Professional Documents
Culture Documents
Teknik Hidrologi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Pokok Bahasan
1. Prinsip Hidrometri 2. Pengukuran Muka Air 3. Pengukuran Debit 4. Liku Kalibrasi
1. Prinsip Hidrometri
Hidrometri
ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran air. (air permukaan dan caraair. air bawah permukaan termasuk air di danau, rawa dan di formasi geologi dibawah permukaan) permukaan) ilmu untuk mengumpulkan data dasar bagi analisis hidrologi.
Cakupan Hidrometri
kegiatan pengukuran air permukaan dan air bawah permukaan termasuk air di danau, rawa dan deformasi geologi di bawah permukaan.
Dalam analisis hidrologi, atau khusus hidrograf aliran, ada dua data dasar yang diperlukan yaitu tinggi muka air dan debit.
PENDAHULUAN
Menurut (Chow 1988) pengukuran besaran-besaran hidrologi besarandapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu : pengukuran terusterusmenerus pada tempat tertentu, seperti hanya pengukuran hujan distasiun tertentu, yang akan menghasilkan data runtun-waktu (time runtunseries) dan sejalan dengan perkembangan teknologi, dimungkinkan pengukuran sample terdistribusi pada waktu spesifik, yang akan menghasilkan data runtun-ruang (space series). runtun-
STASIUN HIDROMETRI
Dalam penempatan atau pemilihan stasiun hidrometri, terdapat dua pertimbangan yang perlu diperhatikan, yaitu : jaringan hidrologi di seluruh Daerah Aliran Sungai, dan kondisi lokasi yang harus memenuhi syarat tertentu. syarat Dalam penempatan dan pemilihan lokasi untuk stasiun hidrometri, harus memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal dibawah ini : Kebutuhan Data, Keterikatan satu stasiun dengan stasiun lain dan status keberadaan stasiun hidrometri. Beberapa syarat yang perlu diperhatikan dalam memilih lokasi penempatan stasiun hidrometri (Boyer, 1964, Horst, 1978), antara lain :
1. Kebutuhan data, baik untuk kepentingan sekarang maupun untuk rencana pengembangan yang akan datang. 2. Keterikatan satu stasiun dengan stasiun lain, dalam satu jaringan jaringan hidrometri yang terpadu. Dalam hal pengelolaan air, maka diperlukan suatu ketepatan yang sangat tinggi dalam menentukan posisi stasiun hidrometri. 3. Status keberadaan stasiun hidrometri, apakah merupakan stasiun dasar, atau stasiun sekunder atau stasiun khusus. Masing-masing Masingmempunyai maksud pemasangan yang berbeda-beda. berbedaPenempatan stasiun hidrometri di Indonesia saat ini belum didasarkan atas pertimbangan hitungan-hitungan jaringan, akan tetapi didasarkan atas pertimbangan setempat dan sesaat.
4. 5. 6. 7.
Mudah dicapai setiap saat dan dalam segala macam kondisi, musim hujan maupun musim kemarau. Di bagian sungai yang lurus dan aliran yang sejajar dengan jangkau jangkau tinggi permukaan yang dapat dijangkau oleh alat yang tersedia. Di bagian sungai dengan penampang stabil, apabila pada sungaisungaisungai kecil atau saluran tidak dijumpai penampang yang stabil, maka penampang sungai / sungai dapat diperkuat dengan pasangan batu / beton. Di bagian sungai yang peka. Di bantaran sungai apabila tidak terjadi aliran pada saat banjir besar. Tidak diganggu oleh pertumbuhan tanaman air. Tidak terganggu oleh pembendungan di sebelah hilir (backwater). (backwater).
o o o
sumur penenang harus selalu dalam keadaan terpelihara. pipa penghubung dan sumur harus bebas dari lumpur papan duga acuan harus selalu tepat sesuai dengan tinggi
acuan
S tilling w ell
R ecorder
F lcod stage
3. Pengukuran Debit
Debit aliran dapat diperoleh dengan mengalikan luas tampang aliran dan kecepatan aliran. Kedua parameter tersebut dapat diukur pada suatu tampang melintang sungai.
Q=A.V
dengan : Q = debit (m3/s) A = luas penampang (m2) V = kecepatan air rata-rata (m/s)
Mengingat bahwa sungai mempunyai bentuk tampang lintang yang tidak teratur dan kecepatan aliran juga tidak seragam pada seluruh tampang, maka pengukuran debit sungai dilakukan dengan membagi tampang sungai menjadi sejumlah pias. Di setiap pias diukur luas tampang dan kecepatan reratanya. Dalam praktek terdapat dua cara pengukuran debit yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung.
2. Current meter
Current meter merupakan alat untuk mengukur kecepatan arus Current meter hanya dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pada suatu penampang sungai. Untuk memperoleh kecepatan pada seluruh penampang sungai, maka pengukuran dilakukan dengan membagi penampang saluran dalam beberapa bagian.
V = A+ nB
dimana :
V n A,B
= kecepatan arus sungai dalam m/det. = jumlah putaran dalam waktu tertentu. = tetapan, ditentukan dari kalibrasi.
Kecepatan Rata-rata
Mengacu pada profil teoritik distribusi kecepatan vertikal, maka kecepatan rata-rata vertikal dapat dianggap sama dengan ratakecepatan yang terukur pada kedalaman 0.6 H. Apabila dikehendaki pengukuran yang lebih dari satu titik, maka dapat dilakukan pengukuran pada dua titik dengan kedalaman masing-masing 0.2 H dan 0.8 H dan kecepatan masingrata-rata dihitung dengan persamaan : rata-
V =
V0.2 H + V0.8 H 2
Kecepatan Rata-rata
Apabila dikehendaki pengukuran di lebih banyak vertikal, dapat dipergunakan persamaan untuk pengukuran tiga titik.
V =
Untuk pengukuran 4 dan 5 titik dapat digunakan persamaan sebagai berikut: V + 2V0.6 H + V0.8 H V = 0. 2 H 4 V = V p + 3V0.2 H + 2V 0.6 H +3V0.8 H + Vd 10
Ada dua tipe alat ukur current meter yaitu tipe mangkok (Price cup current (Price meter) dan tipe balingmeter) balingbaling (Propeller current (Propeller meter). meter). Pada tipe pertama, mangkok-mangkok berputar mangkokterhadap sumbu vertikal, sedang tipe kedua balingbalingbaling berputar terhadap sumbu horizontal. Jumlah putaran per satuan waktu dapat dikonversi menjadi kecepatan arus.
Perhitungan Debit
Debit penampang sungai dihitung dengan persamaan:
dengan : Q = debit penampang sungai (m3/s) qi = debit tiap segmen (m3/s)
Q = qi
qi = Vn d n (0.5bn + 0.5bn+1 )
q i = Vn d n bn
Pelaksanaan Pengukuran
1. Dengan cara menyeberang (wading) (wading) Cara ini dilakukan oleh pengukur dengan cara menyeberang sungai dan mengukur di vertikal yang telah ditetapkan sebelumnya. Biasanya pengukur berdiri menghadap arus, di hilir current meter dengan sudut 45 sepanjang lengan. 45 Pengukuran dengan cara ini hanya dapat dilakukan pada kedalaman dan kecepatan yang sedemikian sehingga tidak membahayakan pengukur. Apabila kedalaman air masih sekitar satu meter, maka pengukur masih diperbolehkan melakukan pengukuran dengan cara ini. Meskipun demikian, hal ini bukan merupakan patokan karena meskipun kedalamnya kurang dari satu meter, tetapi kecepatan airnya besar, maka hal ini akan membahayakan pengukur atau pengukur tidak dapat melakukan pengukuran dengan ketelitian tinggi.
Pelaksanaan Pengukuran
2. Dengan kabel (cable gauging) Pengukuran dengan kabel pada dasarnya dilakukan dengan cara yang sama. Perbedaanya terletak pada penggantung untuk current meternya. Untuk pengukuran ini current meter dipasang pada kabel yang digulung pada satu penggulung yang dapat diketahui. Pengukuran dengan cara ini dapat dilakukan dari atas jembatan atau dengan menggunakan perahu.
V=
2. Pengukuran Menggunakan Type Pelampung Pada dasarnya semua benda yang dapat mengapung seperti kayu, bola bola plastik dan lain-lain dapat digunakan sebagai alat ukur kecepatan. Dalam lainprakteknya terdapat beberapa jenis pelampung yang disarankan, yaitu : yaitu
1. 2. 3.
:
pelampung jenis permukaan; pelampung dengan pemberat; dan pelampung jenis batang. Prinsip kerja menggunakan pelampung dapat diuraikan sebagai berikut berikut awal langkah adalah menentukan dua titik atau garis tegak lurus dengan arah aliran sungai, dimana kedua titik memiliki jarak (L) tertentu; tandai kedua titik tersebut dengan bagian hulu sebagai titik 1 dan bagia dan hilir sebagai titik 2; pelampung ditempatkan pada garis 1 dan dibiarkan hanyut sampai pada garis 2.
dalam proses mengalirnya pelampung dari titik 1 hingga titik 2 dihitung dihitung waktu (t) yang diperoleh menggunakan stop watch; tandai kedua titik tersebut dengan bagian hulu sebagai titik 1 dan bagia dan hilir sebagai titik 2; dari hasil praktek ini diperoleh kecepatan aliran menggunakan persamaan berikut :
V =
L t
Besaran kecepatan yang diperoleh adalah kecepatan permukaan air dan untuk memperoleh kecepatan penampang, besaran tersebut perlu dikalikan dengan koefisien aliran < 1. Nilai tergantung dari jenis pelampung yang digunakan. Horst (1979) mengusulkan besar koefisien koefisien sebagai berikut : Pelampung permukaan : ~ 0,85 untuk keadaan normal ~ 0,60 untuk kedalaman < 0,5 meter ~ 0,90 untuk kedalaman 3 4 meter
A: Pelampung permukaan B: pelampung dengan pemberat C: Pelampung batang Gambar beberapa jenis pelampung (Sri Harto, 2000)
3. Pengukuran Menggunakan Velocity Head Rod Alat ukur ini terdiri dari papan berskala, mirip dengan papan duga yang duga salah satu sisinya dipertajam. Alat ukur ini dimasukkan kedalam saluran dengan sisi tajam menghadap ke hulu dan tinggi air dibaca (H1), selanjutnya alat tersebut diputar 90o tegak lurus arah aliran dan tinggi air dibaca (H2). Tinggi kecepatan diperoleh dari selisih dua pengukuran tinggi permukaan air ( permukaan H2 - H1 ). Alat ini hanya direkomendasikan untuk kecepatan antara 0,5 2,5 m/dtk. Pengukuran dengan cara ini memanfaatkan prinsip yang digunakan dalam pitot meter, yaitu :
H= V2 2g
dengan : H v g
: : :
H1
H2
90o
4. Pengukuran Menggunakan Thrupps Wake Meter Thrupp Sistem kerja alat ini adalah dua batang tegak lurus dengan aliran air aliran ditancapkan dengan jarak tertentu (W). Maka pengukuran sudut diganti diganti dengan pengukuran jarak antara sumbu penghubung dua batang tersebut tersebut dengan titik-potong antara dua gelombang yang terbentuk. titik-
H = C + X .L
L
dengan : V C X : kecepatan permukaan dalam ft/det. : tetapan sebesar 0,40 : variabel yang besarnya tergantung dari nilai W W ( Inchi ) 4 6 8 9 12 X 0,280 0,206 0,161 0,145 0,109
Pengukuran Elektromagnetik
Prinsip dasar dari pengukuran ini adalah pengukuran tegangan yang yang ditimbulkan oleh aliran air melewati medan magnet (Herschy, 1982 dalam Sri Harto, 2000). Tegangan ini sebanding dengan kecepatan air rata-rata. rata-
v=C
1 2 / 3 1/ 2 R S n
v = kecepatan (m/s) C = tetapan = 1 untuk unit metrik R = radius hidraulik S = kemiringan dasar saluran n = kekasaran manning
Tinggi muka air maksimum yang diperlukan untuk hitungan ini dapat diperoleh dengan data dari crest gauge atau data bekas banjir yang dapat diperoleh di tebing sungai setelah terjadi banjir. Luas penampang melintangsungai diperoleh dari rat-rata tiga penampang sungai dan kecepatan
Menurut Barnes (1978) dan Ponce (1989) menunjukkan bahwa dalam persamaan Manning mengandung beberapa faktor yagn spesifik terhadap sifat saluran yang disebut conveyance . Dengan demikian persamaan debit menjadi
Q=K S
Dari beberapa pertimbangan Barnes (1978) menyarankan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan penggal sungai untuk pengukuran.
2. beda ketinggian paling sedikit sama dengan tinggi kecepatan. 3. beda ketinggian paling sedikit 15 cm.
Bangunan Ukur
Debit dapat diperoleh dengan memanfaatkan bangunanbangunanbangunan ukur seperti bendung, gorong-gorong, contracted gorong opening (penyempitan) dan flume. flume. Pengukuran ini dilakukan bila cara-cara yang lain tidak caramenguntungkan. Bangunan ukur dapat dibuat sedemikian rupa, sehingga ada hubungan antara debit dan tinggi muka air.
Boyer (1964 ), Barnes (1978), Horst (1979) dan penulis lain menunjukkan berbagai cara konvensional untuk memperkirakan debit sungai dengan beberapa macam bangunan ukur, yaitu : a. Penyempitan b. Bendung
a. Penyempitan
Pada kondisi seperti ini Boyer dan Barnes menyarankan agar menggunakan persamaan berikut :
2 VA hf 2 g h + 2g
Q = C . Ac
dengan : C = koefisien debit. Ac = luas penampang minimum pada penyempitan. h = beda tinggi muka air di hulu dan dipenyempitan. = pertimbangan kecepatan rata-rata dihulu. VA = kecepatan rata-rata di hulu. hf = kehilangan energi akibat gesekan
2 .K + L Q hf = Lw Q K Kh k k
dengan : Lw = panjang beda tinggi muka air di hulu dan di penyempitan. Kh = conveyance di bagian hulu. Kk = conveyance di kontraksi. L = panjang kontraksi. VA = kecepatan rata-rata di hulu. hf = kehilangan energi akibat gesekan
a. Bendung
White memberikan persamaan umum untuk pelimpah ambang lebar berbentuk persegi sebagai berikut :
Q = (2 / 3) F .Cd . L gh3/ 2
3/ 2
dengan koefisien F bernilai 1 dan koefisien Cd dengan nilai : 0,848 Persamaan umum untuk pelimpah ambang lebar berbentuk persegi sebagai sebagai berikut :
2 Q= C 3
2 g L H 1,5
Bos (1978) memberikan nilai koefisien C yang merupakan fungsi b/B dan H/p dalam bentuk tabel berikut
Tabel Nilai Koefisien C sebagai fungsi b/B dan H/p b/B 1,0 0,9 9,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0,602 0,599 0,597 0,595 0,593 0,592 0,591 0,590 0,589 0,588 0,587 + + + + + + + + + + + C 0,075 0,064 0,045 0,030 0,018 0,011 0,006 0,002 0,018 0,021 0,023 H/p H/p H/p H/p H/p H/p H/p H/p H/p H/p H/p
Kindsvate dan Carter (Bos, 1978) memberikan persamaan penampang bentuk segitiga :
Q=
8 C 15
2 g tan
H e2 , 5
H h
4. Liku Kalibrasi
Liku kalibrasi adalah hubungan grafis antara tinggi muka air dan debit Liku kalibrasi dapat diperoleh dengan sejumlah pengukuran yang terencana, dan mengkorelasikan dua variabel yaitu tinggi ti muka air dan debit di suatu stasiun hidrometri. su Hubungan grafis antara variabel tinggi muka air dan debit dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu menghubungkan titik-titik pengukuran dengan garis lengkung di atas kertas titikgrafik.
Persamaan yang selama ini banyak dipakai untuk menggambarkan liku kalibrasi adalah : Q = A (H+H)B (H+
Q debit (m3/s) A,B H H tetapan
tinggi muka
angka koreksi, antara nol papan duga dan angka papan duga dengan Q = 0