You are on page 1of 12

Pentingnya Pengelolaan Sampah di Kota Kupang

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan merupakan tujuan dari manusia modern, ini terlihat dari laju pertumbuhan penduduk perkotaan yang semakin hari semakin bertambah. Hal ini tidak bisa dicegah mengingat daerah kota menyediakan berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh manusia : pendidikan, pekerjaan, kesehatan, hiburan dan sebagainya. Pembangunan yang tidak berimbang antara desa dan kota menambah parah kondisi ini. Kota Kupang merupakan salah satu kota yang sedang giat-giatnya membangun. Pembangunan Sekolah, Universitas, Pertokoan dan sebagainya mempercepat arus urbanisasi. Dalam prosesnya Kota Kupang bertambah ramai dengan semakin banyaknya pendatang baru dengan beragam latar belakang pendidikan dan beragam tujuan. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat timbul berbagai masalah yang dihadapi oleh Kota Kupang, salah satunya adalah sampah. Masalah sampah merupakan masalah perkotaan yang tidak ada habis-habisnya, karena diproduksi secara terus menerus baik oleh rumah tangga maupun sektor jasa lainnya di berbagai berbagai lokasi. Sampah dapat membawa dampak buruk bagi kondisi kesehatan manusia bila dibuang sembarangan atau ditumpuk tanpa pengelolaan yang baik. Sampah yang dibuang di jalan atau selokan dapat menghambat saluran air yang membuat air terkurung atau tergenang, menjadi sarang nyamuk malaria dan pada musim hujan dapat menyumbat got yang mengakibatkan terjadinya banjir. Kota Kupang dengan jumlah penduduk 291.794 orang (BPS Kota Kupang, 2010) menghasilkan sampah sebanyak 926 meter kubik setiap hari, sampah organik 700 meter kubik dan sampah anorganik 226 meter kubik. Dari jumlah tersebut sekitar 408 meter kubik diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Alak, 38 meter kubik didaur ulang menjadi kompos dan barang-barang berharga. Sisa sampah yang tidak diangkut sebanyak 518 meter kubik dibuang oleh masyarakat di kali mati, pinggir pantai, tanah kosong, halaman rumah dan dibakar (poskupang.com, 2010).

Menilik kondisi ini dengan volume sampah yang mencapai 926 meter kubik setiap harinya dan luas lahan yang digunakan sebagai TPA dengan metode open dumping (dibuang dan dibiarkan) hanya seluas 5,7 hektar jelas tidak mampu menampung sampah setiap harinya. Penanganan sampah di Kota Kupang selama ini hanya memindahkan sampah dari Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) ke TPA dan memusnahkannya secepatnya. Dengan pola pengelolaan sampah seperti ini maka pencemaran lingkungan baik tanah, air maupun udara tetap akan terjadi.

1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dalam penulisan ini adalah : Mendapatkan gambaran tentang masalah sampah di Kota Kupang. Mendapatkan cara untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Kupang demi menyukseskan program Kupang Green and Clean yang telah digagas harian Timex yang didukung oleh Pemerintah Kota Kupang sejak tahun 2008.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sampah Menurut Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2003, sampah adalah sisa usaha atau kegiatan yang berwujud padat baik berupa bahan organik maupun bahan anorganik yang bersifat dapat terurai maupun tidak terurai dan dianggap tidak berguna lagi, sehingga dibuang ke lingkungan. Setiap harinya manusia dengan kegiatannya baik berupa kegiatan dalam menjalankan usahanya maupun dalam kegiatan rumah tangga, menghasilkan sampah. (rudyct.com, 2004) Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya (wikipedia.org, 2010). Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat (Soemirat, 2004)

2.2 Jenis-Jenis Sampah Sampah berdasarkan sifatnya : 1. Sampah Organik Sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. 2. Sampah Anorganik Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada

tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. (ardansirodjuddin.wordpress.com, 2008) Menurut bentuknya sampah dapat dibagi sebagai: 1. Sampah Padat : segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi: 1. Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan. 2. Non-biodegradable: yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
o

Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.

Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper, thermo coal dan lain-lain.

2.

Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Dapat dibagi lagi menjadi : Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.

Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen. Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi. Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir

semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. (id.wikipedia.org, 2010) 2.3 Dampak Buruk Sampah Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan tikus got dan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang membawa kuman penyakit. Lalat hidup dari sisa makanan dan berkembang biak ditempat sampah. Lalat dapat menjadi pembawa utama dari kuman bakteri yang menyebabkan diare karena mudah hinggap di makanan atau peralatan makan. Tikus diketahui dapat membawa penyakit seperti tipus, leptosprirosis, salmonellosis, pes dan lain-lain. Sedangkan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) dapat membawa berbagai bakteri yang menyebabkan penyakit disentri dan diare. Nyamuk akan beranak-pinak di air yang tidak bergerak di sekitar sampah yang tercecer dan dapat menyebabkan malaria bahkan demam berdarah. Binatang yang besar akan senang membuang kotoran di tempat sampah, yang pada gilirannya akan menyumbang pada jalur transmisi kuman yang mempengaruhi kesehatan manusia dan lingkungannya. Sampah yang dibuang di jalan dapat menghambat saluran air yang akhirnya membuat air terkurung dan tidak bergerak, menjadi tempat berkubang bagi nyamuk penyebab malaria. Sampah yang menyumbat saluran air atau got dapat menyebabkan banjir. Ketika banjir, air dalam got yang tadinya dibuang keluar oleh setiap rumah akan kembali masuk ke dalam rumah sehingga semua kuman, kotoran dan bibit penyakit masuk lagi ke dalam rumah. Tumpukan sampah sering menjadi tempat bermain anak atau menjadi tempat anak membuang hajat. Kenyataan ini membuat anak terpapar dan rentan terhadap dampak dari akumulasi kuman penyakit yang ada di sampah, sehingga anak mudah terkena penyakit yang dibawa oleh sampah. Selain diare, anak dapat terkena tetanus yang dapat mengakibatkan kematian hanya karena tergores oleh logam bekas di tempat sampah. (esp.or.id)

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Volume Sampah di Kota Kupang Sampah merupakan salah satu masalah yang tidak ada habis-habisnya di Kota Kupang. Sampah menjadi masalah karena volume yang dihasilkan jauh melebihi daya tampung yang tersedia, disamping itu sampah tidak pernah mendapatkan perhatian serius karena memang tidak bisa memberikan keuntungan nyata. Namun bila sampah tidak mendapatkan perhatian yang lebih serius bisa menyebabkan berbagai masalah, baik itu dari segi kebersihan, kesehatan maupun estetika. Kemajuan pembangunan Kota Kupang dalam beberapa tahun ini telah mengakibatkan pertumbuhan penduduk yang demikian pesat. Investor yang semakin banyak berdatangan di Kota Kupang menambah lapangan pekerjaan yang tersedia. Pembangunan Ruko, Rukan, Mal, Sekolah, Universitas, Rumah Sakit, Tempat Hiburan dan sebagainya merupakan daya tarik bagi masyarakat pedesaan untuk pindah ke Kota Kupang. Sehingga orang yang datang ke Kota Kupang memiliki beragam latar belakang pendidikan maupun pekerjaan. Penjaga toko, anak sekolah, mahasiswa, guru, dosen, pegawai, tukang ojek, pedagang keliling, pemulung, penyedia jasa hiburan dan sebagainya datang ke Kota Kupang. Perekonomian Kota Kupang mulai menggeliat, hal ini merupakan hal yang sangat baik ditinjau dari sisi ekonomi. Pendapatan masyarakat meningkat yang memberi dampak positif bagi kesejahteraan. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk yang demikian pesat tidak hanya memberikaan dampak positif, juga memberikan dampak negetif salah satunya adalah masalah persampahan yang tidak kunjung mendapatkan perhatian yang baik. Seperti diungkapkan dalam laporan UNEP tahun 2005 bahwa pemerintah di Negara berkembang hanya mengalokasikan 0,5 % PDB untuk mengelola sampah, dan 80% dari dana yang dialokasikan hanya digunakan untuk mengumpulkan sampah. Jadi bisa dibayangkan kecilnya perhatian pemerintah mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh sampah. Hal ini tidak hanya terjadi di Kota Kupang atau Indonesia tetapi di semua Negara berkembang. Tabel 1 Jumlah Penduduk Kota Kupang, 2007-2009

Tahun
(1)

Jumlah Penduduk
(2)

Pertumbuhan Penduduk
(3)

2007 2008 2009


Sumber : Registrasi Penduduk 2007 - 2009

282.035 286.306 291.794

2.53 1,51 1.91

Volume sampah yang dihasilkan Kota Kupang dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2 Produksi dan Volume Sampah Terangkut per Hari Kota Kupang, 2007-2009 Perkiraan Produksi Sampah (m3)
(2)

Tahun
(1)

Volume Sampah Terangkut (m3)


(3)

Persentase Terangkut (%)


(4)

2007 2008 2009

344,483.35 353,491.55 362,813.65

105,136.32 107,885.62 110,730.73

30.52 32.84 31.99

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Kupang

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa masih banyak sampah yang tidak terangkut ke TPA dalam tiga tahun terakhir berkisar pada angka 31%. Sampah yang tidak terangkut itu masih menumpuk di sekitar sumber sampah yang dibuang pada lahan-lahan kosong, dibiarkan di TPS ataupun dibakar oleh masyarakat sekitar.

Tabel 3 Sarana Dinas Kebersihan Kota Kupang, 2007 2009 Pegawai (orang) Tahun Petugas Kebersiha n
(2)

Truk Sampah (unit) Type Damp


(4)

Staf

Type AHRM Roll


(5)

Motor Sampah Roda 3 (unit)


(6)

Geroba k Sampah (unit)


(7)

TPS (unit )
(8)

Alat-alat Besar (unit)


(9)

(1)

(3)

2007 2008 2009

216 245 284

38 32 66

19 19 18

5 5 4

49 49

58 58 58

71 71 81

2 (Rusak berat) 2 (Rusak berat) 2 (Rusak berat)

Sumber : Dinas Kebersihan Kota Kupang

Salah satu penyebab sampah tidak dapat diangkut ke TPA adalah karena keterbatasan sarana yang tersedia.

3.2 Dampak Negatif Sampah di Kota Kupang Sampah yang dibiarkan menumpuk akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan menjadi sarang berbagai penyakit yang dapat menyebabkan penyakit bagi warga yang tinggal di sekitar tumpukan sampah. Sampah yang dibuang secara sembarangan di jalan maupun pada saluran drainase menjadi masalah tersendiri pada musim penghujan, menimbulkan genangan air yang menjadi sarang nyamuk dan dapat menyebabkan terjadinya banjir karena saluran yang seharusnya dilalui air tersumbat oleh sampah. Wabah diare dan demam berdarah merupakan salah satu dampak tidak langsung yang muncul karena penanganan sampah yang kurang baik. Beberapa dampak negatif sampah dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Dampak terhadap Kesehatan Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah terjangkitnya penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum, penyakit

demam berdarah dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. 2. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi Dampaknya akan membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. 3. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain. 4. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki. 3.3 Model Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah di daerah masih buruk. Belum adanya keseriusan pemerintah kota dalam membangun kesadaran warganya untuk mengurangi sampah. Dukungan Pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan perhatian ekstra dan bantuan dalam pensosialisasian masalah pengelolaan sampah yang sehat. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan (sustainable) yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pemerintah pusat dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam UU.No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah. Namun aplikasi di lapangan, pelibatan masyarakat dan pengusaha masih dirasakan kurang, malahan tidak sedikit masyarakat yang tidak/kurang tahu ada Undang-Undang yang mengatur persampahan ini. Diharapkan peran stackholder dalam mengapresiasi masalah ini, masyarakat/lembaga sosial masyarakat perlu memantau dan mengawasi pelaksanaan dari regulasi persampahan ini, demi meningkatkan kesejahteraan dan derajat kesehatan masyarakat.

Pengelolaan sampah seyogyanya dilakukan sedekat mungkin dengan sumbernya, yaitu produsen sampah itu sendiri. Produsen sampah bisa dipaparkan antara lain : 1. Rumah tangga/masyarakat umum. 2. Pusat perdagangan komersial : Pasar, hotel, restoran dan tempat hiburan

3. Fasilitas umum dan sosial : Rumah ibadah, rumah sakit, terminal, stasiun, sekolah 4. Industri besar : pabrik, perkantoran Pengelolaan sampah harus ditangani sedekat mungkin dengan sumber-sumber sampah diatas. Pendekatan secara umum bisa dilakukan dengan prinsip 4R yang bisa diterapkan dalam keseharian di lingkup terkecil, yakni reduce, reuse, recycle dan replace. Konsep 4-R berasal dari sistem penanganan sampah yang diberikan, yang merupakan penjabaran dari konsep clean production (rudyct.com, 2004), terutama pada metoda pencegahan dan pengurangan (prevention dan minimisation). Pengelolaan sampah menuju zero waste management menggunakan konsep 4-R dikembangkan atas dasar hirarki berikut (rudyct.com, 2004): 1. Replace : proses ini bertujuan untuk mengurangi volume sampah dengan meminimalkan penggunaan barang-barang penghasil sampah melalui cara menggantikan pemakaian barangbarang tertentu. Sebagai contoh penggunaan tissue diganti dengan saputangan, platik pembungkus diganti dengan keranjang belanja yang bisa digunakan setiap belanja atau dengan kantong belanja ramah lingkungan. 2. Reduce : konsep yang bertujuan untuk mengurangi volume sampah sebelum dan sesudah diproduksi dengan cara pencegahan produksi kemasan yang berlebihan atau dengan meningkatkan teknik pengisian ulang (refill). 3. Recycle : mendaur ulang sampah melalui proses fisik, kimiawi, dan biologi. Misalnya, pecahan gelas atau sampah yang berasal dari bahan kaca diproses kembali menjadi, gelas atau piring dll; atau pecahan plastik diproses menjadi ember, gayung dll. 4. Reuse : memakai kembali sampah secara langsung tanpa proses mengolahnya terlebih dahulu, misalnya tong sampah menjadi pot kembang, dan botol plastik menjadi tempat bumbu, dll. Pengelolaan dan pengendalian sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata namun merupakan tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Konsep 4R dirancang sesederhana mungkin untuk diterapkan pada seluruh lapisan masyarakat, pada kenyataannya masih banyak orang yang tidak peduli dengan keberadaan sampah. Salah satu cara yang dapat

dilakukan agar masyarakat mulai memperhatikan sampah adalah dengan melakukan sosialisasi metode 4R. Pola pikir orang tua tentang sampah mungkin akan sedikit sulit untuk dirubah namun pola pikir anak-anak tentu masih dapat ditanamkan pentingnya pengelolaan sampah. Selain menggunakan metode 4R masih ada hal lain yang dapat dilakukan, yaitu dengan mulai membiasakan diri untuk memisahkan sampah organik dan anorganik. Pemilahan sampah ini selain memudahkan dalam pengelolaannya juga dapat mempermudah masyarakat dalam mendistribusikan sampah yang dihasilkan. Sebagai ilustrasi, suatu rumah tangga memilah sampahnya menjadi dua, pertama sampah organik (makanan sisa ataupun makanan yang sudah basi); kedua sampah anorganik (botol, kaleng, plastik dan sebagainya) maka rumah tangga tersebut akan lebih mudah mendistribusikan sampahnya. Sampah organik dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak dan sampah anorganik dapat diberikan kepada pemulung. Dengan demikian maka rumah tangga penghasil sampah tersebut tidak perlu membuang sampahnya ke TPS karena seluruh sampah yang dihasilkan telah terdistribusi dan dimanfaatkan oleh orang lain. Selain mengurangi volume sampah yang dihasilkan ada manfaat secara ekonomi yang diperoleh oleh orang lain. BAB IV PENUTUP

4.1 a.

Kesimpulan : Manusia merupakan penghasil sampah terbesar di Kota Kupang

b. Sampah yang dihasilkan penduduk Kota Kupang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. c. Volume sampah yang dapat diangkut ke TPA oleh pemerintah hanya 30%.

d. Masyarakat belum memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya pengelolaan sampah. e. Pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat berakibat pada peningkatan volume sampah yang dihasilkan. 4.2 Saran : Pemerintah Kota Kupang perlu lebih serius menangani masalah sampah. Pengelolaan sampah hendaknya sedekat mungkin dengan sumber sampah. Pengelolaan sampah hendaknya memperhatikan lingkungan sekitar.

Pemerintah Kota Kupang perlu lebih giat melakukan sosialisasi metode 4R dan pemilahan sampah. Pemerintah Kota Kupang harus melakukan pengelolaan sampah berbasis pada masyarakat.

You might also like