Professional Documents
Culture Documents
pengetahuan secara langsung saling memperngaruhitidak ada hubungan kekuasaan tanpa ada konstitusi korelatif dari bidang pengetahuannya (Michel Foucault, 1979: 27). Apa yang hendak dibongkar oleh Foucault adalah bagaimana orang- orang mengatur atau meregulasi diri mereka sendiri dan orang lain dengan menciptakan klaim kebenaran (sebuah pembakuan atau pemutlakan benar-salah, baik-buruk, indah-jelek) dapat dibuat teratur, tetap, dan stabil. Oleh karena itu, Foucault meyakini bahwa kuasa tidak bekerja melalui represi, tetapi melalui normalisasi dan regulasi. Kuasa tidak bekerja secara negatif dan represif, tetapi melainkan dengan cara positif dan produktif. Menurut Foucault, kuasa adalah nama yang diberikan kepada situasi strategis yang rumit dalam masyarakat tertentu (Foucoult, 1997). Dalam hubungan itu, kata Foucault, tentu saja ada pihak yang di atas dan di bawah, di pusat dan di pinggir, di dalam dan di luar. Tetapi ini tidak berarti kekuasaan terletak di atas, di pusat, dan di dalam. Sebaliknya, kekuasaan menyebar, terpencar, dan hadir di mana-mana seperti jejaring yang menjerat kita semua. Kekuasaan merasuki seluruh bidang kehidupan manyarakat modern. Kekuasaan berada di semua lapisan, kecil dan besar, laki-laki dan perempuan, dalam keluarga, di sekolah, kampus, dsb. Kekuasaan itu ialah kekuasaan untuk menjamin normalitas, regularitas, familiaritas. Negara memang penting, namun kekuasaan untuk menjamin normalitas ini lebih dari sekadar kekuasaan negara. Pertama, negara tak mencakup semua hubungan kekuasaan aktual. Kedua, negara hanya dapat beroperasi secara efektif berdasarkan relasi-relasi kekuasaan lain yang sudah ada, serangkaian jaringan kekuasaan beraneka yang sudah beroperasi pada berbagai hal, semisal teknologi, pengetahuan, puak dan marga, keluarga inti, bahkan tubuh dan seksualitas. Kekuasaan itu menyebar. Subjek, begitu pun institusi, adalah korban sekaligus penjelmaan dari kekuasaan. Konsep kuasa Foucault di atas menampilkan substansi (apa) dan operasi (bagaimana) fenomena kuasa dalam keseharian. Secara substansial Foucault menyatakan bahwa pelaksanaan kekuasaan terus-menerus menciptakan pengetahuan dan sebaliknya pengetahuan tak henti-hentinya menimbulkan efek-efek kekuasaan. Selain itu Foucault juga menunjukkan bahwa secara operasional kekuasaan adalah strategi yang menyebar, terpencar, dan hadir di mana-mana seperti jejaring yang menjerat siapapun. Pengetahuan dan kuasa saling mengandaikan. Kuasa menjelma ke dalam pengetahuan agar ia operatif dan efektif merasuki alam bawah sadar setiap orang melalui kebudayaan yang memikat, nilai-nilai yang memukau, dan kebijakan-kebijakan yang baik, sebagaimana juga melalui tekanan, sanksi, bayaran, suap. Jadi pengetahuan menghasilkan baik sumber-sumber kuasa lunak maupun kuasa keras.
Tujuan utama Foucault adalah mengkritik cara masyarakat modern mengontrol dan mendisiplinkan anggota-anggotanya dengan mendukung klaim dan praktik pengetahuan ilmu manusia: kedokteran, psikiatri, psikologi, kriminologi dan sosiologi. Ilmu manusia telah menetapkan norma-norma tertentu dan noram tersebut direproduksi serta dilegitimasi secara terus-menerus melalui praktik para guru, pekerja sosial, dokter, hakim, polisi dan petugas administrasi. Ilmu manusia menempatkan manusia menjadi subyek studi dan subyek negara. Terjadi ekspansi sistem administrasi dan kontrol sosial yang dirasionalkan secara terusmenerus (Sarup, 1993: 108-110). Memasukkan pemikiran Foucault tentang seksualitas dan kekuasaan sebagai amunisi penting untuk menganalisis tubuh dan kesehatan perempuan dalam relasi kuasa yang tidak seimbang, merupakan langkah-langkah strategis yang tak dapat dilepaskan dari pergerakan feminisme. Feminisme berusaha untuk membongkar diskursus atau wacana-wacana yang bersifat misoginis. Pembongkaran suatu wacana seringkali membutuhkan keajegan berpikir, koherensi dan semua ini menurut Arivia (2003:17) memerlukan refleksi filsafat. Melalui refleksi filsafat, akan ditinjau bagaimanakah diskursus tentang tubuh mempengaruhi kesehatan reproduksi dan kualitas hidup perempuan. Pemikiran filsafat tentang tubuh dan kesehatan perempuan belum banyak mendapat tempat dalam filsafat meanstream yang cenderung misoginis. Atas dasar itulah, dirasakan perlu dilakukan kajian secara mendalam tentang tubuh dan kesehatan perempuan dari perspektif filsafat feminis. Gagasan Foucault tentang kekuasaan yang tersebar memungkinkan kelompokkelompok marginal, termasuk kelompok perempuan untuk mengeksplorasi dan membongkar permasalahan yang membelenggu kehidupan mereka. Dikatakan bahwa pemikiran Foucault dapat digunakan menjadi alat picu kebangkitan kesadaran akan kolektivitas dan pluralitas peradaban. Pemikiran Foucault tentang kekuasaan menjadi pemikiran penting untuk membuat membongkar dan perubahan. Pemikirannya dapat digunakan untuk mendorong suatu perubahan paradigma dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Mendorong perubahan paradigma di dalam ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan, termasuk dalam pendidikan kedokteran, serta mendorong perubahan kebijakan dan program dalam berbagai bidang pembangunan lainnya. Daftar Pustaka
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana http://jefasta.multiply.com/journal/item/4/Michael_Foucoult_Pemikiran_tentang_Kekuasaan
http://www.scribd.com/doc/26994716/Konsep-Kuasa-Michel-Foucault-untuk-AnalisisWacana-Kritis