dengan datadata yang diperoleh dari pemberi tugas dan dari pihak-pihak lain. Prinsip sederhananya, data sebagai input diproses untuk menghasilkan obyek sebagai output. Idealnya penilaian-penilaian dilakukan terhadap obyek yang telah dicapai. Penilaian-penilaian yang dapat disimpan dalam tempat penyimpanan data sebagai input kembali untuk proses pencapaian obyek pada perencanaan

berikutnya. Pemecahan yang terjadi dari keadaan yang demikian akan lebih teliti dan baik.

3.1.2 PENGEMBANGAN PROSES PERENCANAAN Proses perencanaan keseluruhan (dari tidak ada sampai tercipta suatu fasilitas) dimulai dari hal/perisyiwa yang sederhana, makin lama makin berkembang menjadi kompleks. Proses perencanaan sebagai suatu rangkaian/urut-urutan pekerjaan yang panjang, terdiri dari bagian-bagian pekerjaan yang berhubungan dan berkaitan satu sama lain. Semua bagian tersebut tersusun sedemikian rupa, sehingga apabila terjadi perubahan pada satu bagian, maka bagian yang lain akan terpengaruh olehnya.

28

3.1.2.1 Kerangka Sistem Arsitektural Kerangka kerja dasar dalam suatu proses perencanaan yang lengkap, dapat digambarkan dengan sederhana sebagai berikut:

Umpan masuk (input) dapat dianggap sebagai penggerak proses/bahan baku untuk diolah sehingga menghasilkan umpan keluar (output). Umpan keluar ini akan menjadi umpan masuk pada proses yang berikutnya. Demikianlah seterusnya berlangsung sehingga seluruh proses perencanaan akan merupakan gabungan proses-proses kecil yang saling terikat.

Prinsip merancang yang sederhana Dalam proses perancangan yang merupakan salah satu bagian dari proses di perencanaan atas dilukiskan yang menyeluruh, berikut.

gambaran/skema

sebagai

Data yang diperoleh dianggap sebagai umpan masuk, lalu diproses, dan dalam tahap perencanaan disebut analisa, hasilnya adalah umpan keluar berupa rancangan.

29

3.1.2.2 Pengembangan 1 Pada tahap ini, pross dikembangkan menjadi analisa dan alternatif rancangan.Supaya rancangan bisa diterima dengan baik, diperlukan kriteria yang bersifat menguji alternatif rancangan tersebut. Apabila alternatif rancangan sudah memenuhi

persyaratan yang disebutkan dalam kriteria, maka hasil proses yang berupa rancangan dianggap dapat diterima. Tapi kalau sebaliknya,maka kesalahan-kesalahan dalam alternatif rancangan tersebut dimasukkan ke dalam data sebagai umpan masuk untuk kemudian diproses kembali. Hal ini berguna untuk dapat mengatasi masalah dengan teliti dan membetulkan penyimpangan sebelum proses terjadi lebih lanjut.

3.1.2.3 Pengembangan 2 Dalam skema ini, kriteria secara garis besarnya dibagi dalam tiga bagian, yaitu: tujuan, hambatan, dan batasan. Tujuan artinya mengarahkan proses mencapai sasaran yang diinginkan. Dan untuk apa/siapa proses itu dihasilkan.

30

Hambatan

adalah

hal-hal

yang

mungkin

akan

menimbulkan kesulitan di dalam proses ataupun dalam hasil proses nanti. Batasan berguna untuk mempersempit masalah sehingga hasil suatu proses nanti sesuai dengan kebutuhan.

3.1.2.4 Pengembangan 3 Untuk tahap pengembangan ini, proses terjadi dua kali. Pertama, data sebagai umpan masuk diolah dengan memperhatikan kriteria. Hasilnya berupa suatu program kebutuhan ruang yang isinya antara lain : program dasar, data teknik, data fisik, dan data tambahan. Kalau hasil proses yang pertamaini (program

kebutuhan ruang) belum sesuai dengan yang diinginkan, kesalahan tersebut diperiksa dengan memasukkan kembali sebagai data sampai didapat hasil yang benar.

31

Program kebutuhan ruang kemudian menjadi umpan masuk pada proses yang selanjutnya, diolah/ dianalisa dengan kriteria sehingga terjadi alternatif rancangan. Untuk dapat menghasilkan rancangan dengan baik, dan sesuai dengan kebutuhan, maka alternatif rancangan harus diuji dengan kriteria. Kriteria pada proses ini dan pada proses-proses selanjutnya, garis besarnya sama, hanya bagian yang kecilkecilnya yang harus disesuaikan dengan keperluan. Kriteria untuk proses pada tahap tertentu, diutamakan yang dapat menjawab persoalan pada tahap tersebut; misalnya antara lain: Fungsional: memenuhi fungsi sesuai dengan kebutuhan dasar suatu fasilitas, dan sesuai dengan aktifitas yang terjadi. Efisien: pemenuhan fungsi secara maksimal Fleksibel: kemudahan/kemungkinan penggabungan,

pemisahan dan perluasan. dan lain-lain.

32

3.1.2.5 Pengembangan 4 Kriteria dikembangkan/diperluas pengertiannya

sedemikian rupa supaya hasil yang dicapai menjadi lebih peka terhadap segala kemungkinan. Kriteria tujuan diterangkan lebih jelas dengan

menyebutkan sasaran yang diinginkan. Apakah hasil suatu proses ditujukan untuk manusia, lingkungan, dan fasilitas tertentu. Kriteria hambatan ditetapkan dari hal-hal yang sudah ada dan akan sangat mempengaruhi hasil suatu proses ; misalnya: Kehidupan sosial budaya manusia yang mempunyai ciri yang berlainan satu sama lain Dalam lingkungan fisik terdapat masalah-masalah yang khusus yang harus dapat ditanggulangi Teknologi dan peraturan yang ada hendaknya dijadikan dasar dalam melaksanakan/ mewujudkan hasil suatu proses Ada/tidaknya biaya menentukan apakah suatu pekerjaan dapat dilangsungkan atau tidak. Batasan disusun atas dasar persyaratan-persyaratan yang harus diikuti sepenuhnya(kalau memang benarbenardiinginkan) dan menjadi penguji hasil suatu

proses/pekerjaan; misalnya:

33

Hasil suatu proses perancangan yang didapat harus memenuhi persyaratan(fisik) manusia, antara lain mengenai kesehatan tubuh manusia, kesanggupan panca indera, reaksi manusia terhadap lingkungan yang tercipta, terutama dalam hal kepekaan dan ketajaman pikiran, hendaknya menjadi lebih baik.

Hasil yang dicapai selayaknya mempunyai arti yang lebih dari sekedar pemenuhan fungsi; manusia bisa menangkap suatu arti dari bentuk fisik yang terungkap.

Persyaratan teknis mengharuskan pemilihan cara yang tepat untuk mengatasi kondisi lingkungan yang secara efisien. Hasil yang didapat harus memperhitungkan segala aspek yang berhubungan dengan pendapatan (modal/sumbersumber dana) dan pengeluaran (urusan tanah, buruh, bahan, jasa dan lain-lain).

34

3.1.2.6 Bagan Umum Perencanaan Pengembangan akhir dari skema perancangan adalah bagan perencanaan secara umum, yang menyatakan garis besar tahap-tahap pekerjaan/kegiatan dari awal (keinginan) sampai terwujud sesuatu yang dapat dipakai/ berfungsi bagi manusia atau lingkungan.

3.2

MATERIAL 3.2.1 Dinding Dalam pengertian umum, dinding adalah bagian dari bangunan yang berfungsi sebagai pemisah antara ruangan luar dengan ruangan dalam, melindungi terhadap intrusi dan cuaca, penyokong atap dan sebagai pembatas ruang satu dengan ruangan lainnya, berfungsi pula sebagai penahan cahaya panas dari matahari, menahan tiupan angin dari luar, dan untuk menghindari gangguan binatang liar.

35

3.2.1.1 Fungsi Dinding Terdapat 3 jenis utama dinding, yaitu: dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary) dan dinding penahan (retaining). Selain fungsi utama di atas, ada beberapa fungsi lain dari dinding yaitu: a. Fungsi kenyamanan, kesehatan, keamanan dan keindahan b. Fungsi konstruksi 3.2.2 Lantai 3.2.2.1 Pengertian dan fungsi lantai Pengertian lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran penting untuk memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi lantai secara umum adalah: menunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk karakter ruang. Ketika orang berjalan di atas lantai, maka karakter yang muncul adalah: tahan lama, tidak licin dan berwarna netral (tidak dominan). Lantai rumah digunakan untuk meletakkan barang-barang seperti kursi, meja, almari, dan sebagainya serta mendukung berbagai aktivitas seperti berjalan, anak-anak berlari, duduk di lantai, dan lain-lain. Dilihat dari sisi struktur, beban yang diterima oleh lantai kadang cukup besar, misalnya ketika kita memindahkan benda berat seperti almari dengan cara menyeretnya. Dengan demikian lantai memiliki peran penting mendukung beban-beban langsung dari barang-barang dan aktivitas di atasnya.

36

Dari sisi estetika, lantai berfungsi untuk memperindah ruang dan membentuk karakter ruang. Tema warna dan image yang ditampilkan dapat mengambil konsep apa pun sesuai karakter yang dimunculkan. Beberapa tema yang dapat diterapkan seperti etnik tradisional, modern minimalis, retro dan sebagainya. 3.2.2.2 Syarat material lantai Karena fungsi setiap ruang dalam hunian beragam, maka beragam pula desain lantainya. Syarat bahan lantai di antaranya adalah: aman, awet, kuat, tahan lembab, mudah dibersihkan dan menyerap panas. Material penutup lantai yang bersifat hangat adalah: karpet, parket, gabus, karet, sedangkan material bersifat dingin adalah: marmer, keramik, granit . Pada beberapa ruang harus dipasang lantai yang bahannya bertekstur kasar, seperti: kamar mandi, teras dan garasi. Kamar mandi adalah ruang yang paling sering terkena air, sehingga licin dan beresiko menyebabkan pengguna terpeleset.Begitu pula dengan teras ketika terkena tempias hujan, harus dipasang bahan lantai yang lebih kasar untuk mengindari resiko pengguna terpeleset.Pada garasi, tekstur kasar berfungsi menghindari selip akibat gesekan antara ban dan muka lantai, terutama ketika kendaraan sehabis kehujanan.Untuk ruang dapur memakai bahan lantai yang mudah dibersihkan serta tidak meninggalkan noda di pori-pori lantai dan nat sambungan yang dapat mengganggu keindahan lantai.Ruang tamu, ruang keluarga dan kamar tidur

37

dapat memakai bahan lantai dengan permukaan licin dan mengkilap.

3.2.3 Keramik Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani, keramikos yang artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Lantai keramik atau ubin keramik adalah bahan penutup (finishing) lantai dari bahan keramik.Tujuan pemasangan ubin keramik selain sebagi penutup lantai adalah menambah kekuatan lantai, mempermudah pemeliharaan dan kebersihan lantai, serta mendekorasi ruangan (lantai).Selain fungsi-fungsi tersebut, efek pemasangan keramik lantai juga bisa menghadirkan atmosfer tertentu pada ruangan, tergantung jenis dan corak keramik yang dipilih. Bahan yang memiliki fleksibilitas tinggi dan dapat diaplikasikan pada hampir seluruh bagian rumah ini tampil di pasaran dengan variasi produk yang semakin beragam. Memilihnya tidak hanya dilihat dari segi estetikanyasaja, tetapi juga harus dilihat dari segi mutu bahan, cara pemasangan, dan perawatan. Dalam kaitan dengan mutu ubin keramik dikenal istilah KW1, KW2, KW3, artinya dalam (1) satu kotak keramik KW1 berisi keramik kualitas paling baik dan nol kerusakan atau tidak ada yang cacat (reject), sedangkan KW berikutnya kualitasnya lebih rendah, seperti warna tidak sama persis sama, ukuran berselisih antara satu dengan lainnya berkisar 1 1.5 mm. Jenis dan merk lantai keramik yang ada

38

dipasaran antara lain: Roman, KIA, IKAD, INA, White Horse, Masterina, Mulia, Acura, Hercules, KIG, Milan, Platinum, Genova dan sebagainya. 3.2.4 Plafond Atau Langit-Langit Plafon adalah bagian konstruksi merupakan lapis pembatas antara rangka bangunan dengan rangka atapnya, sehingga bisa sebagai atau dapat dikatakan tinggi bangunan dibawah rangka atapnya. Plafon atau sering disebut juga langit-langit merupakan bidang atas bagian dalam dari ruangan bangunan ( rumah ). 3.2.4.1 Fungsi Plafond Plafond adalah bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai langit-langit bangunan.Plafond juga merupakan bagian dari interior yang harus didesain sehingga ruangan menjadi sejuk dan enak dipandang (artistik).Plafond biasanya dibuat dengan ketinggian tertentu dan disesuaikan dengan fungsinya ruangan yang ada. Namun sebagai variasi ada juga yang dibuat tidak selalu rata. Variasi tersebut dikenal sebagai plafonddrop ceiling. Plafond berfungsi juga sebagai isolasi panas yang datang dari atap atau sebagai penahan perambatan panas dari atap (aluminium foil).Plafon dapat juga sebagai meredam suara air hujan yang jatuh diatas atap, terutama pada penutup atap dari bahan logam.Plafon sebagai finishing (elemen keindahan), mempunyai tempat untuk menggantungkan bola lampu, sedang bagian atasnya untuk meletakkan kabel - kabel listriknya (sparing instalasi).

39

You might also like