You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Abu adalah zat organic sisa hasil pembakaran suatu bahan organic. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macan bahan dan cara pengabuanya. Kadar abu ada hubunganya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan terdapat dalam suatu bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organic dan garam anorganik. Yang termasuk dalam garam organic misalnya garam-garam asam mallat, oksalat, asetat, pektat. Sedngkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat. Selain kedua garam tersebut, kadang-kadang mineral berbentuk sebagai senyawaan komplek yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalambentuk aslinya sangatlah sulit,oleh karena itu biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut,yang dikenal dengan pengabuan.(sudarmadji.2003). Penentuan kadar abu adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi,yaitu sekitar 500-600C dan melakukan penimbangan zat yang tinggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama pengabuan tiap bahan berbedabeda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan diangap selesai apa bila diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadan dingin,untuk itu krus yang berisi abu diambil dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan ke dalam oven bersuhu 105C agar suhunya turun menyesuaikan degan suhu didalam oven,barulah dimasukkan kedalam desikator sampai dingin,barulah abunya dapat ditimbang hingga hasil timbangannya konstan.( Anonim.2010 ).

1.2 Tujuan Percobaan a. Dapat mengetahui pengertian abu dan mineral; b. Dapat memahami klasifikasi mineral; c. Dapat mengetahui sumber dan fungsi mineral; d. Untuk mengetahui adanya mineral dalam suatu sample e. Menentukan uji penentuan kadar abu dan mineral dengan metode penentuan kadar abu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mineral adalah merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, Fosfor, dan

magnesium adalah bagian dari tulang, besi dari hemoglobin dalam sel darah merah, dan iodium dari hormone tiroksin. Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolism, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral didalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asambasa, membantu transfer ikatan-ikatan penting membrane sel dan

pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan. (Sunita Almatsier, 2003. hal 228) Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organic dan air. Sisanya terdiri dari unsure-unsur mineral. Unsur mineral juga dikenal sebagau zat organic atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organic terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. Meskipun banyak dari elemen-elemen mineral telah jelas diketahui fungsinya pada makanan ternak, belum banyak penelitian sejenis dilakukan pada manusia. Karena itu peranan berbagai unsure mineral bagi manusia masih belum sepenuhnya diketahui. (F.G. Winarno, 2004. hal 150) Sampai sekarang telah diketahui ada empat belas unsure mineral yang berbeda jenisnya diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Yang telah pasti adalah natrium, klor, kalsium, fosfor, magnesium dan belerang. Unsure-unsur ini terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar dan karenanya disebut unsure mineral unsure makro atau mineral makro. Sedangkan unsure mineral lain seperti besi, iodium, mangan, tembaga, zink, kobalt, dan flour hanya terdapat dalam tubuh manusia dalam jumlah yang kecil

saja, karena itu disebut trace element atau mineral makro. Tiga element lainnya yaitu alumunium , boron, dan vanadium telah ditemukan dalam jaringan tubuh hewan, tetapi belum tuntas benar pendapat para ilmuwan apakah elemen-elemen tersebut benar-benar mempunyai fungsi khusus dalam tubuh manusia. (F.G. Winarno, 2004. hal 150) Dalam tubuh, mineral-mineral ada yang bergabung dengan zat organic, adapula yang terbentuk ion-ion bebas. Didalam tubuh unsur mineral berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. (F.G. Winarno, 2004. hal 150) Meskipun banyak mineral yang terlibat dalam reaksi biologis dan proses biologis dan proses fisiologis, berbagai penelitian hanya dilakukan pada mineral yang terdapat dalam jumlah yang dapat diukur. (F.G. Winarno, 2004. hal 158) Mineral mikro atau trace element atau minor element merupakan istilah yang digunakan bagi sisa mineral yang secara tetap terdapat dalam system biologis. (F.G. Winarno, 2004. hal 158) Kira- kira 6 % tubuh manusia dewasa terbuat dari mineral. Mineral yang dibutuhkan oleh manusia diperoleh dari tanah. Tanaman sumber pangan menyerap mineral yang diperlukan dan menyimpannya dalm struktur tanaman. Hewan sebagai konsumen tingkat pertama menggunakan dan menyimpan mineral dalam tubuhnya. Sebagai konsumen tingkat akhir, manusia memperoleh bahan anorganik dan bersifat esensial. Jika mineral tidak habis digunakan oleh manusia maka akan dikeluarkan oleh tubuh dan dikembalikan pada tanah. (Ari Yuniastuti, 2008. hal 61) Mineral yang dibutuhkan manusia diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro merupakan mineral yang jumlahnya relatif tinggi (>0,05 % dari berat badan) didalam jaringan tubuh. Mineral mikro disebut sebagai unsur renik (trace element) terdapat <0,05 % dri berat badan. Unsur-unsur mineral makro adalah kalsium, fosfor, kalium, sulfur,

natrium, klor, magnesium. Unsur-unsur mineral mikro adalah besi, seng, selenium, mangan, tembaga, iodium, molibdenum, kobalt, khromium, silikon, vanadium, nikel, arsen, dan flour. (Ari Yuniastuti, 2008. hal 62) Mineral digolongkan kedalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. hingga saat ini dikenal sebanyak 24 mineral yang dianggap esenstral. Jumlah itu setiap waktu bias bertambah. (Sunita Almatsier, 2003. hal 228) Mineral Makro Yang termasuk mineral makro antara lain: natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan sulfur. (Sunita Almatsier, 2003. hal 229) Mineral Mikro Mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil didalam tubuh, namun mempunyai peranan esensial untuk kehidupan, kesehatan , dan reproduksi. Kandungan mineral mikro bahan makanan sangat bergantung pada

konsentrasi mineral mikro tanah asal bahan makanan tersebut. (Sunita Almatsier, 2003. hal 249) Makro elemen berfungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Ada pula yang memegang fungsinya didalam cairan tubuh, baik intraseluler maupun ekstraseluler. K, Na, S dan Cl terutama berfungsi dalam keseimbangan cairan dan elektrolit, sedangkan Ca, Mg dan P terutama terdapat sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 167) Mikro elemen pada umumnya berfungsi berhubungan dengan enzim, bahkan Jodium merupakan bagian dari struktur suatu hormon. Sejumlah besar enzim

memerlukan mikro elemen dan trace elemen untuk dapat berfungsi secara maksimal. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 168) Beberapa elemen bekerjasama erat sekali dalam melaksanakan fungsinya, sehingga dalam membicarakan elemen-elemen tersebut harus di lakukan sekaligus, misalnya Na dan K, Ca dan P. Fungsi Na erat sekali dengan tekanana osmosa cairan tubuh, sehingga pada pembicaraan metabolisme air, elemen Na harus pula di bicarakan bersama. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 168) Secara umum fungsi mineral dalam tubuh sebagai berikut : 1. Memelihara keseimbangan asam tubuh dengan jalan penggunaan mineral pembentuk asam (klorin, fosfor, belerang) dan mineral pembentuk basa (kapur, besi, magnesium, kalium dan natrium) 2. Mengkatalisasi reaksi yang bertalian dengan pemecahan karbohidrat, lemak dan protein serta pembentukan lemak dan protein tubuh. 3. Sebagai hormon (Iodium terlibat dalam hormon tiroksin; Co dalam vitamin B12; Ca dan P untuk pembentukan tulang dan gigi) dan enzim tubuh (Fe terlibat dalam aktivitas enzim katalase dan sitikrom). 4. Membantu memelihara keseimbangan air tubuh ( klorin, kalium, natrium) 5. Menolong dalam pengiriman isyarat ke seluruh tubuh (Kalsium, kalium< natrium) 6. Sebagai bagian cairan usus ( kalsium, magnesium, kalium dan natrium) 7. Berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang, gigi dan

jaringan tubuh lainnya (kalsium, fosfor, flourin) (Ari Yuniastuti, 2008. hal 61)

Sumber dan fungsi mineral makro 1. Kalsium. Sumber pangannya antara lain susu, lobak cina, kagkung, tiram, udang, salem, dan kijing. Berfungsi sebagai unsur utama tulang dan gigi. Penting untuk kontraksi otot, irama jantung normal dan kepekaan saraf. Juga sebagai unsur mineral terbanyak dalam tubuh. 2. Fosfor. Terdapat dalam Susu, keju, kuning telur, daging ikan, unggas, kacangkacangan. Berfungsi sebagai unsur utama tulang dan gigi. Selain itu metabolisme lemak dan karbohidrat dan pertukaran energi melalui reaksi oksidatif berhubungan dengan fosforilisasi. 3. Kalium dan Natrium. Sumber pangannya adalah daging, ikan, unggas, tepung, buah-buahan dan sayuran, garam dapur, susu dan telur. Berfungsi sebagai faktor utama dalam mempertahankan keseimbangan cairan intrasel. Juga mempengaruhi irama jantung, dan berperan dalam pengaturan kepekaan saraf dan otot. 4. Khlor. Bersumber dari garam dapur, daging, susu dan telur. Berfungsi sebagai unsur getah lambung, keseimbangan asam basa, membantu bersama sama dengan Na dan Kmembantu mempertahankan kadar air tubuh normal. 5. Sulfur. Bersumber dari susu, telur, daging, keju, dan kacang-kacangan. Berfungsi untuk pembentukan asam amino sistein dan metionin. Juga sebagai pembentuk protein rambut, terdapat juga dalam insulin dan glutation. 6. Magnesium. Terdapat dalam tepung gandum, kakao, kacang-kacangan, daging, makanan dari laut (seafood) dan susu. Berfungsi sebagai unsur tulang dan gigi dan banyak jaringan lainnya, selain itu dapat mempengaruhi kepekaan otot dan saraf. (Ari Yuniastuti, 2008. hal 63) Sumber Mineral Sumber paling baik mineral adalah makanan hewani, kecuali magnesium yang lebih banyak. Terdapat didalam makanan nabati. Hewan memperoleh mineral dari tumbuh-tumbuhan dan menumpuknya didalam jaringan

tubuhnya. Disamping itu, mineral berasal dari makanan nabati. Makanan hewani mengandung lebih sedikit bahan pengikat-mineral daripada makanan nabati. (Sunita Almatsier, 2003. hal 229)

Sekitar 4% dari tubuh kita terdiri dari mineral, yang dalam analisa bahan makanan tertinggal sebagai kadar abu, yaitu sisa yang tertinggal bila suatu sampel bahan makanan dibakar sempurna di dalam suatu tungku (muffle furnace). Kadar abu ini menggambarkan banyaknya mineral yang tidak terbakar menjadi zat yang dapat menguap. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 167) Kita beda bedakan 2 kelompok besar mineral (unsure,elemen) yang terdapat pada analisa pada tubuh kita, berdasarkan kwantumnya, ialah : 1. Makro elemen, yang terdapat dalam kwantum yang relative besar, seperti K, Na, Ca, Mg dan P, S serta Cl. 2. Mikro elemen, yang terdapat dalam kwantum yang relatif sedikit. Mikro elemen dapat di kelompokan lagi menurut kegunaannya di dalam tubuh : a. Mikro elemen esensial, yaitu yang betul-betul di perlukan oleh tubuh, jadi harus ada, seperti Fe, Cu, Co, Se, Zn dan J, serta F. b. Mikro elemen yang mungkin esensial, belum pasti betul di perlukan atau tidak di dalam struktur atau fisiologi tubuh, seperti Cr, Mo. c. Mikro elemen yang tidak di perlukan, atau non-esensial. Jenis ini terdapat di dalam tubuh karena tidak sengaja terbawa bersama bahan makanan, jadi sebagai kontaminan (pencemar). Termasuk ke dalam kelompok ini ialah Al, As, Ba, Bo, Pb, Cd, Ni, Sr, Si, Va dan Br. 3. Ada tiga kelompok yang di sebut trace elements, yang sebenarnya sudah termasuk kelompok mikro elemen, tetapi di perlukan dalam kwantum yang lebih kecil lagi. Ke dalam kelas ini termasuk Co, Cu dan Zn. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 167)

A.Zat Kapur (Ca) dan Phospor (P) Fungsi dan metabolisme Zat Kapur (Ca) dan Phosphor (P) sangat erat saling berhubungan, sehingga akan di bicarakan bersama sekaligus. Sebagian besar kedua unsur ini terdapat sebagai garam Calsium-Phosphat di dalam jaringan keras tubuh, ialah tulang dan gigi gerigi, memberikan sifat keras kepada kedua jenis jaringan tersebut. Dari 1200 gram Ca yang terdapat di dalam tubuh, sekitar 90% terdapat di dalam jaringan keras (tulang dan gigi), sedangkan jaringan lunak hanya mengandung sebanyak 10%. Dalam hal mineral Phosphor, 80% terdapat di dalam jaringan keras, dan 20% di dalam jaringan lunak, terutama sebagai gugusan asam phosphat. Kadar P di dalam tubuh sekitar 8% berat badan. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 167) B. Natrium (Sodium, Na) dan Kalium (Potassium, K) Na dan K sangat erat hubungannya dalam memenuhi fungsinya di dalam tubuh, sehingga akan di bicarakan bersama. Kedua elemen ini terutama berfungsi di dalam keseimbangan air dan elektrolit (asam-basa) di dalam sel maupun di dalam cairan ekstraseluler, termasuk plasma darah. Na terutama terdapat di dalam cairan ekstraseluler, sedangkan K di dalam cairan intraseluler. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 170) C. Zat Belerang (Sulfur, S) Zat belerang merupakan komponen dari beberapa jenis zat gizi yang esensial, seperti asam amino dan vitamin B1. Unsur ini di dalam tubuh merupakan bagian dari molekul organik dan terdapat di dalam kondisi tereduksi (SH atau S), dan tidak dalam bentuk teroksidasi sebagai sulfat. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 175)

D. Zar Flour (F) Zat Flour (F) juga merupakan zat gizi mineral yang di perlukan oleh tubuh. Zat ini terdapat sebagai komponen dari jaringan keras tulang dan gigi. Terutama gigi memerlukan zat flour ini bagi kesehatannya, melindungi dentin dan email dari serangan caries dentis. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 175) E. Zat Jodium (J) Zat Jodium juga merupakan zat gizi esensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormon THYROXIN. Terdapat dua ikatan organic yang menunjukan bioaktifitas hormon ini, ialah Trijodotyronin T3 dan

Tetrajodotyronin T4 yang terakhir ini di sebut juga Thyroxin. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 179) F. Zat Chlor (Cholorium, Cl) Zat chlor sendiri berbentuk gas berwarna biru kehijauan dan bersifat racun keras. Chlor selalu di konsumsi dalam bentuk garam dapur (NaCl). Zat mineral ini belum pernah di laporkan memberikan gejala-gejala defisiensi. Zat Chlor tersedia di dalam bahan makanan secara mencukupi dan kebutuhannya bagi tubuh manusia tidak di ketahui. Ion Cl dapat menembus membran sel dengan leluasa, dan keluar masuk membran sel secara pasif, mendampingi Ion maupun .

Dalam bentuk HCl, zat Chlor di ekskresikan di dalam lambung dan berfungsi membantu dalam pencernaan protein oleh pepsin. Bila orang banyak menderita muntah-muntah, akan banyak terbuang air yang mengandung HCl. Mungkin terjadi dehydrasi dengan alkalosis, karena badan banyak kehilangan asam HCl. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 179)

10

G. Zat Besi (Ferrum, Fe) Zat besi (Fe) merupakan microelement yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutama banyak diperlukan dalam hemopoesis (Hb). Di samping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai factor penggiat. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 179) H. Zat Tembaga (Cuprum, Cu) Zat Tembaga termasuk trace elemen (Cu) yang esensial bagi tubuh dan merupakan komponen dari beberapa jenis enzim dalam sistem erythropoetik, pembentukan tulang dan reaksi redoks. Metabolisme Fe membutuhkan pula trace elemen Cu. Namun demikian, tempat di jalur metabolisme di mana Cu berperan belum di ketahui dengan pasti. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 181) I.Zat Cobalt (Co) Zat Cobalt (Co) merupakan trace elemen yang juga esensial untuk tubuh, karena merupakan komponen dari struktur vitamin B12. Meskipun demikian, metabolisme Cobalt tidak terjadi di dalam jaringan tubuh kita, karena vitamin B12 tidak dapat di sintesa olehnya, tetapi dapat di sintesa oleh microflora usus. Cobalt yang di konsumsi masih dapat bermanfaat bagi sintesa vitamin ini oleh microflora dan tersedia untuk di pergunakan oleh tubuh manusia. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 182) J. Magnesium (Mg) Zat magnesium (Mg) merupakan unsur esensial bagi tubuh dan tubuh kita mengandung unsur ini sebanyak 25 gram. Pada binatang percobaan fungsi Mg telah banyak di pelajari dan di ketahui banyak jenis enzim memerlukan unsur ini untuk melakukan fungsinya. Namun demikian fungsi Mg di dalam tubuh manusia belum banyak di pelajari dan di ketahui. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 183) 11

K. Molybdenium (Mo) Analisa bahan makanan nabati maupun khewani yang di teliti memperlihatkan bahwa unsur Molybdenium (Mo) selalu terdapat, meskipun dalam kwantum yang sangat kecil. Kemudian di temukan pula bahwa unsur Mo di perlukan bagi fungsi berbagai enzim, baik didalam jaringan tumbuhan maupun hewan serta mikroorganisme. Emzim-enzim yang telah dibuktikan memerlukan Ion Mg bagi kegiatan fumgsinya ialah : Nitro oksidase, Xanthine oksidase, Aldehyda oksidase dan Hydrogenase. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 183) L. Zat Seng (Zincum, Zn) Elemen seng (Zn) merupakan trace element yang esensial bagi tubuh. Beberapa jenis enzim memerlukan zn bagi fungsinya dan bahkan ada enzim yang mengandung Zn dalam struktur molekulnya, diantaranya Carbonic anhydrase dan Phosphatase alkalis. Namun demikian, gejala-gejala dan kasus defisiensi Zn pada manusia belum pernah dilaporkan. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 184) M. Selenium (Se) Unsur Selenium (Se) juga merupakan trace element yang esensial bagi tubuh manusia. Terdapat interelasi antara metabolisme dan fungsi Se dengan vitamin E. Selenium merupakan bagian dari zat aktif yang dapat menghindarkan nekrosis hati, jantung, otot dan ginjal pada binatang percobaan. (Prof. DR. Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc., 2000. hal 185) Widya Karya Gizi Nasional tahun 1998 telah menetapkan Angka Kecukupan Rata-rata sehari untuk mineral selenium (Se). Di Amerika mikro besi (Fe), seng (Zn), iodium (I), dan itu, diterapkan juga angka

Serikat, Selain

antarbatas sementara yang dianggap aman dan cukup untuk dikonsumsi bagi mineral mikro tembaga (Cu), mangan (Mn), fluor (F), khrom (Cr), dan

molibden (Mo). Sedangkan kebutuhan manusia akan mineral mikro arsen

12

(As), nikel (Ni), silicon (Si), dan buron (Bo) masih dalam penelitian. (Sunita Almatsier, 2003. hal 249)

13

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan (sifat fisika dan kimia) Alat :

a. Cawan Porselen b. Neraca Analitik Digital c. Cawan Petri d. Tanur e. Desikator f. Penjepit g. Hotplate Bahan :

a. Kacang Tanah Sifat Fisika :

Berupa biji-bijian Memiliki kulit Berwarna coklat muda Rasanya manis :

Sifat Kimia

Mengandung banyak lemak mengandungi protein yang tinggi, zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin A dan K, lesitin, kolin dan kalsium.[3] Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya.

mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level trigliserida (Jamaluddin Awal, 2011)

14

3.2 Prosedur Percobaan (Diagram Alir) Pemanasan cawan porselen dengan suhu 550oC selama 10 menit. Tanur

dinginkan cawan porselen dalam desikator timbang berat cawan sebagai (A) timbang 5 gram sampel sebagai (W) masukkan sampel kedalam cawan porselen, kemudian bakar dengan hotplate hingga tidak berasap

proses pengabuan masukkan kedalam tanur dengan suhu 550oC selama 4 jam

Hasil

dinginkan dalam desikator timbang berat abu sebagai (X)

3.3 Fungsi Bahan a. Kacang tanah Sebagai sampel yang diuji kadar abu dan mineral.

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan No 1. Perlakuan Hasil tanah Keterangan yang (+)

Pemanasan cawan porselen dengan Kacang

suhu 550oC selama 10 menit didalam dipanaskan didalam tanur tanur. dinginkan cawan porselen berubah menjadi abu,

dalam desikator kemudian timbang warnanya abu keputihan. berat cawan sebagai (A). timbang 5 gram sampel sebagai (W) lalu

masukkan sampel kedalam cawan porselen, kemudian bakar dengan hotplate hingga tidak berasap.

Terkhir proses pengabuan masukkan kedalam tanur dengan suhu 550oC selama 4 jam kemudian dinginkan dalam desikator, timbang berat abu sebagai (X).

4.2 Perhitungan ( ( ) )

11,87%

16

4.3 Pembahasan Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitu garam organik misalnya asetat, pektat, mallat, dan garam anorganik, misalnya karbonat, fosfat,sulfat, dan nitrat. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya.Pada praktikum kali ini, proses pengabuan dilakukan dengan menggunakan tanur yang memanaskan sampel pada suhu mencapai 550oC. Sampel yang digunakan adalah bawang kacang tanah. Sampel pertama kali ditimbang 5 gram lalu dihancurkan menggunakan mortir. Setelah itu sampel diletakkan dalam cawan poselain yang sebelumnya telah dipanaskan dalam

tanur dan ditimbang. Kemudian sampel dimasukkan dalam tanur sampai sampel berubah menjadi abu yang ditunjukkan dengan berubahnya warna menjadi putihkeabu-abuan. Setelah menjadi abu, sampel ditimbang kembali lalu dihitung kadar abunya. Kadar abu yang diperoleh dihitung dengan rumus : ( ( ) )

11,87%

Dari hasil yang diperoleh, kacang tanah memiliki kadar abu 11, 87% dari total keseluruhan.

17

BAB V KESIMPULAN

1. Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. 2. Mineral yang terdapat dalam bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitugaram organik dan garam anorganik. 3. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. 4. Proses pengabuan dilakukan dengan menggunakan tanur yang memanaskan sampel pada suhu mencapai 550oC 5. Kadar abu yang diperoleh dari sampel kacang tanah adalah

18

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar ILMU GIZI. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama:Jakarta. Anonim.2010.LAPORAN PENENTUAN KADAR ABU. Awal, Jamaluddin.2011.Jurnal Penentuan Kadar HCN. Wacana Ilmu:Semanggi Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi. Penerbit Dian Rakyat:Jakarta. Sudarmadji.dkk.2003.Prosedur Pertanian.Liberti.Yogyakarta. Winarno, F. G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia: Jakarta. Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Penerbit Graha Ilmu:Yogyakarta. Analisa Bahan Makanan Dan

19

You might also like