You are on page 1of 27

MAKALAH PENGEMBANGAN PEMIKIRAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH

Januari 12, 2011 mihwanuddin Tinggalkan Komentar Go to comments BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dan peradaban manusia di awal milinium ketiga ini mengalami banyak perubahan. Dalam merespon fenomena itu. Manusia berpacu mengembangkan pendidikan di segala bidang ilmu termasuk penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun bersamaan dengan itu muncul sejumlah krisi dalam kehidupan berbangsa dan berbegara. Akibatnya, peranan serta efektivitas pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat di pertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agam dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat pun akan lebih baik. Kenyataannya, seolah-olah pendidikan agama dianggap kuran memberikan kontribusi ke arah itu. Setelah ditelusuri, pendidikan agama menghadapai beberapa kendala, antara lain : waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat dan memaang penting, yakni menuntut pemantapan pengethuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh dengan tuntunan terhadap mata pelajaran lainnya. Memang tidak adil menimpakan tanggung jawab atas munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada pendidikan agama di sekolah, sebab pendidikan agama di sekolah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Apalagi dalam pelaksanaan pendidikan agama tersebut masih terdapat kelemahankelamahan yang mendorong dilakukannya penyempurnaan terus menerus. Kelemahan lain, materi pendidikan agama islam, termasuk bahan ajar akhlak. Lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan ( kognitif ) dan minim dalam pembentukan sikap ( Afektif ) serta pembiasaan ( Psikomotorik ). Kendala lainadalah kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekkan nilai-nilai pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih variatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan, serta rendahnya peran serta orang tua. B. Pokok Pembahasan A. Dasar kurikulum pendidikan agama Islam B. Prinsip-prinsip kurikulum pendidikan islam C. Kurikulum PAI di sekolah D. Arti pengembangan kurikulum E. Prinsip pengembangan kurikulum F. Pemikiran pengembangan kurikulum PAI di sekolah BAB PEMBAHASAN II

A. Dasar Kurikulum Pendidika Islam Pendidikan Islam megusahakan untuk menginternalisasikan nilai-nilai agama Islam sebagai titik

sentral tujuan dari proses pembelajaran pendidikan Islam itu sendiri. Oleh karena itu yang menjadi dasar dalam penyusunan kurikulum pendidikan Islam adalah : a. Dasar agama Kurikulum pendidikan Islam harus di dasarkan pada Al-Quran dan al-Hadist sebagai sumber utama agama Islam. Ditambah lagi berbagai sumber yang bersifat furu. b. Dasar Falsafah Dasar ini memberikan pedoman bagi pendidikan Islam secara filosofis sehingga tujuan, isi dan organisasi kurikulum mengandung suatu kebenaran dan pandangan hidup dalam bentuk nilainilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran baik di tinjau segi ontologi, epistimologi maupun aksiologi. c. Dasar Psikologis Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yaitu sejalan dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik, sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya, memperhatikan kecakapan pemikiran perseorangan antara peserta didik satu dengan yang lain. d. Dasar Sosial Kurikulum ini harus mengakar terhadap masyarakat perubahan dan perkembangannya, apa saja yang akan di pelajari harus sesuai dengan kebutuhan dalam masyaraakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e. Dasar Organisatoris Dasar ini memberikan landasan dalam penyusunan bahan pembelajaran beserta penyajiannya dalam proses pembelajaran serta bagaimana bahan pembelajaran itu disusun. B. Prinsip-prinsip Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Al-Abrasy, dalam merencanakan kurikulum pendidikan Islam seharusnya mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: a. Harus ada mata pelajaran yang ditujukan untuk mendidik rohani atau hati peserta didik. b. Mata pelajaran harus ada yang berisi tuntunan tentang cara hidup. Yaitu ilmu fiqih dan ilmu akhlak. c. Mata pelajaran yang diberikan hendaknya mengandung kelezatan ilmiah. Yaitu yang sekarang disebut orang mempelajari ilmu untuk ilmu. d. Mata pelajaran yang harus diberikan harus bermanfaat secara praktis bagi kehidupan, dengan kata lain ilmu itu harus terpakai. Sedangkan menurut Prof. HM Arifin bahwa prinsip dalam kurikulum pendidikan islam adalah sebagai berikut: 1. sejalan dengan identitas Isalam, yakni ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk tujuan hidup islami. 2. Mengandung tata nilai islami. 3. Diproses dengan metode islami sesuai dengan tujuan pendidikan islami. 4. Antara kurikulum, metode dan tujuan pendidikan saling berkaitan. Dari kedua prinsip yang dikemukakan diatas, maka sebagian pakar yang mengungkapkan prinsip dalam kurikulum pendidikan islam. Dari berbagai tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam mengorientasikan pendidikan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Karena yang menjadi pokok dari tujuan pendidikan islam tidak lain adalah terwujudnya insan kamil yang berguna bagi bangsa, negara dan agama. C. Kurikulum PAI di Sekolah 1. Kurikulum PAI di SMP Struktur kurikulum di SMP meliputi subtasial pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang

pendidikan selama di tahun, mulai kelas VII s/d kelas IX. Ketentuan struktur kurikulumnya antara lain: a. Menurut 10 mata pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri. b. Jam pembelajaran dialokasikan untuk setiap mata pelajaran satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 jam pembelajaran perminggu secara keseluruhan. c. Alokasi waktu 1 jam pembelajaran adalah 40 menit. d. Jumlah jam pembelajaran perminggu adalah 34 jam. e. Minggu efektif dalam stu tahun pembelajaran (2 semester) adalah 34 s/d 38 minggu. Terkait dengan kelompok mata pelajaran untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a. Agama dan Akhlak mulia b. Kewarga negaraan dan kepribadian c. Ilmu pengetahuandan teknologi d. Estetika e. Jasmani, olahraga dan kesehatan. Terkait dengan pendidikan agama di SMP, tercakup dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam yang meliputi aspek al-Quran, aqidah akhlak, Syariat dan Tarekh, tergabung dalam satu mata pelajaran dan dilaksanakan dua jam pelajaran tiap minggunya. Berikut standar kompetensi lulusan mata pelajaran PAI di SMP sebagaai berikut: a. Merupakan tata cara membaca al-Quran menurut tajwit dari cara membaca al-Syamsiyah dan al-Qamariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad dan waqof. b. Meningkatkan dan pengenalan kayakinan terhadap aspek-aspek rukun iman pada qodlo dan qodar serta Asmaul Husnah. c. Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qonaah dan menjauhkan diri dari perilaku tercelaseperti amarah, Hasad,Ghodop dan Namimah. d. Menjelaskan tata cara mandi wajib dan salat-salat munfarid dan jamaah baik sholat wajib maupun sunnah. e. Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad SAW dan para sahabat sert menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di nusantara. 2. Kurikulum PAI di SMA Struktur kurikulum SMA meliputi subtansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai dari kelas X sampai dengan XII. Ketentuan adalah: a. Kurikulum kelas X terdiri dari 16 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Untuk kelas XI dan XII program PAI, Program IPS, program bahasa dan program keagamaan terdiri dari 13 mata pelajaran muatan lokal dan pengembangan diri. b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam pelajaran, per minggu secara keseluruhan. c. Alokasi waktu satu jam pelajaran dalah 45 menit. d. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-s/d 38 minggu. Adapun tujuan umum kurikulum pendidikan SMA yaitu: a. Mendidik untuk menjadi WNI yang berpedoman pancasila. b. Memberikan kemampuan sebagai bekal siswa untuk melanjutkan keperguruan tinggi. c. Memberikan kemampuan kepada siswa untuk siap terjun kedunia kerja setelah lulus dari SMA. Dari segi tujuan pendidikan agama Islam dalam kurikulum SMA yaitu: a. Menjadi salah satu tujuan khusus dalam ranah kognitif yakni memilki pengethuan agama dan

kepercayaan sesuai dengan kebudayaan Yang Maha Esa. b. Menjadi tujuan khusus dalam ranah afektif yaitu menerima dan melaksanakan ajaran-ajaran agama atau kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa. c. Menjadi tujuan khusus dalam ranah psikomotorik yaitu memiliki berbagai cabang lahraga, seni budaya dan kesenian yang bernafaskan islam. d. Mata pelajaran PAI dikategorikan dalam program pendidikan inti yaitu program yang wajib di ikuti oleh kelas X sampai dengan XII. D. Arti Pengembangan Kurikulum Kurikulum meliputi rencana kurikulum itu sendiri dan rencana pengajaran, yang keduanya menjadi fokus pembicaraan pada sub bab ini. Apakah pengembangan kurikulum itu ? pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Untuk menghasilkan kurikulum yang baik dari kegiatan pengembangan kurikulum tersebut, Ralph Tyler mengatakan bahwa ada empat kelompok penentu dalam kegiatan pengembangan kurikulum, yaitu: a. The philosophy of community, the school and the teacher. b. The expectation, need and/or demands of society (parents, local community, national goverment, etc). c. The nature of the learner (level of physical, mental and psychological growth and development). d. The nature of discipline to be tought (content) . Berdasarkan pandangan Ralph Tyler tersebut di atas ditunjukkan bahwa keberhasilan kegiatan pengembangan kurikulum dalam proses pendidikan dan pengajaran menuntut beberapa yang pokok yang harus di pertimbangkan oleh para pengembang kurikulum. Pertama adalah falsafah hidup bangsa, sekolah dan guru itu sendiri. Dalam hal ini, falsafah negara indonesia adalah pancasila. Kedua adalah pertimbangan harapan, kebutuhan dan / permintaan msyarakat akan produk pendidikan. Ketiga, hal yang paling penting dalam pengembangan kurikulum adalah kesesuaian kurikulum dengan kondisi peserta didik, sebab kurikulum pada dasarnya adalah untuk peserta didik. Keempat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sesuatu yang tidak dapat di pungkiri lagi untuk di pertimbangkan dalam proses pengembangan kurikulum. Pada hakekatnya kurikulum bersikap ilmu pengetahuan dan teknologi (meskipun tidak semua isi kurikulum berupa ilmu pengetahuan dan teknologi). Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang ingin di capai bukan semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainnkan lebih di titik beratkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan proses yang menyangkut banyak faktor yang di pertimbangkan. Di samping keempat determination set tersebut di atas, masih banyak lagi hal yang perlu di pertimbangkan, misalnya: pertimbangan akan pernyataan tentang kurikulum, siapa yang terlibat dalam pengembangan kurikulum. Bagaimana prosesnya, apa tujuannya kepada siapa kurikulum di tujukan. E. Prinsip Pengembangan kurikulum 1. Prinsip Relevansi Relevansi pendidikan dengan lingkungan peserta didik. Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Prinsip efektivitas dan efisiensi 3. Prinsip kesinambungan (kontinuitas) 4. Prinsip fleksibel 5. Prinsip berorientasi pada tujuan 6. Prinsip pendidikan seumur hidup 7. Prinsip dan model pengembangan kurikulum F. Pemikiran Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah (Kurikulum PAI Berbasis Kompetensi) Dengan munculnya barbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir semua aspek dan berkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat,di awal milenium ketiga ini telah di kembangkan kurikulum pendidikan agama islam secara nasional, yaitu kurikulum yang di tandai dengan ciri-ciri, antara lain: Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari pada penguasaan materi. Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia. Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan Mengacu pada pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh Depdiknas, yaitu kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar yang di refleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan ber fikir dan bertidak yang secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Bila di tinjau dari pandangan Al-Quran dan Hadits konsep kompetensi dalam pendidikan agama islam sangay relevan. Banyak dalil-dalil yang mengarah kesitu, diantaranya dalam QS.AtTaubah: 22, QS.Az-Zumar: 9, QS. Ali Imran: 159, QS. Ash-Shaaf: 2-3. Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa KBK PAI merupakan seperangkat instrumen/ alat (perencanaan dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa). Walaupun kurikulum ini sifatnya lebih umum dibandingkan kurikulum 1994, ini diharapkan lebih membantu guru, karezna dilengkapi dengan pencapaian target yang jelas, materi standar, standar hasil belajar siswa, dan prosedur pelaksanaan pembelajaran. Meskipun demikian, keadaan sumber daya pendidikan di Indonesia sangat memngkinkan munculnya keragaman pemahaman terhadap standar Nasional, yang dampaknya akan mempengaruhi pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu adanya penjabaran tentang kurikulum yang berbasis pada kompetensi dasar yang diharapkan dapat lebih menjamin tercapainya kompetensi dasar nasional mata pelajaran pendidikn agama Islam. Dalam kurikulum 1975, 1984, dan 1994, target yang harus dicapai (attainment Targets) dicaantumkan dalam tujuan pembelajaran umum. Hal ini kurang memberi kejelasan tentang kemampuan yang harus dikembangkan. Atas dasar teori dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dipraktekkan di berbagai negara seperti Singapura, Australia, Inggris, dan Amerika; juga di dorong oleh visi, misi, dan paradigma baru pendidikan agama Islam, maka penyusunan kurikulum pendidikan agama Islam kini perlu dilakukan dengan berbasis kompetensi dasar (Basic Competency). Kurikulum pendidikan agama tahun 1994 juga lebih menekankan maxteri pokok dan lebih bersifat memaksakan target bahan ajar sehingga tingkat kemampuan peserta didik terabaikan. Hal ini kurang sesuai dengan prinsip pendidikan yang menekankan pengembangan peserta didik lewat fenomena bakat, minat serta dukungan sumber daya lingkungan.

Dalam implementasinya juga lebih di dominasi pencapaian kemampuan kognitif. Kurang mengakomodasikan keragaman kebutuhan daerah. Meski secara nasional kebutuhan keberagamaan siswa pada dasarnya tidak berbeda. Denganpertimangan ini, maka disusun kurikulum nasional pendidikan agama islam yang berbasis pada kompetensi dasar (Basic competency ) yang mencerminkan kebutuhan keberagamaaan secara nasional. Standar ini diharapkandapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum pendidikan agama Islam sesuai dengan kebutuhan daerah/ sekolah. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dasar-dasar kurikulum PAI : Dasar Agama Dasar Psikologi Dasar Filosofi Dasar Sosial Dasar Organisatoris Prinsipnya bahwa Kurikulum Pendidikan Islam pendidikan islam mengorientasikan pendidikan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga muncullah konsep insane kamil yaitu sempurna di dunia (berinteraksi dengan makhluk Allah dan berhubungan denganTuhannya/ ALLAH). Kurikulum PAI di sekolah umum pada setiap jenjang sebenarnya sudah mencakup seluruh indicator naun dengan terbatasnya waktu maka sangatlah sulit dalam penerapannya dalam pembelajaran sehingga hasilnya pun belum bisa maksimal. Arti pengembangan kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Dalam pengembangannya kurikulum PAI sekarang ini sudah menitik beratkan pada : 1. Lebih menitik beratkan pencapaian target (attainmet targets) dari pada penguasaan materi. 2. LEbih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang tersedia. 3. memberikan kebebasan yang lebih luas untuk pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. B. Saran Bagi pihak-pihak yang terlibat aktif dalam pengembangan kurikulum (sekolah, dinas pendidikan kabupaten atau kota, dinas pendidikan propinsi dan tingkat pusat ) untuk lebih jeli mengamati permasalahan-permasalah dalam kurikulum. Sehingga akan memberikan solusi yang efektif dan efisien bagi permasalahan tersebut demi kemajuan pendidikan nasional. REFERENSI Majid, Abdul dan Dian Andayani.Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. Tafsir, Ahmad. Ilmu Pengetahuan dalam Perspektif Islam,Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994. Uchbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam 1, Bandung: Pustaka Setia, 2005. Sudjana, Nana. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Bandung: Sinar BAru Al-gesindo. 1996.

Syarif, Hamid. Pengenalan Kurikulum. Pasuruan Garuda Buana Indah, 1994. Ahmad, M. dkk. Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka Setia, 1998. Suka Be the first to like this.

Makalah Kurikulum Pendidikan Agama Islam SMP | Pengembangan Kurikulm PAI SMP
Diposkan oleh PETA ILMU di 05:17

BAB I

PENDAHULUAN oleh: Ujang Nurjaman A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan secara historis maupun filosofis telah ikut mewarnai dan menjadi landasan moral, dan etik dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan merupakan variabel yang tidak dapat diabaikan dalam mentransformasi ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai-nilai akhlak. Hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 dinyatakan pada pasal 3 yaitu : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pusat dan Informasi Balitbang Depdiknas 2003) Semua program pendidikan di berbagai jenjang dan jenis pendidikan dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. Rancangan program pendidikan di setiap jenjang dan jenis pendidikan disebut dengan istilah kurikulum. Kurikulum adalah niat dan harapan yang dituangkan dalam bentuk rencana atau program pendidikan untuk dilaksanakan oleh guru di sekolah. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk membina dan mengembangkan siswa menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan agama merupakan bagian integral dari pendidikan nasional, hal tersebut dijelaskan dalam UU tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 33 ayat 2 bahwa "kurikulum pendidikan dasar dan menengaw wajib memuat antara lain pendidikan agama", termasuk salah satunya pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam dilaksanakan untuk mengembngkan potensi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia. Menurut Daradjat (2001 : 172), bahwa pendidikan agama adalah usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama. Sedangkan lebih khusus pengertian pendidikan agama Islam yang diungkapkan oleh Puskur Balitbang Depdiknas (2001 : 8), sebagai berikut : Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mmenjalankan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur'an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, serta penggunaan pengalaman. Pendidikan agama Islam demikian adalah untuk memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Menurut Azra (1999 : 57), bahwa "kedudukan pendidikan agama Islam di berbagai tingkatan dalam sistem pendidikan nasional adalah untuk mewujudkan siswa yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia". Keudukan tersebut menjadi lebih urgen lagi untuk jenjang pendidikan tingkat SMP, dimana mereka berusia antara 15-18 tahun yang hampir disepakati para ahli jiwa kelompok umur ini berada pada masa remaja, dengan situasi dan kondisi sosial dan emosionalnya yang belum stabil (Drajat, 1975 : 11-12), sementara tuntutan yang akan dihadapinya semakin besar dan rumit yaitu dunia perguruan tinggi atau dunia kerja/masyarakat. Karenanya rumusan tujuan pendidikan agama islam di sekolah Menengah Pertama adalah dalam rangka untuk : Meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman siswa tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (GBPP PAI 1995). Tujuan tersebut menggambarkan akan kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang memberikan kepedulian pada pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia. Keasadaran tersebut didasarkan pada keyakinan bahwa manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia akan dapat menciptakan keharmonisan dalam kehidupan baik pribadi, berbangsa dan bernegara. Menurut konsep islam, iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal shaleh, sehingga menghasilkan prestasi rohani yang disebut taqwa. Amal shaleh itu menyangkut keserasian dan keselarasan hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan

dirinya yang membentuk keshalehan pribadi; hubungan manusia dengan sesamanya yang membentuk kesahalehan sosial (solidaritas sosial), serta hubungan manusia dengan alam sekitar. Kurikulum dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP dirancang untuk mengantarkan siswa kepada peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta pembentukan akhlak yang mulia. Keimanan dan ketaqwaan serta kemuliaan akhlak sebagaimana yang tertuang dalam tujuan akan dapat dicapai dengan terlebih dahulu jika siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman yang utuh dan benar terhadap ajaran agama Islam, sehingga terinternalisasi dalam penghayatan dan keasadaran untuk melaksanakannya dengan benar. Dengan demikian kurikulum dan pembelajaran PAI yang dirancang seharusnya dapat menghantarkan siswa kepada pengetahuan dn pemahaman yang utuh dan seimbang antara penguasaan ilmu pengetahuan tentang agama Islam dengan kemampuan pelaksanaan ajaran serta pengembangan nilai-nilai akahlakul karimah. Guru PAI merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran pendidikan agama Islam. Menurut Gage (1964 :139), bahwa perilaku guru dipandang sebagai "sumber pengaruh", sedangkan tingkah laku yang belajar sebagai "efek" dari berbagai proses, tingkah laku dan kegiatan interaktif. Para pakar menyatakan bahwa, betapapun bagusnya kurikulum (official), hasilnya sangat tergantung pada apa yang dilakukan guru dalam kelas "curriculum actual" (Syaodih; 1997 : 194). Faktor lain yang mempengaruhi kualitas pembelajaran PAI adalah siswa. Siswa SMP dilihat dari tingkat perkembangan intelektualnya telah mampu berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Menurut Sigelman & Shafer (Yusuf, 2001 : 193) bahwa, pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan dari mulai usia 12-20 tahun. Dengan demikian maka model dan strategi pembelajaran PAI di SMP disajikan untuk memfasilitasi perkembangan kemampuan berfikirnya melalui penggunaan metode mengajar yang mendorong siswa untuk aktif bertanya, mengemukakan pendapat, atau menguji cobakan suatu materi, melakukan dialog dan diskusi. Sehingga pembelajaran PAI mengandung makna serta fungsi dalam kehidupan mereka. Kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah umum menurut Departemen Agama (1999 : 33), memiliki ciri-ciri seperti : "(1) kemampuan siswa heterogen, (2) waktu/jam pelajaran agama Islam terbatas, (3) minat siswa lebeih besar pada mata pelajaran lain, dan (4) sarana dan prasarana pendidikan agama Islam masih terbatas. Dari uraian di atas, maka makalah yang akan disajikan dibatasi sekitar permasalahan "Bagaimana pengembangan Kurikulum dan pembelajaran Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP)". B. Perumusan Masalah

Uraian latar belakang masalah tersebut, dapat diklasifikasikan bahwa rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana pengembangan kurikulum dan pembelajaran di SMP pada bidang studi pendidikan agama Islam? 2. Bagaimana model pengembangan kurikulum dan pembelajaran di SMP pada bidang studi pendidikan agama Islam? C. Prosedur Prosedur pemecahan pemecahan masalah sebagai masalah berikut:

1. Mendeskripsikan tentang pengembangan kurikulum dan pembelajaran pada bidang studi pendidikan agama Islam di SMP? 2. Bagaimana model pembelajaran pada bidang studi pendidikan agama Islam di SMP? D. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari: bab 1 pendahuluan, latar belakang masalah, perumusan masalah, prosedur dan pemecahan masalah dan sistematika penulisan. Bab II pembahasan, pengembangan kurikulum dan pembelajaran pada bidang studi agama Islam di SMP dan model pembelajarannya pada bidang studi pendidikan agama Islam. BAB II ORIENTASI PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP A. 1) Kurikulum Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SMP

Pengertian;

Pendidikan agama Islam adalah bagian integral paripada pendidikan nasional sebagai suatu keseluruhan. Dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1 menjelaskan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat antara lain pendidikan agama. Dalam penjelasaannya dinyatakan bahwa pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Pendidikan agama adalah suatu usaha yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam rangka pembentukan manusia beragama (Daradjat dkk, 2001 : 172). Menurut GBPP PAI (1999), bahwa pengertian pendidikan agama Islam di sekolah umum, yaitu :

Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional". 2) Tujuan dan fungsi;

Secara umum tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Berikut dikemukakan beberapa pendapat tokoh pendidikan Islam :

v Al-Attas (1979 : 1), bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadi manusia baik. v Al-Abrasyi (1974 : 15), menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia. v Marimba (1964 : 39), mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang berkepribadian muslim. v Konpensi Dunia Islam (1977), bahwa tujuan umum pendidikan Islam adalah manusia yang menyerahkan diri kepada Allah secara mutlak v Ashraf (1989 : 2), secara rinci menjelaskan tujuan akhir pendidikan Islam adalah : (1) Pembinaan akhlak; (2) Menyiapkan anak didk untuk hidup di dunia dan akhirat; (3) Penguasaan ilmu; (4) Ketrampilan bekerja dalam masyarakat. Sedangkan fungsi pengajaran agama Islam adalah untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta membiasakan siswa berakhlak mulia. Menurut Daradjat (2001 : 174), bahwa fungsi pendidikan agama Islam yaitu : 1) Menanamtumbuhkan rasa keiman yang kuat

2) Menanamkembangkan kebiasaan (habit vorming) dalam melakukan amal ibadah, amal saleh dan akhlak yang mulia 3) Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai anugrah Allah swt. Dengan demikian pendidikan agama di sekolah adalah sebagai salah satu bentuk untuk mengmbangkan kemampuan siswa dalam meningkatkan pemahaman keagamaan, yakni meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah swt serta kemuliaan akhlak. 3) Ruang lingkup;

Pengajaran agama Islam diberikan pada sekolah umum dan sekolah agama (madrasah), baik negeri atau swasta. Seluruh pengajaran yang diberikan di sekolah/madarasah diorganisasikan dalam bentuk kelompok-kelompok mata pelajaran yang disebut bidang studi (broadfields) dan dilaksanakan melalui sistem kelas. Dalam struktur program sekolah umum, pengajaran agama Islam (Kurikulum 1999) meliputi tujuh unsur, yaitu: a) b) c) d) e) f) g) Sejarah Bimbingan Al-Qur'an Hadits Keimanan Akhlak ibadah Syariah/fiqh islam

Hal tersebut merupakan perwujudan dari keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah swt, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya. 4) Analisis kurikulum

Kurikulum pendidikan agama Islam berarti seperangkat rencana kegiatan dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran PAI serta cara yang digunakan dan segenap kegiatan yang dilakukan oleh guru agama untuk membantu siswa dalam memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dan atau menumbuhkembangkan nilai-nilai Islam. Menganalisis isi kurikulum PAI khususnya pendidikan agama Islam di tingkat SMP yang tercantum dalam GBPP 1994 terdapat beberapa kritik antara lain : a) GBPP PAI terlalu pada misi, ini terlihat dari sejumlah fungsi dan tujuan yang diharapkan siswa setelah belajar PAI; b) Padat materi yaitu materi PAI yang terdiri dari tujuh unsur poko yakni keimanan, ibadah, quran, akhlak, muamalah, syariah dan tarikh yang diajarkan secara terpisah menyebabkan materinya padat, sementara alokasi waktunya terbatas;

c) Berorientasi kuat pada domain kognitif ini terutama dilihat dari segi tujuan setiap pokok bahasan serta alat evaluasi yang digunakan. Sedangkan pada proses pelaksanaan kurikulum PAI terlihat ada kesenjangan antara konsep kurikulum dengan pelaksanaan kurikulum PAI 1994, ini terlihat pada tujuan umum PAI yang lebih bererientasi pada pengembangan sikap dan kemampuan keberagamaan, tetapi dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada aspek kognitif, yakni pembelajaran lebih bersifat verbalistis dan formalistis; metodologi pembelajaran masih bersifat konvesnsional; Pendekatan PAI cenderung normatif tanpa dibarengi ilustrasi konsteks sosial budaya sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian; Sistem evaluasi, bentuk soal ujian agama Islam menunjukkan prioritas pada kognitif, dan jarang pertanyaannya mempunyai bobot nilai dan makna spiritual keagamaan yang fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Secara rinci kelemahan kurikulum PAI adalah :

a) Pendidikan agama Islam (PAI) lebih terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat amalan ibadah praktis kognitif, dan masih kurang pada usaha mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri siswa. b) c) Metogologi Pembelajaran PAI PAI tidak bersifat berubah; konvensional, kurang tradisonal dan monoton. yang lain.

menyendiri,

berinteraksi

dengan

d) Pendekatan PAI cenderung normatif tanpa dibarengi ilustrasi konteks sosial budaya. Kurikulum SMP 2004 yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai jawaban pemerintah atas berbagai permasalahan pendidikan nasional, yaitu kualitas keluaran pendidikan, desentralisasi atau keunggulan daerah dan sekolah. KBK yang sekarang masih diuji cobakan, pada prinsipnya lebih memberikan kesempatan kepada sekolah dan guru secara leluasa untuk melakukan inovasi-inovasi pembelajaran. Kesempatan itu semestinya dipergunakan guru agama Islam secara proaktif dengan melakukan antara lain : a) Mendudukan GBPP sebagai ancer-ancer, bukan pedoman yang baku, sehingga berimplikasi pada keberanian guru PAI untuk melakukan analisis materi, tugas dan jenjang belajar secara konstekstual. b) Melakukan seleksi materi, mana yang perlu diberikan di dalam kelas atau sekolah lewat kegiatan intra dan ekstra kurikuler, mana yang dilakukan di luar sekolah untuk diserahkan kepada keluarga dan atau masyarakat melalui pembinaan secara terpadu. c) Mampu menggerakkan guru-guru lain (teman sejawat) untuk berpartisipasi aktif dalam membina pendidikan agama di sekolah, sehingga tercipta suasana religius.

d) Selalu mencari model-model pembelajaran PAI atau mengembangkan metodologi PAI secara konstekstual yang dapat menyentuh aspek kognitif, afektif dan psikomotor. e) Berusaha melakukan rekayasa fisik, psikis, sosial dan spiritual dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran PAI di sekolah. B. 1) Model Pembelajaran Pengertian

Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola pembelajaran tertentu, hal tersebut sesuai dengan pendapat Briggs (1978 : 23), bahwa model adalah seperangkat prosedur dan berurutan untuk mewujudkan suatu proses. Dengan demikian pengertian model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan pebelajaran pada hakekatnya adalah merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, naik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh-oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran sehingga menunjukkan adanya perolehan, penguasaan, hasil, proses atau fungsi. Mekanisme pembelajaran secara umum, meliputi :

a) Tahap persiapan; persiapan proses pembelajaran yang menyangkut penyusunan desain (rancangan) kegiatan belajar mengajar yang akan diselenggarakan, di dalamnya meliputi tujuan, metode, media, sumber, evaluasi dan kegiatan belajar siswa. b) Tahap pelaksanaan; pelaksanaan proses pembelajaran menggambarkan dinamika kegiatan belajar siswa yang dipandu dan dibuat dinamis oleh guru. c) Tahap evaluasi; evaluasi merupakan laporan dari proses pembelajaran, khususnya laporan tentang kemajuan dan prestasi belajar siswa. d) Tahap refleksi; tindak lanjut dalam proses pembelajaran dapat dipilah menjadi dua hal, yakni promosi dan rehabilitasi. Promosi adalah penetapan untuk melangkah dan peningkatan lebih lanjut atas keberhasilan siswa. Rehabilitasi adalah perbaikan atas kekuarangan yang telah terjadi dalam proses pembelajaran. 2) Jenis-jenis model

Joyce (2000) mengungkapkan bahwa ada empat rumpun model pembelajaran, yaitu : (a) model

interaksi sosial; (b) model pemprosesan informasi; (c) model pengembangan pribadi; (d) model behavior. Berdasarkan kajian teoritis yang penulis lakukan terhadap beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam, diantaranya : 1) Model Classroom Meeting;

Tokoh model ini adalah William Glasser. Menurut Glasser dalam (Moejiono (1992 : 155), bahwa sekolah umumnya berhasil membina prilaku ilmiah, meskipun demikian adakalanya sekolah gagal membina kehangatan hubungan antar pribadi. Kehangatan antar pribadi bermanfaat bagi keberhasilan belajar, agar sekolah dapat membina kehangatan hubungan antar pribadi, maka dipersyaratkan : 1) Guru memiliki rasa keterlibatan yang mendalam;

2) Guru dan siswa harus berani menghadapi realitas, dan berani menolak perilaku yang tidak bertanggung jawab; 3) Siswa mau belajar cara-cara berprilaku yang lebih baik.

Model pertemuan tatap muka merupakan salah satu model yang bermanfaat bagi pembinaan kehangatan hubungan antar pribadi. Model pertemuan tatap muka adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk mengembangkan : 1) 2) Rasa Pemahaman tanggung jawab pada diri diri sendiri dan sendiri; kelompok

Strategi mengajar model ini mendorong siswa belajar secara aktif. Kelemahan model ini terletak pada kedalaman dan keluasan pembahasan materi, karena lebih berorientasi pada proses, sedangkan PAI di samping menekankan pada proses tetapi juga menekankan pada penguasaan materi, sehingga materi perlu dikaji secara mendalam agar dapat dipahami dan dihayati serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Model Coopetarive Learning

Model ini dikembangkan salah satunya oleh Robert E. Slavin. Model ini membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi, dimana satu kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang. Model ini akan membuka suasana belajar yang berkembang, merangsang dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Model ini menawarkan adanya keaktifan dan ketertiban siswa dalam proses pembelajaran. Kelemahan model ini lebih karena terfokus bagaimana mengaktifkan siswa dan mampu bekerjasama, tetapi tidak membahas materi pembelajaran sehingga organisasi materi tidak

menjadi perhatian, masih mengutamakan penguasaan materi secara terpisah-pisah, dengan demikian pembelajaran belum dapat memberikan makna bagi pesertabelajar. Di samping itu pembelajaran dengan materi yang terpisah-pisah tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami permasalahan secara utuh. Sementara pembelajaran PAI menghendaki keutuhan pemahaman dan kemampuan serta yang dapat memberikan makna sehingga timbul kesadaran dan motivasi untuk mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. 3) Model Integrated Learning

Model pembelajarn terpadu pada hakkekatnya merupakan suatu sistem pembelajaran dengan menyajikan bahan pelajaran dalm bentuk keseluruhan dan meniadakan batas-batas antara berbagai mata pelajaran/sub mata pelajaran. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa baik individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, dan otentik (Depdikbud, 1996 : 3). Menurut Su'ud (1997), bahwa implementasi kurikulum terpadu merupakan wahana yang efektif dalam membantu peserta didik untuk tumbuh dan berkembang secara alami sebagai individu yang utuh dalam konsteks kehidupan sehari-hari. Pendekatan pembelajaran terpadu, dimaksudkan agar pengorganisasian bahan kajian secara tematis, dengan menganut azas kesederhanaan, kebermaknaan dalam komunikatif, kewajaran konsteks, keluwesan (sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat), keterpaduan, serta kesinambungan berbagai ketrampilan hidup. Dengan prinsip pengorganisasian pembelajaran yang bermakna, otentik, holistik, komunikatif, wajar dan luwes memungkinkan peserta didik lebih termotivasi untuk aktif menguasai, memahami dan mengahayati. Rancangan pembelajarn terpadu secara ekspilisit merumuskan tujuan pembelajaran. Dampak dari tujuan pengajaran dan pengiringnya secara langsung dapat terlihat dalam rumusan tujuan tersebut. Pada dampak pengiring umumnya akan membuahkan perubahan dalam perkembangan sikap dan kemampuan berfikir logis, kreatif, prediktif dan imajinatif. a) Pengertian pembelajaran terpadu;

Hakikat pembelajarn terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar sekaligus proses dan isi berbagai disiplin ilmu/mata pelajaran/pkok bahasan secara serempak di bahas. Konsep tersebut sesuai dengan beberapa tokoh yang mengemukakan tentang model pembelajaran terpadu. Depdikbud (1996 : 3), mengemukakan bahwa :

Model pembelajaran terpadu pada hakekatnya merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, dan otentik. Pembelajarn terpadu salah satu daintaranya yaitu memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan antar bidang studi, atau yang disebut juga lintas kurikulum, atau lintas bidang studi (Maryanto, 1994 : 2), Atau interdiciplinerary programe (Curriculum Services Branch Tasmania, 1994 : 2). Tyler (Oliva, 1992 : 517) mengemukakan ".. integration as the horizontal relationship of curriculum experiences" dan manfaat keterpaduan menurut Taba (Oliva, 1992 : 517), bahwa ". Learning is more effective when facts and principles from one field can related to another, especially when applying this knowledge.". Pembelajaran akan lebih efektif apabila guru dapat menghubungkan atau mengintegrasikan antara pelaksanaan pembelajaran di sekolah dengan temuan di lapangan. Implementasi kurikulum terpadu merupakan wahana yang efektif dalam membantu siswa untuk tumbuh dan berkembang secara alami sebagai individu yang utuh dalam konsteks kehidupan sehari-hari. Kurikulum terpadu dapat diartikan sebagai suatu model yang dapat memadukan materi dalam bahan pembelajaran (Fogarty, 1991 : xii). Keterpaduan dalam suatu pembelajaran dapat baik dalam satu rumpun bidang studi dan dapat juga memadukan antar bidang studi penting untuk memadukan keseluruhan kurikulum. b) Fogarty (1991 : Tipe xiv), memperkenalkan 10 pembelajaran model pembelajaran terpadu, terpadu yaitu :

a) Model fragmented; model ini adalah penyusunan kurikulum tradisional berdasarkan ilmu-ilmu yang berbeda dan terpisah. Dalam kurikulum standar, mata pelajaran diajarkan secara terpisah, dengan tidak ada usaha untuk menghubungkan atau mengintegrasikannya. Setiap mata pelajaran dipandang sebagai satu kesatuan yang murni, baik dalam kelompok disiplin ilmunya maupun pada disiplin ilmunya sendiri. b) Model Connented; model ini memfokuskan dengan membuat hubungan-hubungan secara eksplisit di dalam setiap wilayah mata pelajaran, hubungan satu topik dengan yang lainnya, hubungan satu ketrampilan dengan ketrampilan lainnya, hubungan sekarang dengan yang akan datang, atau ide-ide dalam satu catur wulan dengan catur wulan berikutnya. Kuncinya model ini adalah suatu upaya untuk mempertimbangkan pertalian (hubungan) kurikulum di dalam suatu mata pelajaran dan diharapkan siswa akan memahami secara otomatis hubungan-hubungan tersebut. c) Model Nested; model ini merupakan rancangan yang kaya yang digunakan oleh guru-guru yang berpengalaman. Mereka tahu bagaimana memperoleh keuntungan yang paling banyak

dari suatu pelajaran atau setiap pelajaran. Tetapi dalam pendekatan nested, perencanaan yang teliti diperlukan untuk menyusun sasaran-sasaran yang multi. Pada model ini integrasi dimaksudkan untuk menggabungkan atau menghubungkan sejumlah tujuan-tujuan pemebelajaran dan pengalaman belajar serta ketrampilan sejenis dalam suatu unit pelajaran. d) Model Sequenced; dengan keterbatasan artikulasi jarak lintas disiplin-disiplin (mata pelajaran) guru dapat menyusun kembali topik-topik agar unit-unit yang serupa tepat dengan yang lainnya. Dua mata pelajaran (disiplin ilmu) yang berhubungan dapat dirangkaikan sehingga isi keduanya diajarkan secara bersamaan. Dengan rangkaian perintah di dalam topik yang diajarkan, mempertinggi/meningkatkan aktivitas lainnya. Secara essensial, satu bidang studi/pokok bahasan memuat materi pelajaran bidang studi lainnya, begitu pula sebaliknya. e) Model Shared, merupakan dua disiplin ilmu yang saling mengisi konsep dan skill. Bagian perencanaan dan pengajaran pada dua disiplin ilmu dimana pengisian ilmu dan konsep muncul sebagai unsur yang terorganisir. f) Model Webbed (jaringan); model ini diartikan sebagai pendekatan tematik, untuk mengintegrasikan mata pelajaran. Secara khusus, pendekatan tematik untuk pengembangan kurikulum dimulai dengan sebuah tema seperti transportasi atau penemuan. g) Model Threaded; yaitu model pembelajaran diumpamakan sebagai kaca pembesar yaitu ide cemerlang yang memperbanyak seluruh isi melalui pendekatan metakurikuler. Pendekatan kurikuler memasang benang skill berfikir, skill sosial, intelegensi yang tinggi, teknologi, dan studi skill melalui berbagai disiplin ilmu. h) Model Integrated; merupakan pola baru dan rancangan yang menggunakan elemen dasar tiap-tiap disiplin ilmu. Cara interdisiplin ini mencocokan subjek-subjek untuk mengisi topik dan konsep dengan beberapa tim pengajaran di dalam satuan model integrasi yang otentik. i) Model Immersed; merupakan model yang mempunyai pandangan yang sangat pribadi. Model ini merupakan model pengintegrasian kurikulum yang dilakukan oleh calon siswa tingkat sarjana atau doktoral dari setiap bidangnya. Mereka yang melakukan penyaringan terhadap isi materi kurikulum dengan atau tanpa melibatkan pakar/pihak luar. j) Model Networked; model ini merupakan model penjaringan yang mengintegrasikan pembelajaran berdasarkan sumber-sumber masukan dari luar secara berkelanjutan yang dimaksudkan untuk memperbaharui, memperluas dan mengeksplorasi atau memperbaiki ideide. Pada model ini, siswa merupakan sumber informasi utama untuk menyaring keahlian dan minat mereka, di samping sumber informasi dari pada pakar. Siswa mengarahkan proses pengintegrasian melalui pemilihan jaringan yang diperlukan, namun hanya siswa yang mengetahui seluk beluk dan dimensi bidang mereka yang mencapai sasaran sumber-sumber yang diperlukan. c) Karakteristik

Beberapa karakteristik pembelajaran terpadu yang diekemukakan oleh Collin (1991), Miller (1990), tim pengembang pembelajaran terpadu PGSD dan S2 (1997), yang karakteristiknya dapat disimpulkan sebagai berikut : a) Holistik (menyeluruh); artinya suatu fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa disiplin ilmu sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Hal ini dimaksudkan untuk melatih siswa memahami suatu fenomena dari segala sisi. b) Bermakna; maksudnya kebermaknaan dalam komuniaksi adanya keterkaitan antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan materi yang dipelajari, dengan demikian proses pembelajaran dirasakan lebih berarti bagi siswa. Rujukan yang nyata dari berbagai konsep dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari, sehingga pada akhirnya siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memcahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupannya. c) Otentik; maksudnya siswa memahmi secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari, melalui hasil interaksi dan belajar dari fakta dan peristiwa. Dengan demikian informasi dan pengetahuan yang diperoleh siswa menjadi lebih otentik. d) Aktif; artinya siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, baik secara individual ataupun kelompok. Dalam pemebelajaran terpadu hasrat, minat dan kemampuan siswa dipertimbangkan, sehingga siswa termotivasi untuk mencari informasi dan pengetahuan dalam memahami konsep yang dipelajarinya. e) Akesederhanaan; materi yang disajikan secara sederhana, bermakna dan mudah dipahami, kewajaran konsteks, keluwesan (sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat), keterpaduan, serta adanya kesinambungan berbagai ketrampilan hidup. f) Alami; maksudnya pembelajaran terpadu memberikan lingkungan yang memungkinkan siswa belajar secara alami, sesuai tingkat perkembangan siswa yang selalu mengalami proses dan tidak terisolasi dari lingungan yang alami. C. 1) Pengembangan Relevasi model model pembelajaran pembelajaran terpadu dengan terpadu PAI

Konsep terpadu dalam pendidikan agama Islam meliputi: (a) keterpaduan proses, (b) keterpaduan materi, (c) keterpaduan penyelenggaraan, (d) wilayah pengembangan. Menurut Depag RI (1999 : 59), bahwa pembinaan pendidikan agama Islam terpadu sebagai berikut :

a) Keterpaduan kelembagaan, yaitu terjalinnya hubungan kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat guna saling mengisi dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan agama islam di sekolah yang dikoordinasi oleh Pendidikan Guru Agama Islam. b) Keterpaduan materi, yaitu agar mata pelajaran selain pendidikan agama Islam mampu untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional. c) Keterpaduan wilayah pengembangan pendidikan agama Islam, yang meliputi keterpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. d) Keterpaduan proses pendidikan, yaitu keserasian antara kegiatan pengajaran, bimbingan dan latihan. e) Keterpaduan ketenagaan, yaitu diperlukan adanya kerjasama yang bertanggung jawab antara guru pendidikan agama Islam dengan Kepala Sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama Islam. 2) Tahapan pengembangan

Hamalik (1989 : 71), mengemukakan bahwa komponen pembelajaran terpadu meliputi : perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Selanjutnya Depdikbud (1996 : 16), mengemukakan bahwa proses pembelajaran terpadu meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan dan kulminasi. a) Tahap perencanaan;

1) Guru dan peneliti menyusun konsep dan kemampuan yang harus dimiliki siswa pada setiap pokok bahasan dalam bidang studi pendidikan agama Islam yang meliputi : Aqidah/tauhid, akhlak, al-qur'an, hadits, bimbingan ibadah, syariah dan sejarah Islam sesuai GBPP yang berlaku. 2) Guru dan peneliti mengkaji konsep, kemampuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa pada suatu pokok bahasan dan mencari keterhubungannya dengan konsep, kemampuan, ketrampilan dan sikap pada pokok bahasan lainnya dalam materi pelajaran di kelas. 3) Guru danm peneliti menentukan tema pembelajaran pada setiap unit pelajaran. 4) Guru dan peneliti menyusun rancangan pembelajaran terpadu yang meliputi penetapan tujuan, amteri, proses pembelajaran dan evaluasi. b) Tahap pelaksanaan;

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran terpadu kegiatan guru dan peneliti meliputi : guru agama melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan desain pembelajaran terpadu. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan evaluasi. Selanjutnya kegiatan menyajikan materi pelajaran dengan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Selanjutnya kegiatan evaluasi dan tindak lanjut dengan melaksanakan penilaian formatif dan memebrikan tugas-tugas ekstra untuk meningkatkan dan mengembangkan hasi belajar siswa. c) Tahap kulminasi;

Tahap ini menampilkan hasil dan proses pembelajaran terpadu pada setiap pertemuan pembelajaran. Pada tahap ini guru mata pelajaran pendidikan agama Islam bersama peneliti mengidentifikasi berbagai masalah yang muncul pada setiap pertemuan dan mendiskusikan serta mencari alternatif pemecahannya, yang akan dijadikan masukan untuk memperbaiki desain pembelajaran terpadu beserta implementasinya pada pertemuan selanjutnya. Secara umum dalam merencanakan pembelajaran terpadu melalui langkah-langkah sebagai berikut : 1) 2) 3) 4) 3) Menentukan Mengidentifikasi Memilih Menyusun atau konsep kegiatan jadwal Evaluasi memilih yang belajar kegiatan akan yang secara tema di sentral bahas. sesuai sistematik. pengembangan

Evaluasi pembelajaran terpadu dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran, dengan teknik tes dan non tes. Evaluasi terhadap proses dilakukan dengan teknik observasi yaitu melihat aktivitas siswa secara individu dan kelompok pada setiap tahap kegiatan dengan memperhatikan aspek-aspek : a) b) Rasional Kejujuran argumen/alasan ilmiah

c) Peranan siswa dalam setiap kegiatan seperti pendengar, pemandu, pembicara dan sebagainya d) Kerjasama kelompok dan produktivitas

e) f)

Pembagian Penggunaan

tugas bahasa

dan yang

tanggung sopan,

jawab baikd

terhadap an

tugas benar.

Sedangkan evaluasi terhadap hasil dilakukan dengan teknik tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk melihat kemampuan siswa memahami konsep-konsep PAI, sedangkan non tes (Observasi digunakan untuk melihat dampak penggiring pelaksanaan model terpadu. Evaluasi guru terhadap hasil adalah dengan tulisan, kebermaknaan, kejelasan dan keluasan argumentasi. Pengembangan model terpadu pada bidang studi pendidikan agama Islam ini menggunakan tema dengan menyajikannya secara terpadu dengan unsur aqidah, akhlak, fiqh dan tarikh. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Dari uraian-uraian 1. Kurikulum tersebut Bidang di atas, Studi maka dapat disimpulkan Agama Kesimpulan bahwa :

Pendidikan

Islam

SMP

a) Pengertian; pengertian pendidikan agama Islam di sekolah umum, yaitu : Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. b) Tujuan dan fungsi; Secara umum tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Sedangkan fungsi pengajaran agama Islam adalah untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta membiasakan siswa berakhlak mulia. c) Ruang lingkup; Dalam struktur program sekolah umum, pengajaran agama Islam (Kurikulum 1999) meliputi tujuh unsur, yaitu : v v v Al-Qur'an Hadits Keimanan

v v v v Sejarah Bimbingan

Akhlak ibadah Syariah/fiqh islam

d) Analisis kurikulum; Menganalisis isi kurikulum PAI khususnya pendidikan agama Islam di tingkat SMP yang tercantum dalam GBPP 1994 terdapat beberapa kritik antara lain : v GBPP PAI terlalu pada misi, ini terlihat dari sejumlah fungsi dan tujuan yang diharapkan siswa setelah belajar PAI; v Padat materi yaitu materi PAI yang terdiri dari tujuh unsur poko yakni keimanan, ibadah, quran, akhlak, muamalah, syariah dan tarikh yang diajarkan secara terpisah menyebabkan materinya padat, sementara alokasi waktunya terbatas; v Berorientasi kuat pada domain kognitif ini terutama dilihat dari segi tujuan setiap pokok bahasan serta alat evaluasi yang digunakan. 2. Model Pembelajaran

a) Pengertian; model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Sedangkan yang dimaksud dengan pebelajaran pada hakekatnya adalah merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, naik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. b) Jenis-jenis model; Berdasarkan kajian teoritis yang penulis lakukan terhadap beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam, diantaranya : v v Model Model Classroom Coopetarive Meeting Learning

v Model Integrated Learning; Fogarty (1991 : xiv), memperkenalkan 10 model pembelajaran terpadu, yaitu : 1) 2) 3) Model Model Model fragmented; Connented; Nested;

4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) Model

Model Model Webbed Model Model Model Model

Sequenced; Shared, (jaringan); Threaded; Integrated; Immersed; Networked;

c) Karakteristik; Beberapa karakteristik pembelajaran terpadu yang diekemukakan oleh Collin (1991), Miller (1990), tim pengembang pembelajaran terpadu PGSD dan S2 (1997), yang karakteristiknya dapat disimpulkan sebagai berikut : Holistik (menyeluruh); Bermakna; Otentik; Aktif; Akesederhanaan; Alami;

3. Pengembangan model pembelajaran terpadu; Konsep terpadu dalam pendidikan agama Islam meliputi : (a) keterpaduan proses, (b) keterpaduan materi, (c) keterpaduan penyelenggaraan, (d) wilayah pengembangan. 4) a) b) c) Tahapan Tahap Tahap Tahap pengembangan; perencanaan; pelaksanaan; kulminasi;

Secara umum dalam merencanakan pembelajaran terpadu melalui langkah-langkah sebagai

berikut Menentukan Mengidentifikasi Memilih Menyusun atau konsep kegiatan jadwal memilih yang belajar kegiatan akan yang secara tema di

: sentral bahas. sesuai sistematik.

5) Evaluasi pengembangan; Evaluasi pembelajaran terpadu dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran, dengan teknik tes dan non tes. Evaluasi terhadap proses dilakukan dengan teknik observasi yaitu melihat aktivitas siswa secara individu dan kelompok pada setiap tahap kegiatan dengan memperhatikan aspek-aspek : Rasional Kejujuran argumen/alasan ilmiah

Peranan siswa dalam setiap kegiatan seperti pendengar, pemandu, pembicara dan sebagainya B. Kerjasama Pembagian Penggunaan tugas bahasa dan yang kelompok tanggung sopan, dan jawab baikd produktivitas terhadap an tugas benar. Saran

Setelah melakukan penganalisisan terhadap pengembangan model pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP, maka dirasakan perlu untuk memberikan saran-saran sebagai berikut : 1) Kepada kepala sekolah sebagai pembina, supervisor di sekolah hendaknya meningkatkan kreativitas dan dedikasi kerjanya guna meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya. 2) Guru sebagai tenaga yang paling menentukan keberhasilan proses pembelajaran, hendaknya senantiasa meningkatkan terus sumber daya gurunya atau kompetensinya, dengan jalan belajar dan belajar terus. 3) Siswa-siswa di sekolah sebagai subyek dan obyek pendidikan hendaknya memiliki motivasi belajar yang lebih baik lagi guna mempersiapkan generasi ayang akan datang. 4) Kepada peneliti lain, bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna oleh karena diharapkan

untuk DAFTAR

dilakukan

penelitian

yang

lebih

mendalam

dan

seksama. PUSTAKA

Abrasyi, A. (1974). Dasar-Dasar Pokok Pendidikan islam. Jakarta : Bulan Bintang Cet. II Azra, A. (2002). Paradigma pendidikan Nasional : Rekonstruksi dan Demokratisasi, Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Briggs, Lesslei. (1978). Instruksional Design. New Jersey : Ed. Teechn. Publ.

Collin, G. dan Dixon, H. (1991) Integrated Learning. Australia : Bookshelf Publishing. Daradjat, Z. (1976), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Bumi Aksara. Departemen Agama RI, (1992), Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam dan Iniversitas Terbuka. Departemen Agama RI, (1995), Pola Pembinaan Agama Islam Terpadu. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam. Departemen Agama RI, (1995), Garis-garis Besar program Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam. Departemen Agama RI, (1999), Pendidikan Agama Islam untuk SMU kelas III. Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam. Departemen Agama RI, (1985), Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Proyek Departemen Agama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Pusat data dan Informasi Pendidikan, Balitbang Depdiknas. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1996/1997). Tim Pengembang PGSD Pembelajaran Terpadu D.II PGSD dan S.2 Pendidikan dasar. Jakarta : Dikti. Fogarty, F. (1991) How to Integrate the Curricula. Skyligh Publissing Inc. Polatine Illions. Gage, NL. (1964), Handbook of Research on Teaching. Chicago : rand McNally. Hamalik, O. (2001), Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara. Joyce, B., Weill, M. (2000) Models of teaching. Boston : Allyn and Bacon

Miller, J. & Drake, S. (1990), Implementing a holistic curriculum. Holistic Education Review, Fall 1990 Moedjiono (1991/1992) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Oliva, P. (1992), Developing The Curriculum. New York : HarperCollinsPublishers. Sukmadinata, N. (2004) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosda Karya Udin S. Suud (1999) Implementasi Kurikulum Terpadu. Makalah disampaikan pada Pertemuan Alumni IKIP Bandung. Yusuf, Syamsu, LN. (2001) Psikologi Perkembangan Anak dan remaja. Cetakan kedua, bandung : Remaja Rosda Karya. Sumber : http://zalva-kapeta.blogspot.com/2009/05/desain-kurikulum-pai.html

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter http://peta-ilmu.blogspot.com/2011/03/makalah-kurikulum-pendidikan-agama.html

You might also like