You are on page 1of 6

DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK BRUTO(PDB) MENURUT PENGGUNAAN

Universitas Trisakti

By : Kadek Elda Primadistya

Kadeks Document

PENDAHULUAN

Definisi Produk Domestik Product (PDB) Gross Domestic Product (GDP) diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan. PDB Nominal (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Berlaku) merujuk kepada nilai PDB tanpa memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil (atau disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan) mengoreksi angka PDB nominal dengan memasukkan pengaruh dari harga. Sedangkan menurut McEachern (2000:146), GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali. Contohnya, grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,dan Rp 9.000,-, maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya). Jadi, GDP hanya menghitung nilai akhir dari suatu produk yaitu sebesar Rp 9.000,-. Untuk barang yang diperjual-belikan berulang kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah dihitung pada saat diproduksi. (2000:146-147). Tipe-tipe GDP Ada dua tipe GDP, yaitu : 1) GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. 2) GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain Angka-angka GDP merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot.

Kadeks Document

Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan Tahun 20052009: Semester I Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2005 hingga semester I tahun 2009 selalu terjadi pertumbuhan positif di semua komponen PDB penggunaan, baik pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik serta ekspor neto barang dan jasa. Pada tahun 2008, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,3 persen, konsumsi pemerintah sebesar 10,4 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 11,7 persen, serta ekspor maupun impor barang dan jasa, masing-masing sebesar 9,5 persen dan 10,0 persen.

Pertumbuhan ekonomi sampai dengan semester I tahun 2009 juga menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan ekonomi semester I tahun 2009 terhadap semester I tahun 2008 (y-on-y) meningkat sebesar 4,2 persen. Peningkatan tertinggi terjadi pada komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, dan Pembentukan Modal Tetap Bruto masing-masing sebesar 18,0 persen, 5,4 persen dan 3,0 persen. Sumber pertumbuhan terbesar semester I tahun 2009 berasal komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 3,1 persen.

Kadeks Document

Komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 sebesar Rp1.785,6 triliun meningkat menjadi Rp3.019,5 triliun (2008). Demikian pula atas dasar harga konstan, pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat dari Rp1.043,8 triliun (2005) menjadi sebesar Rp1.191,2 triliun (2008). Sementara besaran nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga pada semester I tahun 2009 atas dasar harga berlaku sebesar Rp1.617,1 triliun dan atas dasar harga konstan sebesar Rp617,0 triliun. Struktur PDB Menurut Penggunaan Tahun 2005 2009: Semester I Dilihat dari distribusi PDB penggunaan, konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar dalam penggunaan PDB Indonesia; yaitu sebesar 64,4 persen (2005), 62,7 persen (2006), 63,6 persen (2007) dan 60,9 persen (2008). Komponen penggunaan lainnya yang cukup berperan yaitu pembentukan modal tetap bruto dan ekspor barang dan jasa. Pada semester I tahun 2009 peranan pembentukan tetap bruto meningkat lebih tinggi dibandingkan tahun 2008, yaitu dari 27,6 persen menjadi 31,0 persen.

Kadeks Document

PDB Menurut Penggunaan PDB atas dasar harga berlaku tahun 2011sebesar Rp7.427,1 triliun, sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar Rp4.053,4 triliun. Komponen penggunaan lainnya meliputi pengeluaran untuk konsumsi pemerintah sebesar Rp667,4 triliun, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik sebesar Rp2.378,3 triliun, perubahan inventori sebesar Rp55,6 triliun, transaksi ekspor sebesar Rp1.955,4 triliun, dan impor sebesar Rp1.850,5 triliun. Dibandingkan dengan tahun 2010, PDB atas dasar harga berlaku meningkat dari Rp6.436,3 triliun menjadi Rp7.427,1 triliun. Hal tersebut didukung oleh kenaikan pada seluruh komponen penggunaan, seperti terlihat pada table berikut:

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebesar 6,5 persen. Pertumbuhan ini didukung oleh semua komponen, yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,7 persen, konsumsi pemerintah sebesar 3,2 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 8,8 persen, dan perubahan inventori sebesar 98,0 persen. Sedangkan komponen ekspor tumbuh sebesar 13,6 persen dan impor tumbuh sebesar 13,3 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 6,5 persen sebagian besar bersumber dari komponen ekspor, yakni 6,3 persen. Kemudian komponen konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan sebesar 2,7 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 2,1 persen, dan perubahan inventori sebesar 0,5 persen.

Kadeks Document

Pertumbuhan beberapa komponen penggunaan, q-to-q pada triwulan IV-2011 dibandingkan dengan triwulan III-2011 mengalami peningkatan, kecuali komponen perubahan inventori yang mengalami kontraksi sebesar 180,0 persen. Laju pertumbuhan tertinggi pada triwulan IV-2011 terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah, yaitu sebesar 38,2 persen. Konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto masing-masing meningkat sebesar 0,8 persen dan 5,5 persen. Komponen ekspor dan impor juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3,3 persen dan 6,1 persen. PDB menurut penggunaan pada triwulan IV-2011 terhadap triwulan IV-2010 (y-on-y) juga mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan yang tertinggi terjadi pada komponen pembentukan modal tetap bruto yang mencapai 11,5 persen, diikuti oleh komponen impor sebesar 10,1 persen. Peningkatan tersebut selanjutnya diikuti oleh komponen ekspor sebesar 7,9 persen, konsumsi rumah tangga sebesar 4,9 persen, dan konsumsi pemerintah sebesar 2,8 persen. Sementara itu, komponen perubahan inventori mengalami pertumbuhan minus 8,7 persen. Dilihat dari pola distribusi PDB penggunaan, konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar dalam penggunaan PDB Indonesia sekalipun mengalami penurunan dari 56,6 persen pada tahun 2010 menjadi sebesar 54,6 persen pada tahun 2011. Komponen pembentukan modal tetap bruto juga mengalami penurunan dari 32,1 persen menjadi 32,0 persen. Sebaliknya, pada periode yang sama, komponen-komponen lain mengalami peningkatan. Komponen perubahan inventori meningkat dari 0,5 persen menjadi 0,7 persen, ekspor meningkat dari 24,6 persen menjadi 26,3 persen, dan impor meningkat dari 22,9 persen menjadi 24,9 persen. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah tetap sebesar 9,0 persen pada tahun 2011 sebagaimana pada tahun sebelumnya.

Kadeks Document

You might also like