You are on page 1of 20

Kisah Seorang pengemis yang sukses

Tanggal 19 januari 2001, Di sebuah kota besar yang berada di planet ke tiga Galaksi MilkyWay. Pada sore hari ketika banyak orang pulang kerja. Ada satu orang pengusaha menaiki mobil BMW serta terlihat sedang terburu-buru. Dia turun dan menuju ATM terdekat untuk mengambil sejumlah uang. Yang pasti uangnya dalam jumlah BESAR. Di depan ATM itu ada seorang yang sedang duduk-duduk dilantai. Pakainnya kumuh, berlubang dan seperti tidak pernah dicuci. Sorot matanya menunjukkan seseorang yang tidak mempunyai harapan. Didepannya ada sebuah gelas berisi uang. Jika anda sedang berpikir dia adalah seorang pengemis. Anda 100% benar. Tapi si pengusaha dengan cueknya melangkah melewati si pengemis dan masuk ke dalam ruang ATM. Ternyata di dalam pengusaha itu tidak ingin mengambil uang, dia hanya sekedar ingin mentransfer uang. Yang pasti transfernya dalam jumlah BESAR. Ketika dia hendak keluar. Entah perasaan darimana si pengusaha menjadi iba kepada pengemis. WOW! dia mengambil dompet dari sakunya. Setelah melihat dari pojok kiri ke pojok kanan sisi dompet. Dia akhirnya berhasil menemukan uang dengan nominal paling kecil! Seribu Rupiah dia berikan kepada si pengemis. Terima Kasih tuan, Kata si pengemis dengan bibir tersenyum senang. Sampai senangnya dia mengambil uang seribuan itu dari gelas dan memegangnya dengan kuat. Hmmmmm mungkin ini adalah pendapatan terbesarnya hari itu. Exspresi dari pengusaha itu hanya tersenyum kecut. Tidak lebih dari itu! kemudian dia mulai meninggalkan si pengemis menuju mobil mewahnya. Lalu entah kenapa! ketika dia ingin memasuki mobil dia seperti tidak rela memberi uang dengan cuma-cuma kepada pengemis tadi. Dasar Kikir! Dia berlari kembali menuju ke pengemis. Ketika ingin mengambil uang seribuan miliknya. Dia tertahan! atau tidak bisa karena uangnya masih digenggam oleh si pengemis. Akhirnya tanpa pikir panjang! Si Pengusaha mengambil gelas pengemis yang mungkin adalah harta satu-satunya. Dengan enteng dan terlihat seperti mengejek. Si pengusaha kikir itu berkata: Kamu juga pengusaha bukan? Kemudian pengusaha berlari kembali ke mobilnya. Dan si pengemis hanya bisa melongo. Walau samar-samar terlihat ada air yang keluar dari matanya. Hmmmmm

Bersamaan dengan itu terlihat langit sudah berwarna merah. Mataharipun mulai terbenam. 8 tahun kemudian. Tepatnya tanggal 2 juli 2009. Di sebuah gedung mewah yang terdapat di kota besar di planet bumi. Si pengusaha sedang berada di kantornya. Melamun! bahkan terlihat seperti orang stres. Tentu saja dia stres! Gara-gara krisis ekonomi global, bisnisnya hampir bangkrut! tinggal menunggu hari saja dia akan menjadi miskin. Suatu hal yang tidak pernah dia rasakan seumur hidup. Belum lagi tanggungan hutang yang tidak bisa dia bayar. Bukan hanya jatuh miskin, mungkin dia akan masuk penjara karena tidak bisa melunasi hutangnya. Tiba-tiba! Telepon berdering. Ternyata itu dari sekertarisnya. Pak ada orang yang mau bertemu dengan bapak. Sebenarnya pengusaha itu sedang malas menemui siapa-siapa. Apalagi orang yang tidak dikenalnya. Namun dia putuskan untuk menemui si tamu misterius ini. Tamu misterius itu pun masuk. Lalu diikuti dengan basa-basi singkat seperti perkenalan nama dsb. Lalu pengusaha pun menanyakan maksud kedatangan si tamu.

ALANGKAH KAGETNYA !
Tamu misterius itu mau menginvestasikan uang dalam jumlah besar dalam perusahaannya. Bahkan jumlah uang itu juga sanggup melunasi hutang perusahaan. Pengusaha itu hanya melongo tidak percaya. Tapi sebelum si pengusaha berhenti dari kegiatan melongonya. Si tamu misterius itu berkata : "Mungkin bapak sudah lupa terhadap saya. Dulu saya adalah pengemis yang sering mangkal di depan ATM. Gara-gara bapak dulu ngomong kayak gini Kamu juga pengusaha bukan? Saya waktu itu benar-benar terharu. Anda tidak menganggap saya sebagai pengemis seperti orang lain, melainkan penjual yang sedang menjual barang. Waktu itu juga saya berhenti mengemis. Lalu merintis usaha saya sendiri. Dan bisa bapak lihat akhirnya saya BERHASIL".

Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono


Kisah pengusaha sukses di Indonesia yang diangkat pada artikel berikut ini ialah sejarah berdirinya perusahaan taksi yang mempunyai lambang burung berwarna biru tua. Ya taksi yang dimiliki grop ini sudah membanjiri ruas-ruas jalan di kota besar yang ada di Indonesia. Sebut saja kota yang dipadati dengan taksi ini, mulai dari Jakarta, Bali, Bandung, hingga Lombok. Siapa nyana usaha yang berawal dari menjajakan bisnis taksi gelap sekarang berubah menjadi market leader di perbisnisan Indonesia, terutama dibidang transportasi. perjuangan wanita ini boleh dikatakansuper hebat dalam merintis usaha. Gamabaran hidupnya dalam membawa nama Blue Bird agar menjadi nomor satu penuh dengan halangan dan rintangan. Wanita inipun tidak segan-segan melawan unek-unek yang menerpa pilar usahanya. Saat ini kelompok

usaha yang akrab didengar dengan Group Blue Bird ini mempunyai lebih dari puluhan anak perusahaan. Wanita yang satu ini menorehkan kisah di Indonesia dengan perjuangannya yang keras. Wanita yang dilahirkan di kota Malang, Jawa Timur tepatnya pada tanggal 17 Oktober 1923 ini adalah wanita yang memiliki sifat dan karakteryang baik kepada siapa saja. Nama lengkapnya Mutiara Siti Fatimah. Ia mengenyam pendidikan dari SD sampai SMA di kota yang terkenal dengan buah apelnya. Setelah beranjak dewasa, Mutiara memutuskan untuk menikah dengan pria yang bernama Djokosoetono. Untuk lebih jelasnya marilah kita ikuti kisah pengusaha sukses di Indonesia berikut ini. Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono Kisahnya dimulai dari sebuah bemo, kendaraan umum dengan roda tiga yang belakangan ini makin sulit ditemui. Selanjutnya adalah 13 ribu armada Blue Bird, perusahaan taksi berlogo burung biru yang didirikan oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono, kini almarhumah. Burung biru, sejatinya adalah sebuah dongeng di Eropa, yang didengar oleh Mutiara, saat tinggal di Belanda. Dongeng itu bercerita tentang nasihat seekor burung berwarna biru kepada seorang gadis, yang intinya semua keinginan bisa digapai asal si gadis bersedia bekerja keras dan jujur. Dongeng ini begitu membekas pada ibu dua anak dari perkawinannya dengan Prof. Djokosoetono itu, yang kini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan dalam kompleks Universitas Indonesia, tempatnya mengabdi. Dari segi bisnis, kehidupan keluarga Mutiara dimulai saat suaminya meninggal. Satu buah bemo yang dimiliki dan dikemudikan Chandra Soeharto, putra pertamanya, ikut menjadi penopang perekonomian keluarga. Purnomo, adik Chandra yang tidak memiliki surat izin mengemudi, bertugas sebagai asisten alias kondektur. Mutiara mulai masuk ke bisnis taksi setelah dapat hadiah dua mobil dari polisi dan tentara, sebagai jasa atas pengabdian sang suami yang meninggal tahun 1965. Berhubung yang selalu menyopiri adalah Chandra, maka nama yang dikenal pun Chandra Taksi. Izin sebagai perusahaan taksi, diperoleh Mutiara era Gubernur Ali Sadikin (alm) memimpin Jakarta, pada tahun 1971. Sempat tidak diberikan izin lantaran belum berpengalaman, membuat wanita kelahiran Malang, Jawa Timur itu makin kreatif. Para penumpang Chandra Taksi dimintai rekomendasi layanan mereka, kemudian diajukan ke Gubernur. Hasilnya: izin pun keluar. selamat jalan bemo. Karena setahun setelah Blue Bird berdiri, 25 taksi langsung dieperasikan. Mobil-mobil yang digunakan adalah buah kepercayaan para istri mantan pejuang terhadap Mutiara. Ini, armadanya sudah mencapai 21 ribu taksi. Bisnisnya pun melebar hingga ke angkutan kontainer. Namun yang pasti, tetap konsisten di jalur transportasi darat yang setiap bulan melayani 8,5 juta penumpang. (sumber: plasadana.com) Itulah sebuah kisah yang didapat oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono. Walaupun tanpa kehadiran seorang suami, namun semangat bisnisnya tidak pernah pudar, sekalipun dirinya tidak tahu sama sekali mengenai dunia bisnis. Dengan hanya berbekal keinginan yang kuat

untuk menghidupi anaknya, akhirnya ia mampu untuk meraih segala cita-citanya. Cermin perjalanan seorang Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono tampaknya patut dicontoh dan diterapkan dalam menjalankan usaha. Keberhasilan itu semua tak lepas dari kerja keras, optimisme yang yang tinggi, dan kecintaannya terhadap pekerjaan. Teruslah melaju Blue Bird Group agar menjadi perusahaan paling terdepan di garda bisnis transportasi Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa menambah semangat anda, salam sukses luar biasa.

Eka Tjipta Widjaja


Kisah pengusaha sukses dari nol tokoh yang satu ini adalah pengusaha yang memiliki mental baja. Mungkin anda telah mengenal namanya lewat Sinar Mas Grup yang kini menjadi perusahaan raksasa di Indonesia. Saat ini, ia berada di tiga besar orang-orang terkaya di Indonesia versi majalah Globe Asia 2008. Tentu sulit dilupakan bagaimana ia meraih segala harapan yang diinginkan dengan semangat pantang menyerah. Anda mungkin tidak merasakan apa yang dirasakan olehnya. Ia sering diterpa dengan kegagalan demi kegagalan dalam menjalankan usaha. Tapi, semua itu tidak mengurungkan niatnya untuk tetap bertahan di dunia bisnis Indonesia yang saat ini konon totatl kekayaan kurang lebih mencapai USD 3,8 miliar. Saya berharap para pembaca yang budiman bisa terinspirasi dari kisah pengusaha sukses dari nol ini. Semua yang dilakukannya, semua kerja kerasnya, dan semangat pantang menyerahnya patutlah kita tiru. Sungguh luar biasa tokoh pengusaha ini karena beliau dibesarkan dalam keluarga miskin. Tapi keadaan tersebut malah menjambut dan menggemblengnya sahingga mengantarkan beliau menjadi seorang pengusaha terkaya di Indonesia. Tidak sabar untuk untuk mengikuti kisah selanjutnya, mari kita simak perjalanan beliau untuk mencapai kesuksesannya. Eka Tjipta Widjaja adalah orang Indonesia yang awalnya lahir di Cina. Beliau lahir di Coana Ciu, Fujian, Cina dan mempunyai nama Oei Ek Tjhong. Ia lahir pada tanggal 3 Oktober 1923 dan beliau merupakan pendiri dan pemilik Sinar Mas Group. Ia pindah ke Indonesia saat umurnya masih sangat muda yaitu umur 9 tahun. Tepatnya pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong akhirnya pindah ke kota Makassar. Di Indonesia, Eka hanya mampu tamat sekolah dasar atau SD. Hal ini dikarenakan kondisi ekonominya yang serba kekurangan. Untuk bisa pindah ke Indonesia saja, ia dan keluarganya harus berhutang ke rentenir dan dengan bunga yang tidak sedikit. Pendidikan Eka Tjipta Widjaja bukanlah seorang sarjana, doktor, maupun gelar-gelar yang lain yang disandang para mahasiswa ketika mereka berhasil menamatkan studi. Namun beliau hanya lulus dari sebuah sekolah dasar di Makassar. Hal ini dikarenakan kehidupannya yang serba kekurangan. Ia harus merelakan pendidikannya demi untuk membantu orang tua dalam menyelesaikan hutangnya ke rentenir. Saat baru pindah ke Makassar, Eka Tjipta Widjaja memang mempunyai hutang kepada seorang rentenir dan setiap bulan dia harus mencicil hutangnya tersebut. Keluarga Eka Tjipta Widjaja mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya dalam hal bisnis dan kehidupannya. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Melfie Pirieh Widjaja dan mempunyai 7 orang anak. Anak-anaknya adalah Nanny Widjaja, Lanny Widjaja, Jimmy Widjaja,

Fenny Widjaja, Inneke Widjaja, Chenny Widjaja, dan Meilay Widjaja. Eka Tjipta Widjaja dikenal sebagai orang yang banyak mempunyai istri atau poligami. Bisnis Dalam hal bisnis, Eka Tjipta Widjaja merupakan seorang yang unggul dalam mengembangkan bisnis yang telah dia rintis. Ini terbukti dengan hasil karyanya dalam membangun bisnis di Indonesia ini. Ia sudah menekuni dunia bisnis sejak dia masih berumur sangat muda yaitu umur 15 tahun. Ia mengawali karir bisnisnya itu hanya dengan bermodalkan sebuah ijasah SD yang dimilikinya. Dia berjualan gula dan biskuit dengan cara membelinya secara grosir kemudian dia jajakan secara eceran dan hal tersebut bisa mendapatkan untung yang lumayan. Namun bisnisnya itu tak bertahan lama karena adanya pajak yang besar pada saat itu karena Jepang menjajah Indonesia. Pada tahun 1980, ia memutuskan untuk melanjutkan usahanya yaitu menjadi seorang entrepreneur seperti masa mudanya dulu. Ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 10 ribu hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung, beliau juga membeli mesin dan pabrik yang bisa memuat hingga 60 ribu ton kelapa sawit. Bisnis yang dia bangun berkembang sangat pesat dan dia memutuskan untuk menambah bisnisnya. Pada tahun 1981 beliau membeli perkebunan sekaligus pabrik teh dengan luas mencapai 1000 hektar dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton teh. Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga mulai merintis bisnis bank. Ia membeli Bank Internasional Indonesia dengan asset mencapai 13 milyar rupiah. Namun setelah beliau kelola, bank tersebut menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu yang dulunya hanya 2 cabang dan asetnya kini mencapai 9,2 trilliun rupiah. Bisnis yang semakin banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai merambah ke bisnis kertas. Hal ini dibuktikan dengan dibelinya PT Indah Kiat yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp per tahun dan bisa memproduksi kertas hingga 650 ribu per tahun. Pemilik Sinarmas Group ini juga membangun ITC Mangga Dua dan Green View apartemen yang berada di Roxy, dan tak ketinggalan pula ia bangun Ambassador di Kuningan. Kekayaan Eka Tjipta Widjaja merupakan orang kaya yang masuk sebagai orang terkaya di Indonesia nomor 3 versi Globe Asia 2008 dengan total kekayaan mencapai 6 Milliar Dollar atau setara dengan 54 trilliun rupiah. Demikian biografi singkat Eka Tjipta Widjaja. (sumber : orangterkayaindonesia.com) Itulah gambar kegigihan seorang Eka Tjipta Widjaja. Figurnya memang dikenal pantang menyerah. Berbagai pengalaman pahit dalam berdagang ia jalani dengan sikap optimis. Dengan kekayaan mental tersebut, usaha demi usaha yang telah dirintis olehnya membuahkan manis. Ia merupakan sosok manusia yang pantas dicontoh. Semoga pembaca sekalian dapat mengambil pelajaran dari kisah pengusaha sukses dari nol tokoh yang satu ini. Jaga terus semangat kewirausahaan, salam sukses selalu! Irma Suyanti Peyandang cacat adalah orang-orang yang selalu terpinggirkan, peminta-minta, pelengkap kehidupan maupun hal-hal yang serba kurang mengenakkan yang didapatkan. Hal itulah yang selama ini kita lihat dalam keseharian. Setiap kali kita berkendara di lampu merah, biasanya

disitulah mereka mangkal untuk sekedar meminta belas kasihan pengendara yang lewat. Jika ada suatu kabar berita / cerita tentang penyandang cacat yang sukses besar, ah itu khan hanya dalam cerita yang telah didramatisir.Jika pemikiran saudara seperti kalayak banyak kayak di atas, bersiap-siaplah untuk menanggung malu dan kecewa berat. Karena hal itu tidak pernah terjadi pada diri IRMA SUYANTI. Seorang penyandang cacat lumpuh kaki akibat polio ini. Suami dari Agus Priyanto ini mampu memutar balikkan keadaan yang selama ini ditasbihkan pada diri seorang penyandang cacat. Melawan keterbatasan, ketidakadilan, pencibiran dan pelecehan Saya beberapa kali menyimak secara detail wanita lulusan SMA 1 Semarang ini, melalui acara stasiun televisi maupun media online. Irma Suyanti mampu melawan terhadap keterbatasan, ketidakadilan, pencibiran maupun pelecehan yang selama ini disandangkan kepada sesamanya. Sejak tahun 1999, selepas menikah dengan Agus Priyanto (seorang penyandang cacat juga), berusaha untuk melawan keterbatasannya melalui usaha mandiri yang bermanfaat. Ia berusaha memanfaatkan potongan-potongan kain (kain perca) menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan mempunyai daya guna yang lebih. Ia dibantu oleh suaminya membuat usaha keset dari kain perca yang didapatkan dari penjahit-penjahit dilingkungannya. Ditangan Irma dan suaminya, kain perca ini disulap menjadi keset yang menarik. Pada awalnya, untuk pemasaran ia`pun menawarkan produknya kepada tetangga-tetangganya yang membutuhkan dan dijual ke pasar terdekat. Mungkin bias saja terjadi, pada saat awal melakukan pemasaran produknya ini, pembeli hanya kasihan kepadanya, sehingga membelinya walaupun tidak membutuhkan. Terkadang hal semacam ini menjadi dilematis terhadap pembeli, karena kasihan semata. Tetapi hal itu tidak menyurutkan semangat Irma dan suaminya untuk berusaha. Semakin lama usahanya semakin bertambah, maka iapun tidak mampu mengatasi permintaan pelanggan. Maka selanjutnya Irma dan suaminya mencari orang untuk membantunya. Pada awalnya ia mengoptimalkan temen-teman penyandang cacat untuk membantu memproduksi. Harapannya untuk memberikan bekal terhadap teman-teman senasib agar lebih produktif. Lambat-laun ia mampu produk yang dihasilkan benar-benar mampu menjawab kebutuhan pasar. Sehingga produk yang dihasilkanpun semakin banyak dan semakin beragam. Tidak hanya keset saja, tetapi juga merambah produk-produk lain yang berbahan dasar kain perca. Pada akhirnya kebutuhan tenaga kerjapun harus terus ditambah untuk memenuhi kuota, sehingga harus terus menambah jumlah tenaga kerja. Hingga saat jumlah tenaga yang mengolah kain perca inipun telah mencapai 2.500 orang, dengan 150 orang di antaranya adalah penyandang cacat. Bahkan iapun menyediakan tempat menginap bagi penyandang cacat yang bekerja ditempatnya. Selain hal itu, iapun mengoptimalkan masyarakat sekitar desanya di Karangsari, Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Selain memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar, Irma juga melakukan pendampingan untuk produksi bagi kelompok-kelompok kerja maupun secara individual. Pendampingan yang dilakukan Irma pun pada akirnya telah menyebar seluruh Kebumen maupun Jawa Tengah. Sejalan dengan perkembangan usahanya, akhirnya berbagai kesempatan datang menghampirinya, termasuk perhatian dari pemerintah daerah maupun propinsi. Berbagai udangan untuk mengikuti pameran produk datang padanya. Di antaranya adalah kesempatan untuk memamerkan produknya di showroom miliki Kementerian Pemuda dan Olah Raga di Jakarta. Pameran produk di Melbourn Australia bersama Kemenporapun pernah dilakukan.

Dengan adanya pengenalan produk inilah, pada akhirnya produk dari Irma tidak hanya di dalam negeri saja, tetapi mampu menembus pasar ekspor. Hingga saat ini Irma telah mampu menciptakan puluhan jenis produk dari memanfaatkan kain perca ini. Kualitaspun terus ditingkatkan demi terjaganya produk dan memberikan kepuasan pelanggan. Hingga saat ini produk yang dihasilkan telah diekspor ke Australi, Jerman, Turki dan Jepang. Irma telah menerima banyak penghargaan, antara lain Wirausahawati Muda Teladan dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2007), Perempuan Berprestasi 2008 dari Bupati Kebumen (2008), dan Penghargaan dari Jaiki Jepang, khusus untuk orang cacat (indonesiaproud.wordpress.com/). Dan yang terakhir adalah penghargaan dari SCTV Award 2012. (sumber:kompasiana.com) Siapa bilang orang cacat tidak bisa sukses? Anda tentunya telah membaca kisah perjalanan Irma diatas. Sekarang bagi anda yang tidak menyandang cacat seperti beliau apakah sudah puas dengan keaadan saat ini? Padahal yang cacat saja bisa sukses apalagi kita yang dalam keadaan normal tentunya kita semakin terpacu untuk bisa menjadi pengusaha yang sukses. Semoga kisah tadi bisa mengispirasi pembaca sekalian. Tambah semangat dan bisa menambah semangat pembaca dalam menjalankan bisnis usaha anda. Jaga selalu semangat kewirausahaan, salam sukses selalu!

Pilih Karier Atau Wirausaha?


Berkarier atau wirausaha adalah 2 pilihan yang layak dijalani saat ini. Namun sebaiknya, tetapkan berdasarkan kemampuan agar tak mengorbankan kehidupan dan masa depan. Setiap orang pasti memiliki rencana dalam hidupnya. Salah satunya, tentang bagaimana ia akan menikmati hari tua kelak. Alternatif yang bisa dipilih? Dengan mengumpulkan cukup simpanan dana pensiun atau memiliki usaha sendiri yang cukup menghidupi. Namun adakalanya, tidak perlu menunggu hari tua untuk memulai usaha sendiri. Beberapa orang memutuskan untuk memiliki usaha sendiri ketika masih di usia produktif. Mana yang lebih tepat? Berikut kiat dari Eko Endarto RFA, perencana keuangan dari Finansial Consulting, agar tidak terjerumus pada keputusan yang kurang tepat sebelum memutuskan mengakhiri karir dan memulai usaha sendiri. Baca Peluang Pada dasarnya yang dilihat dari sebuah pilihan berkarier atau wirausaha, bukan sekadar peluang. Peluang itu akan selalu ada. Tapi yang paling penting untuk diperhatikan adalah apakah peluang itu bisa menjadi prospek yang bagus untuk masa depan kita? Pahami jika ini sudah melewati pertimbangan yang matang. Semua pilihan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Cara terbaik mengetahui pilihan yang tepat adalah dengan membuat pertimbangan peluang bisa memberikan prospek yang bagus bagi diri kita ke depan. Bila prospeknya bagus dan hal itu bisa terjadi, maka apapun pilihannya takkan jadi masalah. Fokus pada Tujuan Sebelum memilih untuk berwirausaha, pahami bila pada setiap usaha pasti akan mengalami masa sulit. Tanamkan dalam pemikiran, usaha adalah proses. Di dalam proses tersebut, selalu ada saat yang bagus namun ada juga yang tidak bagus. Apabila datang masa yang sulit, cobalah ingat kembali jika salah satu alasan memilih berwirausaha, karena prospeknya ke depan kita nilai lebih menjanjikan. Paling tidak akan lebih baik dari kondisi saat ini.

Hal penting lain yang patut dicatat, selalu fokus pada tujuan di masa depan. Mungkin akan selalu ada goncangan kecil dalam perjalanan mencapai tujuan, tapi jangan sampai menghancurkan keyakinan. Apalagi hingga menghilangkan harapan pada tujuan di depan. Bisa Kapan Saja Pilihan berwirausaha sebenarnya bisa dilakukan kapan saja. Apakah ketika masih di usia produktif, maupun ketika sudah memasuki masa pensiun. Prinsipnya bila merasa pilihan dan peluang yang diberikan bisa mendatangkan prospek bagus, mengapa tidak? Prospek yang baik ini bukan hanya dilihat dari kekayaan atau kesejahteraan yang bisa dicapai, namun juga memberikan aktualisasi diri. Mengenai penentuan kapan berwirausaha dapat dimulai, lebih cepat dimulai tentu lebih baik. Ingat, wirausaha adalah sebuah proses, bukan seperti bekerja dan menerima gaji secara langsung setelah 1 bulan kita menerima pekerjaan. Hasilnya baru akan dipetik setelah usaha membuahkan hasil dan keberhasilan itu datang tidak dapat diprediksi. Bisa cepat, bisa juga lambat. Tergantung bagaimana seseorang menjalani proses tersebut. Asuransi Usaha Semua kegiatan pasti ada risikonya, termasuk juga usaha. Dan, saat ini, Anda dapat memilih menanggung risiko itu sendirian dengan kekayaan pribadi, atau dengan meletakkan risiko tersebut ke orang lain dengan asuransi. Memang, pada dasarnya usaha tidak dapat diasuransikan, namun aset usaha sangat bisa diasuransikan. Aset usaha berupa tempat usaha, barang dagangan, atau jenis aset lainnya, masih bisa diasuransikan. Caranya, dengan menghubungi perusahaan asuransi kerugian. Bersama mereka, dapat dihitung berapa besaran aset yang dapat diasuransikan. Selain itu, konsultasikan mengenai produk yang paling sesuai dengan risiko yang paling mungkin terjadi terhadap usaha. Kesungguhan dan Disiplin Sebelum memulai berwirausaha, pastinya akan ada pertanyaan besar yang mengganjal: Berapa besar modal yang harus dikumpulkan untuk bisa memulai usaha baru? Sebenarnya tidak ada patokan berapa besar modal uang yang dibutuhkan, tapi yang paling utama adalah modal kesungguhan dan disiplin menjalani proses. Namun, tidak mungkin bisa menjalankan usaha tanpa ada uang sama sekali. Tetap dibutuhkan perhitungan modal sebelum menjalankan usaha. Nah, besaran modal yang dibutuhkan tersebut sangat tergantung dengan jenis dan besaran usaha yang akan dijalankan. Kalau dimulai dari usaha yang kecil, hanya dengan dana Rp 100 ribu pun sudah bisa memulai usaha. Begitu pula untuk usaha yang lebih besar. Tapi, dengan dana Rp 100 juta, modal usaha juga bisa kurang jika digunakan untuk usaha jenis lain. Jadi modal usaha memang sangat tergantung jenis dan skala besaran usahanya. Sebaiknya kalkulasikan dengan baik sasaran usaha yang akan dilakukan dan sisihkan dahulu penghasilan sebagai modal usaha kelak. Berapa dana yang disisihkan? Minimal sisihkan 20 persen dari penghasilan untuk dikumpulkan sebagai modal usaha. Anggaplah usaha ini kelak sebagai investasi di masa depan.

Dok. NOVA

Trik Memulai Usaha Laundry


di Indonesia ada beberapa jenis usaha yang masih termasuk ke dalam kategori bisnis laundry alias cuci mencuci baju.

Bisnis laundry dari jenis yang paling sederhana dikenal dengan cuci-setrika. Bisnis ini biasanya menjamur di daerah yang banyak terdapat kos-kosan atau rumah kontrakan, dimana penyewa kos atau kontrakan tak sempat atau tak bisa melakukan cuci dan setrika baju sendiri. Biasanya ini dikerjakan oleh pembantu atau penjaga kos-kosan itu. Sementara bentuk laundry yang canggih di Indonesia dari dulu dikenal dengan istilah binatu. Dalam bahasa modern saat ini lebih dikenal dengan istilah laundry & dry clean, dimana untuk laundry pakaian dicuci menggunakan mesin cuci. Sedangkan untuk dry clean pakaian dibersihkan pakai cairan kimia khusus yang bisa membersihkan dan merontokkan kotoran di pakaian tanpa di cuci secara biasa. Usaha jenis ini yang dulu hanya dilakukan secara rumahan atau terdapat di hotel-hotel mewah untuk fasilitas tamunya lalu mulai menjamur di tahun 1990-an, sejak dimulainya sistem franchise (waralaba) bisnis ini dari luar negeri. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir juga menjamur bisnis sejenis yang menggunakan waralaba lokal dan sistem agency yang bisa memberikan layanan dengan harga lebih terjangkau. Layanan ini yang tadinya hanya diperuntukkan bagi masyarakat kelas atas, kini bisa dinikmati masyarakat kelas menengah ke bawah. Tak berhenti sampai disitu, kombinasi antara layanan murah dengan layanan cucisetrika tadi berkembang lebih kreatif lagi dengan munculnya laundry kiloan. Yaitu laundry biasa, tapi dengan harga yang dibayarkan berdasarkan hitungan kilogram (bukan per potong pakaian). Nah, bisnis jenis manakah yang ingin Ibu tanyakan? Jika saya asumsikan, kemungkinan besar bisnis laundry untuk kelas menengah yang bisa terjangkau seluruh lapisan. Mari kita lihat persiapan apa saja yang harus dilakukan. Pertama, modal untuk investasi yang dibutuhkan untuk lokasi penjualan (outlet tempat menerima pelanggan/ cucian), lokasi tempat mencuci, dan peralatan berupa mesinmesin yang dibutuhkan, serta instalasi air, listrik, dan buangan air kotor. Lokasi tempat menerima cucian dan tempat mencuci bisa dilakukan di tempat yang sama atau terpisah, mengingat dibutuhkan instalasi air yang memerlukan ruang dan biaya yang juga besar. Adapun mesin yang dibutuhkan adalah: cash register (mesin hitung uang), mesin cuci baju kapasitas besar/ industri, mesin pengering baju kapasitas besar, mesin setrika press besar, dan setrika tangan. Ini minimum standar mesin yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini. Jika jumlah cucian belum terlalu banyak, mesin press (setrika otomatis) bisa digantikan seterika tangan yang harganya jauh lebih murah. Mesin cash register digunakan di lokasi penerima cucian untuk mencatat dan menerima transaksi keuangan. Mesin cuci dipgunakan untuk mencuci pakaian yang bisa dicuci dengan mesin biasa, sedangkan pakaian yang tak bisa dicuci dengan mesin cuci biasa harus dicuci secara terpisah. Kendati Indonesia negara tropis dengan matahari yang terus bersinar, tak bisa mengandalkan matahari untuk mengeringkan cucian. Selain itu, diperlukan ruang jemuran yang amat besar untuk mengeringkan pakaian. Bila musim hujan tiba, akan sulit untuk mengeringkan pakaian. Maka, dibutuhkan mesin pengering cucian. Mesin seterika (press) otomatis juga diperlukan, tapi untuk mendapatkan press-line atau garis seterika yang jelas dan tegas biasanya tukang cuci lebih menyukai seterika tangan yang berat, karena memberikan hasil yang jauh lebih maksimal, meski membutuhkan tenaga pekerja lebih banyak.

Sedangkan untuk biaya operasional sehari-hari komponennya: biaya sewa tempat deterjen dan pelunak cucian, air, bahan kimia untuk dry-clean, dan SDM (pekerja). Untuk lokasi bisa di rumah sendiri, terutama lokasi untuk tempat mencuci. Sedangkan air, bisa pakai air tanah, tapi usahakan disaring lebih dulu karena air tanah yang kotor bisa merusak pakaian. Di beberapa laundry modern, biasanya menggunakan mesin penyaring air sebelum digunakan atau mesin daur ulang air. Beberapa laundry modern yang lebih mewah dan mahal bisa menggunakan air minum mineral untuk mencuci pakaian pelanggan. Dibutuhkan 1 orang pekerja di tempat penerima cucian, 2 orang pekerja ditempat pencucian, 1 orang untuk mencuci, dan 1 orang lagi untuk seterika pakaian. Mengenai modal terbesar yang harus dipersiapkan, untuk pembelian mesin-mesin dan sewa tempat. Adapun harga mesin-mesin relatif ke jenis mesin yang ingin dibeli. Mesin cuci punya spesifikasi, tergantung dari jumlah kilogram yang ingin dicuci apakah 10 kg, 20 kg, 30 kg, dan seterusnya, begitu juga dengan mesin penggering. Untuk mesinmesin kelas industri keluaran Jerman memiliki kualitas terbaik, tapi harganya jauh lebih mahal dibandingkan mesin keluaran Jepang. Untuk memulai usaha jenis rumahan, Ibu bisa pakai mesin rumahan, tapi daya tampung cucinya kurang besar. Sehingga bila permintaan cucian meningkat Ibu harus menggunakan beberapa mesin cuci. Berbisnis laundry mengandalkan kuantitas yang besar, karena keuntungan perpotong dari sisi nominal tak terlalu besar. Maka, pemasaran atau jumlah cucian akan amat menentukan kapan investasi Ibu kembali modal serta keuntungan yang ingin diraih. Jika usaha ini ingin dilakukan dengan skala menengah memang dibutuhkan modal yang cukup besar, antara ratusan juta sampai satu miliar rupiah. Ber-partner jadi salah satu alternatif yang bisa dilakukan. Namun, mencari partner pun tak mudah. Harus ada kecocokan dan kesamaan visi dan misi dalam menjalankan usaha bersama. Juga harus ada hitung-hitungan tegas dan jelas dalam modal serta sistem bagi hasil. Jika tak dibuatkan dalam bentuk legal (badan hukum), harus ada perjanjian bersama yang mengikat. Banyak sekali seluk beluk soal bisnis ini yang bisa Ibu ketahui jika ingin memulainya di level menengah. Untuk informasi lebih lanjut, ada asosiasi atau perkumpulan dari pengusaha laundry (khususnya laundry menengah dan besar), dimana Ibu bisa bertanya lebih spesifik dan mendetail seputar usaha ini. Atau, Ibu dapat menghubungi kami untuk berkonsultasi secara langsung. Salam usaha! Konsultan: Aidil Akbar

JUJUR ITU KUNCI SUKSES!!


Prinsip jujur menjadi kata kunci seorang Toman untuk meraih sukses menjadi pengusaha Mia Ayam yang melayani pelanggan hingga 600 pedagang di sebagian wilayah Karesidenan Semarang. Dengan bendera Perusahan Mie Ayam Resmi, mampu melayani pelanggan hingga Karang Gede, Sruwen. Namun tidak banyak orang yang tahu, bila perjuangan yang dilakukan lelalki kelahiran 1963 ini benar benar dari nol besar. Bermula hanya seorang pedagang mie ayam keliling di sekitar Kelurahan Purwoyoso (sekarang komplek industri Candi), Ngaliyan, Semarang tahun 1988. Untuk berteduh pun , kala itu masih sewa dengan bayar

bulanan/kos. Sebelum jual mie ayam, terlebih dulu ia melakukan kerja menjadi kuli bangunan di Jakarta untuk mencari modal. Karena menurut ayah tiga orang anak ini, kondisi ekonomi keluarganya yang tidak mendukung. Awal jualan juga tidak mulus mas, banyak kecaman. Dengan harga 1 mangkok Rp. 250,00 kala itu. Apa tidak kemahalan, ya apa laku ? gitu pertanyaan pertanyaan dari warga. Tapi dengan jiat baik tetap saya lakukan jelas pengusaha mie yang bernama asli Taman ini. Bahkan pernah pula, lanjutnya pengalaman pahit dialaminya ketika mendorong gerobak mie ayamnya menabrak batu besar dijalan hingga gerobaknya terguling dan isinya tumpah semua. Itu yang membuatnya kerja kembali menjadi kuli bangunan untuk mengembalikan modalnya karena gerobak mia ayam tumpah. Tapi dengan pantang menyerah, sabar dab jujur, modal dagang Rp. 60 ribu diolah untuk berjualan mie ayam. Daripadaaa ikut kerja orang sealau dibentak bentak dan tidak nyaman. Itulah pilihan hidup yang membuatnya sukses hingga sekarang. Tidak puas hanya dengan berjualan mie ayam keliling dorong gerobak, tahun 1995 mulai dirintis menggiling mie sendiri dengan mengajukan pinjaman ke bank. Agar semua bisa berjalan, dirinya merekrut 1 orang tenaga kerja yang bertugas menjaual mie yang digilingnya. pertama merintis, untuk membuat mie saya menghabiskan 3 kg terigu. Agar saya bisa memperoleh uang untuk kulakan lagi, pernah saya menunggu dagangannya teman saya sampai mie habis. Karena modalnya mepet, terang lelaki kelahiran Jatisrono, Wonogiri ini. Saat krisis ekonomi tahun 1997 lalu, tidak membuatnya berkecil hati, malah semamkin membuat omzet penjualannya berlipat dan mampu meningkatkan taraf hidup perekonomian keluarganya yang dibangun sejak tahun 1990 dengan gadis pujaannya itu. Hingga menghasilkan rumah idaman keluarga yang ditempatinya sekarang, malah dari tahun ke tahun semakin membuatnya memeliki beberapa rumah di daerah yang sama. Itu mungkin buah hasil keringatnya yang selama bertahun tahun bersusah payah membangun ekonomi. Bermitra dengan Sriboga Sampai sekarang, dari hasil keringanya dalam emproduksi mie ayam, volume usahanya per hari mampu menghabiskan terigu, sebagai bahan dasar mie ayam dari PT Sriboga Raturaya rata rata per hari 8 kuintal, dengan jumlah karyawan 8 orang. Sedang area pasar selain wilayah Semarang, juga melayani pelanggan hingga Marangen, Demak. Yang paling jauh pelangganya, menurut putra ke 3 dari 7 bersaudara ini adalah Karang Gede, Sruwen Kabupaten Semarang, yang berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. Volume usaha yang pernah kita produksi meningkat, biasanya pas tanggal muda. Bisa menghabiskan terigu 1 ton. Sedang kenapa kita emmilih bermitra dengan Pt Sriboga Raturaya, karena kebaikan para merketing yang ramah dan setiap keluhan bisa langsung ditanggapai, ungkap mantan Ketua RT 7 RW 2 Kelurahan Purwoyoso yang dijabatnya selama 10 tahun ini. Dari perkembangan usahanya, direncanakan akan dibuka Gudang Terigu di daerah Kota Salatiga. Tapi samapi sekarang gudang itu belum dioperasionalkan, walau semua sarana fisiknya seperti tanah dan gedungnya sudah ada. Untuk bisa operasional, kita menunggu datangnya mesin mesin penggiling pembuat mier. Mungkin nanti dari Sriboga bisa membantu pengadaan mesin mesinya, harapnya. Sementara kendala yang dihadapinya selama ini adalah naiknya harga terigu. Sebab itu sangat

mempengaruhi produksinya. Ya diharapkan, dari Sriboga tidak terus terusan menaikkan harga terigu. Sumber: Pengusaha Mie Ayam Pak Toman

Sukses berkat kerupuk


Jangan anggap remeh kerupuk. Meski cuma camilan, kerupuk bisa menjadi bisnis yang menjanjikan. Kesabaran Nurati merintis usaha kerupuk ikan cap Dua Mawar mengantarkannya menjadi pengusaha dengan omzet ratusan juta rupiah per bulan. Bagi sebagian orang, makan tanpa kerupuk terasa hambar. Tapi, bagi Nurati, kerupuk bukan hanya sekadar lauk saat makan atau camilan. Kerupuk adalah sandaran hidupnya. Ya, berkat kerupuk, kini, ia bisa menjadi seorang pengusaha sukses. Perempuan kelahiran Indramayu 24 Desember 1973 ini merupakan produsen Kerupuk Ikan Cap Dua Mawar. Omzetnya yang mencapai Rp 300 juta per bulan menjadi bukti bahwa merek Dua Mawar cukup terkenal, terutama di Jawa Timur. Nurati tidak pernah membayangkan bisa menggapai sukses seperti sekarang. Dulu, ia hanyalah buruh di pabrik kerupuk milik kakak kandungnya. Tapi, sejak awal, perempuan yang hanya mengenyam pendidikan hingga kelas dua SMA ini memang bertekad tidak menjadi pengangguran. Maklum, ayahnya meninggal saat Nurati masih kecil. Dan, sejak itu, ia menyaksikan bagaimana ibunya setiap hari harus membanting tulang untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Itu pun belum cukup. Karena tak mampu memikul biaya sekolah, akhirnya, Nurati terpaksa putus sekolah. Sejak itulah Nurati bekerja serabutan di pabrik kerupuk milik kakaknya. Orang harus punya pekerjaan kalau tidak ingin direndahkan, tandasnya. Sebagai pegawai, waktu itu, Nurati memperoleh upah sekitar Rp 5.000 sampai Rp 10.000 per hari. Jika uangnya habis, ia sering menumpang makan di rumah kakaknya. Lama kelamaan, kakaknya tak tega melihatnya bekerja serabutan. Pada 1993, Nurati mendapatkan bantuan modal berupa tepung tapioka sebanyak dua ton dari sang kakak. Ditambah modal dari tabungan sendiri, Nurati lantas mengolah tepung tapioka itu menjadi kerupuk. Meski hasilnya masih sedikit, ia mulai bisa meraih laba dari menjual kerupuk. Melihat adiknya memiliki potensi menjadi pengusaha kerupuk, kakak Nurati lantas memberikan bantuan modal Rp 10 juta untuk memperbesar bisnis kerupuk tapioka itu. Bisnis kerupuk Nurati pun kemudian berkembang pesat. Apalagi, pada tahun 1994, Nurati kembali mendapat pinjaman modal sebesar Rp 25 juta dari kakaknya. Nurati lantas mulai menempelkan label Kerupuk Ikan Cap Dua Mawar pada kerupuk olahannya. Dari awal, ia memang lebih tertarik membuat kerupuk tapioka dengan campuran ikan. Sayang, makin lama, bahan baku ikan sulit didapat. Ia lantas melakukan diversifikasi dengan membuat kerupuk bawang. Bahan baku kerupuk bawang berlimpah dan mudah dibuat, dalih Nurati. Seiring peningkatan permintaan, produksi kerupuk cap Dua Mawar terus meningkat, dari semula hanya 500 kilogram (kg) menjadi satu ton per hari. Nurati bahkan mampu mencicil uang pinjaman ke kakaknya.

Tekad Nurati memiliki usaha kerupuk dengan skala cukup besar mendorongnya mencari tambahan modal ke bank. Lantaran meyakinkan, ia berhasil mendapatkan pinjaman sebesar Rp 25 juta dari bank. Hasilnya, kapasitas produksi pabrik kerupuk cap Dua Mawar mengembang hingga 1,5 ton per hari. Setelah itu, bisnis Nurati terus tumbuh tak terbendung. Ia pun memindahkan tempat usahanya ke lokasi yang lebih dekat dengan jalan raya. Maklum, rumahnya di dusun Kenanga, Blok Duku, Indramayu, sangat jauh dari jalan raya. Distribusi barang kadang terhambat. Apalagi, pabrik lamanya yang berukuran 800 meter persegi menyatu dengan rumah. Menjual ke Sidoarjo Nurati meminjam ke bank lagi sebesar Rp 50 juta untuk membeli petak sawah seluas 4.000 meter persegi. Ia membangun rumah serta pabrik baru di lokasi yang dekat dengan jalan raya tersebut. Ketika itu, kerupuk produksi Nurati sudah dipasarkan dengan truk ke Surabaya dan Sidoarjo. Di pabrik baru, produksi kerupuk cap Dua Mawar melonjak menjadi dua ton per hari. Dan, kini, Nurati bisa menjual rata-rata 22 ton kerupuk sebulan. Dengan harga jual Rp 81.000 per lima kilogram, ia mengantongi omzet Rp 300 juta lebih. Meski tak banyak memproduksi kerupuk ikan, Nurati tetap kesulitan mendapatkan pasokan ikan. Pasalnya, permintaan ikan di Indramayu terus naik dan ia harus bersaing dengan produsen kerupuk lain. Meski begitu, Nurati tetap mempertahankan produksi kerupuk ikan untuk menjaga agar pelanggannya tidak kabur. Ia tak mau menggantinya dengan bahan esens. Sekali kualitas turun, pembeli bakal kecewa, katanya. Meski produksi kerupuk ikan tidak lagi sebanyak dulu, ia tetap menjaga rasa kerupuk itu agar tetap sama. Saat ini, dengan empat mesin potong dan dua mesin pengaduk di pabriknya, Nurati telah memperkerjakan 30 karyawan. Mayoritas dari mereka adalah tetangganya. Meski pesaing kian banyak, Nurati tetap mampu bertahan. Salah satu rahasianya, ia selalu mendampingi karyawannya saat bekerja agar kualitas tetap terjaga. Ia juga terus memperkuat pasarnya di Jawa Timur. Sumber : http://indramayu-post.blogspot.com

Pengusaha Tempe Yang Sukses Dengan Ide Kreatif 2


Di usia muda Muhammad Rusyad Isnadi (34) sudah mencatat kesuksesan sebagai pengusaha. Berkat tempe mentega produksinya, ia bisa mendapat keuntungan minimal Rp 400.000 per hari. Tak aneh ia tidak tertarik lagi menjadi pegawai negeri. Isnadi, warga Dusun Wiyoro, Baturetno, Banguntapan, Bantul, memulai usahanya setelah gempa dahsyat melanda wilayah Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY) pada tahun 2006. Sebelumnya, ia malang melintang menjadi tenaga pemasaran bahan pokok ke pasar-pasar. Bosan menjadi tenaga pemasaran yang terus bergerak ke seluruh pasar, ia ikut bekerja di tempat adiknya. Saya ikut membuat tempe di tempat adik karena bingung mau kerja apa, katanya saat ditemui di tempat usahanya beberapa waktu lalu.

Setelah cukup menguasai teknik pembuat tempe kedelai, Isnadi memutuskan membangun usaha sendiri. Kalau lama-lama ikut di tempat adik saya, takut menjadi beban. Jadi, mending buka usaha sendiri. Keputusan itu saya ambil setelah saya yakin bisa membuat tempe sendiri, ujarnya. Seperti yang lazim terjadi, awal usaha adalah masa-masa tersulit. Ia harus memasarkan tempe sendiri ke pasar-pasar. Dari setiap tiga orang yang ditawari paling hanya satu yang mau menerima titipan tempe. Meski banyak ditolak, ia tidak menyerah. Pengalaman bekerja sebagai tenaga pemasaran membuat saya tidak kecil hati meski ditolak banyak penjual. Yang penting jangan malu menawarkan. Ternyata prinsip saya itu membuahkan hasil, katanya. Selama dua tahun membuat tempe, usaha Isnadi tidak mengalami perkembangan berarti. Kondisi tersebut membuatnya penasaran. Ia bermimpi memiliki usaha tempe yang sukses. Suatu ketika ia menceritakan kondisinya itu kepada seorang teman. Teman saya menyarankan agar saya mencoba mencampur tempe dengan mentega. Idenya memang konyol, tetapi akhirnya saya coba, katanya. Lebih gurih dan lezat Mentega ditambahkan saat proses peragian tempe. Berkat tambahan mentega, tempe kedelai Isnadi menjadi lebih gurih dan lezat. Respons pasar pun sangat positif. Permintaan terutama datang dari warung-warung makan di sekitar kos-kosan mahasiswa dan penjual gorengan. Kini, setiap hari Isnadi memproduksi 6 kuintal kedelai. Dari jumlah tersebut diperoleh sekitar 2.200 potong tempe seharga Rp 3.000 per potong. Dibandingkan dengan tempe lain, harga produksi tempe Isnadi lebih mahal. Kalau tempe lain paling dijual sekitar Rp 2.000 per potong. Meski lebih mahal, ternyata permintaannya justru naik terus, katanya. Omzet Isnadi per hari Rp 4 juta-Rp 5 juta. Dia harus mengerahkan 31 karyawannya yang sebagian besar adalah tetangga sekitar rumahnya. Penyerapan tenaga kerja yang cukup tinggi membuat Isnadi disenangi para tetangganya. Untuk urusan penjualan, Isnadi memiliki 19 tenaga pemasaran. Mereka diberi kelonggaran mengambil keuntungan sampai 10 persen dari harga jual. Mereka juga menerima uang bensin Rp 2.500 per hari dan uang penggantian oli setiap bulan. Tingginya permintaan membuat kami kewalahan memasok ke pasar-pasar tradisional. Para tenaga pemasaran sudah memiliki pelanggan tetap, yang sebagian besar berupa rumah makan, katanya.

Proses rumit Menurut Isnadi, proses pembuatan tempe tergolong rumit. Pertama, kedelai harus direndam dulu baru kemudian direbus. Hasil rebusan selanjutnya digiling dengan mesin khusus agar teksturnya menjadi lembut. Setelah itu, kedelai kembali direndam selama semalam baru dicuci dan direbus lagi. Proses terakhir adalah pengeringan serta pemberian ragi dan mentega. Peragian menjadi proses paling sulit. Jika takaran raginya tidak pas, tempe bisa membusuk, kata pria lulusan SMA tersebut. Dia mengatakan, saat musim kemarau dengan terik matahari yang lumayan, pemberian ragi biasanya dikurangi karena suhu udara cukup panas. Sebaliknya saat musim hujan, ragi diperbanyak. Kalau sudah busuk, tempenya harus dibuang karena tidak bisa dijual lagi,ujarnya. Untuk membuat tempe, Isnadi menggunakan kedelai impor karena harganya lebih murah, yakni Rp 4.800 per kilogram. Kualitasnya juga lebih bagus. Kedelai lokal harganya berkisar Rp 5.500 per kg dan kualitasnya tidak bagus. Kedelai lokal lebih bagus kalau dibuat tahu, katanya. Kapasitas produksi tempe Isnadi naik-turun seiring dengan ketersediaan tenaga kerjanya. Biasanya, produksi akan turun hingga 50 persen pada saat hari raya, seperti Lebaran, karena sebagian besar perajin tempe pulang kampung. Sebagian besar dari mereka dari Pekalongan, Jawa Tengah. Stok tempe di pasar akan berkurang drastis karena perajin libur untuk pulang kampung. Sebenarnya saya bisa saja menambah produksi sampai 100 persen, tetapi kapasitas mesin dan tenaga yang ada tidak mencukupi, katanya. Berkat tempe mentega, Isnadi sudah mampu membeli mobil, membangun rumah dan lokasi usaha. Ia berharap usahanya bisa diteruskan anaknya kelak. Saya mulai terapkan pemahaman supaya anak tidak terpaku menjadi pegawai. Menjadi wiraswasta asal ulet dan rajin, hasilnya jauh lebih menguntungkan, katanya. Sikap dan pandangan Isnadi yang pantas diikuti banyak anak muda lainnya di negeri ini. Menjadi wirausaha pun bisa lebih menguntungkan dan dapat memberikan lapangan kerja bagi banyak orang.

BELAJAR GOBLOK ALA BOB SADINO


Siapa yang tak kenal Bob Sadino? Ia enterpreneur sejati. Gayanya nyentrik, pola pikirnya unik dan cenderung terbalik. Keluar dari pakem teori dan buku teks ekonomi. Tapi, bisnisnya sukses. Pengusaha kawakan dengan ciri khasnya celana pendek dan kemeja itu, datang ke Batam berbagi pengalaman dan belajar goblok dengan pengusaha muda Batam. Apa maksudnya?

PEBISNIS yang biasa baca buku marketing, manajemen, dan makan sekolahan, dibikin bingung Bob Sadino, pengusaha yang terkenal dengan Kem Chicks-nya ini. Hidup saya tanpa rencana dan tanpa target. Buku-buku di sekolah sudah meracuni pikiran Anda. Padahal, informasi itu sudah basi dan jadi sampah. Sekolah menghasilkan orang untuk bekerja, tapi bukan memberi peluang kerja bagi orang lain, katanya. Nah, bingung kan? Lelaki yang sudah berbisnis selama 36 tahun dan biasa disapa Om Bob ini bercerita, ia berani keluar dari kemapanan bekerja di Jakarta Lyod, jadi pengangguran, jadi kuli bangunan dan supir taksi. Ia lalu berkirim surat ke teman-temannya di Belanda, agar dikirimi ayam petelur. Saat itu, orang tidak biasa mengkonsumsi telur. Jadilah ia peternak ayam broiler dan menjual telur ayam. Sayalah orang pertama yang mengenalkan telur kepada bangsa Indonesia ini, katanya. Namun, jalan hidup Bob tidak semudah membalik telapak tangan. Ia menjual telur ke tetangga. Telurnya tidak laku karena warga Kemang tak biasa makan telur yang besar-besar itu, tapi telur ayam kampung. Beruntung, beberapa bule menyukainya. Permintaan pun bertambah. Tidak hanya telur, merica, garam dan belakangan berkembang ke bisnis daging olahan seperti sosi Bob Sadino yang pertama kali mengenalkan menanam sayuran tanpa tanah alias hidroponik. Padahal, saat itu tidak pasarnya. Tapi, kegigihan seorang Bob Sadino, ia menciptakan pasarnya. Beberapa tahun kemudian, ia malah mengekspor terung ke Jepang. Bob mengaku, ia tidak pernah berencana mau jadi apa. Rencananya hanya buat orang pinter, saya bersyukur saya goblok. Kalau saya pintar, saya akan seperti Anda, katanya, disambut tawa peserta seminar di Hotel Godway, Rabu (16/5) malam. Kalau pengusaha atau orang dagang cari untung, Bob Sadino mengaku mencari rugi. Lantaran goblok, ia tidak tidak hitung-hitungan dan membebani dirinya macam-macam. Biasanya orang dagang cari untung dan rugi peluangnya sama saja. Jadi, kalau cari rugi, terus kalau untung waduh, bahagia banget, ujarnya. Silakan cari kegagalan, cari kendala Anda. Saya mengalami segunung kegagalan, kendala dan keringat dingin dan air mata darah. Tapi, saya belajar dari kegagalan dan mencari jalan keluarnya. Kegagalan adalah anugrah. Lalu, apa di balik kegagalan. Sukses adalah titik kecil di atas segunung kegagalan, papar Bob yang membuat peserta seminar terpana. Bob Sadino bahagia dengan apa yang dilakukannya. Ia berani mengambil risiko dan menciptakan pasar.Saya mengambil risiko sebesar-besarnya, sebab orang yang mengambil risiko kecil, hasilnya juga kecil. Kalau orang memperkecil risiko, ia jadi bebas dong. Risiko bisa jadi apa saja. Kewajiban saya mengubah risiko jadi duit, ujar Bob Sadino, dengan santainya. Meski awalnya sulit dipahami, peserta seminar yang bingung dan tidak terima dikatai goblok, lama-lama bisa mencerna jalan pikiran nyeleneh Bob Sadino. Sebagai pengusaha sukses, ia sudah sampai pada tahap financial independent, sehingga ia bebas mau beli apa saja dan mau pergi ke mana saja. Duitnya sih, pas-pasan. Kalau mau beli Jaguar, pas duitnya ada, katanya, terkekeh.

Karena merasa dirinya goblok, Bob tidak berpikir secara runtun, tapi mengalir begitu saja. Orang goblok juga akan lebih percaya pada orang lain yang lebih pintar dari dirinya. Kalau gagal, orang goblok tidak merasa gagal, tapi sedang belajar jadi lebih pintar. Akhirnya, orang goblok bisa jadi bosnya orang pintar-pintar. Kini, Bob memiliki 1.600 karyawan yang dia sebut anak-anaknya. Sementara, orang pintar menghitung sesuatu nyelimet dan usahanya nggak jalan-jalan, karena dibebani rencana yang belum tentu berhasil. Orang pintar juga tidak percaya orang lain sehingga semua dikerjakannya sendiri. Ia mencontohkan ketika salah seorang karyawannya menurunkan harga kangkung di supermarketnya dari semula harganya Rp6.000 menjadi Rp400 saja. Eh, ternyata malah tidak laku. Selidik punya selidik, ternyata langganannya protes, kok harga kangkungnya murah, padahal biasanya mahal. Akhirnya, harga kangkung itu saya naikkan lagi. Pelanggan saya bilang, kangkung yang saya jual rasanya lain. Mungkin karena mahal, sehingga setiap sendok kangkung yang masuk ke mulutnya diamdiam dihitungnya, Rp6.000, jadi dia nikmati. Lha, kalau begini, siapa sebenarnya yang goblok? papar Bob terbahak-bahak. Namun, bagi pembeli ada nilai psikologis yang membuat pembeli merasa berbeda jika mengkonsumsi kangkung mahal daripada kangkung murah. Ini bagian dari trik marketing. Ia pun berbagi tips, bahwa untuk menjadi seorang marketing yang baik, maka seseorang harus menjual dirinya sendiri (sale for your self), sebelum menjual produknya. Sebuah filosofi, bahwa bagaimana seseorang menjadi marketing yang baik, kalau ia sendiri tidak dikenal orang. Di balik kekonyolannya, Bob Sadino memberikan beberapa resep menjadi pengusaha. Antara lain, berpikir bebas dan tanpa beban. Memiliki tekad dan keinginan yang kuat menjadi pengusaha, sebab kemauan adalah ibarat bensin dan motor, keberanian mengambil peluang, tahan banting dan bersyukur bisa berbuat untuk orang lain. Bob Sadino berpesan, jangan takut dan jangan terlalu berharap. Sebab, makin tinggi harapan, makin tinggi tingkat kekecewaan. Lepaskan belenggu dalam pikiran Anda sendiri. Ada berjuta peluang di sekeliling Anda, katanya. Dalam berbisnis, juga jangan terlalu memikirkan sukses. Kalau terlalu banyak memikirkan sukses, kata Om Bob, bekerja pasti dalam tekanan, tidak rileks sehingga hasil kerja tidak akan bagus. Santai saja, hilangkan semua beban, ingat sandaran itu tadi, kemauan, komitmen, keberanian mengambil peluang, pantang menyerah dan selalu belajar pada yang lebih pintar serta selalu bersyukur, ujar Om Bob, mengingatkan. Satu hal yang menarik, orang-orang yang ia gunakan dalam membantu usahanya, bukanlah mereka yang berasal dari kalangan berpendidikan tinggi, melainkan dari anak jalanan. Berawal dari satu anak jalanan, bertambah dua, tiga hingga saat ini mencapai 1.500 orang anak. Bob juga mengaku bukan orang yang berpendidikan tinggi. Ia hanya tamatan SMA. Ia tak pernah

sekolah tinggi. Baginya, di sekolah orang membaca buku, buku sifatnya informasi yang telah terjadi yang tak ubahnya roti busuk alias sampah. Jadi, orang yang sekolah tinggi-tinggi, isinya hanya sampah. Terkecuali sampah itu diolah menjadi pupuk yang subur. Bob Sadino juga tidak setuju dengan istilah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang digembar-gemborkan pemerintah. Apa pasal? Mestinya bukan UKM, tapi UBB atau Usaha Bakal Besar sehingga kita tetap optimis dan berusaha membesarkan bisnis kita, katanya. Tak terasa, dua jam berlalu bersama Bob Sadino. Namun, pertanyaan menggelitik soal penampilannya yang senang bercelana pendek, terlontar juga dari peserta seminar. Apa jawaban Bob? Tidak penting celana pendeknya, yang penting, apa di balik celana pendek itu, ujar Om Bob yang disambut gelak tawa. Di balik sikap nyentrik dan nyeleneh Bob Sadino, ia berhasil membangun bisnisnya selama puluhan tahun. Dan, ia bisa duduk santai dengan beberapa presiden sambil ngobrol ngalor ngidul. Yang jelas, peserta seminar yang umumnya pelaku bisnis merasa mendapat pengalaman dan pencerahan yang luar biasa. Sayangnya, nyaris tidak ada pengusaha kelas kakap yang tertarik bincang bisnis Bob Sadino yang disponsori Telkomsel itu. Mungkin khawatir dicap goblok. Jadi, mau pintar atau goblok ala Bob Sadino? Terserah Anda. Sumber: motivasi

CARA MEMULAI USAHA TANPA MODAL


SEPESERPUN ALA BOB SADINO
Beberapa hari yang lalu aku menyaksikan tayangan televisi.Motivasi hidup seorang pengusaha sukses, Bob Sadino. Yap Benar!Artikel motivasi kali berasal dari orang yang mempunyai ciri khas memakai celana pendek itu. Banyak kata inspirasi yang keluar saat wawancara di acara televisi itu, Hingga dapat menggugah kita menjadi orang sukses. Apa saja motivasi hidup yang dia berikan terutama dalam karir. Jangan mengeluh dengan keadaan Benar saudara! Hanya 4 kata inspirasi singkat diatas yang sesungguhnya dari motivasi hidup. Bukan hanya karir saja melainkan setiap elemen yang selalu kita kerjakan sehari-hari. Dan inilah inti dari artikel motivasi kali ini. Apa saja artikel motivasi maupun motivasi hidup tersebut?? Sebelumnya kita kembali lagi ke masa lalu tentang tema Acara televisi itu: Cara memulai usaha tanpa modal

Tunggu dulu! Bagaimana bisa memulai usaha tanpa modal. Ini yang dikatakan pak Bob Sadino : Motivasi hidup dari orang yang mengeluh... Kamu : Gimana nih pak kok hidup saya gagal maning gagal maning Bob Sadino : Lho kok bisa gagal Kamu : nggak diterima kerja dimana-mana. Apalagi di perusahaan bapak :D oBob Sadino : Kalau nggak diterima kerja, usaha donk! Kamu : Tapi pak saya nggak punya modal buat usaha Bob Sadino : Hmm..gimana kalu saya kasih kamu pinjeman modal biar jadi orang sukses. Kamu : Wah makasih Pak! tapi usaha apa ya Pak! saya nggak punya ide Bob Sadino : Saya sih punya ide usaha yang cocok buat kamu. Mau nggak! Kamu : Wah terima kasih sekali pak! Tapi gimana kalau idenya nggak cocok. Bob Sadino : ya dicoba dulu aja (sedang memberikan kata inspirasi) Kamu : Baiklah Pak akan saya coba! Tapi pak gimana kalau gagal. Bob Sadino : mau jadi orang sukses harus cari kegagalan, karena kegagalan akan membuat kita belajar untuk masa depan (kata bijak yang patut kita tiru bukan). Kamu : Ya saya siap pak. Tapi Maaf kalau saya gagalapa ada keringanan dalam pengembalian modal Bob Sadino : Anda bisa lihat diatas, Orang itu sudah diberi fasilitas masih mengeluh dengan keadaan. Benar-benar motivasi hidup orang gagal. Berbeda dengan Bob Sadino : Ceritanya ketika orang sukses ini masih menjadi orang miskin. Dia nggak punya modal dan nggak diterima kerja dimanapun. Kasihan banget ya! Tapi karena motivasi hidup nya yang luar biasa Bob Sadino mempunyai ide. melihat tetangganya sering membuat kue dan menjualnya. Dia menawarkan sesuatu ke tetangganya. Bob Sadino : Wah saya lihat ibu banyak buat kue..tapi apa nggak lelah tuh Bu, jika harus menjualnya juga. Tetangga: Ya lelah Mas, tapi demi menghidupi keluarga. Bob Sadino : Gini aja, saya punya ideIbu nggak usah lagi jualan. Biar Ibu buat kuenya ajananti saya deh yang keliling-keliling buat jualin kue Ibu. Tapi bagian saya bisa diatur kan :D Tetangga : boleh juga..tapi nanti kalau kejual sedikit. maaf Mas! Malah tekor saya bayar Mas Bob. Bob Sadino : Ibu kan waktu ngejualnya dikit..kebanyakan malah buat kue. Kalau Ibu dan saya bagi-bagi tugas. Ibukan bisa buat kuenya lebih banyakdan saya juga bisa ngejualnya lebih banyak karena waktunya lebih lama. Dicoba aja dulu seminggu inikalau nggak bagus. Ibu nggak usah bayar saya deh. Tetangga : hmmmmmm(baru mikir) Tetangga : Ya boleh! mulai besok ya mas!!!

Nah hebat kan, mampu memulai usaha tanpa sepersenpun modal. Motivasi hidup seperti inilah yang harus kita tanamkan dalam pribadi kita. Motivasi hidup dari orang sukses. Jangan sekedar mengkritik keadaan. Menyalahkan orang lain, menyalahkan orang tua yang miskin, menyalahkan pemerintah yang gagal. Memang benar setiap orang sukses pasti ada orang lain yang membantunya. Tapi 80% itu tetap tergantung pada diri orang sukses itu sendiri. Artikel motivasi ini, ada penambahan dan kekurangan serta ditambah dengan sedikit dramatisasi. Karena saya agak lupa gimana alur cerita acara televisi tersebut. Sumber: motivasi

You might also like