You are on page 1of 8

MAKALAH PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ANAK MENGEMBANGKAN DISIPLIN DIRI

apa yang kamu rasa: A. PENDAHULUAN Dalam maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri. Pemicu utamanya diduga, adalah situasi dan kondisi keluarga yang negative. Disiplin diri merupakan aspek utama dan esensial pada pendidikan dalam keluarga yang diemban oleh orang tua karena mereka bertanggung jawab seccara kodrati dalam meletakkan dasar-dasar dan fondasinya kepada anak-anak. Upaya orang tua atau pendidik akan tercapai jika anak telah mampu mengontrol perilakunya sendiri dengan acuan nilai-nilai moral yang terinternalisasi. Upaya ini secara asensial adalah penataan situasi dan kondisi yang dapat mengandung anak secara sukarela untuk menjeburkan diri dalam lautan nilai-nilai moral sehingga dapat dijadikan dasar untuk berperilaku yang berdisiplin diri. Jika anak mampu berdisiplin diri maka secara maknawi ia memiliki kemampuan untuk mengantisipasi, mengakomodasi, dan mewarnai arus globalisasi. Orang tua yang berwibawa dan kepercayaannya bergelora dalam diri anak-anak membuat upayanya diapresiasi oleh anak secara kata hati. Namun, orang tua yang tidak mampu menghayati dunia anak maka anak akan menjadi seorang yang tidak mempunyai kedisiplinan diri. Anak akan berperilaku yang akan berdampak pada perilaku dalam bermasyarakat yang akan menimbulkan dirinya kurang diharapkan dalam lingkungan social. Anak dalam keluarga yang kurang harmonis atau orang tua yang bercerai akan menciptakan anak yang tidak berdisiplin baik pada dirinya maupun lingkungan sosialnya. Peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa membawa dampak yang mendalam yaitu akan menimbulkan stress, tekanan dan juga dalam keluarga itu biasanya berawal dengan suatu konflik antara anggota keluarga. Bila konflik ini sampai titik kritis maka peristiwa perceraian itu berada diambang pintu. Peristiwa ini selalu mendatangkan ketidaktenangan berpikir dan ketegangan itu memakan waktu lama. Pengaruh perceraian akan berdampak pada perkembangan anak. Mereka akan mengalami trauma, memiliki perasaan takut akan perubahan situasi keluarga dan merasa cemas karena ditinggalkan salah satu orang tuanya. Sehingga anak akan mencari ketenangan, entah ditetangga, sahabat atau teman sekolah. Perceraian itu setidaknya dapat menimbulkan kekacauan jiwa meski mungkin tidak terlalu jauh. Anak yang hidup dalam keluarga yang berantakan seperti itu bagaimana dia akan mendapatkan dorongan untuk mengembangkan disiplin dalam dirinya. Orang tua yang mampu menghayati keadaan anaknya dan anak menghayati dunia orang tua maka terjadi pertemuan makna diantaranya. Masing-masing anggota keluarga secara bersamasama dapat saling membantu untuk membuat pedoman diri dalam mengarahkan dirinya agar senantiasa untuk memiliki dan meningkatkan nilai-nilai moral untuk dipolakan dalam kehidupannya. Peran orang tua guna mengembangkan disiplin dalam diri anak sangatlah berarti. Anak yang hidup dalam keluarga yang harmonis senantiasa akan mendapatkan dorongan dalam menggali potensi dirinya untuk berperilaku yang positif dan mendisiplinkan dirinya. Jadi bagaimanakah peran orang tua guna membantu anak mengembangkan disiplin diri?

B. PERMASALAHAN Disiplin diri pada anak sangatlah membutuhkan peran orang tua. Tanpa peran orang tua anak tidak akan bisa mengembangkan disiplin diri. Anak yang hidup dalam keluarga yang harmonis dapat membantu anak dalam mengembangkan disiplin diri. Anak yang berasal dari keluarga yang kacau lebih banyak memiliki konsep dari negative. Lebih ektrim mengekspresikan perasaan, lebih penakut, dan lebih sulit mengontrol jasmaninya dari pada anak dari keluarga yang utuh. Perpecahan keluarga merupakan fenomena factual, yang menyebabkan terjadinya kenakalan anak karena tidak lengkapnya orang tua dan dihayati oleh anak sebagai ketidakhadirannya. Bahaya yang akan timbul dari perpecahan keluarga anak akan kurang menyadari moral sebagai landasan keteraturan disiplin dirinya. Anak yang kurang memiliki nila-nilai moral sejak dini akan membuat orang tua kesulitan dalam membantu memiliki dan mengembangkan disiplin diri. Dengan demikian orang tua mempunyai tanggung jawab kondrati yang sangat strategis posisinya dalam menghadirkan situasi dan kondisi yang bermuatan nilai moral untuk dihayati dan diapresiasi oleh anak-anak. Oleh sebab itu, sadar moral menjadi landasan disiplin diri yang harus dikembangkan. Jadi, bagaimanakah posisi keluarga dalam mengembangkan disiplin diri, dan makna keluarga bagi anak serta upaya-upaya orang tua dalam membantu mengembangkan disiplin diri yang akan membentuk kepribadian anak yang dapat diterima dilingkungan social.

C. PEMBAHASAN 1. Posisi keluarga dalam menentukan tingkat disiplin diri anak. Esensi pendidikan umum adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik memperluas dan memperdalam makna-makna esensial untuk

mencapai kehidupan yang manusiawi (Phenix: 1964: 10). Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya kesenjangan atau kesadaran (niat) untuk mengundangnya melakukan tindakan belajar yang sesuai dengan tujuan. Esensi pendidikan umum mencangkup dua dimensi yaitu dimensi pedagogis dan dimensi substantive. Dimensi pedagogis adalah proses menghadirkan situasi dan kondisi yang memungkinkan sebanyak mungkin subjek didik terundang untuk memperluas dan memperdalam dimensi subtantif. Sedangkan dimensi subtantif adalah makna-makna esensial. Makna-makna esensial menurut spectrum Phenix (1964: 6) adalah makna simbolik, makna empiric, makna estentik, makna sintetik, makna etik dan makna sinoptik (religi, filsafat, dan sejarah). Religi merupakan perspektif sosiologis karena religi dipandang sebagai bagian dari makna sinoptik. Hal ini menunjukkan kelemahan yang sangat mendasar karena religi dalam pengertian agama merupakan prinsip dari segala prinsip dan asas dari segala asas (Moh. Shochib, 1994). Pendidikan umum dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian, keluarga merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan pendidikan umum yaitu mengupayakan subjek didik menjadi pribadi yang utuh dan terintegrasi. Maka tugas dan tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi yang memuat iklim yang dapat dihayati anak-anak untuk memperdalam dan memperluas makna-makna esensial. Pribadi yang memiliki dasar-dasar dan mampu mengembangkan disiplin diri, berarti memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral. Disiplin diri dibangun dari asimilasi oleh subjek didik sebagai dasar-dasar untuk mengarahkan perilakunya (Wayson, 1985: 227). Untuk mengupayakan hal ini orang tua dituntut untuk memiliki ketrampilan pedagogis dan proses pembelajaran pada tahapan tinggi. Orang tua dapat merealisasikannya dengan cara menciptakan situasi dan konsdisi yang dihayati oleh anak-anak agar memiliki dasar-dasar dalam mengembangkan disiplin diri. Anak yang berdisiplin diri memiliki keteraturan tinggi berdasarkan nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup dan sikap hidup yang bermakna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara. Jadi tanggung jawab orang tua adalah mengupayakan agar anak berdisiplin diri untuk melaksanakan hubungan dengan Tuhan yang menciptakannya, dirinya sendiri, sesama manusia, dan lingkungan alam dan makhluk hidup lainnya berdasarkan nilai moral. Tujuan disiplin diri adalah mengupayakan pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi manusia yang baik, yang akan menjadi sahabat, tetangga dan warga Negara yang baik. Keluarga merupakan lembaga yang paling penting dalam membentuk kepribadian anak. Karena produk utama disiplin diri adalah pendidikan keluarga secara esensial yang akan meletakkan dasar-dasar disiplin diri untuk dimiliki dan dikembangkan oleh anak. Posisi strategis yang dimiliki orang tua dalam membantu agar anak memiliki dan mengembang dasar-dasar disiplin diri berarti orang tua meletakkan dasar-dasar disiplin diri bagi anaknya. Jadi tugas dan kewajiban orang tua adalah membantu anak yang baru lahir yang memerlukan bantuan dirinya dan orang disekitarnya. Dalam kaitan inilah terlihat betapa pentingnya posisi dan kedudukan orang tua dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri baik dari perspektif, teoritis maupun empirik. 2. Pentingnya disiplin diri bagi anak pada era global Secara sekilas, kehidupan sehari-hari menampakkan fenomena yang biasa saja. Bila dikaji lebih mendalam, ternyata menghadirkan disparitas fenomena yang menyiratkan banyak persoalan dan

memiliki lingkup yang sangat kompleks. Dalam era global dewasa ini, kompleksitas masalah kehidupan mengalami perubahan yang sangat cepat. Hal ini memberikan kesan bahwa kehidupan sehari-hari semakin menggalau dan beraneka. Jika dalam era globalisasi tidak ada upaya untuk mengantisipasi, mengakomodasi, dan mewarnaianya. Era global secara maknawi mengundang anak-anak untuk mengaktifkan diri dengan nilai-nilai moral untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri hal tersebut menunjukkan perlu adanya posisi dan tanggung jawab dari orang tua. Disiplin diri merupakan substansi esensial di era global untuk dimiliki dan dikembangkan oleh anak karena dengannya ia dapat memiliki control internal untuk berperilaku yang senantiasa taat moral. Dengan ini, anak tidak hanyut oleh arus globalisasi, tetapi sebaliknya ia mampu mewarnai dan mengakomodasi. Bantuan orang tua dalam meletakkan dasar-dasar dan mengembangkan disiplin diri anak adalah menciptakan situasi dan kondisi yang mendorong anak memiliki dasar-dasar disiplin diri anak dan dalam pengembangannya melibatkan dua subjek yaitu: (1) orang tua sebagai pendidik, dan (2) anak sebagai si terdidik. Bantuan orang tua kepada anak untuk memiliki dasar-dasar disiplin diri dan mengembangkannya merupakan suatu pekerjaan dari pendidik. Dalam hal ini pendidik dapat mempengaruhi atau memasukkan sesuatu yang bersifat psikologis kepada si terdidik agar mau bekerja sama dalam pencapaian tujuan sehingga akhirnya dapat mengerjakan sendiri. 3. Berapa konsep kunci tentang upaya orang tua dalam membantu anak memiliki dan mengembangkan disiplin diri. a. Pertemuan makna antara orang tua dengan anak-anak. Untuk mengamati secara cermat, mendalam dan menyeluruh upaya orang tua dalam membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin dirinya, perlu diarahkan pada empat hal, yaitu: 1) Pribadi orang tua yang kongkret 2) Pribadi anak yang kongkret 3) Situasi lugas dalam kehidupan keluarga 4) Arah tindakan untuk anak agar memiliki dasar-dasar disiplin diri dan mengembangkannya. Keempat fenomena ini dapat dijadikan instrument untuk mengungkapkan: 1) Pola pertemuan yaitu dapat tidaknya cara dan kualitas pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai si terdidik yang interaksinya bersifat nonsubjek. 2) Kualitas penghayatan dan komunikasi anak terhadap orang tuanya baik sebagai ibu atau ayah mampu sebagai pendidik. Pola pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai si terdidik dengan maksud bahwa orang tua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya: yaitu membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. b. Pola asuh orang tua dalam membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. 1) Pola asuh orang tua Pola asuh orang tua dalam membantu anak untuk mengembangkan disiplin diri adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap penataan:

Lingkungan fisik Lingkungan sosial internal dan eksternal Pendidikan internal dan eksternal Dialog dengan anaka-anaknya Suasana psikologis Sosiobudaya Perilaku yang ditampilkan pada saat terjadinya pertemuan dengan anak-anak Control terhadap perilaku anak-anak Menentukan nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku dan yang diupayakan kepada anak-anak 2) Anak berdisiplin diri Anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai keteraturan perilaku berdasarkan nilai moral yang telah mempribadi dalam dirinya tanpa tekanan atau dorongan dari faktor eksternal. 3) Keterkaitan pola asuh orang tua dengan anak berdisiplin Keterkaitan pola asuh orang tua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai upaya orang tua dengan anak berdisiplin diri dimaksudkan sebagai upaya orang tua dalam meletakkan dasar-dasar disiplin diri kepada anak dan membantu mengembangkannya sehingga anak memiliki disiplin diri. 4) Dinamika anak memiliki disiplin diri Dinamika anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri melibatkan tiga proses yang masing-masing bersifat dialektik, yaitu pengenalan dan pemahaman nilai-nilai moral, pengendapan nilai-nilai moral dan pembribadian nilai-nilai moral. Proses dialektik yang dimaksud adalah bahwa pada setiap proses yang terjadi akan senantiasa melakukan penolakan dan atau penerimaan anak terhadap nilai baru karena adanya konflik atau benturan dengan nilai lama yang telah mengendap dalam dirinya.

4. Makna keluarga bagi anak Keutuhan orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga sangat dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Keluarga merupakan kesatuarahan dan kesatujuan atau keutuhan dalam mengupayakan anak untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri kepercayaan terhadap kedua orang tuanya merupakan unsure asensial dalam membantu anak untuk membangun dan mengembangkan disiplin diri. Dalam mengupayakan kepemilikan dan pengembangkan dasar-dasar disiplin diri, keutuhan sebuah keluarga sangat diperlukan jadi upaya orang tua untuk membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dirasakan sebagai bantuan anak menginternalisasi nilai-nilai moral, dirasakan sebagai bantuan untuk dikenali dan dipahami, diendapkan dan dipribadikakan dalam diri anak sikap saling membantu diantaranya anggota keluarga dalam mengembangkan diri diperlukan untuk kesamaan arah dan tujuan dalam melakukan tindakan yang berdasarkan nilai-nilai moral yang telah disepakati bersama.

5. Proses pembentukan disiplin diri dalam diri anak Disiplin diri anak merupakan produk disiplin kepemilikan disiplin memerlukan proses belajar. Pada awal proses belajr perlu ada upaya orang tua. Hal ini dapat dilakukan dengan cara a. Melatih b. Membiasakan diri sesuai dengan nilai-nilai berdasarkan acuan moral. c. Perlu adanya control control orang tua untuk mengembangkannya. Ketiga upaya itu dinamakan control ekstrenal yang berisonasi demokrasi dan keterbukaan ini memudahkan anak. Untuk menginternalisasi nilai-nilai moral yang dapat menciptakan dunia kebersamaan yang menjadi syarat esensial terjadinya pengahayatan bersama antara orang tua dan anak. Disiplin diri merupakan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan karena dikontrol oleh nilai-nilai moral yang terinternalisasi. Control diri merupakan substansi asesmen diri, perekam diri determinasi diri terhadap penguatan dan administrasi diri terhadap penguat (Gnagey, 1981:117). - Asesmen diri dapat dimiliki anak jika orang tua mampu membantu anak menyadari dan menghayati perilaku-perilakunya. - Perekam diri dapat dimiliki oleh anak jika orang tua mampu membantu mereka untuk melakukan identifikasi sebab-sebab terjadinya penyimpangan perilaku. Penempatan nilai-nilai moral sebagai acuan utama bagi anak untuk memiliki control diri secara internal akan senantiasa menunjukkan diri anak pada nilai-nilai moral. Sehubungan dengan itu, upaya orang tua dalam mendisiplinkan diri anak pada dasarnya mengupayakan anak-anaknya untuk berperilaku yang sadar nilai-nilai moral. Upaya yang dilakukan dalam membangtu anak mutlak didahulukan oleh tampilnya. Pertama, perilaku yang patut dicontoh. Kedua, kesadaran diri juga harus ditularkan pada anak-anaknya dengan dorongan mereka agar berperilaku kesehariannya taat kepada nilai-nilai moral. Ketiga, komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan anakanaknya. Keempat, upaya untuk menyuburkan ketaatan anak terhadap nilai-nilai Moral dapat diaktualisasikan dalam menata lingkungan fisik yang disebut moment fisik. Kelima, penataan lingkungan fisik yang melibatkan anak-anak dan berangkat dari dunianya akan menjadikan anak semakin kokoh dalam kepemilikan terhadap nilai-nilai moral dan semakin terundang untuk meningkatkannya. Keenam, penataan lingkungan social dapat menghadirkan situasi kebersamaan antara anak-anak dengan orang tua. Ketujuh, penataan lingkungan pendidikan untuk mempelajari nilai-nilai moral. Kedelapan, penataan suasana psikologis semakin kokoh. 6. Upaya orang tua yang mampu membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. a. Penataan lingkungan fisik Penataan lingkungan fisik pada keluarga membuktikan adanya upaya agar anak-anak memiliki

nilai moral, dasar social, ilmiah, ekonomi, kebersihan dan keteraturan dan demokrasi. Upaya penataan lingkungan fisik telah diapresiasi sebagai lahan dialog oleh anak-anaknya. b. Penataan lingkungan sosial 1) Penataan lingkungan sosial internal Bertujuan menyingkap nilai-nilai yang diapresiasi anak dalam menerima bantuan orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. 2) Penataan lingkungan sosial eksternal Bertujuan menyingkap nilai-nilai yang diapresiasi anak dalam menerima bantuan orang tua agar mereka memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. c. Penataan lingkungan pendidikan 1) Penataan lingkungan pendidikan internal Bertujuan untuk menyingkap nilai-nilai yang diapresiasikan anak dalam menerima bantuan orang tua untuk memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. 2) Penataan lingkungan pendidikan eksternal keluarga Adanya motivasi anak disebabkan oleh pancaran kewibawaan dan kepercayaan orang tua yang benar-benar mereka rasakan, terciptanya komunikasi dialogis antara orang tua dan anak, serta suasana demokratis di dalam keluarga. Penghayatan dan pengapresiasian anak terhadap motivasi dan dorongan orang tua untuk memiliki dan mengembangkan nilai moral dasar tampak dalam perilaku kesehariannya. d. Dialog-dialog keluarga Diupayakan telah berhasil mengemas pesan-pesan nilai moral yang akan dihayatkan dan diapresiasikan kepada anak-anak. Keberhasilan ini sangat didukung oleh kewibawaan dan kepercayaan diri yang terpancar keperilaku, keakraban, kedekatan, dan kebersamaan sebagai demokrasi. Peringatan-peringatan terhadap anak-anak disampaikan dengan bijak, asih dan asuh sehingga dapat penuh sadar dan kepercayaan diri, anak akan mematuhinya. e. Penataan suasana psikologis keluarga Menyingkap adanya kondisi yang dapat mengundang dan mendorong anak untuk memiliki dan mengembangkan nilai moral dasar. Kemampuan orang tua menciptakan suasana keluarga yang sarat dengan rasa kebersamaan, keakraban, kedekatan, komunikasi sambung rasa dengan anak, pemberian teladan-teladan sikap terbuka. f. Penataan sosiobudaya keluarga Penataan sosiobudaya keluarga telah menyingkap upaya untuk membudayakan kaidah-kaidah nilai moral dasar, social, ilmiah, ekonomi, kebersihan dan demokrasi dalam kehidupan anak. Kaedah-kaedah tersebut diapresiasikan oleh kehidupan anak untuk diserap dan dilaporkan dalam kehidupannya. g. Perilaku orang tua saat terjadinya pertemuan dengan anak Pertemuan orang tua dengan anak senantiasa didasari oleh tampilnya nilai-nilai moral dasar yang mengupayakan untuk tampil dalam pertemuan dengan anak yang mampu membangun kepercayaan dan kewibawaan atas diri anak.

h. Kontrol orang tua terhadap perilaku anak Perilaku anak yang memperoleh prioritas control orang tua adalah perilaku-perilaku dalam merealisasikan nilai-nilai moral dan disamping nilai-nilai moral lainnya. Kontrol yang diberikan dengan penuh asih, asuh dan kebijakan menyebabkan rasa keterpaksaan yang dialami anak pada awalnya lambat laun berkembang menjadi kesadaran diri. i. Nilai moral yang menjadi dasar berperilaku orang tua dan yang diupayakan kepada anak Untuk memilih dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri adalah nilai moral dasar (agama). Penempatan dan pengupayaan nilai moral dasar sebagai dasar pijakan berperilaku sebagai landasannya adalah nilai dasar (agama) yang dapat menjadi benteng kokoh untuk mencegah anak-anaknya melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku.

D. KESIMPULAN DAN PENUTUP Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat dirumuskan berbagai kesimpulan: 1. Signifikasi upaya orang tua dengan tingkatan apresiasi anak berdasarkan kata hati. Nalar dan naluri terjadi karena pasang surutnya kewibawaan dan kepercayaan orang tua dalam diri anak. Kewibawaan dan kepercayaan terhadap orang tua yang bergelora dalam diri anak-anak dapat menggetarkan dawai kata hatinya. 2. Kewibawaan dan kepercayaan orang tua membuat diapresiasi anak secara kata hati yang senantiasa dihayati dan dimaknai sebagai bantuan, bimbingan dan arahan untuk dirinya dalam memiliki nilai-nilai moral sebagai dasar berperilaku yang berdisiplin diri. Orang tua dapat mencerminkan dirinya present in absent dalam diri anak jika dia membangun keteladanan diri, konsistensi dan kesatuan perilaku, rasa kebersamaan dalam merealisasikan nilai-nilai moral, penciptaan suasana terbuka dan komunikasi dialogis, kemesraan hubungan orang tua dengan anak, emenerjemahkan dan membudayakan nilai-nilai moral yang menjadi pola hidup keluarga, dan adanya peraturan yang dibuat dan ditaati bersama oleh semua anggota keluarga. dikupas-tuntas oleh Cahaya Sari PURWOREJO 7/13/2011 02:34:00 PM
http://www.simfonyriri.blogspot.com/2011/07/makalah-peran-orang-tua-dalammembantu.html

You might also like