You are on page 1of 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN POST OP HERNIA INGUINALIS LATERAL DEKSTRA DI RUANG PERAWATAN BEDAH CEMPAKA RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Ahli Madya Keperawatan Pada Akademik Keperawatan Muhammadiyah Samarinda

Oleh:
ERWAN NIM: 722002 SO 5717

PROGRAM PENDIDIKAN DIPLOMA III KEPERAWATAN AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH SAMARINDA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

merupakan bagian yang terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang sedang tidak dalam kondisi prima, maka segala aktivitasnya terganggu seperti makan, minum, aktivitas yang biasa dilakukan sendiri tetapi saat sakit semua menjadi tidak dapat dilakukan sendiri. Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap

kesehatan saat ini semakin besar, sehingga meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas. Maka sebagai perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat memberikan pelayanan dengan baik. Perkembangan ilmu pengetahuan tentang ilmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini juga harus didukung dengan peningkatan pemberian perawatan pada klien penderita penyakit bedah. Hernia merupakan salah satu penyakit yang seringkali ditemui pada penderita penyakit bedah, dimana hernia sendiri bermacam-macam jenisnya disesuaikan menurut

letaknya seperti; hernia inguinalis, hernia scrotalis, hernia umbilikalis, hernia epigastrika, hernia lumbalis, hernia femoralis dan lain-lain. Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak-anak antara 1 dan 2%. Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60%, sisi kiri 20-25% dan bilateral 15%. Kejadian laki-laki hernia bilateral sama pada anak perempuan frekuensi

dibandingkan

kira-kira

(10%)

walaupun

prossessus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan. Anak yang pernah menjalani operasi pada waktu bayi mempunyai kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2%. Kemungkinan kejadian hernia bilateral dari insidens tersebut mendekati 10%. Daerah Kalimantan timur khususnya di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda jumlah pasien keseluruh yang dirawat ruang cempaka adalah 1121 pasien yang di ambil dari data rekam medik yang tercatat dalam kurun waktu 4 bulan terakhir dimulai dari bulan januari hingga bulan April 2008, jumlah pasien yang menderita penyakit hernia adalah 33 Orang (2,95 %). dari data tersebut ditemukan bahwa penyakit hernia inguinalis tidak termasuk dalam kategori penyakit 10 besar yang ada di ruang cempaka. Menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan, perlu hendaknya dilakukan penanganan yang baik. Dalam hal ini perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan perlu hendaknya meningkatkan

mutu asuhan keperawatan yang akan diberikan dengan memperhatikan aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan mengangkat judul Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Post op Hernia Inguinalis Lateral Dextra diruang perawatan bedah Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dengan rumuskan masalah bagaimana keperawatan

terhadap Tn. S dengan hernia inguinalis lateral dexstra di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda ? B. Tujuan penulisan 1. Tujuan umum Mendapatkan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Hernia Inguinalis Lateral Dextra di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda khususnya di Ruang Cempaka. 2. Tujuan khusus Memperoleh pengalaman nyata tentang tahap proses perawatan Tn. S dengan Hernia Inguinalis Laterais Dextra di Ruang cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang melitputi : a. Pengkajian keperawatan pada klien dengan hernia inguinalis. b. Penentuan diagnosa keperawatan

c. Membuat perencanaan yang disesuaikan dengan diagnosa keperawatan d. Melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan e. Mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan f. Mendokumentasikan Asuhan keperawatan C. Metode penulisan Penyususna karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan studi kasus yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan data, menganalisis data dan menarik

kesimpulan data. Penulisan karya tulis ilmiah ini sumber data didapat dengan cara: 1. Wawancara yaitu dengan mengajukan pertanyaan langsung pada klien dan keluarga untuk menggali permasalahan klien. 2. Observasi dengan cara pengumpulan data melalui hasil pengamatan. 3. Pemeriksaan fisik yaitu cara pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan dan pemeriksaan fisik lainnya seperti pemeriksaan ke 12 saraf kranial. 4. Studi dokumentasi keperawatan dengan mempelajari dokumentasi klien yang terdapat dalam status yang berisikan catatan keperawatan klien. 5. Studi kepustakaan yaitu mempelajari literatur-literatur yag berkaitan atau relevan dengan isi karya tulis.

D.

Sistematika penulisan Penulisan karya tulis ini disusun secara singkat dan sistematis, dimana penyusunannya dibagi dalam lima bab. Bab pertama pendahuluan yang berisi latar belakang, masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistimatika penulisan. Bab kedua tentang landasan teori yang berisi konsep dasar dan asuhan keperawatan yang meliputi dua bagian, yaitu yang pertama konsep dasar penyakit yang terdiri dari pengeritan, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan dan komplikasi. Sedangkan dibagian kedua adalah asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, dimana semua berdasarkan teori. Bab ketiga tinjauan kasus yang menerangkan tentang kasus yang terjadi dan pelaksanaan asuhan keperawatan Tn.S dengan hernia diruang Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab keempat pembahasan tentang kesenjangan antara teori Asuhan Keperawatan yang tercantum pada bab 2 dengan kenyataan dalam praktik asuhan keperawatan pada bab 3. Bab kelima penutup yang terdiri dari kesimpulan pembahasan dari bab 1 sampai bab 4 dan saran saran yang ditujuakan kepada pihak

rumah sakit sebagai tempat praktik keperawatan dan instansi pendidikan keperawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hernia merupakan protitrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut, hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia (hidayat, 2004) Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan,

(http//www.medicastore.com, 2004) Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeuresis m.tranversus abdominis. Dimedial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeuresis m. obilikus eksternus, dan didasarnya terdapat

ligamentum inguinale, kanal berisi tali sperma pada lelaki dan ligamentum rotundum pada perempuan. penyebab hernia belum diketahui dengan pasti, meski kadang dihubungkan dengan angkat berat. Hernia terjadi jika anggota bagian dari rongga perut (biasanya usus) menonjol suatu titik yang lemah atau robekan pada dinding otot yang tipis yang menahan organ perut pada tempatnya. Pada pria hernia bisa terjadi diselangkangan yaitu pada titik dimana korda spermatika keluar dari perut dan masuk kedalam skrotum. Hal lain yang dapat mengakibatkan hernia antara lain, batuk, penyakit kronik paruparu, akibat mengejan pada saat buang air besar, gangguan metabolisme pada jaringan ikat, diare atau kejang perut dan kehamilan. Hernia pada abdomen terjadi karena kelemahan pada dinding abdomen di lubang alokasi hernia atau defek. Hernia dimulai dari masuknya jaringan lemak pada lubang hernia atau organ pada perut yang dibungkus oleh peritoneum, dan kemudian terjadi penonjolan. Hernia yang terjadi pada discus interveterbral akan terasa nyeri apabila muncul dan dapat menyebabkan nyeri tulang belakang atau sciatica. Tekanan yang terlalu kuat yang terjadi di dalam abdomen yang terus menerus mengakibatkan efek melemah dan mengakibatkan isi di dalam abdomen (omentum , lengkung usus halus) keluar melalui celah tersebut. Usus yang terjebak dalam kantung hernia dapat menyebabkan inkaserasi (ketidak mampuan untuk mengurangi isi) dan kemungkinan besar dapat

mengalami strangulasi (penyumbatan aliran darah). Jaringan lemak biasanya masuk pertama kali pada lubang hernia dan kemudian diikuti oleh organ. Manifestasi dari hernia yaitu terdapat benjolan didaerah inguinal dan atau scrotal yang hilang timbul. Timbul bila terjadi peningkatan intraperitoneal misalnya mengedan, batuk batuk, tertawa atau menangis. Bila pasien tenang benjolan akan hilang secara sepontan. Pada pemeriksaan benjolan terdapat dilipat paha atau skrotum pada bayi bila dibuat menangis atau anak anak bila diminta untuk mengedan. Benjolan hilang atau dapat dimasukan kembali ke rongga abdomen. Bila isi hernia dapat kembali maka disebut hernia inguinal reponibilis, bila tidak dapat kembali maka disebut hernia inguinal ireponibilis. Ada beberapa tanda dan gejala yang perlu diketahui untuk mengenali hernia atau bukan. Gejalanya adalah rasa nyeri pada tulang belakang yang disebabkan hernia pada discus intervertebral. Benjolan hernia dapat menetap dan juga menghilang lagi. Benjolan hernia yang menetap termasuk hernia irreponibel (karena isi hernia melekat pada perineum kantong hernia), sedangkan hernia yang dapat muncul dan hilang lagi karena termasuk hernia reponibel. Incracerata, benjolan hernia hampir menetap karena telah menjadi sumbatan pada saluran

pencernaan. Strangulate, merupakan tingkat paling parah dari hernia

10

dimana telah terjadi penyumbatan pembuluh darah yang akhirnya dapat membahayakan dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan tanda-tanda dari hernia yaitu munculnya benjolan pada titik titik yang berpeluang besar mengalami hernia, biasanya benjolan tidak berwarna merah dan tidak terasa nyeri tetapi cukup mengganggu, tergantung seberapa besar benjolannya. Kadang penderita hernia juga disertai mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik, terdapat benjolan pada daerah daerah kemungkinan terjadi hernia, Benjolan hilang apabila berdiri atau keadaan rileks dan muncul apabila ada tekanan, seperti mengejan , membawa barang yang terlalu berat dan lain lain . Benjolan akan membesar jika penderita batuk dan membungkuk. Tes invaginasi jari Penanganan dini dengan cara menekan kembali kedalam ke keadaan normal. Apabila tidak dapat ditekan masuk kembali kedalam kemungkinan yang terjadi yaitu strangulasi yaitu penyumbatan aliran darah pada organ yang masuk dalam rongga atau kantung hernia. Cara mengatasi hernia ada dua tindakan yaitu dengan konserfatif dan definitif. Tindakan konserfatif yaitu dengan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi (pengambilan kembali organ pada posisi normal). Tindakan definitif yaitu dengan jalan operasi.

11

Cara yang paling efektif mengatasi hernia yaitu dengan pembedahan untuk mengembalikan organ dan menutup lubang hernia agar tidak terjadi kembali. Ada dua prinsip pembedahan yaitu Herniotomi, dengan memotung kantung hernia saja kemudian diikat dan Herniorafi yaitu perbaikkan defek dengan pemasangan jaring melalui operasi terbuka atau laparoskopik. Penangan lain tanpa bedah yaitu dengan pemakaian penopang (truss) yang bersifat menunjang. Komplikasi yang biasa terjadi pada penyakit hernia adalah Infeksi, hematoma skrotalis, hidrokel, hernia inguinalis rekurens, Infeksi

hematoma skrotalis hidrokel, obstruksi usus 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses

keperawatan. Pengkajian harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien adalah data primer, dan data yang didapat dari orang lain adalah data skunder, catatan kesehatan klien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar. Pengkajian data dasar post operasi pada hernia inguinalis (merujuk pada HNP, Doenges,1999)

12

Aktifitas/istirahat Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk mengemudi dalam waktu yang lama. Membutuhkan papan matras saat tidur.penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh. Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasa dilakukan. Tanda : Atrofi otot pada bagain tubuh yang terkena. Gangguan dalam berjalan. Eliminasi Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi. Adanya inkontinensia/retensi urin. Integrtas ego Gejala : Ketakutan akan timbul paralisis, ansietas masalah

pekerjaan, finansial keluarga. Tanda : Tampak cemas, depresi menghindar dari keluarga/orang terdekat Neurosensori Gejala : Kesemutan, kekakuan kelemahan dari tangan/kaki Tanda : Penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paraver tebralis, penurunan persepsi nyeri (sensori)

13

Nyeri/Kenyamanan Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan akan semakin memburuk dengan adanya batuk,bersin membengkokan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher, nyeri tidak hentinya atau apisode nyeri yang lebih berat secara intermiten, nyeri yang menjalar kaki, bokong atau bahu/lengan: kaku pada leher.terdengar adanya suara krek saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa punggung patah keterbatasan untuk

mobilisasi/ membungkuk kedepan Tanda : Sikap, dengan cara bersandar dari baigan tubuh yang terkena, perubahan cara berjalan, berjalan terpincang pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi. Keamanan Gejala : adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi. Penyuluhan/pembalajaran Gejala : Gaya hidup monoton atau hiperaktif

Pengkajian data dasar post operasi pada hernia inguinalis lateral dekstra menurut (Barbara engram,1998)

14

a.

Keluhan tentang munculnya benjolan pada saat beraktivitas yang meningkatkan tekanan Intra abdomen

b.

Keluhan tentang ketidaknyamanan dialami karena tegang. manifestasi obstruksi usus dapat dideteksi (bising usus, nada tinggi sampai tidak ada nada, mual dan muntah).

c. d.

Auskultasi bunyi jantung apakah ada mur-mur Kaji kebutuhan klien terhadap aktifitas klien, apakah klien memerlukan bantuan dalam beraktifitas atau tidak.

2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (Hidayat,2001) Diagnosa keprawatan yang muncul pada kasus hernia inguinalis menurut Engram (1998) adalah: Diagnosa keperawatan post operasi 1. Nyeri berhubungan dengan pembedahaan 2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

pembedahaan 3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasaan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahaan

15

4. Resiko tinggi terhadap kerusakaan penatalaksanaan pemulihan dirumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang 5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan. (doenges,1998) 3. Perencanaan Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, menetapkan pemecahan masalah dan menentukan tujuan mengatasi masalah pasien.( Hidayat,2001) Rencana keperawatan diagnosa post operasi 1. Nyeri berhubungan dengan pembedahaan Tujuan : tidak merasa sakit, postur tubuh rileks, tidak mengeluh Kriteria hasil Intervensi 1.1 Pantau tanda tanda vital setiap 4 jam, intensitas nyeri dan tingkat kesadaran. Rasional : untuk mengenal indikasi kemajuan atau : mendemonstrasikan berkurangnya nyeri perencanaan untuk

penyimpangan dari hasil yang diharapkan

16

1.2 Berikan obat analgesik jika dibutuhkan dan evaluasi keefektifannya. Berikan analgesik sesuai dengan yang dirasakan klien Rasional : klien yang paling dapat menilai intensitas nyeri, sebab nyeri adalah pengalaman yang subyektf. Analgesik yang kuat diperlukan untuk nyeri yang lebih hebat. 1.3 Beritahu dokter jika nyeri bertambah buruk atau tidak ada respon terhadap analgetik yang diberikan sampai

pemberian obat selanjutnya Rasional : Merupaka indikasi bahwa perlu analgetik yang lebih keras atau mulai ada komplikasi 1.4 Informasikan dokter efek yang merugikan dari analgesik narkotik dan intervensi dengan tepat. Rasional : Depresi pernafasaan adalah efek samping yang paling utama dari analgetik narkotik 1.5 Bantu klien untuk mengambil posisi yang nyaman.

Tinggikan ektremitas yang terasa sakit. Rasional : Tempatkan tubuh pada posisi yang nyaman untuk mengurangi penekanan dan mencegah otot tegang membantu menurunkan rasa

nyaman.

17

1.6 Gunakan kompres hangat. Hindarkan kompres hangat pada luka dan insisi baru Rasional
: Dingin

mencegah

pembengkakan.

Panas

melemaskan otot otot dan pembuluh darah berdilatasi untuk meningkatkan sirkulasi 1.7 Ajarkan pasien tekhnik nafas dalam untuk nyeri ringan sampai sedang. Rasional : Distraksi menggagu stimulus nyari dengan mengurangi rasa nyeri. 1.8 Berikan istirahat sampai nyeri hilang, kurangi kebisingan dan sinar yang terang. Rasional : Istirahat menurunkan pengeluaran energy. Vasokontrisi perifer terjadi pada nyeri hebat dan menyebabkan pasien merasa dingin. Biasanya rangsangan lingkungan yang kuat memperhebat persepsi nyeri. 2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

pembedahaan Tujuan : tidak adak infeksi, bunyi nafas bersih, tidak ada perdarahan penyembuhan, pembebasan

dengan RLP untuk KDP Kriteria hasil : mendemonstrasikan tidak adanya komplikasi

18

Intervensi 2.1 pantau tanda tanda vital setiap 4 jam. Rasional : untuk mengidentifikasi kemajuan atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 2.2 Jika suhu menigkat hingga 36,80C selama 48 jam, mulailah memperhatikan paru paru tiap jam dan menambah intake cairan melalui mulut, jika tidak ada kontra indikasi. Informasikan dokter jika suhu diatas 380C. Rasional : Suhu diatas normal dalam waktu 8 jam pertama mengindikasikan permulaan

atelektasis, oleh karenanya setelah hari ke 5 post operasi mengindikasikan infeksi luka atau infeksi lain. Demam terjadi pada suhu 380C atau lebih. 2.3 Berikan antibiotik yang diresepkan. Berikan paling sedikit 2 liter cairan setiap hari ketika melaksanakan terapi antibiotik Rasional : Terapi antibiotik diperlukan untuk mencegah dan mengatasi infeksi. Cairan membantu menyebarkan obat kejaringan tubuh.

19

2.4 Ganti verban sesuai aturan dengan menggunakan tekhnik aseptik. Rasional : Verban yang lembab merupakan media kultur untuk pertumbuhan bakteri. Dengan mengikuti tekhnik aseptic akan mengurangi resiko

kontaminasi bakteri 2.5 Informasikan dokter kondisi luka jika luka tampak merah dan ditemukan adanya pus. Rasional : Laporan tentang sensitivitas yang akan efektif

mengidentifikasi

antibiotik

melawan organism tersebut. 2.6 Berikan anti piretik yang ditentukan jika terdapat demam. Rasional : Antipiretik termostatik demam. 2.7 Berikan perawatan perineal 2 kali sehari sesuai protocol dan prosedur ketika kateter foley dipasang, setelah kateter dilepas laporkan masalah berkemih. Rasional : Membersihkan bagian genetalia membantu mengurangi jumlah bakteri yang lewat. memperbaiki dalam otak untuk mekanisme mengatasi

Kerusakan saluran kencing dan infeksi adalah

20

masalah utama yang berhubungan dengan kateter menetap dalam kandung kemih. 2.8 Jika harus sering mengganti verban , gunakan perekat Montgomery. Rasional : Untuk mencegah iritasi kulit karena sering melepas plester 2.9 Cuci tangan yang baik sebelum dan setelah merawat pasien, menggunakan sarung tangan (hand Scond) bila menyetuh darah atau cairan tubuh ketika merawat klien. Rasional : Tindakan perlindungan resiko khusus infeksi tersebut membantu nosokomial, melindungi

mengurangi tindakan

pencegahan

klien dan perawat. 3. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasaan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahaan Tujuan : mengidentifikasi area kebutuhan,

mengungkapkan ADL terpenuhi. Kriteria hasil : mendemonstrasikan bahwa kebutuhan klien terpenuhi Intervensi

21

3.1 Tentukan bantuan

tingkat sesuai

bantuan keperluan

yang dan

diperlukan. membiarkan

Berikan pasien

sebanyak mungkin untuk dirinya. Rasional : Untuk mendorong kemandirian 3.2 Berikan waktu yang cukup untuk melakukan aktivitasnya Rasional : Membebani klien dengan aktivitas akan

menyebabkan klien frustasi 3.3 Insturksikan klien adaptasi yang diperlukan untuk

melaksanakan aktivitas. Dimulai dengan tugas yang mudah dilakukan dan berlanjut sampai tugas yang sulit dan berikan pujian jika klien berhasil melakukannya. Rasional : Untuk mendorong kemandirian dan pujian

memotifasi untuk terus belajar. 3.4 Meletakan bel yang mudah dijangkau. Rasional : Untuk memberikan rasa aman. 4. Resiko tinggi terhadap kerusakaan penatalaksanaan pemulihan dirumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang Tujuan : mengerti tentang instruksi, melaksanakan

dengan tepat keterampilan perawatan diri yang diperlukan. Mengidentifikasi bagian bagian yang memerlukan perawatan.

22

Kriteria hasil : mendemonstrasikan

kemauan

untuk

melaksanakan aktivitas perawatan diri saat pasien pulang. Intervensi 4.1 Pastikan klien memiliki instruksi tertulis tentang perawatan diri dan perjanjian tertulis untuk kunjungan evaluasi Rasional : Instruksi verbal akan mudah terlupakan 4.2 Ajarkan dan biarkan klien untuk merawat luka jika penggantian verban perlu dilakukan dirumah dan tekankan pentingnya mencuci sebelum dan sesudah merawat luka Rasional : Praktik akan membantu klien untuk dalam

mengembangkan

keyakinannya

perawatan diri, juga kemungkinan perawat dalam mengevaluasi kemampuan pasien

melaksanakan keterampilan tersebut sendiri dan menentukan apakah diperlukan bantuan. 4.3 Evaluasi kebutuhan dan bantuan perawatan dirumah dan tersedianya sistem pendukung yang memadai untuk memberikan bantuan yang diperlukan. Rasional : Layanan sosial atau perencanaan pemulangan berfungsi sebagai penghubung yang penting untuk pemindahan klien kelingkungan rumah

23

atau fasilitas perawatan luar untuk memastikan kelanjutan penyembuhan atau rehabilitasi. 4.4 Instruksikan klien untuk memberitahu dokter jika terjadi infeksi luka, kemerahan, nyeri tekan, drainase dan demam. Rasional : Diperlukan antibiotik untuk mengatasi infeksi 4.5 Instruksikan agar klien beristirahat sepanjang hari, secara bertahap melakukan aktivitas serta menghindari

mengangkat beban yang berat. Rasional : Pembedahan adalah stressor 4.6 Pastikan klien mempunyai persediaan yang cukup untuk perawatan luka dan resep untuk analgetik. Rasional : Persediaan penting untuk mengurangi

kecemasan yang pada umumnya berhubungan dengan pemulangan pasien, analgesik memberi kenyamanan dan mendorong untuk tidur. 5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan. (doenges,1998) Tujuan : mendemonstrasikan tekhnik/prilaku yang

mungkin memperhatikan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan atau kompesi.

24

Kriteria hasil : mengungkapkan

pemahaman

tentang

situasi/faktor risiko dan aturan pengobatan individual. Intervensi 5.1 Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik. Rasional : tergantung pada bagain tubuh terkena atau jenis prosedur aktivitas yang kurang berhati hati. 5.2 Catat respon respon emosi prilaku pada imobilisasi. Rasional : imobilisasi yang dipaksakan dapat

memperbesar kegelisahan. 5.3 Ikuti aktivitas prosedur dengan periode istirahat. Anjurkan pasien untuk ikut serta dalam aktivitas sehari hari dalam keterbatasan individu. Rasional :meningkatkan penyembuhan dan dan

membentuk kekuatan otot dan kesabaran. partisipasi kemandirian terhadap diri. klien klien akan dan meningkatkan kontrol

perasaan

25

5.4 Anjurkan klien untuk melatih kaki baigan bawah atau lutut, nilai adanya edema, eritema pada ekstremitas bawah, adanya tanda hotman. Rasional : Stimulasi sirkulasi vena/arus balik vena

menurunkan keadaan vena yang statis dan kemungkinan terbentuknya thrombus. 5.5 Bantu klien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif. Rasional : Keterbatasan aktifitas bergantung pada kondisi khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai dengan toleransi 5.6 Demonstrasikan penggunaan alat penolong, seperti alat bantu jalan, tongkat Rasional : memberikan stabilitas dan sokongan untuk mengkonpensasi gangguan tonus atau

kekuatan otot dan keseimbangannya. 5.7 Berikan perawatan kulit yang baik, masase titik tertekan setiap setelah perubahan posisi, periksa keadaan kulit dibagian punggung dengan periode waktu tertentu. Rasional : menurunkan resiko iritasi atau kerusakan pada kulit.

26

5.8 Berikan obat untuk menghilangkan nyeri kira kira 30 menit sebelum memindahkan untuk melakukan ambulasi pasien. Rasional : antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelaksasikan klien. D. Pelaksanaan Merupakan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Pelaksanaan tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh klien, perawat secara mandiri, atau bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Perawat adalah sebagai pelaksana perawatan asuhan dengan

keperawatan

yaitu

memberikan pelayanan

menggunakan proses keperawatan. Tahap pelaksanaan merupakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan rencana ada dalam seperti, rangka mengatasi masalah

keperawatan

yang

Pemeriksaan

Laboratorium

(Lekositosis), Periksa tanda vital, tanda-tanda & gejala-gejala infeksi dan peradangan, Informasikan ke dokter bila terjadi perubahan kondisi pasien (suhu, nadi, pernafasan) dan obat-obatan seperti antibiotik dan analgetik (Nada, 2007)

27

E.Evaluasi Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut

pengumpulan data subyektif dan obyektif yang menunjukkan mengenai tujuan asuhan keperawatan sudah dapat dicapai atau belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu dikaji lagi, direncanakan, dilaksanakan. Menurut Ilham (2008) evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang merupakan aktifitas berkesinambungan dari tahap awal (pengkajian) sampai tahap akhir (evaluasi) dan melibatkan klien/keluarga. Dimana hasil yang ditemukan pada masa Post Operasi yaitu, Rasa nyeri dapat teratasi, Integritas kulit baik, Infeksi tidak terjadi, Penatalaksanaan perawatan dirumah dapat

dilaksanakan dengan tepat

28

BAB III TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan melaporkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan Hernia Inguinalis Lateral Dextra di ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahrani Samarinda yang masuk pada tanggal 5 Agustus 2008 pada pukul 14.00 wita. 3.2 Pengkajian Pada pengkajian ini penulis mendapatkan atau menemukan data dari sumber klien, keluarga, catatan medis, status klien dan literatur dari biodata hingga terapi medis dan pemeriksaan fisik klien. 1. Biodata Klien bernama Tn. S dengan umur 58 tahun, jenis kelamin Pria, dengan pendidikan SMK atau sederajat SMU, klien beragama Islam,bersuku Jawa dengan status sudah menikah, alamat rumah Jl. Re Martadinata Gg syukur. Klien masuk pada tanggal 5 Agustus 2008 dengan diagnosa medis Hernia Inguinalis Lateral Dextra No. register 6387 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama 1) Saat masuk rumah sakit (5 Agustus 2008 Pukul 14.00 wita)

29

Klien mengatakan ingin berobat ke Rumah Sakit karena ada benjolan di bagian paha sebelah kanan. 2) Saat dikaji (7 Agustus 2008 Pukul 09.20 wita) Klien mengeluh nyeri pada daerah luka oprasi saat mengubah posisi dari berbaring untuk duduk dan berdiri, tetapi setelah lama berdiam di satu posisi rasa nyeri sudah hilang. b. Riwayat penyakit sekarang Sekitar tiga minggu yang klien mengeluh nyeri pada bagian paha sebelah kanan karena adanya benjolan yang muncul saat klien beraktifitas, kemudian klien berobat ke dokter praktik tempat biasa klien berobat, dari dokter praktik merujuk klien untuk dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie. Tanggal 5 Agustus 2008 klien masuk IGD sekitar jam 14.00 wita, klien dirontgen yang hasilnya menunjukan adanya hernia di inguinalis dextrs. kemudian klien ditempatkan diruang Cempaka kamar 7 untuk mendapatkan perawatan. Klien di operasi pada tanggal 6 Agustus 2008 jam 10.00 wita sampai jam 10.30 wita. Klien tidak sadar sampai jam 19.00 wita karena efek dari anastesi, hingga pukul 22.00 baru klien ada platus dan klien bisa makan setelah klien sudah platus. Saat dikaji tanggal 7 Agustus 2008 jam 09.20, terdapat luka post operasi pada daerah inguinal dextra yang

30

tertutup verban. Klien terpasang infus pada tangan sebelah kanan yang dipasng di ruang operasi saat klien menjalani operasi hernia. c. Riwayat penyakit dahulu Sewaktu klien masih muda klien sudah 3 kali masuk Rumah sakit dengan penyakit yang berbeda beda, klien mengatakan saat usia 20 tahun klien masuk R.S di daerah pulau jawa karena mengalami kelumpuhan, kemudian saat berusia 28 tahun klien kembali masuk R.S karena kecelakaan kerja, dan saat usia 41 tahun klen kembali mengalami kecelakaan kerja dan dirawat di R.S. d. Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan tidak ada keluarga klien atau orang tuanya yang mengalami penyakit hernia atau penyakit menular lainnya 3. Pengkajian data dasar 1. Neurosensori Gejala: klien mengatakan kepalanya tidak pusing dan tidak nyeri dan tidak pernah merasa kesemutan atau kebas Tanda: kesadaran klien compos mentis dengan nilai GCS 15, klien mengetahui nama hari dan tahu dimana klien berada sekarang. Klien mengenali anak dan istrinya dan juga perawat, klien tampak sadar dan klien mampu mengingat cerita masa lalunya tentang istri pertamanya yang

31

meninggal karena kangker payudara. Klien kadang-kadang menggunakan kaca mata minus 1 hanya untuk membaca, pendengaran klien baik tanpa menggunakan alat bantu pendengaran. 2. Sirkulasi Gejala: klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit hipertensi, dan tidak ada masalah dengan jantung atau demam rematik, tidak ada edema d bagian ekstremitas Tanda: saat dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital ditemukan data Tekanan Darah 100/60 mmHg diukur saat klien berbaring, tidak ada pembengkakan pada vena jugularis dan nadi 60 kali permenit dengan bunyi jantung I lub dan bunyi jantung II Dub, tidak terdengar bunyi mur mur atau suara jantung tambahan. 3. Pernafasaan Gejala: klien mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas, dan klien tidak menggunakan alat bantu pernafasan, klien mengatakan seorang perokok aktif dan satu hari dapat menghabiskan satu bungkus rokok, Tanda: saat dilakukan pengkajian bantu klien bernafas suara tidak nafas

menggunakan

otot

pernafasan,

vesikuler dengan frekuensi nafas 18 kali per menit,

32

pergerakan dada simetris antara kiri dan kanan saat bernafas, dan tidak menggunakan cuping hidung saat bernafas, klien tampak tenang. 4. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala: klien mengatakan nyeri pada daerah luka oprasi, nyeri datang pada saat mengubah posisi dari tidur lalu duduk dan berdiri, setelah lama pada satu posisi klien

mengatakan nyeri hilang, klien mengatakan skala nyeri 34. Tanda: klien hanya menjaga area yang nyeri, klien mengerutkan wajah saat beraktivitas atau jika sedang mengubah posisi. 5. Makanan dan cairan Gejala: klien mengatakan dirumah makan 3 kali sehari, pagi, siang, dan malam, klien mengatakan ada pantangan terhadap makanan yang tinggi protein seperti kacangkacangan, klien tidak bisa memakan ikan tongkol dan udang sungai, jika klien makan makanan tersebut, maka tubuh klien akan terasa gatal terutama pada daerah leher dan dada. Saat di Rumah sakit klien makan 3 kali sehari sesuai jadwal makan di Rumah sakit Klien mengatakan menggunakan gigi palsu pada semua bagian atas. Klien biasa minum pagi dengan jenis susu ditambah telur dan

33

madu untuk siang hari klien biasa minum air putih dan sore klien biasa minum teh. Dirumah sakit klien minum teh yang disediakan dari rumah sakit setiap pagi hari dan siang hari klien minum air putih Tanda: saat dikaji bising usus klien 5 kali per menit, berat badan 56 Kg dan tinggi badan 170 cm, saat di rumah sakit berat badan klien 56 Kg, klien makan makanan yang sediakan di rumah sakit. Kebutuhan makan klien selama di Rumah sakit terpenuhi. Klien minum air putih dan teh. Klien terpasang infus cairan RL 20 tetes per menit, turgor kulit baik kembali kurang dari 2 detik jika dicubit, terdapat hernia pada inguinalis sebelah kanan yang telah di operasi. 6. Eliminasi Gejala: klien mengatakan setelah oprasi tanggal 6 Agustus 2008 klien belum ada BAB sampai tanggal 7 Agustus 2008, sebelum sakit klien BAB sekali dalam sehari. Biasanya sewaktu dirumah klien BAB setiap hari. Klien megatakan BAK 4 5 kali sehari dengan warna urin kuning dan bau amoniak. Tanda: tidak ada nyeri tekan pada abdomen, abdomen lunak, tidak ada masa pada abdomen, ditemukan luka post op

34

hernia yang terbalut kasa sepanjang kurang lebih 10 cm pada bagian inguinal dextra. 7. Seksualitas Gejala: klien mengatakan sudah menikah 3 kali, dan memiliki 5 orang anak, istri pertamanya meninggal karena kangker payudara kemudian klien menikah lagi pada tahun 1990 dan menetap di pulau jawa, tetapi istrinya meniggalkannya dan akhirnya bercerai, kemudian klien menikah lagi pada tahun 1996 dan sampai sekarang, hubungan dengan istrinya dan anaknya baik dan harmonis, istrinya slalu menemani klien dan anaknya selalu menjenguk pada waktu sore hari, karna pagi hari masih beraktivitas di sekolah. Tanda: klien berjenis kelamin pria dan mempunyai 3 orang anak dari istri pertamanya dan 2 orang anak dari istri yang ketiga. 8. Aktivitas dan istirahat Gejala: klien mengatakan bekerja sebagai kepala mekanik dari sebuah perusahaan swasta yang ada di Samarinda selama 12 tahun, klien mempunyai hobi olah raga. Klien biasa tidur siang jam 12.00 sampai 12.45 wita sesuai

dengan jam istirahat kerja dan tidur malam jam 22.00

35

sampai jam 06.00 wit, sedangkan selama di Rumah Sakit tidur klien tidak menentu, tetapi klien mengatakan lebih sering tidur selama di rumah sakit karena klien terbiasa bekerja sehingga tidak ada kegiatan dirumah sakit selain tidur. Tanda: klien memiliki klub dalam olah raga Badminton, tidak ada kegiatan yang serius yang dilakukan klien selama dirumah sakit selain tidur dan mengobrol terhadap istri teman sekamarnya dan perawat, status mental klien baik. 9. Higinie Gejala: klien mengatakan sehari harinya klien beraktifias sendiri, seperti makan, minum, mandi dan berpakaian, klien tidak menggunakan alat bantu untuk beraktifitas, tetapi selama dirumah sakit aktivitas klien dibantu oleh istrinya Tanda: penampilan klien bersih, berpakaian rapi, kulit kepala bersih tidak ada ketombe rambut merata dan pada bagian depan ada sedikit rambut putih, dan tidak ada bau dikepala. 10. Keamanan Gejala: klien mengatakan alergi terhadap ikan tongkol dan udang sungai, jika klien makan makanan tersebut klien

mengatakan badannya gatal gatal pada seluruh tubuh

36

klien,

klien

mengatakan

pernah

terjatuh

hingga

menyebabkan gigi klien patah. Klien mengatakan tidak ada masalah terhadap punggung klien. Tanda: saat dikaji suhu klien 36,5 0C, tidak ditemukan diaforesi, intregritas kulit baik, terdapat jaringan parut pada jari tangan kiri tepatnya ibu jari dan jari telunjuk. Klien berjalan dengan tegap, Kekuatan otot: 5555 5555 5555 5555

11. Intregritas ego Gejala : klien mengatakan beragama Islam. Jika dirumah klien sholat lima waktu tetapi kadang kadang. Biasanya sholat maghrib jarang dikerjakan karena klien baru pulang kerja. Selama di Rumah sakit klien mengatakan tidak sholat, tetapi klien hanya berdoa agar cepat sembuh dan bisa pulang. Tanda: klien tampak tenang dan klien orang yang sabar menghadapi penyakit yang sedang di alaminya. Tidak ada tanda tanda menunjukan kecemasan atau rasa takut terhadap penyakitnya. 12. Interaksi sosial Gejala: klien mengatakan sudah menikah dengan istri yang sekarang selama kurang lebih 12 tahun. Hubunga klien

37

dengan istri dan anaknya harmonis, klien berperan sebgai kepala keluarga. klien berhubungan baik dengan tetangga dekat rumah klien, tidak pernah ada permasalahan antara klien dengan lingkunganya, klien tidak dapat bekerja sperti biasanya karena penyakit klien sekarang. Klien berbicara tanpa menggunakan alat bantu komunikasi. Tanda: klien bicara jelas dan dapat di mengerti. klien

menggunakan bahasa Indonesia, tetapi jika berbicara bersama istrinya klien menggunakan bahasa daerah yaitu jawa. Klien tampak ngobrol dengan keluarga pasien yang berada disebelahnya. sore hari anak anak klien selalu menjenguk klien karena pagi hari anak anaknya harus sekolah. 13. Penyuluhan pembelajaraan Gejala: klien sehari harinya berbicara bahasa Indonesia, klien berpendidikan SMK atau sederajat dengan SMA, klien mengatakan mengetahui penyakit hernia dari teman kerjanya yang pernah terkena penyakit hernia, tidak ada dampak agama dan budaya terhadap kesehatan, klien tidak mengkonsumsi alkohol dan klien dirawat di Rumah sakit dengan alasan klien menderita hernia inguinalis

lateral. Pengetahuan klien tentang hernia masih kurang

38

ditandai dengan klien tidak mengetahui dengan pasti penyebab hernia. 4. Pemeriksaan fisik a. Pemeriksaan 12 saraf cranial 1) N. Olfaktorius : Klien dapat membedakan aroma

alkohol dan Aroma minyak kayu putih. 2) N. Optikus : Klien dapat membaca tulisan nama perawat. 3) N. Okulomotorius : klien mampu mengerakan bola

matanya keatas kiri dan kanan dan tidak ditemukan adanya ptosis. 4) N. trokhlearis : klien mampu menggerakan bola

matanya kearah dalam bagian bawah. 5) N. trigemenus : klien mampu membuka dan menutup mulut, dan menggerakan rahang. 6) N.Abducens : klien dapat menggerakan bola

matanya ke arah samping bagian luar. 7) N. fasialis : wajah klien tampak simetris saat

mengerutkan dahi dan mengangkat alis. Dan klien dapat membedakan rasa asam, asin, manis, dan pahit.

39

8) N. Austikus

: klien

dapat

mendengarkan

suara

bisikan, dan tidak ditemukan tanda tanda penurunan pendengaran. 9) N. Glosofaringeus : klien dapat menelan, dapat

mengeluarkan suara normal. 10) N. vagus : saat dinding faring ditekan dengan tong spatel ada reaksi muntah, (reflex Gags positif) 11) N. aksesoris : klien dapat mengangkat kedua bahu dan dapat melawan tahanan pada rahang. 12) N.hipoglosus : klien dapat mengeluarkan lidah dan menggerakan keatas, kebawah,

kesamping kanan dan kiri. 5. Pemeriksaan penunjang (lab, Radiologi) Klien tidak mendapat pemeriksaan darah atau Lab, klien hanya di fhoto Rongen tanggal 5 Agustus 2008 dengan hasil pemeriksaan ditemukan adanya hernia inguinalis lateralis pada bagian Dextra 6. Penatalaksanaan medis Tanggal 6 Agustus 2008 klien mendapatkan obat Injeksi a. IVFD RL b. Cefotaxim : : 20 tetes / menit 3 X 1 Vial (1 gram)

40

c. Ketorolac d. Ulsikur

: :

3 X 1 Ampul (1 Mg) 3 X 1 Ampul (2 Mg)

Tanggal 7 Agustus 2008 Klien mendapatkan obat Oral a. Cefadroxil b. Ketecse DATA FOKUS: Data subjektif 1. Klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi pada saat bangun dari tidur, klien mengatakan skala nyeri 3 4. 2. Klien mengatakan luka operasi ada pada bagian selangkangan paha sebelah kanan 3. Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit hernia dari teman sekerjanya Data objektif 1. Klien menjaga daerah yang sakit dan klien tampak merengutkan wajahnya karena nyeri 2. Klien memperlihatkan luka yang disebabkan karena operasi, Terdapat luka operasi pada daerah inguinal dexstra yang terbungkus kasa. Dan klien terpasang infus sudah 2 hari. 3. Pengetahuan klien tentang hernia masing sangat minim ditandai : 3 X 500 Mg : 3 X25 Mg

dengan klien tidak mengetahui dengan pasti penyebab hernia.

41

Analisa data Tabel 1: Analisa data


No 1 Data subjektif dan objektif Ds : klien mengatakan nyeri pada daerah luka operasi pada saat bangun dari tidur, klien mengatakan skala nyeri 3 4 Do : klien menjaga daerah yang sakit dan klien tampak mengerutkan wajahnya karena nyeri. Terdapat luka operasi pada daerah inguinal dexstra yang terbungkus kasa. Ds : Klien mengatakan luka operasi ada pada bagian selangkangan paha sebelah kanan Do : klien tampak memperlihatkan luka yang disebabkan karena operasi, Terdapat luka operasi pada daerah inguinal dexstra yang terbungkus kasa. Klien terpasang infus selama 2 hari. Ds : Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit hernia dari teman sekerjanya. Do: pengetahuan klien tentang hernia masing sangat minim ditandai dengan klien tidak mengetahui penyebab hernia. Etiologi Agen cidera fisik (luka post insisi) Problem Nyeri akut

Prosedur infasive, (pembedahan)

Resiko infeksi

Kurangnya informasi

Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan perawatan

3.3 Diagnosa keperawatan Tabel 2: Diagnosa keperawatan


Dx. Keperawatan N o 1 2 3 Tanggal Ditemukan 07-08-2008 07-08-2008 07-08-2008 Nama: Tn. S Dx Medis : Hernia inguinalis lateral dekstra Jenis: Laki-laki Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan dengan Agen cidera fisik (luka post insisi) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasive, (pembedahan) Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan perawatan berhubungan dengan kurangnya informasi Umur 58 tahun No.Reg: 6387 Ruang: Cempaka Tanggal Paraf Teratasi 08-08-2008 09-08-2008 09-08-2008

42 3.4 Perencanaan Nama klien Ruang : Tn.S : Cempaka Nama mahasiswa : Erwan NPM : 722002 SO 5717 Tabel 3: Perencanaan keperawatan
No 1. Diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan Agen cidera fisik (luka post insisi) Tujuan/sasaran Tujuan : Nyeri hilang Perencanaan Intervensi Rasional 1.1 Ajarkan/anjurkan pasien 1.1 Distraksi menggagu

tekhnik nafas dalam untuk stimulus nyari dengan Kriteria hasil : Klien sudah tidak mengurangi rasa nyeri. nyeri ringan sampai sedang. nyeri lagi saat mengubah posisi. Mendemonstrasi- 1.2 Bantu klien untuk 1.2 Posisi yang tepat bagi kan berkurangnya nyeri tidak klien dapat menghindari mengambil posis yang merasa sakit, postur tubuh dari rasa nyeri nyaman rileks, tidak mengeluh perawat 1.3 Minta klien untuk melapor 1.3 Agar jika nyeri timbul mengetahui munculnya nyeri 1.4 Berikan nyeri istirahat hilang, sampai kurangi kapan

1.4 Istirahat pengeluaran

menurunkan energy.

43
kebisingan dan sinar yang terang. Vasokontrisi perifer

terjadi pada nyeri hebat dan pasien menyebabkan merasa dingin.

Biasanya lingkungan

rangsangan yang kuat

memperhebat nyeri.

persepsi

1.5 Berikan obat analgesik jika 1.5 dibutuhkan dan evaluasi Berikan dengan

Klien yang paling dapat menilai intensitas nyeri, sebab nyeri adalah yang

keefektifannya. analgesik sesuai

pengalaman

yang dirasakan klien

subyektf. Analgesik yang kuat diperlukan untuk

nyeri yang lebih hebat. 2 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive 2.1 Kaji tanda tanda infeksi. 2.1 Untuk mengetahui lebih

Tujuan: Resiko infeksi

44
(pembedahan) tidak terjadi selama perawatan Kriteria hasil: Tidak di temukannya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan , adanya pus, awal jika akan terjadinya infeksi.

2.2 Observasi tanda tanda 2.2 Untuk vital.

mengidentifikasi atau

kemajuan

penyimpangan dari hasil yang diharapkan.

2.3 Ganti verban sesuai aturan 2.3

Verban

yang

lembab

dengan

menggunakan

merupakan media kultur untuk pertumbuhan

tekhnik aseptik.

bakteri dengan mengikuti tekhnik aseptik akan resiko

mengurangi

kontaminasi bakteri. Anjurkan keluarga klien 2.4 Tindakan perlindungan khusus mengurangi membantu resiko

2.4

untuk mencuci tangan yang baik bila menyetuh darah

45
atau cairan tubuh ketika infeksi, pencegahan melindungi perawat.
2.5 Berikan

tindakan tersebut klien dan

merawat klien.

antibiotik

yang 2.5 Terapi diperlukan

antibiotik untuk

diresepkan, jika mendapat terapi oral berikan paling sedikit 2 liter air setiap hari ketika melaksanakan terapi antibiotik.

mengatasi nyeri. Cairan membantu menyebarkan obat kejaringan tubuh.

Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan perawatan berhubungan dengan kurangnya informasi

Tujuan : Pengetahuan klien bertambah tentang hernia Kriteria hasil : Klien mampu menyebutkan penyebab, tanda gejala dan pengobatan hernia. Mendemonstrasik

3.1 kaji

pengetahuan penyakit

klien 3.1 Untuk mengetahui tingkat yang pengetahuan tentang hernia klien dan dalam rencana

tentang dideritanya.

mempermudah menentukan selanjutnya.

46
an kemauan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri saat klien pulang. 3.2 berikan penyuluhan tentang 3.2 Untuk hernia dan perawata luka dirumah. pengetahuan tentang menambah klien hernia.

Perawatan luka dirumah diperlukan menghindari setelah pulang untuk infeksi dari

rumah sakit.

3.3 jelaskan

untuk

menjaga 3.3 Agar tidak terjadi infeksi.

kebersihan balutan.

3.4 anjurkan

untuk

tidak 3.4 Untuk

mempercepat

beraktifitas dan mengangkat beban berat.

proses pemulihan

3.5 Ajarkan klien untuk merawat 3.5 Praktik akan membantu luka jika pergantian verban perlu dilakukan dirumah dan klien mengembangkan untuk

47
tekankan pentingnya keyakinan perawatan kemungkinan dalam diri, dalam juga

mencucui tangan sebelum dan sesudah merawat luka.

perawat

mengevaluasi klien

kemampuan melaksanakan keterampilan

48

3.5 Pelaksanaan Nama : Umur : D Tabel 4: Pelaksanaan keperawatan


Tanggal/jam 7 Agst 2008 Jam 09.20 Tindakan keperawatan - Melakukan pengkajian dan pemeriksaan terhadap klien Ep: ditemukan data tentang kondisi klien 09.30 2.2 Mengobservasi tanda tanda vital Ep: Td : 100/ 60 mmHg, Nadi 60 X/ menit, suhu 0 36,5 C, Respirasi 18 X/ menit 2.5 Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik, cefotaxim 1 gram, Ep: klien mendapatkan cefotaxim 1 gram, dan tidak ada alergi terhadap cefotaxim 1.2 Mengatur posisi yang nyaman bagi klien Ep: klien berbaing di tempat tidurnya. 2.2 Mengobservasi tanda tanda Vital 0 Ep: Td: 100/60 mmHg, Nadi 72 X/ menit, suhu 36,8 C 3.1 Mengkaji pegetahuan klien tentang hernia Ep: pengetahuan klien kurang tentang hernia, klien tidak mampu menyebutkan pengertian, tanda gejala, dan pencegahannya 14.10 1.4 Memberikan kesempatan klien beristirahat sampai nyeri hilang, kurangi kebisingan Ep: klien tidur siang Paraf

Tn. S 58 tahun

No. register : 6387 Dx. Medis : HIL

10.00

10.10 12.00 12.30

15.30

1.2 Mengajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam Ep: klien mengikuti ajaran perawat dalam tekhnik relaksasi nafas dalam 1.5 Berkolaborasi dalam pemberian analgetik ketorolac 1 ml Ep: klien mendapatkan injeksi ketorolac secara drif 2.5 Berkolaborasi dalam pemberian cefotaxim Ep: klien mendapatkan injeksi cefotaxim 2.2 Mengobservasi tanda - tanda vital

18.00

18.05 18.30

49

19.00

8 agst 2008 Jam 07.00 07.15

Ep: Td: 110/70 mmHg,Nadi 68 X/ menit, RR, 16 X/ menit, Suhu 36,50C 2.1 Mengkaji tanda tanda infeksi Ep: tidak ada kemerahan, dan tidak ditemukan adanya pus 2.2 Mengobservasi tanda tanda vital 0 Ep: Td: 100/60 mmHg, Nadi 72 X/ menit, suhu 36,2 C, RR 18X/menit - Morning care Ep: lingkungan rapi, klien nampak bersih

07.30

1.2 Membantu mengubah posisi yang nyaman bagi klien Ep: klien mengubah posisi dari baring menjadi duduk 1.1 Menganjurkan tekhnik relaksasi nafas dalam Ep: Klien mengikuti anjuran perawat, dank lien melakukan tekhnik yang sudah diajarkan perawat - Melakukan kontrak dengan klien untuk penyuluhan Ep: klien menyetujui diadakan penyuluhan

07.45

08.15

08.30

- Berkolaborasi dengan dokter dalam melakukan pemeriksaan kesehatan Ep: klien dinyatakan boleh pulang esok hari dan terapi obat diganti menjadi oral

09.30

- Mengevaluasi kembali tingkat pengetahuan klien Ep: Klien belum memahami tentang penyakit yang dideritanya

10.00

2.5 Berkolaborasi dalam pemberian injeksi antibiotik cefotaxim 1 gram Ep: klien mendapat injeksi cefotaxim 1 gram 1.5 Berkolaborasi dalam pemberian analgetik ketorolak 1 mg Ep: klien tampak tenang dan rileks 3.2 Memberiakan penyuluhan tentang hernia, dari pengertian, penyebab,tanda dan gejala, pengobatan serta pencegahan Ep: klien mampu menyebutkan tanda dan gejala hernia, pengertian penyebab hingga pencegahannya Melepas infus yang terpasang di tangan kiri klien

10.05

10.30

11.00

Ep: klien sudah tidak terpasang infuse

50

12.00

22. Mengobservasi tanda tanda vital Ep: Td 100/70 mmHg, Nadi 78X/ menit, RR 16X/ menit, 0 Suhu 36,8 C 1.4 Memberikan kesempatan klien untuk beristirahat sampai nyeri hilang Ep: klien tidur siang 1.2 Membantu megatur posisi yang nyaman bagi klien Ep: klien duduk ditempat tidur sambil bersandar 4.1Menjelaskan untuk menjaga kebersihan balutan Ep: klien mengerti dengan penjelasan perawat

13.00

16.00

16.30

17.00

2.4 Menganjurkan keluarga klien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh klien Ep: istri klien mengikuti anjuran perawat. 1.5 Berkolaborasi dalam pemberian antibiotik cefadroxil 500 mg Ep: klien mendapat terapi obat oral 4.2Menganjurkan untuk tidak banyak beraktifitas

18.00

18.30

Ep: klien mengikuti anjuran perawat. 9 agst 2008 Jam 07.00 07.15 - Morning care dengan klien kelolaan Ep: klien bersih, lingkungan rapi 0730 2.2 Mengobservasi tanda tanda vital Ep: Td: 100/70 mmHg, Nadi 68X/menit, RR 16X/menit, suhu 36,50C. Berkolaborasi dengan dokter ruangan untuk

08.00

pemeriksaan kesehatan klien. Ep: klien sudah di perbolehkan pulang untuk perawatan dirumah 08.30 Membantu klien persiapan pulang

Ep:klien membereskan barang barangnya 09.00 2.3 Melakukan perawatan luka (mengganti verban) Ep: luka bersih, tidak ada pus dan jahitan luka sudah menutup 3.2 Memberikan penyuluhan tentang perawatan luka dirumah

09.30

51

Ep: klien mengerti cara merawat luka dan mendemonstrasikan cara merawat luka dirumah. 10.00 Mengingatkan klien untuk selalu minum obat yang telah diresepkan saat dirumah dan kembali pada hari rabu untuk kontrol tentang penyakitnya. Ep: Klien berusaha untuk selalu mengingatnya dengan mecatat tanggal untuk kontrol 10.15 Membantu administrasi Ep: Keluarga klien merasa senang. 10.30 Berpamitan dengan klien karena klien pulang keluarga klien dalam mengurus

Ep:Klien meninggalkan ruangan.

3.6 Evaluasi Nama Umur D : Tn.S : 58 tahun Tabel 5: Evaluasi keperawatan


Tanggal/jam 7 Agst 2008 19.15 No. Dx. Kep I S.O.A.P S: Klien mengatakan masih ada nyeri saat mengubah posisi dengan skala nyeri 3-4. O:Klien tampak meringis saat mengubah posisi, klien menjaga daerah yang sakit A: Masalah nyeri pada luka post operasi belum teratsi P: Lanjutkan intervensi 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 S: O: Klien masih terpasang infus, dan terdapat luka post operasi hernia yang tertutup kasa. Suhu 36,50C, tidak ditemukan tanda tanda infeksi seperti suhu badan meningkat, adanya pus. A: Masalah resiko infeksi belum terjadi Paraf

No. Regiater : 6387 Dx. Medis : HIL

19.15

II

52

P: Lanjutkan intervensi 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 19.15 III S: Klien mengatakan mengetahui tentang hernia dari teman sekerjanya. O: Klien tidak mampu menyebutkan penyebab penyakit hernia dengan benar. A: Masalah kurang pengetahuan belum teratasi P: Lanjutkan intervensi 4.1 4.2 4.3 4.4 S: Klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi saat merubah posisi dari baring langsung duduk, skala nyeri 0 O: Klien tampak tenang tidak ada tampak klien menahan nyeri A: Masalah nyeri post operasi teratasi P: Hentikan intervensi S: O: Luka post operasi tertutup kasa, klien sudah tidak mendapat cairan intravena, tidak ditemukan tanda tanda infeksi,Suhu 370C A: Masalah resiko infeksi belum terjadi. P. Lanjutkan intervensi 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 19.00 III S: Klien mengatakan klien sudah memahami tanda gejala, penyebab, pengertian dan pencegahan dari hernia. O: Klien mampu menyebutkan tanda dan gejala, pengertian, penyebab, dan pencegahan dari hernia. A: Masalah kurang pengetahuan klien teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi 3.2 3.3 3.4 3.5 S: A: Luka post operasi tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi, tidak adanya pus, jahitan sudah tertutup rapat dan kering.

8 Agst 2008 Jam 19.00

19.00

II

9 Agst 2008 Jam 10.45

II

53

Suhu klien36,80C O: Masalah resiko infeksi tidak terjadi. P: Hentikan intervensi klien pulang 10.45 III S: Klien mengatakan sudah memahami tentang perawatan luka dirumah O: Klien menyebutkan cara perawatan luka dirumah, dan pentingnya mencuci tangan dirumah. A: Masalah kurang pengetahuan teratasi. P: Hentikan intervensi, klien pulang

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan yang timbul antara teori keperawatan dengan kenyataan pada saat penulis melaksanakan Asuhan keperawata Tn. S dengan Hernia inguinalis lateral dextra di ruang Cempaka Rumah Sakit umum Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. A. Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses

keperawatan. Dalam pengkajian, harus memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien adalah data Primer, dan data yang didapat dari orang lain adalah data Skunder, catatan kesehatan klien, informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostik, keluarga

54

dan orang

yang terdekat atau anggota tim kesehatan merupakan

pengkajian data dasar. Menurut Doenges (1999) yang merujuk pada kasus HNP, dalam pengkajian akan ditemukan data-data tentang aktifitas klien hingga kenyamanan yang dimana pada aktifitas klien akan ada riwayat pekerjaan klien yang mengangkat beban berat atau

mengemudi yang duduk terlalu lama. Nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin membengkokan badan, mengangkat, kaki atau fleksi pada leher. nyeri tidak hentinya atau episode nyeri yang lebih berat secara intermiten, nyeri yang menjalar kaki, bokong atau bahu/lengan, kaku pada leher.terdengan adanya suara krek saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa punggung patah keterbatasan untuk mobilisasi/ membungkuk kedepan Sedangkan menurut Engram (1998) di pengkajian Keluhan akan munculnya tentang benjolan pada saat beraktivitas yang meningkatkan tekanan Intra abdomen Keluhan tentang

ketidaknyamanan dialami karena tegang. manifestasi obstruksi usus dapat dideteksi (bising usus, nada tinggi sampai tidak ada nada, mual dan muntah) tingkat kesadaran klien, berada pada tingkat,

berorientasi, kacau mental, disprientasi, latergia, bersepons dengan tepat terhadap perintah, atau tidak berespon, Auskultasi bunyi jantung apakah ada mur-mur

55

Pada pengkajian Tn.S tanggal 7 Agustus 2008 ditemukan data, klien bekerja sebagai seorang kepala mekanik di salah satu perusahaan yang ada di samarinda, dimana pekerjaan tersebut dibutuhkan tenaga yang lebih untuk mengangkat suatu peralatan yang sangat berat, terlebih lagi klien mengatakan, klien adalah orang yang dipercaya mampu memperbaiki sebuah alat berat (mobil cren)

dimana dalam memperbaikinya klien sering membungkuk dan duduk lama. Selain data diatas, ada beberapa data yang muncul pada saat pengkajian diantaranya tekana darah 100/60 mmHg, nadi 60 x/ menit, RR 18 X/ menit, Suhu 360C, bising usus 5 X/ menit, adanya nyeri pada daerah luka operasi tepatnya di daerah inguinalis lateral, aktivitas klien selama di RS dibantu oleh istrinya dan klien belum ada BAB selama di Rumah sakit. Dari hasil pengkajian Tn.S tanggal 7 Agustus 2008 , ada beberapa data yang dimana penulis tidak menemukan pada klien tetapi tercantum pada teori, seperti misalnya, rasa mual dan muntah, nyeri pada saat batuk atau bersin, latergia, tingkat kesadaran klien Tn.S .compost mentis, hal ini di sebabkan karena klien Tn.S saat dikaji sudah menjalani operasi pada tanggal 6 Agustus 2008, sehingga data data yang muncul saat dikaji sudah menunjukan kearah yang normal,

56

B.

Diagnos keperawatan Berdasarkan teori keperawatan yang dijadikan sebagai bahan pustaka dalam penulisan ini, menurut Engram (1998) diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien hernia antara lain, diagnosa post operasi, Nyeri berhubungan dengan pembedahaan, Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pembedahaan, Kurang

perawatan diri berhubungan dengan keterbatasaan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahaan, dan Resiko tinggi terhadap kerusakaan penatalaksanaan pemulihan dirumah berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang, sedangkan diagnosa keperawatan yang bersumber dari doenges (1998) yang dirujuk pada kasus HNP adalah Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.S, tanggal 7 Agustus 2008 dan dari hasil pengkajian tersebut, penulis menemukan tiga diagnosa keperawatan diantaranya, Nyeri berhubungan dengan Agen cidera fisik (luka post insisi), Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasive, (pembedahan), Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan perawatan berhubungan dengan kurangnya informasi . Diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik (luka post insisi), Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasive, (pembedahan) yang ditemukan pada klien Tn.S,

57

sudah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang tercantum dalam teori. Diagnosa kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis, dan perawatan dirumah beruhubungan dengan kurangnya informasi, tidak ditemukan pada teori keperawatan, tetapi ada diagnosa keperawatan yang tercantum dalam teori yaitu Resiko tinggi terhadap kerusakaan penatalaksanaan pemulihan dirumah berhubungan

dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang hampir sama, tetapi pada teori hanya membahas pada penatalaksanaan saat dirumah saja, sedangkan yang ditemukan penullis pada klien Tn.S merupakan keseluruhan dari penyakit, prognosis hingga perawatan dirumah. Tidak ditemukannya diagnosa Kurang perawatan diri

berhubungan dengan keterbatasaan mobilitas fisik sekunder terhadap pembedahaan dan Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri dan ketidaknyamanan tidak ditemukan saat pengkajian karena, klien mampu beraktifitas seperti mandi meskipun aktifitasnya kadang dibantu oleh istrinya, sehingga klien tampak bersih dan perawatan diri terjaga dan kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi karena klien sudah mampu untuk mobilisasi. C. Perencanaan Setelah tersusun diagnosa keperawatan yang ditemukan dari hasil pengkajian, maka dibuat sebuah perencanaan keperawatan

58

yang bertujuan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah keperawatan klien yang beresiko akan timbul. Perencanaan atau rencana tindakan keperawatan dibuat dengan asuhan keperawatan sesuai dengan kepustakaan, adanya pengurangan rencana tindakan disesuaikan dengan keadaan ruangan dan fasilitas yang ada untuk melaksanakan rencana tindakan serta sumber daya. Dalam perencanaan asuhan keperawatan pada Tn.S yang dibuat berdasarkan urutan diagnosa keperawatan yang telah

tercantum pada bab 3 sudah sesuai dengan kepustakaan yang menjadi landasan teori bagi penulis, tapi dari delapan (8) intervensi yang terdapat pada kepustakaan Engram (1998) untuk diagnosa Nyeri berhubungan dengan adanya luka post operasi pada bagian inguinal dexstra, hanya empat (4) intervensi yang dapat digunakan penulis untuk menyelesaikan masalah Tn.S, dan 1 intervensi di buat oleh penulis yang tidak tercantum dalam kepustakaan hal ini karena penyesuaian dengan situasi dan kondisi klien. intervensi tersebut adalah Minta klien untuk melapor jika nyeri timbul, Untuk diagnosa kedua, jika melihat pada engram (1998) ada 9 perencanaan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah resiko

infeksi, tapi hanya 4 perencanaan yang dapat digunakan penulis untuk dapat dilaksanakan pada asuhan keperawatan Tn.S. dan 1

perencanaan yang dibuat oleh penulis sendiri yaitu kaji tanda tanda

59

infeks, hal ini disebabkan belum ditemukan tanda tanda infeksi sehingga perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut. Sedangkan 5 intervensi lainnya diantaranya, Jika suhu menigkat hingga 36,80 C selama 48 jam mulailah memperhatikan paru paru tiap jam dan menambah intake cairan melalui mulut, jika tidak ada kontra indikasi. Informasikan dokter jika suhu diatas 380 C, Informasikan dokter jika luka tampak merah dan ditemukan adanya pus. Berikan anti piretik yang ditentukan jika terdapat demam. Berikan perawatan perineal 2 kali sehari sesuai protokol dan prosedur ketika kateter foley dipasang, setelah kateter dilepas laporkan masalah berkemih. Jika harus sering mengganti verban, gunakan perekat Montgomery, tidak dapat dilakukan karena klien tidak terpasang

kateter dan kondisi klien yang stabil sehingga intervensi tersebut tidak dapat digunakan dalam asuhan keperawatan. D. Pelaksanaan Pelaksanaan adalah sebuah tindakan yang dilakukan

berdasarkan apa yang sudah direncanakan dan tersusun dalam sebuah format asuhan keperawatan untuk menyelesaikan masalah yang ada terhadap klien. Dalam hal ini pelaksanaan dilakukan oleh penulis yang juga melibatkan tenaga kesehatan lainnya serta juga klien itu sendiri yaitu Tn.S. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan menurut Nada (2007) bahwa hal hal yang dapat dilakukan pada klien hernia adalah

60

Pemeriksaan Laboratorium (Lekositosis), Periksa tanda vital, tandatanda & gejala-gejala infeksi dan peradangan, mengInformasikan ke dokter bila terjadi perubahan kondisi pasien (suhu, nadi, pernafasan) dan obat-obatan (antibiotik dan analgetik). Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan penulis sudah sesuai dengan kepustakaan, seperti pemeriksaan tanda-tanda vital, tanda-tanda infeksi, dan kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik dan analgetik yang merupakan tindakan yang sudah dilakukan oleh penulis. Dalam melaksanakan perencanaan

keperawatan penulis tidak menemukan kesulitan karena klien sangat kooperatif. Tapi ada beberapa pelaksanaan keperawatan yang tidak dilakukan pada Tn.S sehubungan dengan kondisi yang tidak mengharuskan untuk dilakukannya perencanaan tersebut, seperti pemeriksaan laboratorium dan memberikan informasi kepada dokter jika ditemukan tanda-tanda infeksi, karena tidak ditemukannya data tanda-tanda infeksi pada Tn.S E. Evaluasi Evaluasi bagian akhir dari proses keperawatan yang

menentukan apakah yang telah direncanakan sudah teratasi, teratasi sebagian, atau belum teratasi. Menurut ilham (2008) pada tahap evaluasi hasil yang bisa didapatkan adalah Pre Operasi antara lain, Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi, Pengetahuan keluarga dan klien meningkat. Sedangkan

61

pada masa Post Operasi yaitu, Rasa nyeri dapat teratasi, Integritas kulit baik, Infeksi tidak terjadi, Penatalaksanaan perawatan dirumah dapat dilaksanakan dengan tepat Sedangkan hasil yang didapatkan penulis pada tahap evaluasi tidak ditemukannya tanda tanda infeksi, masalah nyeri teratasi dan pengetahuan klien dan keluarga bertambah tentang hernia, Dari evaluasi yang ada pada literatur dengan evaluasi yang telah ditemukan penulis, terlihat ada persamaan, dimana tujuan akhir dari perencanaan yang telah dibuat penulis dan disesuaikan dengan literatur yang digunakan terlihat tidak jauh perbedaannya. Dalam arti lain hasil evaluasi yang diharapkan penulis sudah sesuai dengan teori keperawatan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Asuhan keperawatan pada Tn.S dengan Post Operasi Hernia Inginalis Lateral Dekstra selama 3 hari yang dimulai pada tanggal 7 Agustus 2008 sampai dengan 9 Agustus 2008 yang telah dilakukan penulis pada dasarnya untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan yang

62

berdasarkan teori teori keperawatan yang dituangkan dalam kehidupan nyata dan realita, dan juga untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang up to date. 1. Pengkajian Dari hasil melakukan asuhan keperawatan Tn.S maka penulis dapat menyimpulkan pengkajian pada klien Tn.S ditemukan data, klien mengeluh nyeri pada saat mengubah posisi, nyeri terletak pada bagian luka operasi, karena luka operasi baru 1 hari, dimana data yang ditemukan sesuai dengan teori keperawatan tentang tanda dan gejal dari pasien post operasi hernia. 2. Diagnosa keperawatan Pada tahap penentuan diagnosa penulis menemukan 3 diagnosa keperawatan berdasarkan hasil pengkajian, dimana 3 diagnosa tersebut adalah, Nyeri berhubungan dengan Agen cidera fisik (luka post insisi), Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasive, (pembedahan) Kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit yang diderita. 3. Perencanaan keperawatan Setelah ditemukannya masalah dari hasil pengkajian, maka penulis membuat perencanaan dimana untuk diantara menyelesaikan setiap diagnosa

permasalahan

tersebut,

keperawatan masing masing memiliki lima perencanaan

63

keperawatan yang sudah disesuaikan dengan teori keperawatan. Dalam menyusun perencanaan penulis tidak menemukan

masalah yang serius, karena semua masalah yang ditemukan sudah termasuk dalam kepustakaan keperawatan. 4. Pelaksanaan keperawatan Dalam menjalankan intervensi/perencanaan keperawatan, penulis mengalami sedikit masalah, dimana penulis harus berbagi waktu dan tenaga untuk merawat pasien yang lain, tetapi dengan dukungan dan semangat dari semua pihak, maka pelaksanaan asuhan keperawatan dapat terlaksana sesuai apa yang dinginkan penulis dan klien. semua perencanaan dapat terlaksanan dengan baik. 5. Evaluasi Hasil dari melaksanakan semua perencanaan yang telah dibuat penulis semua teratasi pada hari ke tiga. Dari ke tiga masalah yang ditemukan penulis pada saat pengkajian, masalah nyeri terlebih dahulu teratasi pada hari ke dua, sedangkan untuk dua masalah yang lain teratasi pada hari ke tiga. 6. Dokumentasi Pendokumentasian dari semua kegiatan dilakukan setelah melakukan tindakan, dimana dalam dokumentasi telah tercantum semua yang telah dikerjakan penentuan diagnosa penulis mulai dari pengkajian,

keperawatan, menyusun perencanaan,

64

melaksanakan isi dari perencanaan yang sesuai dengan kondisi klien, dan mengevaluasi apakah masalah sudah teratasi atau belum. B. Saran saran Saran ini ditujukan pada instansi Rumah Sakit Umum Abdul Wahab Sjahranie khususnya di ruang Cempaka dan instansi pendidikan dalam mengoptimalkan asuhan keperawatan yang

diberikan, yaitu : 1. Untuk dapat melakukan pengkajian dengan baik dan mendapatkan data yang akurat hendaknya instansi Rumah sakit menyiapkan

sarana yang kurang seperti : senter, meteran, timbangan berat badan dan lain-lain. 2. Diharapkan instansi pendidikan keperawatan terutama Akademi Keperawatan Muhammadiyah Samarinda untuk dapat menambah koleksi buku asuhan keperawatan di perpustakaan agar

memudahkan bagi penulis dalam mencari literatur khususnya untuk penyakit hernia inguinalis lateral. 3. Ditujukan kepada Mahasiswa Akademi keperawatan

Muhammadiyah Samarinda agar dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dapat dilakukan dengan profesional dan objektif sesuai dengan standar teori keperawatan.

You might also like