You are on page 1of 18

PSIKOPATOLOGI Kesadaran (consciousness)

Kesadaran, atau yang lazim dikenal dengan sensorium, adalah suatu keadaan fungsional dari individu untuk mengadakan relasi dan limitasi terhadap dunia sekitarnya, yang terdiri dari manusia, benda atau faham, seperti yang tertangkap oleh panca indera. Sensorium yang baik adalah jika ia dapat mengenal, mengerti dan mengetahui keadaan tentang dirinya atau keadaan sekitarnya. A. Gangguan Kesadaran 1. Disorientasi 2. Kesadaran berkabut 3. Stupor 4. Delirium 5. Koma 6. Koma Vigil : Gangguan orientasi tempat, waktu, atau orang. : Kejernihan ingatan yang tidak lengkap dalam kaitannya dengan gangguan persepsi dan sikap. : Hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling. : Kebingungan, gelisah, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan rasa takut dan halusinasi. : Derajat ketidaksadaran yang berat. : Koma dimana pasien tampak tertidur tetapi segera dapat dibangunkan (juga dikenal sebagai mutisme akinetik). : Gangguan kesadaran dengan halusinasi.

7. Keadaan Temaram (twilight state) 8. Keadaan Seperti Mimpi : Seringkali digunakan secara sinonim untuk kejang (dreamlikestate) parsial kompleks atau epilepsi psikomotor. 9. Somnolence : Mengantuk yang abnormal. 10. Confusion (kebingungan) : Gangguan kesadaran yang ditandai dengan tidak sesuainya reaksi terhadap stimulus lingkungan; dimanifestasikan dengan adanya gangguan orientasi yang berkaitan dengan waktu, tempat, dan orang. 11. Drowsiness (Mengantuk) : Suatu keadaan gangguan kesadaran yang berkaitan dengan suatu keinginan atau kecenderungan untuk tidur. 12. Sundowning : Sindroma pada kaum lanjut usia yang biasanya terjadi pada pada malam hari yang ditandai dengan adanya gejala drowsiness, confusion, ataxia, dan terjatuh sebagai akibat pemberian medikasi yang mencetuskan rasa kantuk yang berlebihan, juga dikenal sebagai Sundowners Syndrome. B. Gangguan Atensi (Perhatian) Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu aktivitas;kemampuan untuk berkonsentrasi. 1. Distraktibilitas : Ketidakmampuan untuk memusatkan atensi; penarikan atensi kepada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan. : Hambatan hanya terbatas pada hal-hal yang menimbulkankecemasan.
50

2. Inatensi Selektif

3. Hipervigilensi

4. Trance

: Atensi dan pemusatan yang berlebihan pada semua stimuli internaldan eksternal, biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid. : Atensi yang terpusat dan kesadaran yang berubah, biasanya terlihat pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman religius yang luar biasa.

C. Gangguan Sugestibilitas Kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh. 1. Folie a deux (folie a trois) : Gangguan emosional yang berhubungan antara dua atau tiga orang. 2. Hipnosis : Modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang ditandai dengan peningkatan sugestibilitas.

Emosi
Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik, dan perilaku yang berhubungan mood dan afek. A. Mood Suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain . 1. Mood Disforik : Mood yang tidak menyenangkan. 2. Mood Eutimik : Mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood yang depresi atau melambung. 3. Mood yang meluap-luap (expansive mood) : Ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan, seringkali dengan penilaian yang berlebihan terhadap kepentingan atau makna seseorang. 4. Mood yang iritabel : Mood yang dengan mudah diganggu atau dibuat marah. 5. Mood yang Labil : Pergeseran / perubahan yang cepat dan tiba-tiba antara euforia dan depresi atau kecemasan. 6. Mood yang meninggi (elevated mood) : Suasana kepercayaan diri dan kesenangan yang tinggi; suatu ood yang lebih ceria dari biasanya. 7. Euforia : Elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran. 8. Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy) : Perasaan kegairahan yang kuat. 9. Depresi : Perasaan kesedihan yang patologis. 10. Anhedonia : Hilangnya minat dan menarik diri terhadap semua aktivitas rutin dan aktivitas yang menyenangkan, seringkali disertai dengan depresi. 11. Dukacita atau Berkabung : Kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata. 12. Aleksitimia : Ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi atau mood seseorang. 13. Ide bunuh diri : Pikiran-pikiran atau tindakan untuk mengakhiri hidupnya. 14. Elasi : Perasaan senang, euforia, kemenangan, peningkatan kepuasan diri, atau optimis. B. Afek 1. Afek yang sesuai : Kondisi dimana irama emosional adalah harmonis dengan (appropriate affect) gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai; digambarkan lebih lanjut sebagai afek yang luas atau
51

2.

3.

4.

5.

6.

penuh, dimana rentang emosional yang lengkap diekspresikan secara sesuai. Afek yang tdk sesuai : Ketidakharmonisan antara irama perasaan emosional (inappropriate affect) dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertainya. Afek yg tumpul : Gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh (blunted affect) penurunan yang berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar. Afek yg tebatas : Penurunan intensitas irama perasaan yang kurang (restricted or constricted affect) parah daripada afek yang tumpul tetapi jelas menurun. Afek yg datar (flat) : Tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda ekspresi afek; suara yg monoton, wajah yg tidak bergerak. Afek yg labil (labile) : Perubahan irama perasaan yg cepat dan tiba-tiba, yang tidak berhubungan dgn stimuli eksternal.

C. Emosi Yang Lain 1. Kecemasan

: Perasaan ketakutan yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang mungkin berasal dari dalam atau luar. 2. Free floating anxiety : Rasa takut yg meresap dan tdk terpusatkan, yg tdk berhubungan dgn suatu gagasan. 3. Ketakutan : Kecemasan yg disebabkan oleh bahaya yg dikenali secara sadar dan realistik. 4. Agitasi : Kecemasan berat yg disertai dgn kegelisahan motorik. 5. Tension : Peningkatan aktivitas motorik dan psikologis yg tdk menyenangkan. 6. Panik : Serangan kecemasan yg akut, episodik, dan kuat yg disertai dgn perasaan ketakutan yg melanda dan pelepasan gejala dari sistem saraf otonom. 7. Apati : Irama emosi yg tumpul yg disertai dgn pelepasan (detachment) atau ketidakacuhan. 8. Ambivalensi : Terdapatnya secara bersama-sama dua impuls yg berlawanan terhadap hal yg sama, pada satu orang yg sama, dan pada waktu yg sama. 9. Abreaksional : Pelepasan atau pelimpahan emosional setelah mengingat pengalaman yg menakutkan. 10. Rasa Malu : Kegagalan membangun pengharapan diri. 11. Rasa bersalah : Emosi sekunder karena melakukan sesuatu yg dianggap salah. 12. Kontrol impuls : Kemampuan untuk menahan / menentang impuls, dorongan , atau godaan untuk melakukan suatu tindakan / aksi. 13. Melancholia : Suatu keadaan depresi berat ; dipakai dalam istilah involutional melancholia, baik secara deskriptif dan juga dalam rujukan pada suatu diagnostic entyty yg jelas. D. Gangguan Psikologi Yang Berhubungan Dengan Mood

52

Merupakan tanda disfungsi somatik (biasanya otonomik) pada seseorang, paling sering berhubungan dengan depresi ( juga disebut tanda vegetatif ). 1. Anoreksia : Hilangnya atau menurunnya nafsu makan. 2. Hiperfagia : Meningkatnya nafsu makan dan asupan makanan. 3. Insomnia : Hilangnya atau menurunnya kemampuan untuk tidur . a. Awal : Kesulitan jatuh tidur. b. Pertengahan : Kesulitan tidur sepanjang malam tanpa terbangun dan kesulitan kembali tidur. c. Terminal : Terbangun dini hari. 4. Hipersomnia : Tidur yang berlebihan 5. Variasi diurnal : Mood yg secara teratur terburuk pada pagi hari, segera setelah terbangun, dan membaik dengan semakin siangnya hari. 6. Penurunan libido : Penurunan minat, dorongan, dan daya seksual (peningkatan libido sering berkaitan dengan keadaan manik). 7. Konstipasi : Ketidakmampuan atau kesulitan defekasi. 8. Fatigue : Suatu perasaan mencapekkan / menjemukan, mengantuk, atau iritabel / sifat lekas marah menyertai suatu periode aktivitas mental atau fisik. 9. Pica : Ketagihan untuk memakan bahan-bahan yg tdk termasuk bahan makanan, seperti cat dan tanah liat. 10. Pseudocyesis : Suatu kondisi yg jarang dimana seorang pasien memiliki tanda dan gejala hamil, seperti distensi abdomen, pembesaran payudara, pigmentasi, penghentian haid, dan morning sickness. 11. Bulimia : Rasa lapar yang tidak kenyang-kenyangnya dan makan secara rakus ; dijumpai pada bulimia nervosa dan depresi atipikal.

PERILAKU MOTORIK ( MOTOR BEHAVIOR / CONATION )


Perilaku motorik adalah aspek mental yg meliputi impuls,motivasi, harapan, dorongan, instink, dan idaman, seperti yg diekspresikan oleh perilaku atau aktivitas motorik seseorang. 1. Ekopraksia : Peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain. 2. Katatonia : Kelainan motorik dalam gangguan non-organik. a. Katalepsi : Istilah umum untuk suatu posisi yg tidak bergerak yg dipertahankan terus menerus. b. Furor katatonik : Aktivitas motorik yg teragitasi, tdk bertujuan, dan tdk (excitement) dipengaruhi oleh stimuli eksternal. c. Stupor katatonik : Penurunan aktivitas motorik yg nyata, seringkali sampai titik imobilitas dan tampaknya tdk menyadari sekeliling. d. Rigiditas katatonik : Penerimaan postur yg kaku yg disadari, menentang usaha untuk digerakkan.
53

e. Posturing katatonik : Penerimaan postur yg tidak sesuai atau aneh yg disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yg lama. f. Cerea Flexibilities : Seseorang dpt diatur dalam suatu posisi yg kemudian (Fleksibilitas lilin) dipertahankannya; jika pemeriksa menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan-akan terbuat dari lilin. g. Akinesia : Berkurangnya pergerakan fisik, sebagaimana dapat ditemukan pada skizofrenia katatonia yang mengalami imobilitas ekstrim; dapat juga terjadi sebagai suatu efek samping ekstrapiramidal akibat pemberian obat anti psikotik. 3. Negativisme : Tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk digerakkan atau tahanan tanpa motivasi terhadap semua instruksi. 4. Katapleksi : Hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yg dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional. 5. Stereotipik : Pola tindakan fisik, atau bicara yg terfiksasi dan berulang. 6. Mannerisme : Pergerakkan tidak disadari yg mendarah daging dan kebiasaan. 7. Automatism : Tindakan-tindakan yg otomatis , biasanya mewakili suatu aktivitas simbolik yg tidak disadari. 8. Command automatism : Mengikuti sugesti atau disebut juga kepatuhan otomatik. 9. Mutisme : Tidak bersuara tanpa kelainan struktural. 10. Overaktivitas : a. Agitasi Psikomotor : Overaktivitas motorik dan kognitif yg berlebihan, biasanya tdk produktif dan sebagai respon dari ketegangan dari dalam (inner tension). b. Hiperaktivitas (hiperkinesis) : Kegelisahan, agresif, aktivitas destruktif, seringkali berkaitan dgn patologi otak yg mendasarinya. c. Tik : Pergerakan motorik yg spasmodik dan tidak disadari. d. Tidur berjalan/Somnambulisme (sleepwalking): Aktivitas motorik saat tidur. e. Akathisia : Perasaan subyektif tentang ketegangan motorik sekunder dari medikasi anti psikotik atau medikasi lain, yang dapat menyebabkan kegelisahan,melangkah bolak-balik, duduk dan berdiri berulang-ulang . f. Kompulsi : Impuls yang tidak terkontrol untuk melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang. Dipsomania : Kompulsi untuk minum alkohol. Kleptomania: Kompulsi untuk mencuri. Nimfomania : Kebutuhan untuk koitus yg kuat dan kompulsif pada seorang wanita. Satiriasis : Kebutuhan untuk koitus yg kuat dan kompulsif pada seorang laki-laki. Trikotilomania : Kompulsi utk mencabut rambutnya. Ritual : Aktivitas natural yg dilakukan secara otomatis dan kompulsif dalam usahanya utk mengurangi sumber kecemasan. g. Ataksia : Kegagalan koordinasi otot; iregularitas gerakan otot. h. Polifagia : Makan berlebihan yang patologis. i. Tremor : Perubahan irama pada pergerakan, yang biasanya lebih cepat satu hentakan per detik; secara tipikal, tremor akan berkurang selama
54

periode relaksasi dan tidur, dan akan meningkat selama periode kemarahan dan peningkatan ketegangan. 11. Hipoaktivitas (Hipokinesis) : Penurunan aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada retardasi psikomotor; perlambatan pikiran, pembicaraan, dan pergerakkan yg dapat terlihat. 12. Mimikri : Aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak-anak. 13. Agresi : Tindakan yg kuat dan diarahkan bertujuan yg mungkin verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan, atau permusuhan. 14. Acting out (memerankan) : Ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yg tidak disadari dihidupkan secara impulsif dalam perilaku. 15. Abulia : Penurunan impuls untuk bertindak dan berpikir, disertai dengan ketidakacuhan tentang akibat tindakan yg biasanya berkaitan dengan defisit neurologis. 16. Anergia : Berkurangnya energi. 17. Astasia abasia : Ketidakmampuan untuk berdiri atau berjalan dalam suatu gaya yang normal, sekalipun gerakan kaki yang normal dapat dilaukan dalam keadaan duduk atau posisi berbaring. 18. Coprophagia : Memakan kotoran / sampah, atau feses. 19. Dyskinesia : Kesulitan untuk melaukan suatu gerakan volunter, dpt dijumpai pada gangguan ekstra piramidal. 20. Muscle rigidity : Keadaan dimana otot bertahan atau menetap, yg tidak dapat digerakkan / dipindahkan. 21. Twirling : Suatu tanda yang dapat ditemukan pada anak autisme, yang secara terus menerus memutar kepalanya menurut arah kemana kepala tersebut ditolehkan. 22. Bradykinesia : Perlambatan aktivitas motorik disertai dengan suatu penurunan gerakan spontan yang normal. 23. Chorea : Suatu pergerakan yang cepat, tersentak-sentak dan tidak bertujuan yang terjadi secara serampangan dan dengan sendirinya / tanpa sengaja (involuntary). 24. Konvulsi : Suatu kontraksi otot yang hebat atau spasme, yang terjadi secara involunter. a. Konvulsi Klonik : Konvulsi dimana otot berkontraksi dan relaksasi secara berubah-ubah. b. Konvulsi Tonik : Konvulsi dimana kontraksi otot dipertahankan. 25. Seizure : Suatu serangan atau onset yang tiba-tiba dari gejala-gejala yang tertentu, seperti konvulsi, hilangnya kesadaran, dan gangguan pada psikis atau sensoris; dapat dijumpai pada epilepsi dan akibat induksi suatu zat. a. Generalized tonic-clonic seizure : onset pergerakkan tonik-klonik yg menyeluruh dari anggota tubuh, gigitan lidah, dan inkontinensia yg diikuti oleh pemulihan kesadaran dan kognisi yg lambat dan bertahap, juga dikenal sebagai kejang Grand mal dan kejang psikomotor. b. Simple partial seizure : Onset kejang yang terlokalisasi pada epilepsi tanpa perubahan kesadaran. c. Complex partial seizure : Onset kejang yang terlokalisasi pada epilepsi dengan perubahan kesadaran.

55

26. Dystonia

: Kontraksi dari batang tubuh atau anggota tubuh yang lambat dan dipertahankan. Dapat dijumpai pada medication-induced dystonia. BERPIKIR (THINKING)

Berpikir (Thinking) adalah aliran dari suatu gagasan,simbol,dan asosiasi yang bertujuan di mulai dengan suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan; ketika mal;parapraksis (tergelincir dari logis yang termotivasi secara tidak di sadari juga disebut pelesetan menurut Freud[freudian slip] dianggap sebagai bagian dari berpikir yang normal. A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berpikir: 1. Gangguan mental:sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis,berkaitan dengan penderitaan (Distress) atau hendaya (disability), tidak hanya suatu respons yang diperkirakan dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan masyarakat. 2. Psikosis: ke tidak mampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi; gangguan tes realitas, dengan mencipakan suatu realitas baru(berlawanan dengan neurosis:gangguan mental dimana tes realitas adalah utuh,perilaku jelas-jelas tidak melanggar norma-norma sosial,relatif bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan). 3. Tes relitas: pemeriksaan dan pertimbangan obyektif tentang dunia di luar diri. 4. Gangguan pikiran normal:gangguan dalam bentuk pikiran dan isi pikiran;berpikir di tandai dengan kelonggaran asosiasi,neologisme,dan konstruksi yang tidak logis; proses berpikir mengalami gangguan,dan orang tersebut di definisikan sebagai psikotik. 5. Berpikir tidak logis: berpikir yang mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi secara internal; hal ini adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh nilai kultural atau defisit neurologis 6. Dereisme: aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman 7. Berpikir autistik: preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi; istilah agak sama dengan dereisme 8. Berpikir magis: suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir menyerupai cara berpikir pada fase praoperasional pada masa anak-anak(menurut Jean Piget) , dimana pikiran, kata-kata, atau tindakan mempunyai kekuatan(sebagai contohnya pikiran , kata-kata atau tindakan dapat menyebabkan atau mencegah suatu peristiwa). 9. Proses berpikir primer: istilah umum untuk berpikir dereistik, tidak logis, magis: normalnya ditemukan pada mimpi, abnormal pada psikosis. 10. Tilikan emosional; derajat pemahaman atau kesadaran yang tinggi yang biasanya dapat membawasuatu perubahan positif pada kepribadian dan perilaku B. Gangguan spesifik pada bentuk pikiran:

56

1. Neologisme: kata baru yag diciptakan oleh pasien seringkali dengan mengkombinasikan suku kata dari kata-kata lain, untuk alasan keanehan psikologis 2. World salad: campuran kata dan frasa yang inkoheren 3. Sirkumtansilitas: bicara tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan perincian-perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan 4. Tangensialitas: ketidakmampuan untuk memppunyai asosiasi piriran yang bertujauan; pasientidak pernah berangkat dari titik awal menujutujuan yang diinginkan. 5. Inkoherensi; pikiran yang biasanya tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau kata-kata dengan hbngan yang tidak logis atatu tanpa tata bahasa, yang menyebabkan disorganisasi 6. Perseverasi: respon terhadap stimuli sebelumnya yang menetap setelah stimulus yang baru telah diberikan. 7. Verbigerasi: pengulangan kata-kata atau frasa spesifik yang tidak mempunyai arti. 8. Ekolalia: pengulangan kata-kata atau frasa seseorang oleh seseorang lain secara psikopatologis. 9. Kondensasi: nggabungan beberapa konsep menjadi satu konsep 10. Jawaban yang tidak relevan; jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan yang ditanyakan. 11. Asosiasi longgar: aliran pikiran dimana gagasan bergeser dari satu subyek ke subyek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan 12. Keluar jalur (derailment): penympangan yang bertahap atau mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan; seringakali diartikan sama dengan asosiasi longgar 13. Loncat gagasan: verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus yag mengahasikan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain. 14. Asosiasi bunyi: asosisasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya 15. Penghambatan: terputusnya airan berpikir secara tiba-tibasebeluam suatu pikiran atau gagasan diselesaikan; setelah suatu periode penghentian singkat, tidak dapat mengingat apa yang telah dikatakan. 16. Glossolalia: ekspresi pesan-pesanyang dilakuakan oleh seseorang dengan kesukariaan yang gaduh melalui kata-kata yang tidak dapat dipahami C. Gangguan spesifik isi pikiran 1. Kemiskinan isi pikiran: pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian,pengulangan kosong,atau frasa yang tidak jelas. 2. Gagasan yang berlebihan: keyakinan palsu yang di pertahankan dan tidak beralasan,yang dipertahankan secara kurang kuat dibandikan degan suatu waham.

57

3. Waham: keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal,tidak sejalan dengan intelegansia pasien dan latar belakang kultural,yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. a. Waham aneh(bizzare delusion);keyakinan palsu yang aneh,mustahil,dan sama sekali tidak masuk akal(sebagai contohnya,orang dari luar angkasa telah menanamkan suatu elektroda pada otak pasien). b. Waham tersisternatisasi:keyakinan palsu yang di gabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal(sebagai contohnya,pasien merasa yakin sedang dimata-matai oleh suatu agen rahasia yang dikirim oleh atsannya dimana ia bekerja,setelah ia menerima sepucuk surat peringatan). c. Waham yang sejalan dengan mood:waham dengan isi yang sesuai dengan mood(sebagai contohnya, seorang pasien depresi percaya bahwa ia bertanggung jawab untuk penghancuran dunia). d. Waham yang tidak sejalan dengan mood:waham dengan isi yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood netral(sebagi contohnya,pasien depresi mempunyai waham kontrol pikiran atau siar pikiran). e. Waham nihilistik:perasaan palsu bahwa dirinya,orang lain,dan dunia adalah tidak ada atau akan berakhir. f. Waham kemiskinan:keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua harta miliknya. g. Waham somatik:keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien(sebagai contohnya,keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau mecair). h. Waham paranoid:termasuk waham persekutorik dan waham referensi,kontrol,dan kebesaran(dibedakan dari ide paranoid, di mana kecurigaan lebih kecil dari bagian waham). Waham kejar/persekutorik:keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu,ditipu,atau disiksa,sering ditemukan pada seorang pasien yang senag menuntut yang mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan hukum karena penganiayaan yan d bayangkan. Waham kebesaran:gambaran kepentingan,kekuatan,atau identitas seseorang yang berlebihan. Waham referensi:keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain di tunjukan pada dirinya;bahwa peristiwa,benda-benda,atau orang lain mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya,umumnya dalam bentuk negatif;diturunkan dari idea referensi,dimana seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang di bicarakan oleh orang lain(sebagai contohnya,percaya bahwa orang di televisi atau radio berbicara padanya atau membicarakannya). i. Waham menyalahkan diri sendiri:keyakinan yang palsu tentang penyesalan yang dalam dan bersalah. j. Waham pengadilan:perasaan palsu bahwa kemuan,pikiran,atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar.
58

Penarikan pikiran(thought withdrawal):waham bahwa pikiran pasien di hilangkan dari ingatannya orang lain atau tenaga lain. Penanaman pikiran(thought insertion):waham bahwa pikran di tanam dalam pikiran pasien oleh orang lain atau tenaga lain. Siar pikiran(thought broadcasting);waham bahwa pikiran pasien dapat di dengar oleh orang lain,seperti pikiran mereka sedang di siar ke udara. Pengendalian pikiran(thought control):waham bahwa pikira pasien di kendalikan oleh orang lain atau tenaga kerja. k. Waham ketidak setiaan(waham cemburu):keyakinan palsu yang di dapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih psien adalah tidak jujur. l. Erotomania:keyakinan waham,lebih sering pada wanita di bandingkan lakilaki,Bhwa seseorang sangat mencintai dirinya (dikenal sebagai Kompleks Clerambault Kandinsky ). m. Pseudologia phantastica: suatu jenis kebohongan,dimana seseorang tampak percaya terhdap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan;berkaitan dengan sindroma Munchausen,berura-pura sakit yang berulang. 4. Kecenderungan atau preokupasi pikiran:pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai dengan irama efektif yang kuat seperti kecenderungan paranoid atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh. 5. Egomania:preokupasi pada diri sendiri yang patologis. 6. Monomania:preokupasi dengan suatu objek tunggal. 7. Hipokondria:keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata,tetapi pada interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda atau sensasi fisik sebagai yang abnormal. 8. Obsesi:ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang yang tidak dapat dihilangkandari kesadaran oleh usaha logika;berkaitan dengan kecemasan. 9. Kompulsi:kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu implus yang, jika ditahan,menyebabkan kecemasan;periaku berulang terjadi sebagai respon terhadap suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu,tanpa akhir yang jelas,yang sebenarnya dilakukan untuk mencegah sesuatu yang bakal terjai di masa depan. 10. Koprolalia: pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang cabul. 11. Fobia :rasa takut patologis yang persisten,irasional,berlebihan,dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu;menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus yang di takuti. a. Fobia spesifik:rasa takut yan jelas terhadap suatu obyek atau situasi yang jelas(sebagai contohnya,rasa takut terhadap laba-laba tau ular). b. Fobia sosial:rasa takut akan keramain umum seperti rasa takut berbicara di depan publik,tampil di depan umum/khalayak ramai,atau makan di tempattempat umum. c. Akrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tinggi.
59

Agorafobia :rasa takut terhadap tempat yang terbuka. Algofobia :rasa takut terhadap rasa nyeri. Ailurofobia :rasa takut terhadap kucing. Erytrofobia:rasa takut terhadap warna merah(merujuk terhadap rasa takut terhadap darah). h. Panfobia :rasa takut terhadap segala sesuatu. i. Klaustrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tertutup. j. Xenofobia :rasa takut terhadap binatang. k. Needle phobia: ketakutan yang menetap,semakin bertambah tegang,dan bersifat patologis saat mendapatkan kesulitan. 12. Noesis :suatuwahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah. 13. Unio mystica:suatu perasaan yang meluap,pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang tidak terbatas;tidak dianggap suatu gangguan dalam isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan kultural. PEMBICARAAN (SPEECH) Pembicaraan (Speech) adalah gagasan,pikiran,perasaan yang diekspresikan melalui bahsa; kominikasi melalui pengunaan kata-kata dan bahasa. A. Gangguan Bicara: 1. Tekanan bicara:bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan untuk memutuskan pembicaraan. 2. Bicara banyak(logorrhea):bicara yang banyak sekali,koheren,dan logis. 3. Kemiskinan bicara(poverty of speech):pembatasan jumalah bicara yang digunakan;jawaban mungkin hanya satu suku kata (monosylallabic). 4. Bicara yang tidak spontan:respons verbal yang di berikan hanya jika ditanya atau dibicarakan secara langsung;tidak ada inisiatif bicara yang dimulai dari diri sendiri. 5. Kemiskinan isi bicara:bicara yang adekuat dari jumlah tetapi memberikan sedikit informasi karena ketidak jelasan,kekosongan,atau frasa yang stereotipik. 6. Diprosodi :hilangnya irama bicara yang normal (irama bicara disebut prosodi) 7. Disastria:kesuliatan dalam artikulasi,bukan dalam penemuan kata atau tata bahasa. 8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan: hilangnya modulasi volume bicara normal;dapat mencerminkan berbagai keadaan patologis mulai dari psikosis,depresi sampai dengan ketulian. 9. Gagap (stuttering):pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang sering,menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas. 10. Cluttering (Kekusutan/Kekacauan):bicara yang berpindah-pindah dan disritmik,yang mengandung semburan yang cepat dan menyentak.
60

d. e. f. g.

B. Gangguan Afasik:gangguan dalam pengeluaran bahasa. 1. Afasia motorik:gangguan bicara yang di sebabkan oleh gangguan kognitif di mana pengertian adalah tetap ada tetapi kemampuan untu bicara adaah sangat terganggu;bicara terhenti-henti,susah payah,dan tidak akurat(juga dikenal sebagai afasia broca,afasia tidak fasih,dan afasia ekspresif). 2. Afasia sensorik :kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti katakata;bicara adalah lancar atau sepontan,tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan (juga dikenal sebagai afasia Wernicke,afasia fasih,dan afasia reseptif). 3. Afasia nominal:kesulitan untuk menemuan nama yang tepat untuk suatu benda (juga dikenal sebagai afasia anominal dan afasia amnestik). 4. Syantactical aphasia: ketidak mampuan untuk menyusun kata-kata dalam urutan yang tepat. 5. Jargon aphasia:kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik;kata-kata yang bukan-bukan di ulangi dengan berbagai intonasi dan nada-nada suara. 6. Afasia global: kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih yang berat. 7. Alogania;ketidak mampuan untuk berbicara karena adanya suatu defisit mental atau suatu episode dari dementia. 8. Copropregia :penggunaan bahasa secara vulgar atau cabul yang tidak di sadari;dapat di temukan pada gangguan tourettes dan beberapa kasus pada skizofernia. PERSEPSI (PERCEPTION) Persepsi (perception) adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, Proses mental di mana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran. A. Gangguan persepsi 1. Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan dengan stimulasi eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi. a. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan tertidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang tidak patologis. b. Halusinasi hipnopomik : persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis. c. Halusinasi dengar (auditorik) : persepsi bunyi yang palsu, biasanya suara tetapi dapat juga bunyi bunyi lain, seperti musik, merupakan halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik.

61

d. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang berbentuk ( contohnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (contoh, kilatan cahaya), paling sering pada gangguan organik. e. Halusinasi cium (olfaktoris) : persepsi membau yang palsu, paling sering pada gangguan organik. f. Halusinasi kecap (gustatoris) : persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan, yang disebabkan oleh kejang, paling sering pada gangguan organik. g. Halusinasi raba (taktil, haptik) : persepsi palsu tentang perabaan atau sensasi permukaan, seperti sensasi dari suatu tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya gerakan pada kulit atau dibawah kulit (formication). h. Halusinasi somatik : sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi didalam tubuh atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari organ visceral ( juga dikenal sebagai cenesthesic hallucination) i. Halusinasi liliput : persepsi yang palsu dimana benda benda tampak lebih kecil dari ukurannya (yang dikenal juga sebagai mikropsia). j. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood congruent hallucination) : halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang depresi atau manik (contohnya, pasien yang mengalami depresi mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat, seorang pasien manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri, kekuatan dan pengetahuan yang tinggi). k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood incongruent hallucination) : halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang depresi atau manik (contohnya pada depresi , halusinasi tidak melibatkan tema tema seperti rasa bersalah , penghukuman yang layak diterima, atau ketidakmampuan. Pada mania, halusinasi tidak mengandung tema tema, sperti harga diri atau kekuasaan tinggi) l. Halusionis : halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yang jernih. Berbeda dengan delirium tremens (DTs), yaitu halusinasi yang terjadi dalam konteks sensorium yang berkabut. m. Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain (contohnya suatu sensasi auditoris yang disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi visual. Suatu bunyi dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebagai didengar). n. Trailing phenomenorr : kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat obat halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu. o. Command hallucination : persepsi perintah yang palsu dimana sesorang dapat merasa patuh terhadap perintah atau tidak mampu untuk menolak / menentang.
62

2. Ilusi : persepsi yang salah (misperception) atau interpretasi persepsi yang salah (misinterpretation terhadap suatu stimulus sensorik eksternal yang nyata. C. Gangguan yang berhbungan dengan gangguan kognitif : Agnosia adalah ketidakmampuan untuk mengenali dan menginterpretasikan kesan sensoris yang bermakna. 1. Agnosognosia (ketidaktahuan tentang penyakit) : ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologis yang terjadi pada dirinya. 2. Somatopagnosia (ketidaktahuan tentang tubuh) : ketidakmampuan untuk mengenali suatu bagian tubuh sebagai milik tubuhnya sendiri (juga disebut sebagai autotopagnosia). 3. Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda benda atau orang. 4. Astereognosis : ketidakmampuan untuk mengenali benda melalui sentuhan. 5. Prospagnosia : ketidakmampuan mengenali wajah. 6. Apraksia : ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu yang spesifik. 7. Simultagnosia : ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu elemen pandangan visual pada suatu waktu atau untuk mengintegrasikan bagian bagian menjadi keseluruhan. 8. Adiadokokinesia : ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yang berubah dengan cepat. 9. Aura : sensasi peringatan seperti automatisms, rasa penuh pada lambung, kemerahan pada wajah dan perubahan dalam pernafasan , sensasi kognitif dan keadaan afektif yang biasanya dialami sebelum suatu serangan kejang, Suatu sensoris prodromal yang mendahului suatu sakit kepala / migrain yang klasik. D. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif : somatisasi material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi fisik yang melibatkan otot volunter atau organ sensorik tertentu, bukan dibawah kontrol volunter dan tidak disebabkan suatu gangguan fisik. 1. Anestesia histerikal : hilangnya modalitas sensoris yang disebabkan oleh konflik emosional. 2. Makropsia : suatu keadaan dimana benda benda tampak lebih besar dari sesungguhnya. 3. Mikropsia : suatu keadaan dimana benda benda adalah lebih kecil dari sesungguhnya (baik makropsia dan mikropsia dapat juga berhubungan dengan kondisi organik yang jelas, seperti kejang parsial kompleks). 4. Depersonalisasi : suatu perasaan subyektif merasa tidak nyata, aneh atau tidak mengenali diri sendiri. 5. Derealisasi : suatu perasaan subyektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata , suatu perasaan tentang perubahan realitas.

63

6. Fuga (fugue): mengambil suatu identitas baru dengan melupakan / amnesia terhadap identitas yang lama , seringkali individuyang bersangkutan pergi merantau atau berkelana ke suatu lingkungan yang baru. 7. Kepribadian ganda (multiple personality) : satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi dua atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali berbeda secara keseluruhan (disebut gangguan identitas disosiatif dalam diagnosis and statistical manual of mental disorders edisi keempat DSM IV) 8. Dissosiasi (dissociation) : suatu mekanisme defensi yang tidak disadari yang melibatkan pemisahan suatu kelompok mental atau proses perilaku dari aktivitas mental yang masih tersisa dari seorang individu, dapat membawa pemisahan suatu ide dari nada emosional yang menyertainya, sebagaimana yang terlihat pada gangguan dissosiatif dan konversi. DAYA INGAT (MEMORY) Daya ingat (memory) adalah fungsi dimana informasi disimpan diotak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran. A. Gangguan daya ingat : 1. Amnesia : ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau keseluruhan pengalaman masa lalu, mungkin berasal dari organik atau emosional. a. Anterograd (anterograde) : amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu titik waktu. b. Retrograd (retrograde) : amnesia untuk peristiwa yang terjadi sebelum suatu titik waktu. 2. Paramnesia : pemalsuan ingatan akibat distorsi pengingatan. a. Fausse reconnaissance : pengenalan yang palsu. b. Pemalsuan retrospektif : ingatan menjadi terdistorsi secara tidak diharapkan (tidak disadari) saat disaring melalui keadaan emosional, kognitif dan pengalaman seorang individu saat ini. c. Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari oleh pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercayai seseorang tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan, paling sering berhubungan dengan patologi organik. d. Deja vu : ilusi pengenalan visual dimana suatu situasi yang baru secara keliru dianggap sebagi suatu pengulangan ingatan sebelumnya. e. Deja entendur : ilusi pengenalan auditoris. f. Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai suatu pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan. g. Jamais vu : perasaan palsu tentang ketidakkenalan terhadap suatu situasi nyata yang sesungguhnya telah dialami oleh seseorang.
64

h.

Memory yang salah (false memory) : rekoleksi dan kepercayaan dari seorang individu terhadap suatu peristiwa yang sesungguhnya tidak nyata terjadi.

3. Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan. 4. Eidetic image : ingatan visual terhadap hampir semua halusinasi yang gamblang. 5. Screen memory : ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi ingatan yang menyakitkan. 6. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan secara tidak disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima. 7. Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau suatu kata benda yang tepat. 8. Blackout : amnesia terhadap perilaku yang telah mereka lakukan (dialami oleh peminum alkohol) selama suatu kurun waktu meminum alkohol. Keadaan ini biasanya mengindikasi telah terjadinya suatu kerusakan otak yang masih bersifat reversibel. B. Tingkat dayaingat : 1. Segera (immediate) : reproduksi atau pengingatan hal hal yang ditangkap dalam beberapa detik sampai menit. 2. Baru saja (recent): pengingatan peristiwa terhadap hal hal yang telah lewat beberapa hari. 3. Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa terhadap hal hal yang telah lewat selama beberapa bulan. 4. Jangka lama (remote) : pengingatan peristiwa terhadap hal hal yang telah lama terjadi. INTELIGENSIA (INTELLIGENCE) Inteligensia (intelligence) adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan dan menyatukan secara konstruktif terhadap hal hal yang telah dipelajari sebelumnya dalam menghadapi suatu situasi yang baru. A. Retardasi mental : kurangnya intelegensia sampai derajat dimana terdapat gangguan pada kinerja sosial dan pekerjaan : ringan (I.Q.50 atau 55 sampai kira kira 70), sedang (I.Q. 35 atau 40 sampai 50 atau 55), berat (I.Q. 20 atau 25 sampai 35 atau 40) ,atau sangat berat (I.Q. dibawah 20 atau 25). Istilah yang lama adalah idiot (usia mental kurang dari 3 tahun), imbesil (usia mental 3 sampai 7 tahun) dan moron (usia mental kira kira 8 tahun). B. Demensia : pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan kesadaran.
65

1. Diskalkulia (akalkulia) : hilangnya kemampuan untuk melakukan suatu hitungan, tidak disebabkan oleh kecemasan atau gangguan konsentrasi. 2. Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk menulis dalam gaya yang kursif. Hilangnya kemampuan untuk menuangkan struktur kata. 3. Aleksia : hilangnya kemampuan membaca yang sebelumnya dimiliki, tidak disebabkan oleh gangguan ketajamam penglihatan. C. Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik. Paling sering disebabkan oleh depresi (sindroma demensia pada depresi). D. Berpikir konkret : cara berfikir yang sangat bersifat harafiah. Penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu dimensional. E. Berpikir abstrak : kemampuan untuk mengerti nuansa arti, berpikir multidimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan hipotesis secara tepat. TILIKAN (INSIGHT) Tilikan (insight) adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala). Secara umum, tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit. Pasien mungkin menunjukkan penyangkalan penyakitnya sama sekali atau mungkin menunjukkan suatu kesadaran nahwa mereka sakit tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal, atau bahkan faktor organik. Mereka mungkin mengetahui bahwa mereka menderita penyakit tetapi menggambarkan sebagai suatu yang tidak diketahui atau misterius di dalam diri mereka. Secara garis besar, tilikan dapat dikategorikan sebagai berikut : A. Tilikan intelektual : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk mengatasi situasi tersebut. B. Tilikan sesungguhnya : mengerti kenyataan obyektif tentang suatu situasi, yang kemudian ditindaklanjuti dengan motivasi dan daya pendorong (impetus) secara emosional untuk mengatasi situasi tersebut. C. Tilikan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti kenyataan obyektif dari suatu situasi.

Sementara itu, suatu ringkasan tingkat tilikan adalah sebagai berikut :


66

1. Penyangkalan penyakit sama sekali. 2. Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya. 3. Sadar bahwa mereka adalah sakit tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal atau pada faktor organik. 4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri pasien. 5. Tilikan intelektual : menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau kegagalan dalam penyesuaian sosial adalah disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tanpa menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman dimasa depan. 6. Tilikan emosional sesungguhnya : kesadaran emosional tentang motif dan perasaan didalam diri pasien dan orang yang penting dalam kehidupannya yang dapat menyebabkan perubahan dasar perilaku. PERTIMBANGAN (JUDGEMENT) Pertimbangan (Judgement) kemampuan untuk menilai suatu kondisi secara benar dan untuk bertindak secara tepat didalam situasi tersebut. Selama perjalanan menggali riwayat penyakit, seorang dokterharus mampu menilai banyak aspek kemampuan pasien dalam pertimbangan sosial. Apakah pasien mengerti kemungkinan akibat dari perilakunya dan apakah pasien dipengaruhi oleh pengertian tersebut? Dapatkah pasien memperkirakan apa yang akan dilakukannya dalam situasi khayalan. Sebagai contoh, apa yang akan dilakukan pasien jika ia mencium bau asap di dalam ruang bioskop yang padat. Secara garis besar, pertimbangan dapat dikategorikan sebagai berikut : A. Pertimbangan kritis (critical judgement) : kemampuan untuk menilai, melihat, dan memilih berbagai pilihan di dalam suatu situasi. B. Pertimbangan otomatis (automatic judgement) : pelaksanaan suatu tindakan terhadap suatu pertimbangan secara refleks. C. Pertimbangan yang terganggu: menghilangnya kemampuan untuk mengerti suatu situasi secara benar, yang juga diikuti dengan menghilangnya kemampuan untuk bertindak secara tepat.

67

You might also like