You are on page 1of 15

1

KULIAH 1/3/2012

RENCANA PERKULIAHAN

Review
BAB

Bab 1: Hukum Konsistensi dan Pembangunan Bangsa-Bangsa: Kenapa


Sebagian Bangsa Maju Perekonomiannya dan Sebagian Yang Lain Tertinggal?

Bab 2: Berlakunya Hukum Konsistensi Dalam Pembangunan Indonesia: Kemerdekaan Politik Tidak Serta Merta Berarti Kemerdekaan Idiologi Bab 3: Menciptakan Konsistensi Dalam Proses Pembangunan Indonesia: Dibutuhkannya Teori Ekonomi Syariah untuk Memandu Proses Ini. Bab 4: Tujuan Hidup Manusia dan Nilai-nilai Ekonomi Islam Bab 5: Ekonomi Islam dan Konsumsi I Bab 6: Ekonomi Islam dan Konsumsi II Bab 7: Analisa Permitaan Bab 8 : Analisa Perilaku ProdusenTeori Konsumsi Bab 9: Analisa Biaya Produksi Bab10: Mekanisme Kerja Pasar --------------------------------------------------------------------------------------------

Fungsi Koperasi Untuk Mahasiswa Tugas-tugas

Lain-lain Bab 11: Pasar Input Bab 12: Keseimbangan Umum Bab 13: Penentuan Output Agregat dan Tingkat Upah I Bab 14: Penentuan Output Agregat dan Tingkat Upah II Bab 15: Fondasi Mikro Bagi Ekonomi Makro Bab 16: Peranan Sektor Publik Dalam Perekonomian Bab 17: Pernan Sektor Publik dan Kesejahteraan Sosial Bab 18: Uang dan Bank I Bab 19: Uang dan Bank II Bab 20: Bank Sentral Dalam Ekonomi Konvensional Bab 21: Bank Sentral Dalam Ekonomi Islam Bab 22: Keuangan Publik Dalam Ekonomi Konvensional Bab 23: Keuangan Publik Dalam Ekonomi Islam --------------------------------------------------------------------------------

Bab 11 Ekonomi Islam Pasar Input

Tujuan instrusional: a. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengnai konsep tenaga kerja dalam ekonomi konvensional dan ekonomi Islam b. Memberi pemahaman mengenai konsep upah dan penentuannya dalam ekonomi konvensional dan ekonomi Islam c. Pemahaman pokok mengenai input keuangan menurut ekonomi Islam.

Kompetensi a. Mahasiswa memiliki komptensi mengaplikasikan konsep tenaga kerja ekonomi Islam dalam kehidupan ketenaga kerjaan b. Mahasiswa memiliki kepekaan mengani gorvenance tenaga kerja dalam ekonomi konvensional dan ekonomi Islam.

1. Pasar Input menyangkut tiga unsur yaitu penawaran input, permintaan input dan harga input. Ketiga hal ini akan menjadi pembahasan dalam Bab 11 ini 2. Permintaan terhadap input Permintaan terhadap input merupakan permintaan tidak langsung atau derived demand. Ini artinya naik atau turunnya permintaan terhadap input tergantung kepada jumlah permintaan terhadap output dimana input tertentu berperan.

Harga

Harga

Kuantitas Roti Gandum

Kuanti tas

Gbr.1 Umpamanya, permintaan terhadap gandum tergantung kepada permintaan terhadap roti.

2 . Input terdiri berbagai ragam: tenaga kerja, alat-alat modal, tanah dan tenaga kerja. Disini kita akan utamakan unsur tenaga kerja. Tenaga kerja utamanya adalah manusia. Dalam Islam manusia menempati posisi setelah Tuhan sebagai abdi dan wakil-Nya. Posisi demikian amat berbeda dengan pandangan dalam ekonomi konvensional mengenai tenaga kerja yang hanya menjadi alat bagi maksimisasi keuntungan. Dalam ekonomi islam tenaga kerja dilihat sebagai berupaya selalu memaksimalkan mashlahah dalam kegiatan-kegiatannya. Mengingat

Gbr 1, maka jumlah permintaan terhadap tenaga kerja tergantung kepada produksi yang dihasilkan tenaga kerja. 3. Apa yang menentukan harga atau upah tenaga kerja? Disini terdapat dua unsur: kelangkaan tenaga kerja dan keadilan. 4. Kelangkaan Kelangkaan merupakan unsur alamiah. Semakin banyak tenaga kerja semakin murah upahnya. Secara alamiah, pada awal-awal pembangunan suatu bangsa tenaga kerja selalu berlimpah jumlahnya. Jumlah tenaga kerja yang bertambah yang terkait dengan pertambahan penduduk tidak bisa tertampung di sektor primer, sektor pertanian-pertambanagnperburuan. Indonesia juga demikian. Maka upah tenaga kerja selalu rendah. Pembangunan Indonesia belum berhasil mengubah sistem ekononomi dari labour surplus menjadi labour scarce. Kenapa ? Ini oleh karena berlakunya hukum konsistensi pembangunan bangsa-bangsa. Saat ini upah minimum buruh di Indonesia tidak sampai Rp. 2 juta per bulan. Di tempat-tempat lain upah buruh lebih tinggi oleh karena tenaga kerja sudah langka. Mereka berhasil mengubah labour surplus economy menjadi labour scarce economy. Makanya banyak tenaga kerja Indonesia yang menjadi buruh migran ke Malaysia , Korea Selatan, Taiwan , Saudi Arabia dan lain-lain. Di negeri-negeri ini upah buruh jauh diatas Rp. 2 juta /bulan. Jadi upah buruh tergantung kepada banyak atau sediktnya jumlah tenaga buruh yang tersedia. Jumlah ini tergantung kepada keberhasilan pembangunan mengubah labour surplus economy menjadi labour scarce economy. Perubahan ini tergantung apakah diikuti atau tidak hukum alam yaitu hukum konsistensi pembangunan bangsa-bangsa dalam strategi pembangunan yang ditempuh. 5. Keadilan Rumus ekonomi konvensional Dalam ekonomi konvensional, tenaga kerja disamakan dengan faktor produksi lainnya. Umpamanya, dalam upaya memaksimumkan keuntungan pengusaha akan membayar tenaga kerja sesuai dengan

tambahan produksi yang dihasilkan tenaga kerja, membayar faktor produksi lainnya sesuai dengan tambahan produksi dari faktor produksi lainnya itu. Dengan cara membayar faktor produksi sesuia dengan produktivitasnya maka si pengusaha mendapatkan kombinasi faktor produksi dengan biaya terendah.

Rumusnya adalah Marginal product of labor = Marginal product of land Price of labor Price of land

= Marginal product of machines Price of machines dan seterusnya Apa kelemahan rumus ini ditinjau dari segi ekonomi Islam dan dari segi kenyataan. Secara kenyataan tidak semua penugasaha memaksimumkan keuntungan. Ada yang memaksimumkan market share , memaksimumkan penjualan, dan memaksimumkan tujuan-tujuan lain yang bersifat sosial, dll. Rumus menganggap adanya persaingan sempurna di pasar. Kenyatannya tidak ada persaingan sempurna. Yang ada adalah adanya adu kekuatan antara kekuatan buruh dan kekuatan pengusaha yang berujung kepada kesepakatan bersama. Dalam adu kekuatan ini muncul pemogokan, demonstrasi dan lain lain. Ini adalah kebiasaan dalam hubungan industrial dinegara-negara kapitalis. Bukan saja di Indonesia. Hari ini, tgl 29 Feb 2012, saya lihat di Aljazeera, ada pemogokan buruh di India menuntut kenaikan upah . Juga menuntut pemerintah mengenai kemiskinan yang tinggi di India, dimana 43 % anak-anak dibawah lima tahun di India kurang makan. Mogok berlangsung 24 jama, diikuti 200 juta buruh. MC=MR: kenapa tidak adil?

Menurut rumus ekonomi konvensional, input dibayar sesuai tambahan produksi yang diberikan oleh input. Tambahan produksi ini adalah marginal productivity yang kalau diterjemahkan dalam uang menjadi marginal revenue product atau singkatnya MR. Marginal revenue product ini adalah tambahan produksi dari tenaga kerja atau tambahan pendapatan bagi si pengusaha atau MR. Dalam kondisi keuntungan yang maksimum, MR=MC. Pada titik ini tidak ada keuntungan tambahan bagi sipengusaha untuk menambah tenaga kerja sebab nanti MR< MC. Jadi dalam keadaan pasar sempruna, buruh dibayar sesuai dengan kontribusinya yaitu MR tadi. Si pengusaha juga tidak dirugikan sebab MC=MR. Si pengusaha memperoleh keuntungan yang normal. Jadi inilah rumus yang adil. Apakah betul? Tidak adil oleh karena dalam rumus konvensional ini dianggap peran tenaga kerja dan peran input lainnya sama dalam peningkatan efisiensi proses produksi. Peran manusia dianggap sama dengan peran barang modal dalam mendorong intensitas efisiensi. Kalau tenaga kerja ditambah 10% dan modal 10 % maka produksi naik dengan 10%. Kalau demikian halnya rumus ini berlaku. Tetapi dalam kenyataan keadaan demikian jarang berlaku. Lagi pula walaupun dalam pemikiran konvensional sipengusaha tidak selamanya bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan. Mungkin saja yang dituju adalah maksimisasi market share atau penjualan, atau bahakan tujuan-tujuan sosial. Dalam hal demikian rumus tidak berlaku sebab MR=MC berbasisikan pada anggapan sipengusaha memaksimalkan keuntungan. Lebih lanjut pada tataran mikro bisa terjadi berbagai jenis diskriminasi atas dasar kelamin atau gender dan diskriminasi-diskriminasi lai 6. Keadilan: rumus ekonomi Islam Dari segi ekonomi Islam, tidak tepat menyamakan manusia dengan mesin dan tanah dalam peran pada sistem produksi. Manusia merupakan unsur penggerak. Manusia memiliki harkat dan martabat dan jiwa, berbeda dengan mesin yang benda mati. Dalam ekonomi Islam, peran tenaga kerja

menciptakan inovasi dan efisiensi dalam produksi perlulah di hargai Rumus yang tepat dengan pendekatan marginal mashlahah dan intensitas efisiensi. Pengusaha ingin memaksimumkan mashlahah dan bukan keuntungan dengan jumlah dana atau input yang sudah tertentu. L= m ( X,Y) + {( I i ( X,Y ) }. .................. (1) dimana X dan Y adalah produk yang dihasilkan, I adalah satu bundel faktor produksi. Jadi L adalah maksimal bilamana I- i( X,Y ) adalah maksimal. I dinyatakan dalam bentuk uang untuk menghasilkan X,Y yaitu C= i( X, Y ) P i . Maka persamaan diatas dapat diubah menjadi: L = m ( X, Y ) + { C i ( X,Y ) } Pi .............( 2 ) Pi = harga yang dibayarkan terhadap input . Pi sekaligus adalah upah tenaga kerja.. Maslahah adalah maksimal bilamana ruas kedua pada persamaan (2 ) adalah maksimal. Ini artinya i ( X,Y ) Pi adalah minimal. Upah tenaga kerja dalam menghasilkan X adalah P ix = m ( X ) P X = i ( X ) MM iX PX I/ X
................(

3 ).

Perlu diingat bahwa mashlahah terdiri dari dua unsur yaitu aspek fisik dan asapek berkah. Ini disebabkan mashlahah memiliki unsur iman didalamnya. Ini artinya segala sesuau yang bersifat fisik dilaksanakan dengan ketentua-ketentuan sesuai dengan imana kepada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karena itu MMiX memiliki dua unsur yaitu MPiX dan MBiX . Jadi PiX = { ( MPiX + MBiX ) } PX ...............( 4). I/X Dari persmaan no4 dapat ditarik beberapa kesimpulan:

1.

Semakin efisien penggunaan input di perusahaan atau di sistem ekonomi, semakin tinggi upah untuk tenaga kerja. Intensitas efisiensi disini diperlihatkan semakin kecilnya i ( X ) atau I / X .. Semakin tinggi produktivitas input semakin tinggi tinggi upah yang dibayarkan. Semakin tinggi tambahan berkah berkaitan dengan peningkatan output bertambah tinggi tingkat upah yang dibayarkan. Berkah berkaitan dengan keimanan dalam sistem produksi, khususnya keimanan publik. Bertambah tinggi tingkat keimanan bertambah besar berkah dan bertambah tinggi uapah yang dibayarkan Bertambah tinggi harga produk bertambah besar upah yang dibayarkan.

2.

3.

4.

5.

7.Fondasi Mikro Sebuah Perekonomian Islam Apa yang disampaikan pada persamaan no.4 diatas mengenai upah tenaga kerja merupakan fondasi mikro dari sebuah perekonomian Islam. Tentu agar fondasi ini bisa terwujud dibutuhkan sistem kelembagan perusahaan yang menopang atau sistem gorvenance perusahaan yang menopang.Ini akan merupakan bab tersendiri. Dilain pihak agar persamaan no.4 bisa terlaksana dibutuhkan alokasi sumbersumber ekonomi nasional secara makro dengan anggapan bahwa manusia merupakan wakil Tuhan di bumi yang mengemban tugas memakmurkan bumi dan menciptakan keadilan di bumi. Aspek makro ini tidak/kurang dibahas dalam buku teks.

8. Kurva permintaan input. Kurva permitaan input diperlihatkan oleh persamaan berikut: i( X )/PiX < 0 ..........................................................( 5 )

10

Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa bilamana harga menurun atau perubahan harga negatif maka perubahan permintaan terhadap X meningkat atau positif . Secara keseluruhan akan negatif.

PiX

DiX

Gbr. 2

Qix

9. Kurva penawaran Input. Input yang dimaksud utamanya adalah tenaga kerja. Dalam ekonomi Islam kenapa seseorang bekerja? Seseorang bekerja karena ingin memperoleh maslahah. Kerja bisa berupa kerja untuk memperoleh upah dan kerja untuk diri sendiri. Kalau seorang bekerja untuk upah maka dia memperoleh upah ditambah dengan berkah yang diperoleh. Katakanlah upah ini adalah w Kalau bekerja untuk diri sendiri maka seseorang memperoleh hasil dan berkah. Katakanlah hasil ini adalah y. Tentu kalau seorang bekerja untuk upah seluruh waktu yang tersedia maka dia akan kehilangan kesempatan memperoleh hasil dari kerja

11

sendiri. Sebalinya juga demikian. Jadi terdapat opportunity cost dalam bekerja. Maka total opprtunity cost adalah: C= yWp +wWs.
...........................................................................

(6)

C harus dianggap konstan sebab waktu yang tersedia untuk seseorang untuk bekerja adalah terbatas. Kalau dianggap tambahan mashlahah adalah konstan baik untuk bekerja sendiri maupun bekerja untuk upah, maka kalau upah naik maka seorang akan bekerja lebih banyak.

Peneawaran tenaga kerja akan meningkat. Hal ini dilihat dalam kurva dibawah ini. W

SL

Gbr.3 Kurva Penawaran Tenaga kerja dengan Marginal Mashlahah Konstan

Wp

Perhatikan bahwa marginal maslahah adalah konstan. Kalau umpamanya, upah naik terus dan orang terus menambah mashlahah tetapi suatu saat

12

terjadi kejenuhan bagi seseorang. Dia sudah bekerja terlalu banyak dan walaupun w naik namun dia sudah tidak bersedia menambah jam kerja, Dalam hal ini dWp telah menunur dan marginal mashlahah bukan lagi konstan tetapi sudah mulai menurun dan pada saatnya sudah nol. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut.

SL

Wp1

Wp

Gbr 4: Kurva Penawaran Kerja dengan Marginal Mashlahah Menurun.

Dari Gbr 4 dapat dimengerti penawaran teanaga kerja tetap pada Wp1 walaupun pada titik ini upah masih terus naik. Contoh seorang pengemudi tidak mau bekerja hari Sabtu walaupun diberi upah lebih tinggi. Marginal mashlahah baginya sudah menurun. Tetapi dia bersedia bekerja lebih banyak kalau tambahan kerja tersebut mengandung berkah lebih besar. Hal ini dapat diperhatikan dalam Gbr 5 dibawah ini. Umpamakan dikatakan kepadanya bahwa tambahan kerja mengemudi akan memberikan berkah yang besar sebab dia akan mengantarkan

13

seseorang untuk mengikutu pengajian. Maka penawaran tenaga kerja meningkat dari SL1 ke SL2 sebagai dampak berkah.

SL 1

SL2

W*

.................................................

Wp2 Wp1= Efek Berkah

W P1

Wp2

Gbr 5: Efek Berkah Terhadap Penawaran Tenaga kerja

10. Input Modal Uang

Guna memperoleh modal uang sebagai input dalam kegiatan berproduksi maka tidak dibenarkan menggunakan sistem perbankan konvensional yang

14

menggunakan sistem bunga. Jadi bagaimanakah input modal uang dapat dihimpun untuk kegiatan produksi. Dalam kaitan ini terdapat dua cara utama yaitu mudharabah dan musyarakah. Mudharabah Secara muamalah berarti pemilik modal ( shahibul maal ) menyerahkan modalnya kepada pekerja/pedagang ( mudharib ) untuk diperdagangkan / diusahakan, sedangkan keuntungan dagang itu dibagi menurut kesepakatan bersama. Umpamakan ada kesepakatan dimana shahibul maal menerima 40 % keuntungan sedangkan mudarib menerima 60 %. Maka dalam kaitan ini dapatlah dilihat penewaran dan permintaan dana seperti dalam Gbr. 6 dibawah ini.

100%

Shahibul maal D 40 % S Mudharib 60%

Gbr.6 Bagi Hasil dalam Sistem Mudharabah

Pembagain hasil dapat ditentukan lain sesuai kesepakatan. Kalau terjadi keruginan, shahibul maal kehilangan modalnya dan mudharib mengalami kerugian tenaga dan waktu. Persoalan utamany dalam sebuah perekonomian ialah bagaimana memberbesar penawaran modal, permintaan modal dan mengurangi resiko kegagalan dalam skema mudharobah ini.

15

Musyarokah Ini merupakan transaksi antara dua orang yang masing-masing menyertakan modal untuk memperoleh keuntungan. Umpamaya A menyertakan 25 % modal dan B 75 % modal untuk suatu proyek kerjasama atau partership. Keungnan bisa dibagi menurut pola sumbangan modal, bisa juga tidak. Ini terserah kepada kespakatan diantara mereka. Perlu dicatat bahwa baik mudharobah muapun musyarokan bisa dilakukan antara perorangan dengan lembaga atau antara lembaga dengan lembaga. Pertanyaan Untuk Diskusi 1. Apa perbedaan pokok pandangan ekonomi konvensional dan ekonomi Islam mengenai tenaga kerja ? 2. Secara teoritis bagaimana upah ditentukan dalam ekonomi konvensional dan ekonomi Islam ? 3. Secara teoritis bisakah diperoleh penentuan upah yang adil dalam ekonomi konvensional? Kalau ya kenapa, kalau tidak kenapa ? Penelitian Empiris Pelajari Undang-Undang Ketenaga kerjaan No 13 Tahun 2003. Diskusikan sejauh mana undangundang ini mendukung terwujudnya daya saing tinggi di perusahaan perusahaan Indonesia. Daftar Bacaan: 1. Ekonomi Islam, Bab 9 : Pasar Input 2. Perbankan SyariahPerspektif Praktisi, Muamala Institute, Jakarta 1999, hal. 66-88 3. Samuelson dan Nordhaus, Economics, Nieteenth Edition, 2010, McGraw Hill, Chapter 13, The Labor Market, Part A. hal. 248257.

You might also like