You are on page 1of 66

I.

PENDAHULUAN
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan pada PP Nomor 25 tahun 2000 tentang
pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP ini, dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan
pusat adalah dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan kurikulum nasional dan
penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan
hal itu, Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh mata pelajaran di SMA, yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengembangkan silabus dan sistem penilaiannya
berdasarkan standar nasional. Bagian yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran yang
meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup
kemungkinan bagi daerah untuk mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai, misalnya penambahan kompetensi
dasar atau indikator pencapaian.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang
menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau metode mengajar. Tingkat
keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan silabus dan sistem penilaian yang
menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan
mengintegrasikan life skills. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan program pembelajaran, sedangkan sistem
penilaian mencakup indikator dan instrumen penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Jenis tagihan adalah berbagai bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik; sedangkan bentuk
instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.

I. KARAKTERISTIK BAHASA JEPANG


1. HURUF ( MOJI )
Bahasa Jepang memiliki 3 ragam huruf yaitu; huruf Hiragana, huruf Katakana dan huruf Kanji. Bahasa Jepang ditulis dengan
gabungan huruf Kanji dan huruf Hiragana. Kata-kata serapan yang berasal dari luar bahasa Jepang (nama, nama tempat,
kata-kata asing) ditulis dengan huruf Katakana. Huruf Latin ( Romaji ) tidak umum dipergunakan dalam bahasa Jepang,
kecuali digunakan dalam buku pelajaran bahasa Jepang yang sasarannya terbatas pada kemampuan percakapan sehari-hari,
iklan, atau petunjuk jalan yang diperuntukkan untuk orang asing.

2. BUNYI BAHASA JEPANG ( NIHONGONO HATSUON )


Bunyi bahasa Jepang berdasarkan pada bunyi vokal [a, i,u,e,o]. Satuan Bunyi bahasa Jepang disebut “mora” . Satu bunyi
(satu mora) meliputi Vokal atau gabungan konsonan dan vokal seperti; a,i,u,e,o atau ka,ki,ku,ke,ko dan sebagainya atau ada
juga gabungan konsonan, semi vokal “y” dan vokal seperti; kya,kyu,kyo,bya,byu.byo atau konsonan rangkap seperti kippu,
raketto, chiketto dan sebagainya. Terdapat pengecualian mora istimewa yaitu n, yang tidak diikuti dengan vokal dan
diucapkan sebagai satu bunyi. Semua bunyi tersebut diucapkan sebagai satu bunyi yang panjangnya hampir sama.
Vokal (Boin) terdiri dari vokal pendek dan vokal panjang. Bunyi vokal panjang 2 kali bunyi vokal pendek.
Contoh : obasan (tante) dan obaasan (nenek) ojisan (paman) dan ojiisan (kakek)

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


3. AKSEN BAHASA JEPANG
Aksen bahasa jepang, bukanlah berupa kuat lemahnya nada tetapi tinggi rendahnya nada. Kata yang sama tetapi dengan
nada tinggi rendahnya nada yang berbeda bisa mempunyai arti yang lain.
Contoh : ha shi ( jembatan ) dan ha shi ( sumpit )

Ki ru ( memakai ) dan ki ru ( memotong )

4. STRUKTUR BAHASA JEPANG


a. Di dalam struktur bahasa Jepang, predikat terletak di akhir kalimat.
Contoh : Watashi wa Bogor e ikimasu. ( Saya pergi ke Bogor.)
b. Di belakang kata atau kalimat dipergunakan partikel/kata bantu ( Jooshi )
Dan penggunaan partikel menunjukkan hubungan antara kata dengan kata dalam kalimat dan berfungsi menambahkan
berbagai arti.
Contoh : Chichi wa mainichi rokujihan ni asagohan o tabemasu. ( Setiap hari ayahku makan pagi pada pukul 6:30 )
c. Kata yang menerangkan terletak di depan kata yang menerangkan.
( Kebalikkan dari hukum DM bahasa Indonesia )
Indonesia Daigaku ( Universitas Indonesia )
Ookii kuruma (mobil besar)
d. Terdapat konyugasi pada kata kerja ( Dooshi ), Kata Sifat (Keiyooshi) atau pada bentuk kalimat itu sendiri.
Contoh : Kyoo wa sate o tabemasu. Kinoo wa gadogado o tabemashita.
( Hari ini saya makan sate. Kemarin makan gado-gado.)
Kyoowa mokuyoobidesu. Kinoowa suiyoobideshita.
(Hari ini hari Kamis. Kemarin hari Rabu.)
Kyoowa atsuidesu. Kinoomo atsukattadesu.
(Hari ini panas. Kemarinpun pasa.)
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
e. Di dalam konteks kalimat, bila subjek dan obyek sudah diketahui, seringkali dihilangkan.
Contoh : A : ( B san wa) maiasa shimbun o yomimasuka.
( (Tuan B) setiap pagi membaca koran? )
B : Hai, ( watashi wa shimbun o ) yomimasu.
( Ya (saya) membaca ( koran )
Kata yang terdapat di dalam kurung bisa dihilangkan.
f. Pada umumnya kata benda tidak memiliki bentuk jamak.
g. Dalam bahasa Jepang dikenal bentuk biasa dan bentuk sopan. Bentuk biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari
diantara orang-orang yang sudah akrab atau dekat yang tidak perlu berbasa-basi lagi, misalkan diantara teman akrab
atau dalam keluarga. Sedangkan bentuk sopan dipergunakan pada saat berkomunikasi dengan orang yang baru kita
kenal, dengan atasan, atau dengan orang sebaya yang tidak begitu akrab.
Contoh : A : Ashita isshoni gakkoo e ikanai ? ( bentuk biasa )
( Besok kita bersama-sama pergi ke sekolah? )
B : ...un, iine. ( bentuk biasa ) (Ya, baiklah.)

A : Ashita isshoni gakkoo e ikimasenka. ( bentuk sopan )


(Maukah anda besok pergi ke sekolah bersama-sama )
B : Iidesune. ( bentuk sopan ) ( Ya, baiklah.)

Bahasa Jepang yang diajarkan kepada orang asing ialah bahasa Jepang ragam standar yaitu bahasa yang resmi yang bisa
diterima oleh seluruh masyarakat Jepang. Oleh karena itu pembelajar bahasa Jepang jangan ragu-ragu untuk berkomunikasi dengan
teman-teman, atau orang-orang Jepang dengan menggunakan bahasa Jepang yang sudah dipelajari.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


III. STANDAR KOMPETENSI BAHASA JEPANG

Kompetensi merupakan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat didemonstrasikan, ditunjukkan atau
ditampilkan oleh siswa sebagai hasil belajar. Sesuai dengan pengertian tersebut, maka standar kompetensi bahasa Jepang adalah
standar kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa sebagai hasil dari mempelajari bahasa Jepang.
Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan peserta didik yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
Standar adalah arahan atau acuan bagi pendidik tentang kemampuan dan keterampilan yang menjadi fokus proses pembelajaran dan
penilaian. Jadi standar kompetensi adalah batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan peserta didik setelah
mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu. cakupan materi yang terkandung dalam setiap standar kompetensi
cukup luas dan terkait dengan konsep yang ada dalam suatu mata pelajaran.
Sesuai dengan pengertian tersebut, standar kompetensi bahasa Jepang adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
sebagai hasil dari mempelajari bahasa Jepang Untuk mata pelajaran bahasa Jepang. di SMA, telah dirumuskan standar kompetensi,
yaitu:
1. Berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam bahasa serta pola kalimat yang tepat sesuai konteks dalam wacana
interaksional dan atau monolog yang informatif berbentuk naratif, deskriptif, dan laporan sederhana.

2. Berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan lancar dan akurat, dalam wacana
interaksional dan atau monolog berbentuk naratif, prosedur, deskriptif dan berita.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN

Silabus dan sistem penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan sistem penilaian suatu mata pelajaran.
Silabus dan sistem penilaian disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip
tersebut maka silabus dan sistem penilaian bahasa Jepang dimulai dengan identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok dan uraian materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh
instrumen, serta alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat.
Silabus dan sistem penilaian di atas dapat berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar,
memberikan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa untuk belajar lebih
baik. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah: valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka,
berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.

A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian

Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan sistem penilaian meliputi tahap-tahap: identifikasi mata pelajaran; perumusan
standar kompetensi dan kompetensi dasar; penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian,
yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang dibutuhkan; dan pemilihan
sumber/bahan/alat. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca uraian berikut :

1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas/program,
dan semester.

2. Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
bahasa Jepang dirumuskan berdasarkan struktur keilmuan bahasa Jepang dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya
standar kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis. Sesuai dengan kewenangannya,
Depdiknas telah merumuskan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran. m

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi pokok adalah butir-butir bahan
pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan
pendekatan prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak, pendekatan tematik.

Prinsip yang perlu diperhatikan dalam menentukan materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a) prinsip relevansi, yaitu
adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya
keajegan antara materi pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi, yaitu adanya
kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun
telah ditentukan oleh Depdiknas.

4. Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi
pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan
fisik maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa
untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar,
dapat dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan dengan metode yang bervariasi.
Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup (life skills) yang harus dimiliki oleh siswa.
Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan
dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
mampu mengatasinya.

Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan
yang disisipkan dalam mata pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak memerlukan
jenis buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun.
Pembelajaran kecakapan hidup memerlukan reorientasi pendidikan dari subject-matter oriented menjadi life-skill oriented.

Secara umum ada dua macam kecakapan hidup ( life skills ), yaitu general life skills (GLS) dan spesific life skills (SLS).
General life skills dibagi menjadi dua, yaitu personal skill (kecakapan personal) dan social skill (kecakapan sosial).
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self-awareness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan
berpikir). Spesific life skills juga dibagi menjadi dua, yaitu academic skill (kecakapan akademik) dan vocational skill
(kecakapan vokasional/kejuruan).

Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama, kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran
sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir meliputi
kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga,
kecakapan sosial meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat,
kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis, dan
kecakapan melaksanakan penelitian. Kelima, kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan.
Kecakapan ini terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar perlu dipertimbangkan
kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup
setiap kompetensi dasar. Tabel berikut merupakan contoh format analisis kecakapan hidup.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Tabel 1: Contoh Format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup

Kesadaran Diri Kecakapan Berpikir Kecakapan Kecakapan Akademik


No. Sosial

Kecakapan

Eksistensi diri.

Komunikasi lisan.

Komunikasi tertulis.

Merumuskan hipotesis.
Mengidentifikasi variabel.

Menghubungkan variabel.
Potensi diri.

Melaksanakan penelitian.
Makhluk Tuhan.

Mengambil keputusan.

Memecahkan masalah.

Bekerjasama.
Menggali informasi.

Mengolah informasi.
Hidup

Kompetensi dasar

1 1.3. Menyampaikan berbagai


informasi sederhana secara lisan
v v v v v v v

2 1.7.Memahami teks pendek dan


sederhana.
v v v v v v

Dalam mata pelajaran Bahasa Jepang di SMA kecakapan hidup (life skills) yang dikembangkan adalah general life skills
(GLS) dan academic skill (kecakapan akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar
hendaknya memuat kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman belajar ditulis dalam tanda kurung
dengan cetak miring. Misalnya: Menyampaikan berbagai informasi sederhana secara lisan (Kecakapan Hidup: kesadaran
akan eksistensi diri, kesadaran akan potensi diri, menggali informasi, mengolah informasi,komunikasi lisan, komunikasi
tertulis ,bekerjasama, dan mengambil keputusan).

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


5. Penjabaran Kompetensi Dasar Menjadi Indikator. Indikator merupakan penjabaran kompetensi dasar yang dapat
dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional
yang bisa diukur dan dibuat instrumen penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian dari
indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.

6. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian
yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3
instrumen penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.

Jenis tagihan yang dapat digunakan sebagai berikut.

a. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip. Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai,
kurang lebih 5 -10 menit. Kuis dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir yang terlibat
adalah pengetahuan dan pemahaman.

b. Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep, prinsip, atau teorema. Tingkat berpikir
yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.

c. Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat
berpikir yang terlibat sebaiknya mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.

d. Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam
satu waktu. Tingkat berpikir yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.

e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu, antara lain dalam bentuk pembuatan klipping,
makalah, dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.

f. Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan
salah satunya adalah uraian bebas dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


g. Responsi atau Ujian Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian responsi
bisa dilakukan di awal praktik atau setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk
mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium atau tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan
setelah praktik, tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai peserta didik dan yang belum.

h. Laporan Kerja Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa
diminta untuk mengamati suatu gejala dan melaporkannya.

Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes.

Bentuk instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-objektif, jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah,
unjuk kerja (performans) dan portofolio, sedangkan bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori, dan pengamatan.
Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang
akurat dalam semua ranah.

Beberapa bentuk instrumen tes yang dapat digunakan, antara lain:

a. Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan
mudah. Tingkat berpikir yang terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.

b. Uraian Objektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Uraian 0jektif lebih tepat digunakan untuk bidang Ilmu Alam. Agar
hasil penskorannya objektif, diperlukan pedoman penskoran. Hasil penilaian terhadap suatu lembar jawaban akan sama
walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.

c. Uraian Non-objektif/Uraian Bebas. Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun demikian,
sebaiknya dibuatkan kriteria penskoran yang jelas agar penilaiannya objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


d. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman
siswa. Materi yang diuji bisa banyak, namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.

e. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak,
namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.

f. Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam melakukan tugas tertentu, seperti praktik ibadah
atau perilaku yang lain.

g. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa, dengan menilai kumpulan karya-karya
dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.

h. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa mempelajari suatu materi pelajaran.
Untuk menentukan alokasi waktu, prinsip yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi,
frekuensi penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya materi yang dipelajari.

i. Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku rujukan, referensi atau literatur, baik untuk
menyusun silabus maupun mengajar. Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-alat
yang diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan dan alat di sini dapat bervariasi sesuai dengan
karakteristik mata pelajarannya.

B. Penyusunan dan Analisis Instrumen

Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum menguasai suatu kompetensi dasar tertentu.
Penilaian juga bertujuan untuk: (1) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan
siswa, (3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui pencapaian kurikulum, (6)
mendorong siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar mengajar dengan lebih baik.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


1. Langkah Penyusunan Instrumen
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi, yaitu berisi uraian yang menunjukkan
keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan: (a) menentukan
tujuan, (b) menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, dan (d) menentukan panjang instrumen.
Kisi-kisi berupa matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penyusun
instrumen, sehingga siapapun yang menyusunnya akan menghasilkan isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Matriks kisi-kisi tes
terdiri dari dua jalur, yaitu kolom dan baris.

Tabel 2: Kisi-Kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan

Standar Kompetensi: Berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam bahasa sederhana dan dapat dipahami sesuai
konteks dalam wacana interaksional dan atau monolog yang informatif berbentuk naratif, deskriptif dan laporan sederhana.

Alokasi Sumber/
Kompetensi Materi Pokok Pengalaman Indikator Penilaian
waktu Bahan/Alat
Dasar dan Uraian Belajar
Materi Pokok Jenis Bentuk Contoh
Tagihan Instrumen Instrumen

Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang tersedia untuk memeriksa, cakupan
materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta
banyak, waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, menjodohkan,
jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja (performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang akurat
tentang pencapaian belajar siswa.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada
umumnya ulangan dalam bentuk tes membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan praktik
bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat ditentukan berdasarkan pengalaman para guru.

Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar 1 sampai 3 menit, tergantung pada
tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk
mengatasi agar jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat atau beberapa baris.

2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya


a. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya
1) Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 s/d 10, atau 0 s/d 100. Untuk
memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Asanno shumi wa nandesuka.?

2) Pilihan Ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah
seperti pengetahuan (recall) dan pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b) isi pilihan jawaban homogen, (c) panjang
pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau
semua salah, (f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan menggunakan negatif ganda, (I)
kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (j) bahasa yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban
benar ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke bawah. Contoh soal:

Rini : Tanakasan, isshoni eiga o mini ikimasennka.

Tanaka : Iidesune. ... .

a. Iku

b. Ikimasu

c. Ikimasen

d. Ikimashita
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
e. Ikimashoo

dan pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:


B
Skor = x100
N
B= adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal

3) Uraian Objektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan dan tafsirkan.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan indikator pada kisi-kisi, dan (b) mengedit
pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2) apakah data yang
digunakan benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah tepat, (5) apakah kunci jawaban
sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.

Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor tertentu berdasarkan langkah-langkah dalam
menjawab soal.

Contoh soal: ( Diberikan gambar kelas berikut benda-benda yang ada di dalamnya) Kyooshitsuno nakani naniga arimasuka.

4) Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata seperti mengapa, uraikan, jelaskan,
bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bila; (c) gunakan bahasa
yang baku; (d) hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk mengerjakan soal; (f) buat kunci
jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Asan wa maishuu
nichiyoobi ni nani o shimasuka.
( 4 kegiatan)
Jawaban boleh bermacam-macam, namun pada pokoknya memuat hal-hal berikut:
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Tabel 3: Pedoman Penilaian Uraian Bebas

Kriteria Jawaban Skor


(Supootsu) ... o shimasu 1
(Terebi,eiga nado ) ... o mimasu 1
(Kaimono. ...no Patii , nado) ... ni ikimasu 1
(Sentaku, sooji, ryoori nado) ...o shimasu, ....masu 1
4

5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang
disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian.
Penskoran isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah.
Contoh soal: Donisanwa Hanamasano resutoranno sukiyaki o ... kotoga arimasu.

6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir
yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal: Jodohkanlah Ujaran di bawah ini:

1. Ohayoogozaimasu a. Selamat siang


2. Konnichiwa b. Selamat malam
3. Kombanwa c. Selamat siang

7) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan siswa yang disusun berdasarkan urutan
kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan perkembangan
kompetensi siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan penilaian proses.
Contoh soal: Laporan kumpulan Permainan Kosakata, Kalimat, Gambar dan keterangannya. Agar penilaian terhadap hasil
penugasan ini objektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi pedoman penilaian. Rubrik hendaknya
memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep yang akan dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru harus menkomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s/d 10 atau
0 s/d 100.
Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman, aplikasi, dan analisis (sintesis dan evaluasi)
disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan kompetensi.

8) Performans (Unjuk Kerja). Performans (unjuk kerja) digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan praktik.
Performans dalam mata pelajaran bahasa Jepang umumnya terdapat di semua aspek, berupa praktik berbicara, menulis, membaca,
juga mendengarkan. Untuk melakukan penilaian terhadap praktik ini dapat digunakan format berikut:

Tabel 4: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian dalam Berbicara

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


o

1
N

Nama Siswa
Aspe

Tampil berbicara dengan suara yang ekspresif.

konteks.Berbicara dengan artikulasi dan pengucapan kata-kata dengan baik dan benar sesuai

Menampilkan dialog yang bervariasi

Menjawab pertanyaan dengan baik dan benar sesuai tema.

Berdialog dengan menggunakan kontak mata dengan baik.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


.......................................

.......................................

Nilai rata-rata (kualitatif/huruf)


2

Penskoran praktek berbicara di atas dapat diisi dengan tanda silang (x) atau dengan rentang angka 1 s/d 5. Skor-skor itu
kemudian dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.

b. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya


Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat
terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai berikut: (1) pilih ranah
afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya: kehadiran di kelas, banyaknya bertanya,
tepat waktu mengumpulkan tugas, dan catatan buku rapi; (3) pilih tipe skala yang digunakan, misalnya skala Likert dengan empat
skala: sangat senang, senang, kurang senang, dan tidak senang; (4) telaah instrumen oleh sejawat; (5) perbaiki instrumen; (6)
siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap.

Tabel 5: Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa

No.

Kepedulian
Ketekunan belajar

Kerajinan

Menepati janji

Tanggung jawab
Keterbukaan

Kedisiplinan

Kejujuran
Ramah dgn teman
Kerjasama

Hormat pada guru


Tenggang rasa

Nilai rata-rata (kualitatif/huruf)


Indi
kator
Sika
p

Nama
Siswa

1
2

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


3

Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan
dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut
adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah
pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban selalu diberi skor 4, sedangkan tidak pernah 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan
menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika
rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka
skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat, 25 – 32 berminat, dan skala 33-40 sangat berminat.

Tabel 6: Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran

No. Pernyataan Skala

SL SR JR TP

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


1 Saya senang mengikuti pelajaran ini.
2 Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini.
3 Saya merasa pelajaran ini bermanfaat.
4 Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu.
5 Saya berusaha memahami pelajaran ini.
6 Saya tanya guru bila ada yang tidak jelas.
7 Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah.
8 Saya mendiskusikan materi pelajaran.
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.
10 Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan.
Jumlah

Keterangan: SL = Selalu
SR = Sering
JR = Jarang
TP = Tidak Pernah
Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri digunakan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan diri sendiri.

Tabel 7: Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa

No. Pernyataan Alternatif

Ya Tidak
1 Saya sulit mengikuti pelajaran bahasa Jepang.
2 Saya sulit menghafal kosakata bahasa Jepang.
3 Saya sulit memahami gramatiakl bahasa Jepang.
4 Saya belum bisa berbicara dengan lancar.
5 Saya sulit untuk menyapa teman dalam bahasa Jepang.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
6 Saya sering membuat kartu kosakata untuk dihafalkan.
7 Saya mudah berdialog dengan siapa saja.
8 Saya selalu mengatakan salam ketika bertemu/berpisah.
9 Saya membutuhkan waktu lama untuk belajar.
10 Saya ...........................................dst.

3. Analisis Instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis
kualitattif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama.
Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami
oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah
siswa yang memiliki karakteristik sama dengan siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada, misalnya teori MicroCat. Hasil ujicoba bertujuan untuk melihat
karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau kesensitipan instrumen, yaitu dengan cara membagi jumlah siswa yang
menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Batas minimumnya adalah 75%.
Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melihat karakteristik butir instrumen dengan
mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes awal
atau pretest dan tes setelah pembelajaran atau posttest.
Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks sentivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif
adalah sebagai berikut .

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


R A − RB
Is =
T

RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah proses pembelajaran.
RB = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum proses pembelajaran
T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian
Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir.
Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun
demikian, seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut secara kualitatif. Jika hasil
analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak efektifnya
proses pembelajarannya. Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.

4. Evaluasi Hasil Penilaian


Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa
sudah menguasai suatu kompetensi dasar, maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru
memberikan perbaikan (remedi) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan pengayaan bagi yang sudah.
Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Dari hasil
evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar mana, materi mana, atau indikator mana yang belum mencapai ketuntasan.
Dengan mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan program perbaikan yang tepat.
Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakah instrumen penilainnya terlalu sulit, apakah instrumen
penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya, ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang kurang tepat. Jika
ternyata instrumen penilaiannya terlalu sulit maka perlu diperbaiki. Tetapi jika instrumen penilaiannya ternyata tidak sulit, mungkin
pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh evaluasi hasil belajar dapat diperiksa pada
Lampiran 4.
Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui minat dan sikap siswa terhadap mata pelajaran.
Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa terhadap mata pelajaran bahasa Jepang dan segala sesuatu yang terkait. Skala dibuat
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau pernyataannya. Misalnya, jawabannya sangat
setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor
butir pertanyaan atau pernyataan.
Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah 40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam
empat kategori, maka skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat, 25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40 sangat
berminat.
Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata pelajaran bahasa Jepang, maka guru bahasa
Jepang harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan
pembelajaran, bahasa Jepang baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.

V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA


Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Informasi
hasil belajar atau hasil mengajar berupa kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasasi oleh siswa. Hasil belajar siswa
digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru,
kepala sekolah, dan orang tua siswa. Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang lengkap
dan akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua
siswa.
Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh
dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif
diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik.

A. Pelaporan Hasil Penilaian


Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar
tertentu. Misalnya untuk nilai angka dapat diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika seorang
siswa sudah mencapai nilai 75 minimal untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan siswa tersebut berhasil. Tetapi jika seorang
siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk
deskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran bahasa Jepang

Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk mengetahui sikap dan minat siswa terhadap
pelajaran bahasa Jepang dan hasilnya dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran bahasa
Jepang. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.

1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua


Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar dapat memberikan informasi yang lengkap.
Akan tetapi, membuat laporan yang lengkap setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu, pembuatan
laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orangtua berisi catatan prestasi belajar siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua
cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orangtua dapat dilihat dalam buku rapor yang
diisi pada setiap semester.

2. Laporan untuk Sekolah


Selain membuat laporan untuk siswa dan orangtua, guru juga harus membuat laporan untuk sekolah, sebagai lembaga yang
bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses belajar-mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk
mengetahui catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa akan diperhatikan dan dipikirkan
oleh pihak sekolah.
Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak semata-mata melaporkan prestasi siswa
tetapi juga menyinggung problem kepribadian mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi juga dalam bentuk deskripsi
tentang siswa.

3. Laporan untuk Masyarakat


Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah. Setiap siswa yang telah lulus membawa
bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu. Namun pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh
siswa dari suatu sekolah tidaklah sama. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam laporan prestasi.

B. Pemanfaatan Hasil Penilaian

1. Untuk Siswa
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara, atau pengamatan. Informasi hasil belajar
ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan pengamatan.
Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil belajar diri, (b) mengetahui konsep-konsep
atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal mungkin, maka laporan yang diberikan
kepada siswa harus berisi:

(a) hasil pencapaian belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran, dan (c) minat siswa pada
masing-masing mata pelajaran.

2. Untuk Orangtua
Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orangtua untuk memotivasi anak agar belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan
informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa, yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan
orangtua untuk: (a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah meningkatkan hasil belajar
siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.

Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk laporan hasil belajar harus mencakup semua
ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta minat
terhadap mata pelajaran.

3. Untuk Guru dan Kepala Sekolah


Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah
dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk
menentukan strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar memberi fasilitas belajar lebih baik.
Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar dalam semua ranah untuk semua pelajaran.
Informasi yang diperlukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


yang spesifik untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan informasi yang umum untuk semua kelas
dalam satu sekolah.
Contoh laporan profil hasil belajar siswa dalam semua ranah, dapat dilihat pada Lampiran 5. Sedangkan laporan hasil belajar
siswa untuk siswa, orangtua, guru dan sekolah dapat dilihat pada Lampiran 7.

DAFTAR PUSTAKA

AOTS (1990), Shin Nihongo Kiso, 3 A Corporation Japan, i990

Brown, G. dan Yule (1995) Analisis Wacana. Diterjemahkan oleh Sutikno. New York:

Dell Hymes (1971). On Communicative Competence. Phladelphia Philadelphia University Press.

DEPDIKNAS , Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Bahasa Jepang, Jakarta 2003

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, The Japan Foundation, Buku Ajar Bahasa Jepang SMK Edisi Uji Coba, Jakarta 2003
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Gumperj, J.J dan Dell Hymes (1972) Direction in Sociolinguistics : The Ethnography of Communication. New York: Holt Rinehart, and
Winston Inc

Lerner, M. Richard and Spanier, B. Graham. (1980). Adolescent Development : A Life-Spant Perspective. New York. McGraw-Hill Book
Company.

Levinson, C. Stephen (1991). Pragmatics. New York : Cambride University Press

Mikio, Kawarazaki, Kana- Pelajaran Tentang Suku Kata Bahasa Jepang, Diterjemahkan oleh Tahei Wakamatsu, Linda Roemsari
Joezoer, The Japan Foundation

Parera, Jos Daniel. (1997). Linguistik Edukasional: metodologi Pembelajaran Bahasa, Analisis Kontrastif Antar Bahasa, Analisis
Kesalahan berbahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Pateda, Mansoer. (1990). Aspek-aspek Psikolinguistik. Flores, NTT: Penerbit Nusa Indah

Prides dan Holmes, Janet (1986). Sociolinguistics. England. Penguin Book

Renner H, (1992) Le Françaisde bHotellerie et de la Restauration, paris : CLE International

Sumio, Nagao, Hajimete Gaikokujin ni Oshieru Hitono Nihongo Chokusetsu Kyoojuhoo, Ontaimu Shuppan, Tokyo, 1989

Srozen, Judith R (1994), Language Acquisition After Puberty, Washington DC: Georgetown University Presse

Sudaryanto (1990). Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta : Duta Wacana University Press

Toshiko, Ishida, Nihongo Kyoojuhoo, Taishuuukan Shoten, Tokyo 1991

Verhaar, J.W.M. (1996) Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada niversity
Press

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


GLOSARIUM

adaptif : mudah menyesuaikan diri dengan keadaan


afektif : berkenaan dengan perasaan dan atau sikap
analisis : kajian/telaah terhadap sesuatu hal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
analisis butir empiris : analisis kuantitatif butir; analisis butir soal berdasarkan hasil ujicoba.
analisis butir teoretis : analisis kualitatif butir; telaah butir; pengkajian terhadap kualitas soal secara teoretis.
asesmen : penilaian; penentuan baik buruk dan atau benar salah sesuatu hal.
berkesinambungan : berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi dilanjutkan pada periode-periode berikutnya.
evaluasi : kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program, yang di dalamnya ada unsur ‘pembuatan keputusan’, sehingga
mengandung unsur subjektivitas; kegiatan yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan suatu program.
gerak adaptif : gerak terlatih
hipotesis : sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat, meskipun kebenarannya masih harus diuji;
anggapan dasar.
indikator : karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa,
untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah memiliki kompetensi dasar tertentu.
jenis tagihan : golongan tagihan menurut klasifikasi menjadi kuis, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, ulangan blok, tugas
individu, tugas kelompok, laporan kerja praktik, laporan praktikum, responsi, ujian praktik, dsb.; jenis kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya
jenis ujian : jenis tagihan
judgement : keputusan; pertimbangan;
keandalan tes : kompetensi tes memberikan hasil yang ajeg atau konsisten.
kecakapan hidup (life skills) : Kompetensi yang diperlukan untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara
bermartabat, misalnya: Kompetensi berpikir kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan
peran sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia kerja.
kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran yang memadai untuk menunjang penguasaan
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Kompetensi dasar maupun standar kompetensi.
kesahihan isi tes: petunjuk sejauhmana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam silabus yang hendak diukur
kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauhmana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu sesuai dengan faktor yang hendak diukur.
kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauhmana hasil tes dapat memprediksi kompetensi yang akan ditunjukkan oleh data empirik.
kesalahan pengkuran sitematik: kesalahan pengukuran yang terjadi karena alat ukurnya tidak selalu memberikan ukuran yang
sebenarnya, atau penskorannya mempunyai tingkat kemurahan atau kemahalan yang bervariasi.
kesalahan pengukuran acak: kesalahan pengukuran yang terjadi karena kondisi yang diukur bervariasi, atau kondisi yang mengukur
bervariasi, atau bahan yang diujikan tidak tepat.
kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran sebenarnya.
keterandalan alat tes: kompetensi alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus
diukur.
kompetensi: kompetensi yang dapat dilakukan oleh siswa, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku.
kompetensi afektif: kompetensi yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat, penerimaan atau penolakan terhadap suatu
objek.
kompetensi dasar: kompetensi minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh lulusan; Kompetensi minimal yang harus
dapat dilakukan atau ditampilkan oleh siswa dari standar kompetensi untuk suatu mata pelajaran.
kompetensi kognitif: kompetensi berpikir; kompetensi memperoleh pengetahuan; kompetensi yang berkaitan dengan pemerolehan
pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kompetensi lulusan SMA: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan SMA, meliputi lulusan dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor.
kompetensi psikomotor: kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; Kompetensi yang berkaitan dengan
gerak fisik.
komposisi: gubahan; karangan
konsistensi (ketaat-asasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus (kompetensi dasar, materi pembelajaran dan
pengalaman belajar).
kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis.
materi pembelajaran: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi dasar.
materi pokok: pokok bahasan dan subpokok bahasan dari kompetensi dasar
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
paradigma: model dalam teori; kerangka piker; norma yang dianut oleh sekelompok komunitas.
pedagogi: ilmu pendidikan; ilmu pengajaran
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya secara jelas kompetensi yang harus dimiliki
atau ditampilkan oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
pendekatan hierarkis: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas penjenjangan materi pokok.
pendekatan holistik: strategi pengembangan materi pembelajaran dengan memperhatikan keseluruhan materi yang tercakup dalam
satuan mata pelajaran.
pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas urutan penyelesaian suatu tugas
pembelajaran.
pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pembelajaran berdasarkan atas lingkup lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan
yang paling dekat dengan siswa menuju ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.
pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pembelajaran yang bertitik tolak dari sebuah tema.
pendekatan terjala (webbed): strategi pengembangan pelajaran, dengan menggunakan topik dari beberapa mata pelajaran yang
relevan sebagai titik sentral, dan hubungan antara tema dan sub-tema dapat digambarkan sebagai sebuah jala (webb).
pengalaman belajar: pengalaman atau kegiatan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk menguasai Kompetensi dasar atau materi
pembelajaran.
pengujian: pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian.
pengukuran: proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu.
penilaian: metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu; pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk
menjelaskan karakteristik seseorang atau karakteristik sesuatu; penafsiran data hasil pengukuran.
portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang sengaja dikumpulkan untuk digunakan
sebagai bukti prestasi siswa, perkembangan siswa itu dalam Kompetensi berpikir, pemahaman siswa itu atas materi pelajaran,
Kompetensi siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu,
laporan singkat yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan.
ranah afektif: ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu obyek.
ranah kognitif: ranah yang berkaitan dengan kompetensi berpikir; kompetensi memperoleh pengetahuan; kompetensi yang berkaitan
dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
ranah psikomotor: ranah yang berkaitan dengan kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan; kompetensi
yang berkaitan dengan gerak fisik.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
relevansi: keterkaitan, kesesuaian.
reliabilitas (ajeg): kompetensi alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.
sahih: mengukur faktor yang seharusnya diukur.
silabus: susunan teratur materi pembelajaran mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.
sintesis: paduan berbagai pengertian atau hal yang merupakan kesatuan yang selaras.
sistem: perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan; susunan yang teratur dari
pandangan, teori, asas, dsb.
sistem penilaian: uraian keterangan yang teratur sebagai penjelasan tentang prosedur dan cara mengembangkan kompetensi dasar
menjadi indikator pencapaian kompetensi itu, dan cara mengembangkan indikator menjadi soal ujian.
sistem ujian berkelanjutan: sistem ujian yang meliputi soal untuk semua indikator kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan,
yang hasilnya dianalisis dan digunakan untuk menentukan ujian berikutnya.
sistematik: mengikuti suatu prosedur tertentu.
soal analisis: soal yang menuntut uraian informasi, penemuan asumsi pembedaan antara fakta dan pendapat, dan penemuan
hubungan sebab-akibat.
soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum pernah diberikan.
soal evaluasi: soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan “nilai” informasi.
soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata penjawab sendiri, pemberian contoh
prinsip atau contoh konsep.
soal pengetahuan: soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan.
soal sintesis: soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu.
soal ujian yang sahih: soal ujian yang bahannya mewakili bahan ajar yang ada di dalam silabus.
standar kompetensi: kompetensi yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata pelajaran; kompetensi dalam mata
pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh siswa; Kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
tagihan: berbagai bentuk ulangan atau ujian untuk menunjukkan tingkat kompetensi siswa dalam mata pelajaran tertentu.
tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat belajar (menguasai) materi pelajaran apa saja
tetapi memerlukan waktu yang mungkin berbeda.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kompetensi penempuh tes itu merupakan variabel yang mengikuti
distribusi normal.
tes non objektif: jenis ujian yang penskorannya dapat dipengaruhi oleh subjektivitas pemberi skor.
tes objektif: jenis ujian yang penskorannya objektif, tidak bergantung pada subjektivitas pemberi skor.
tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang harus dipilih salah satu oleh penempuh
tes karena hanya salah satu dari jawaban-jawaban itu yang benar.
ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang sudah dimiliki siswa peserta tes dan
mengetahui kesulitan siswa, yang dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kompetensi siswa pada ranah kognitif dan psikomotorik.
validitas: kompetensi alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.

Lampiran 1: Daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam


perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Kata Kerja Operasional

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Mendefinisikan Menunjukkan
Menerapkan Membaca
Mengkonstrusikan Menghitung
Mengidentifikasikan Menggambarkan
Mengenal Melafalkan
Menyelesaikan Mengucapkan
Menyusun Membedakan
Mengidentifikasikan
Menafsirkan
Menerapkan
Menceriterakan
Menggunakan
Menentukan
Menyusun
Menyimpulkan
Mendemonstrasikan
Menerjemahkan
Merumuskan
Menyelesaikan
Menganalisis
Mensintesis
Mengevaluasi

Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Perbedaannya adalah pada Standar Kompetensi cakupannya lebih luas dari Kompetensi Dasar.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
2. Satu butir Kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 butir atau lebih Kompetensi Dasar.
3. Satu butir Kompetensi Dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 butir indikator (paling tidak 2 butir indikator)
4. Pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar belum memuat/merupakan indikator.

Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif

Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian


Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalsis Mengabstraksi Membanding
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur -kan
Menjelaskan Mengkategorika Menentukan Memecahkan Menganimasi Menyimpulka
Menggambar n Menerapkan Menegaskan Mengumpulkan n
Membilang Mencirikan Menyesuaikan Mendeteksi Mengkategorika Menilai
Mengidentifika Merinci Mengkalkulasi Mendiagnosis n Mengarahkan
si Mengasosiasikan Memodifikasi Menyeleksi Mengkode Mengkritik
Mendaftar Membandingkan Mengklasifikasi Memerinci Mengombinasika Menimbang
Menunjukkan Menghitung Menghitung Menominasika n Memutuskan
Memberi label Mengkontraskan Membangun n Menyusun Memisahkan
Memberi Mengubah Mengurutkan Mendiagramka Mengarang Memprediksi
indeks Mempertahanka Membiasakan n Membangun Memperjelas
Memasangkan n Mencegah Megkorelasika Menanggulangi Menugaskan
Menamai Menguraikan Menentukan n Menghubungkan Menafsirkan
Menandai Menjalin Menggambark Merasionalkan Menciptakan Mempertaha
Membaca Membedakan an Menguji Mengkreasikan n-kan
Menyadari Mendiskusikan Menggunakan Mencerahkan Mengoreksi Memerinci
Menghafal Menggali Menilai Menjelajah Merancang Mengukur
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Meniru Mencontohkan Melatih Membagankan Merencanakan Merangkum
Mencatat Menerangkan Menggali Menyimpulkan Mendikte Membuktikan
Mengulang Mengemukakan Mengemukaka Menemukan Meningkatkan Mendukung
Mereproduksi Mempolakan n Menelaah Memperjelas Memvalidasi
Meninjau Memperluas Mengadaptasi Memaksimalka Memfasilitasi Mengetes
Memilih Menyimpulkan Menyelidiki n Membentuk Mendukung
Menyatakan Meramalkan Mengoperasika Memerintahka Merumuskan Memilih
Mempelajari Merangkum n n Menggeneralisas Memproyeksi
Mentabulasi Menjabarkan Mempersoalka Mengedit i -kan
Memberi kode n Mengaitkan Menggabungkan
Menelusuri Mengkonsepka Memilih Memadukan
Menulis n Mengukur Membatas
Melaksanakan Melatih Mereparasi
Meramalkan Mentransfer Menampilkan
Memproduksi Menyiapkan
Memproses Memproduksi
Mengaitkan Merangkum
Menyusun Merekonstruksi
Mensimulasika
n
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Menyusun
Memproses
Meramalkan

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Psikomotor

Peniruan Manipulasi Artikulasi Pengalamiahan


Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan
Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjeniskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menseketsa
Membersihkan Memanipulasi Mencampur Melonggarkan
Memposisikan Mereparasi Mengemas Menimbang
Mengkonstruksikan Mencampur Membungkus

Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Afektif

Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati


Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah
Mempertanyaka Membantu Meyakini Mengubah perilaku
n Mengajukan Melengkapi Menata Berakhlak
Mengikuti Mengompromika Meyakinkan Mengklasifikasika mulia
Memberi n Memperjelas n Mempengaruhi
Menganut Menyenangi Memprakarsai Mengombinasikan Mendengarkan
Mematuhi Menyambut Mengimani Mempertahankan Mengkualifikasi
Meminati Mendukung Mengundang Membangun Melayani
Menyetujui Menggabungka Membentuk Menunjukkan

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Menampilkan n pendapat Membuktikan
Melaporkan Memperjelas Memadukan Memecahkan
Memilih Mengusulkan Mengelola
Mengatakan Menekankan Menegosiasi
Memilah Menyumbang Merembuk
Menolak

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Lampiran 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


1 Berkomunikasi lisan dan MENDENGARKAN
tertulis dengan 1.1 Membedakan bunyi dan kata yang
menggunakan ragam pengucapannya
bahasa sederhana dan memiliki kemiripan.
dapat dipahami sesuai 1.2 Mengidentifikasikan informasi dari teks
konteks dalam wacana percakapan.
interaksional dan atau
monolog yang informatif BERBICARA:
berbentuk naratif, 1.3 Melafalkan bunyi dan kata yang
deskriptif dan laporan pengucapannya
sederhana. memiliki kemiripan.
1.4 Menyampaikan berbagai informasi sederhana
secara lisan.

MEMBACA:
1.5 Membedakan huruf yang bentuknya mirip
dan kata
yang pengucapannya mirip.
1.6 Menafsirkan makna kata, frasa dan kalimat.
1.7 Memahami teks pendek dan sederhana.
1.8 Membaca Kanji sederhana.

MENULIS:
1.9 Menulis kata dalam huruf Hiragana dan
Katakana.
1.10 Menulis informasi sederhana.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
No Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1.11 Menulis Kanji sederhana.

2 Berkomunikasi lisan dan MENDENGARKAN


tertulis dengan 2.1 Memahami kata, frasa dan kalimat.
menggunakan ragam 2.2 Menafsirkan berbagai informasi dari teks
bahasa yang sesuai lisan.
dengan lancar dan kaurat
dalam wacana BERBICARA:
interaksional dan atau 2.3 Menyampaikan informasi, kesan dan
monolog berbentuk pendapat.
naratif, prosedur, deskriptif 2.4 Menyampaikan gagasan dan pikiran.
dan berita.
MEMBACA:
2.5 Memahami teks tulis.
2.6 Membaca Kanji sederhana.

MENULIS:
2.7 Menulis wacana sederhana.
2.8 Menulis Kanji sederhana.

Lampiran 3: Contoh Analisis Instrumen

I. Telaah Butir Soal Bentuk Uraian

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6

A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan v v
jelas.
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, v
jenis sekolah, dan tingkat kelas.

B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau v v v
perintah .yang menuntut jawaban terurai.
6. Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/ v v
menyelesaikan soal
7. Ada pedoman penskorannya. v
8. Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya v
bermakna (jelas keterangannya atau ada
hubungannya dengan masalah yang ditanyakan).
9. Butir soal tidak bergantung pada butir soal v
sebelumnya

C. RANAH BAHASA:
10. Rumusan kalimat komunikatif. v v v
11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, v v
serta sesuai dengan ragam bahasanya.
12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran v v
ganda atau salah pengertian.
13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan v v
bahasa lokal)
14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang v v
dapat menyinggung perasaan peserta didik.

Keterangan:
• Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang
jelas, kurang memberikan petunjuk tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah makna.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


• Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan

• Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


2. Telaah Butir Soal Bentuk Melengkapi

NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6

A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang v v
diharapkan jelas
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran v v v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan v
jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas

B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka v v
(yang belum lengkap) yang hanya memerlukan
tambahan kata yang merupakan jawaban/kunci.
6. Butir soal tidak bergantung pada butir soal v v v
sebelumnya

C. RANAH BAHASA:
7. Rumusan kalimat komunikatif v v v
8. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan v v
benar, serta sesuai dengan ragam bahasanya
9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran v v
ganda atau salah pengertian.
10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan v v
bahasa lokal)
11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang v v
dapat menyinggung perasaan peserta didik.

Keterangan:
• Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang
jelas.

• Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan

• Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa


Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
3. Telaah Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda (Multiple Choise)

JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v v v
2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar. v v v v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v v v v v
4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan v v v v v
tingkatan kelas.
5. Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan v v v v v
hasil perhitungan, maka pengecoh berupa pilihan yang
salah rumus/salah hitung.

B. RANAH KONSTRUKSI
6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas. v v v v v
7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas. v v v
8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada v v v
pilihan jawaban yang benar.
9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif v v v v v
ganda
10. Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus v v
digarisbawahi atau dicetak lain.
11. Pilihan jawaban homogen. v v
12. Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di v v v v v
atas benar" atau "tak satu jawaban di atas yang
benar" dan yang sejenisnya.
13. Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama, v v v v v
jangan ada yang sangat panjang dan ada yang sangat
pendek.
14. Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan. v v v v
15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
16. Antar butir tidak bergantung satu sama lain. v v v v v

C. RANAH BAHASA:
17. Rumusan kalimat komunikatif. v v v v
18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, v v v v
serta sesuai dengan ragam bahasanya.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda v v v v
atau salah pengertian.
20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa v v v v
lokal)
21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat v v v v v
menyinggung perasaan peserta didik.

Keterangan:
• Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan
• Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat lebih dari
satu jawaban benar dan pilihan jawaban tidak homogen.
• Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi bahasa.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Lampiran 4: Contoh Evaluasi Hasil Penilaian

Evaluasi Hasil Penilaian

Jumlah Jumlah % Pengua-


Kompetensi Dasar Keterangan
Butir Betul Pencapai- saan
an

1.4.Menyampaikan 5 4 80 V Menguasai
berbagai sebagian besar
informasi kosa kata dan
sederhana mampu
secara lisan menerapkannya
dalam perilaku
sehari-hari

1.7.Memahami teks 4 2 50 - Belum


pendek dan menguasai
sederhana kompetensi,
kurang
memahami teks
yang bervariasi

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Lampiran 5
CONTOH FORMAT PROFIL HASIL BELAJAR SISWA

NAMA SISWA : Dian Larasati


KELAS / PROGRAM : XI
SEMESTER : 1
MATA PELAJARAN : Bahasa Jepang

NILAI
No. Kompetensi Dasar K P A Komentar
KD 10 – 10 - 100 A/B/C
100
1.2 Mengidentifikasikan 75 77 B Sudah
informasi dari teks kompeten, tapi

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


percakapan. tampilan perlu
Tema : Jati diri, lebih dilatihkan.
Lingkungan Kehidupan
Sekolah, Kehidupan
Keluarga, Kehidupan
Sehari-hari
1.4 Menyampaikan berbagai 82 79 B Sudah
informasi sederhana kompeten, tapi
secara lisan. tampilan perlu
Tema: Jati diri, lebih dilatihkan.
Lingkungan Kehidupan
Sekolah, Kehidupan
Keluarga, Kehidupan
Sehari-hari.
1.7 Memahami teks pendek 82 80 B Sudah
dan sederhana kompeten, dan
Tema: Jati diri, tampilan sudah
Lingkungan Kehidupan baik.
Sekolah, Kehidupan
Keluarga,
Kehidupan Sehari-hari.
1 Menulis informasi 65 75 B Belum
.10 sederhana Tema: kompeten, dan
Kehidupan Keluarga, tampilan perlu
Kehidupan Sehari-hari. lebih dilatihkan.

Jumlah Nilai
Rata-
rata:

Keterangan : ..............., .................2004


K = Kognitif
P = Psikomotor
A = Afektif
• Komentar 0rang Tua / Wali Siswa: .......................................................................................
...............................................................................................................................................

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


......................................................................................................................................................

Orang Tua Siswa Guru mata Pelajaran

_____________ ________________

Lampiran 6: Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup

Penilaian Kecakapan Hidup

No Kesadaran Kecakapan Kecakapan Kecakapan


Diri Berpikir Sosial Akademik
Kecakap

Komunikasi tertulis.

Merumuskan hipotesis.
Eksistensi diri.

Potensi diri.

Melaksanakan penelitian.
Komunikasi lisan.
Memecahkan masalah.

Mengidentifikasi variabel.

Menghubungkan variabel.
Bekerjasama.
Menggali informasi.

Mengolah informasi.
Makhluk Tuhan.

an Hidup Mengambil keputusan.

Nama Siswa

1
2
3 Dana V V V V V V V V V
4
5 Prita V V V V V V V V V
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
6
7
8
9

Keterangan:
Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2
= kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.

Lampiran 7:
1. Contoh Format Laporan Hasil Belajar

LAPORAN HASIL BELAJAR SISWA


Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Nama Siswa : ……………………. Nama Sekolah : ………........
Nomor Induk : ……………………. TahunPelajaran : ……….…...
Kelas/Semester: ……………………. Program: IA/IS/BHS*)

Nilai Hasil Belajar


N Keterangan *) Coret yang tidak perlu
o Mata Pelajaran
Kognitif Psikomoto Afektif
r

1 Pendidikan Agama
2 Kewarganegaraan
3 Bahasa dan Sastra
Indonesia
4 Bahasa Inggris
5 Matematika
6 Kesenian
7 Pendidikan Jasmani
8 Sejarah
9 Geografi Kegiatan Ekstrakurikuler
10 Ekonomi
No Jenis Kegiatan Keterangan
11 Sosiologi
1
12 Fisika
2
133 Kimia
144 Biologi
15 Teknologi Informasi dan
Komunikasi
16 Bahasa Asing
Ketidakhadiran

17
No Alasan Ketidakhadiran Lama (jam/hari)

1 Sakit
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
2 Izin
3 Tanpa Keterangan

Kepribadian

No Kepribadian Keterangan

1 Kelakuan
2 Kerajinan/Kedisiplinan
3 Kerapian
4 Kebersihan

Catatan Wali Kelas:

..........., ................ 2004

Orang Tua/Wali Siswa Mengetahui Wali Kelas


Kepala Sekolah

……………………....... ………………… …………..

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


CARA PENGISIAN LAPORAN HASIL BELAJAR

A. Tabel Laporan Hasil Belajar

1. Kolom kognitif diisi dengan nilai rata-rata pencapaian aspek kognitif dari semua standar kompetensi mata pelajaran.
2. Kolom psikomotor diisi dengan nilai rata-rata aspek psikomotor dari suatu mata pelajaran, yang dinilai aspek psikomotornya.
3. Nilai tertinggi hasil remedial aspek kognitif dan psikomotor tidak melebihi nilai standar minimum ketuntasan yang ditetapkan oleh
sekolah.
4. Kolom afektif diisi dengan nilai mata pelajaran yang dapat dinilai aspek afektifnya secara kualitatif. Aspek yang dinilai dapat
berupa salah satu atau lebih dari aspek minat, sikap, disiplin, atau aspek lainnya yang dipandang penting oleh sekolah.

Contoh: Pengisian Kolom Afektif (Tabel Laporan HBS)

No. Mata Pelajaran Afektif


1 Bhs. Inggris Minat cukup baik, disiplin mengerjakan
tugas cukup baik
2 Matematika Di kelas kurang perhatian

5. Penilaian aspek kognitif, psikomotor, dan afektif harus dijelaskan kepada siswa di awal semester.
6. Kolom keterangan diisi dengan uraian singkat kompetensi yang telah dicapai, yang memuat predikat prestasi dan deskripsi tentang
ketercapaian kompetensi tersebut.
7. Klasifikasi predikat prestasi terdiri atas: Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K).

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Contoh : Pengisian Kolom Keterangan (Tabel Laporan HBS)

No. Keterangan
1 Baik: kompetensi mendeskripsikan sumber ajaran Islam
Pendidikan dan kerangka dasar Islam telah mencapai ketuntasan,
Agama Islam tetapi kompetensi membaca al- Qur’an perlu ditingkatkan.
4 Cukup: kompetensi menulis paragraf dan menentukan ide
Bahasa Inggris utama telah mencapai ketuntasan, tetapi kompetensi
bercakap-cakap masih kurang, dan kompetensi menulis
surat perlu ditingkatkan.
5 Kurang: kompetensi tentang mendefinisikan rumus belum
Matematika mencapai ketuntasan, penguasaan tentang materi yang
berhubungan dengan ruang/dimensi tiga masih perlu
ditingkatkan.
7 Baik: pada permainan bola basket untuk kompetesi
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Pendidikan melempar, menangkap, dan mendribel bola, telah mencapai
Jasmani ketuntasan, tetapi dalam hal teknik memasukkan bola ke
dalam jaring masih perlu latihan intensif.

B. Tabel Kegiatan Ekstrakurikuler

Kolom keterangan diisi dengan uraian singkat tentang kompetensi/keterampilan yang telah dicapai, yang memuat predikat prestasi
dan deskripsi tentang ketercapaian kompetensi/keterampilan tersebut.

Contoh: Pengisian Tabel Ekstrakurikuler

Jenis Kegiatan Keterangan


Olahraga Karate Baik: telah lulus ban kuning
Paskibra Cukup: dalam baris berbaris dan mengibarkan bendera
masih perlu latihan kekompakan
UKS Baik: terampil melakukan pernafasan buatan
Seni Musik Gamelan Cukup: sudah mampu menabuh gong untuk gending
Kodok Ngorek

C. Tabel Ketidakhadiran
Ketidakhadiran siswa perlu dicatat dan dilaporkan kepada orang tua/wali siswa dalam Laporan Hasil Belajar. Ketidakhadiran ini
bukan hanya disebabkan sakit atau izin saja, tetapi juga ketidakhadiran yang tidak disertai dengan surat keterangan orangtua/wali
siswa, atau dokter.

Contoh: Pengisian Tabel Ketidakhadiran

Alasan Lama (jam/hari)


Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Ketidakhadiran
Sakit 5 hari
Izin 3 jam
Tanpa Keterangan 7 hari

D. Tabel Kepribadian

1. Kolom keterangan diisi dengan predikat prestasi kepribadian siswa yang mencakup empat aspek yang dinilai.

2. Klasifikasi predikat prestasi kepribadian: Baik, Cukup, dan Kurang.

3. Siswa yang memperoleh predikat “Cukup” dan “Kurang” perlu diberi penjelasan.

Contoh: Pengisian Tabel Kepribadian

No. Aspek yang Dinilai Keterangan


1 Kelakuan Baik
2 Kerajinan/Kedisiplinan Cukup: sering terlambat masuk kelas
3 Kerapian Baik
4 Kebersihan Baik

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


2. Contoh Laporan Hasil Belajar
Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Guru dan Kepala Sekolah

Mata Pelajaran : Bahasa Jepang


Kelas/Semester : X I/E/2…………

No Nama Aspek Kompetensi Dasar R Keteran


atar
Siswa gan
ata
1. 1. 2. 2. 2. 3. 3.
1 Ali Imron 1 2 1 2 3 1 2
Kognitif
Psikomotori
k
Afektif
2 Chaerudin Kognitif
Psikomotori
L
k
Afektif

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


3 Darmawan Kognitif 63 Belum
Psikomotori 75 kom-
S
peten,
k
perlu
Afektif B re-
medial
4 Ernavita Kognitif
Psikomotori
k
Afektif
5 Jonathan P Kognitif
Psikomotori
k
Afektif
6 Lidya Kognitif
Psikomotori
Novita
k
Afektif
7 Marthin Kognitif 83 Sudah
Razak Psikomotori 84 kom-
peten,
k
kecakap
Afektif B -an
hidup
sosial
perlu
dtingkat
-kan.
8 Sarah Kognitif 79 Sudah
Robbaniyah Psikomotori 87 kom-
peten,
k
kecakap
Afektif A an
hidup
akadem
ik perlu
dtingkat
kan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


:Keterangan
Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor ≥ 75

Lampiran 8: Contoh Format Rancangan Penilaian dan Tugas

Contoh Format Rancangan Penilaian


No. Kompetens Juli Agustus Septembe Oktober Nopember
i r
Dasar
B
lok1
B
lok2
B
lok
3

Contoh Format Rancangan Pemberian Tugas


No. Kompetens Juli Agustus Septembe Oktober Nopember
i
r
Dasar
K1
PR1
K2
PR2 K3
K4
PR3

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


Keterangan:
K = Kuis
PR = Pekerjaan Rumah

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


DAFTAR ISI

Hal.

KATAPENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL........................................................................................................... . iv

I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1

II. KATAKTERISTIK BAHASA JEPANG........................................................ 2

III. STANDAR KOMPETENSI BAHASA JEPANG.......................................... 5

IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN........................ 6


A. Langkah-langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian........... 6
B. Penyusunan dan Analisis Instrumen.................................................. 11
1. Langkah Penyusunan Instrumen.................................................. 11
2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya.......................................... 12
3. Analisis Instrumen........................................................................ 18
4. Evaluasi Hasil Penilaian............................................................... 18

V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA................ 20


A. Pelaporan Hasil Penilaian................................................................. 20
B. Pemanfaatan Hasil Penilaian............................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 23

GLOSARIUM.............................................................................................................. 24

LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Daftar Kata Kerja Operasional.................................................... 28
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.............................. 31
3. Contoh Analisis Instrumen.......................................................... 32
4. Contoh Evaluasi Hasil Penilaian................................................. 35
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
5. Contoh Profil Hasil Belajar.......................................................... 36
6. Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup............................... 37
7. Contoh Laporan Hasil Belajar Siswa........................................... 43
8. Contoh Format Rancangan Pengujian dan Pemberian Tugas.... 44
9. Contoh Silabus dan Sistem Penilaian ......................................... 45

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1 Contoh Format Analisis Kompetennsi Dasar dan Kecakapan Hidup............................................................................... 8

Tabel 2 Kisi-kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan................................................................................................. 12

Tabel 3 Pedoman Penilaian Uraian Bebas............................................................................................................................ 14

Tabel 4 Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Berbicara.................................................................................. 15

Tabel 5 Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa....................................................................................................... 16

Tabel 6 Contoh Format Lembar Penilaian Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran........................................................................ 17

Tabel 7 Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa............................................................................................................... 17

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang


KATA PENGANTAR

Pemberlakuan Undang-undang Nomor 2 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah
yang mengatur pembagian kewenangan berbagai bidang pemerintahan, berimplikasi pada penyelenggaraan pemerintah daerah saat ini
dan masa mendatang, termasuk kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang
mengalami perubahan dalam penyelenggaraan pendidikan antara lain dalam proses pengembangan kurikulum.

Pemerintah pusat bertugas mnetapkan kebijakan umum Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang selanjutnya
dituangkan dalam suatu dokumen yang disebut kerangka dasar Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sedangkan pemerintah daerah
dan sekolah berkewajiban untuk mengembangkan kebijakan umum dan standar nasional menjadi silabus yang berfungsi sebagai
acuan dalam pelaksanaan pembelajaran.

Sesuai dengan arah kebijakan Pemerintah mengenai kurikulum berbasis kompetensi sistem belajarpun harus mengarah pada
pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi dapat diartikan sebagai sistem pembelajaran dimana hasil
belajar berupa kompetensi dasar yang yang harus dikuasai siswa perlu dirumuskan terlebih dahulu secara jelas.

Hasil belajar dimaksud berupa kompetensi yang mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif yang diharapkan dapat dicapai
secara seimbang dan komprehensif. Hasil tersebut diukur berdasarkan indikator pencapaian kompetensi.

Agar perencanaan, pelaksanaan dan sistem evaluasi pembelajaran berbasis kompetensi berjalan dengan baik, perlu disusun
silabus dan sistem penilaian. Silabus dan sistem penilaian ini berisikan jabaran tentang kompetensi dasar menjadi materi pokok,
pengalaman belajar, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber/bahan/alat.

Untuk mempermudah pelaksanaan di sekolah maka disusun buku Pedoman Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Berbasis
Kompetensi untuk setiap mata pelajaran. Pedoman khusus pengembangan silabus dan sistem penilaian berisi petunjuk khusus tatacara
dan prosedur untuk menyusun silabus dan sistem penilaian setiap mata pelajaran. Pedoman khusus yang disiapkan terdiri dari tiga
model. Model 1, dilengkapi dengan contoh satu kompetensi dasar, Model 2, dilengkapi dengan beberapa contoh penjabaran kompetensi
dasar, dan Model 3, dilengkapi dengan seluruh kompetensi dasar.

Pedoman khusus ini telah diujicobakan kepada sejumlah guru SMA di seluruh provinsi di pulau Jawa dan beberapa provinsi di luar
Jawa. Ujicoba tersebut bertujuan untuk mengetahui keterbacaan dan keterlasanaan pedoman ini pada saat digunakan kelak. Dari hasil
pelaksanaan ujicoba diperoleh masukan dan saran dari para guru. Berdasarkan masukan tersebut diadakan perbaikan. Jika dari
masukan ada yang dipandang kurang sempurna, maka akan dilkaukan penyempurnaan kembali.

Dalam rangka pelaksanaan manajemen mutu berbasis sekolah, diharapkan pedoman khusus ini dapat dijadikan acuan bagi pihak-
pihak yang berkepentingan, khusunya para guru SMA.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang
Pedoman khusus ini terwujud berkat kerjasama antara Direktorat Pendidikan Menengah Umum dan Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta, yang pembiayaannya didukung oleh bagian proyek Pengelolaan Pendidikan Menengah Umum, Jakarta
tahun anggaran terkait.

Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Pedoman Khusus ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih. Semoga kehadiran pedoman ini bermanfaat.

Direktur,
Pendidikan Menengah Umum

Dr. Zamroni
NIP 130515046

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Jepang

You might also like