You are on page 1of 12

Pengertian Nasionalisme

Sejak abad ke-19 muncullah paham baru yang kita kenal dengan sebutan

nasionalisme di kawasan Eropa dan Amerika, sebgai dampak adanya Revolusi Perancis dan Amerika serta Revolusi Industri. Prof. Dr. Muladi membagi nasionalisme di berbagai belahan dunia berdasarkan sejarah perkembangannya dalam tiga periode atau fase, yaitu sebagai berikut: a. fase pertama, terjadi selama masa proses dekolonisassi tahun 1945-an dan 1960-an. b. fase kedua, terjadi pada akhir tahun 1960-an, ketika terjadi gerakan kelompok minoritas di negeri industri Barat dengan tuntutan akomodasi yang lebih besar atas perbedaan kelompok. c. fase ketiga, pada saat runtuhnya sosialisme birokrasi di Eropa Timur, yang menimbulkan gerakan nasionalisme di antara kelompok minoritas di negara multietnik. Nasionalisme berasal dari bahasa Inggris dari kata nation yang berarti bangsa, kemudian mendapat imbuhan isme yang sering diartikan paham atau ajaran. Secara umum, Nasionalisme berarti paham atau ajaran mencintai bangsa dan negara sendiri, atau kesadaran keanggotaan dalam suatu negara, yang secara potensial atau aktual bersamasama mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas kerukunan dan kekuatan bangsa itu. Nasionalisme yang juga dikenal sebagai semangat kebangsaan merupakan suatu gejala psikologis berupa rasa persamaan dari sekelompok manusia yang menimbulkan kesadaran sebagai suatu bangsa. Nasionalisme juga dapat dikatakan sebagai suatu gejala psikologik berupa rasa persamaan dari sekelompok manusia yang menimbulkan kesadaran sebagai suatu bangsa. Nasionalisme dalam arti sempit seringkali dikaitkan dengan paham chauvinisme, dimana diartikan sebagai perasaan cinta terhadap bangsanya secara berlebih-lebihan sehingga memandang rendah bangsa dan suku bangsa lainnya. Selain itu, chauvinisme juga dipahami sebagai rasa kebangsaan yang bersemangat dan bertindak agresif terhadap bangsa lain, yang kemudian dikaitkan dengan paham imperialisme yang tidak hanya ingin mengalahkan bangsa lain, melainkan ingin menguasai wilayah dan bangsa penghuninya.

Secara garis besar, nasionalisme adalah perasaan cinta dan bangga terhadap tanah air dan bangsanya, tanpa memandang bangsa lain lebih rendah dari bangsa dan Negaranya. Nasionalisme seperti ini lebih mengutamakan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negaranya demi menjalin hubungan kerjasama, keharmonisan maupun keselarasan antarbangsa dan Negara di tiap belahan dunia. Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot. Ikatan ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan tak beranjak dari situ. Saat itu, naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka untuk mempertahankan negerinya, tempatnya hidup dan menggantungkan diri. Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan adat-istiadat yang berbedabeda. Rasa nasionalisme bangsa Indonesia mungkin saja berkembang ke arah yang negatif apabila tidak diarahkan kepada persatuan dan kesatuan bangsa. Tentunya kita tidak ingin bangsa Indonesia menganut paham sukuisme, yaitu nasionalisme yang berlebihan terhadap suku masing-masing. 1) Ciri-ciri nasionalisme, antara lain: a. Cinta bangsa dan tanah air Indonesia b. Rela berkorban demi bangsa dan Negara c. Bangga berbangsa dan bertanah air Indonesia d. Menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan 2) Unsur-unsur nasionalisme, yaitu: a. Perasaan nasional b. Watak nasional c. Batas nasional d. Bahasa nasional e. Agama f. Peralatan nasional 3) Tujuan nasionalisme Pada dasarnya, nasionalisme memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Menjamin kemauan dan kekuatan mempertahankan masyarakat internasional melawan musuh dari luar Negara sehingga melahirkan semangat rela berkorban. b. Menghilangkan ekstremisme (tuntutan yang berlebih-lebihan) dari warga Negara (individu dan kelompok). Di Negara-Negara Asia, tujuan pokok nasionalisme adalah sebagai berikut: a. Politik Menumbangkan dominasi politik bangsa penjajah dan membangun Negara merdeka. b. Ekonomi Menghapus penghisapan dan praktik imperialisme atas bangsanya dan membangun suatu sistem perekonomian nasional menuju terwujudnya kesejahteraan yang berkeadilan sosial. c. Kebudayaan Menghapus pengaruh kebudayaan asing yang merusak, kemudian membina kebudayaan nasional berdasar pada sintesis budaya asli dengan budaya asing yang konstruktif dan tidak bertentangan dengan kebudayaan nasional. 4) Dampak nasionalisme Munculnya nasionalisme di beberapa Negara membawa dampak yang beragam, bahkan kadang-kadang bertentangan dengan tujuan nasionalisme itu sendiri. Akibat munculnya nasionalisme antara lain: a. Timbulnya Negara nasional b. Peperangan c. Imperialisme d. Proteksionisme e. Akibat sosial 5) Faktor pendorong munculnya nasionalisme di Indonesia dibagi menjadi dua kategori, yakni: a. Faktor internal 1. Timbulnya kembali golongan pertengahan dan kaum terpelajar 2. Adanya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh seluruh rakyat dalam berbagai bidang kehidupan

3. Pengaruh golongan peranakan 4. Adanya keinginan untuk melepaskan diri dari imperialisme b. Faktor eksternal 1. Paham-paham modern dari Eropa (mis. liberalisme, humanisme, komunisme) 2. Gerakan Pan-Islamisme 3. Pergerakan Negara-Negara di Asia 4. Kemenangan Jepang atas Rusia Di Indonesia, juga terdapat dua faktor yang memiliki frekuensi cukup tinggi dalam mempengaruhi rasa nasionalisme. Faktor-faktor ini sangat berpengaruh pada tingkat atau kadar ataupun seberapa tinggi rasa nasionalisme yang tertanam di diri tiap masyarakat Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah : 1. Faktor Ekonomi Sedikit menatap masa lalu, pada tahun 1997, dunia dilanda krisis moneter yang menjalar dari Mexico, terus ke Asia seperti Jepang, Korea, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Negara-negara di asia seperti Jepang, Korea, Thailand, dan Malaysia cepat keluar dari krisis, karena negara-negara tersebut kuat dasar perekonomiannya dan mempunyai upaya yang kuat dan etos kerja yang tinggi ingin cepat-cepat keluar dari krisis. Akan tetapi di Indonesia, krisis moneter ini amat membuat Indonesia terpuruk. Kemiskinan, pengangguran, perekonomian yang lemah, krisis politik, krisis kekuasaan, bahkan krisis kepercayaan dan yang paling parah krisis nasionalisme. Tingkat kemiskinan yang tinggi dan pengangguran dimana-mana membuat rasa akan bangga terhadap bangsa Indonesia memudar. Rasa percaya pun ikut hilang, dan timbulnya berbagai macam kecurigaan yang berlebihan ikut memperburuk dan memperumit masalah bangsa ini. Keterkaitan rendahnya rasa nasionalisme dengan ekonomi adalah dimana kita dapat melihat dan menyimpulkan bahwa seseorang yang miskin ataupun pengemis, pengamen dan sejenisnya pastinya jauh dari pikiran apa yang bisa kita berikan pada bangsa dan Negara ini. Mereka lebih mementingkan urusan perut mereka sendiri. Karena memang itulah yang seharusnya apabila kitapun berada pada situasi yang sama. Artinya memang rendahnya rasa nasionalisme sangat berkaitan erat dengan

faktor ekonomi. Bisa dikatakan jika dengan penghidupan yang layak maka kesadaran akan rasa nasionalime yang tumbuh dari diri kita sendiri akan sangat subur.

2. Faktor Budaya Budaya merupakan faktor utama yang bisa dikatakan menentukan rasa nasionalisme suatu bangsa. Dalam faktor ini budaya negative baik dari budaya barat (eksternal) ataupun dari budaya timur (internal) masyarakat kita berpengaruh terhadap tinggi atau rendahnya rasa nasionalisme. Apabila dilihat lebih jauh budaya barat lebih kepada gaya hidup mereka seperti free sex, loyal, dan serba bebas lainnya membuat rasa akan cinta tanah air khususnya Indonesia semakin terkuras. Sebagai contoh, kita lebih banyak melihat masyarakat khususnya para remaja yang lebih mengagung-agungkan tokoh-tokoh lain yang bisa dianggap tidak sesuai dengan jati diri bangsa, dan membuat mereka lupa akan rasa yang pernah kita miliki bersama disaat meraih kemerdekaan dari penjajah, yaitu rasa persatuan dan kesatuan, rasa nasionalisme yang tinggi dan rasa yang menginginkan adanya perubahan. Ditambah lagi dengan bermacam-macam suku bangsa di Indonesia yang artinya lebih banyak perbedaan dibandingkan persamaan, tentu saja dapat menimbulkan konflik-konflik internal bangsa. Hal tersebut dapat menodai rasa Nasionalisme kita sebagai bangsa Indonesia. Bagaimana mungkin kita akan dianggap sebagai bangsa yang menghargai sejarah dan memiliki nasionalisme yang tinggi jika meskipun hanya karena hal yang kecil kita mudah sekali dipecahbelahkan. Oleh sebab itu pastinya faktor ini sangat berpengaruh terhadap rasa nasionalisme di Indonesia. 6) Beberapa bentuk dari nasionalisme Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai sebagian paham Negara atau gerakan (bukan Negara) yang berdasarkan pada pendapat wargaNegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua elemen tersebut. A. Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme dimana Negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya, "kehendak rakyat"; "perwakilan politik". Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-Jacques Rousseau dan menjadi bahanbahan tulisan. Antara tulisan yang terkenal adalah buku berjudul Du

Contract Sociale (atau dalam Bahasa Indonesia "Mengenai Kontrak Sosial"). B. Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana Negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat"). C. Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana Negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras. Nasionalisme romantik bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik. D. Nasionalisme budaya adalah sejenis nasionalisme dimana Negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna kulit, ras dan sebagainya. E. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik yang kuat sehingga diberi keutamaan lebih mengatasi hak universal dan kebebasan. F. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana Negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan. Namun demikian, bagi kebanyakan kelompok nasionalis agama hanya merupakan simbol dan bukannya motivasi utama kelompok tersebut. Nasionalisme merupakan sebuah penemuan sosial yang paling menakjubkan dalam perjalanan sejarah manusia, paling tidak dalam seratus tahun terakhir. Tak ada satu pun ruang sosial di muka bumi yang lepas dari pengaruh ideologi ini. Tanpa nasionalisme, lajur sejarah manusia akan berbeda sama sekali. Berakhirnya perang dingin dan semakin merebaknya gagasan dan budaya globalisme (internasionalisme) pada dekade 1990-an hingga sekarang, khususnya dengan adanya teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang dengan sangat akseleratif, tidak dengan serta-merta membawa lagu kematian bagi nasionalisme.

Kaca mata etnonasionalisme ini berangkat dari asumsi bahwa fenomena nasionalisme telah eksis sejak manusia mengenal konsep kekerabatan biologis. Dalam sudut pandang ini, nasionalisme dilihat sebagai konsep yang alamiah berakar pada setiap kelompok masyarakat masa lampau yang disebut sebagai ethnie (Anthony Smith, 1986), suatu kelompok sosial yang diikat oleh atribut kultural meliputi memori kolektif, nilai, mitos, dan simbolisme. Para nasionalis menganggap negara adalah berdasarkan beberapa kebenaran politik (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu identitas budaya debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah sumber dari kehendak rakyat, atau gabungan kedua teori itu.

3. Pentingnya Kehidupan

Semangat

Nasionalisme

Dalam

Berbagai

Bidang

Menurut Hans Kohn (1984), nasionalisme adalah suatu

paham

yang

berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisi setempat, dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda. Akan tetapi baru pada akhir abad XVIII, nasionalisme menjadi suatu perasaan yang diakui secara umum. Nasionalisme itu makin lama makin kuat peranannya dalam membentuk semua segi kehidupan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat pribadi. Pada akhir-akhir ini telah berlaku syarat bahwasannya setiap bangsa harus membentuk suatu negara, negaranya sendiri, dan bahwa negara itu harus meliputi seluruh bangsa. Unsur yang terpenting dalam nasionalisme adalah adanya kemauan bersama untuk hidup bersama secara nyata sebagai suatu bangsa.

Dijelaskan oleh Ernest Renan, bahwa bangsa adalah mereka yang mempunyai le desire detre ensemble, hasrat kuat untuk hidup bersama. Dalam perkembangannya, nasionalisme itu tidak lepas dari konteks sejarahnya. Oleh karena itu ingatan kolektif suatu bangsa yang berasal dari ingatan kolektif lokal sangat berperan dalam membentuk nasionalisme. Bagi bangsa

Indonesia, nasionalisme yang berkembang mempunyai dua sifat kesamaan, yaitu faktor solidaritas atas persatuan.

Indonesia yang menjembatani berbagai macam perbedaan daerah, dan mempunyai unsur konflik (penentangan) terhadap kelompok-kelompok sosial Kaum nasionalis menggerakkan dan

tertentu yang dirasakan asing dan aneh.

kekuatannya terhadap dua hal, yaitu terhadap dominasi kekuasaan kolonial terhadap penguasa tradisional yang sangat feodalistis. (Wertheim, 1956: 280).

Nasionalisme juga tidak bisa dilepaskan dengan demokrasi karena keduanya menunjukkan adanya benang merah; bahwa nasionalisme dan demokrasi

merupakan kristalisasi dan institusionalisasi dari tahap lanjut perkembangan kehidupan manusia dalam bidang intelektual, ekonomi, dan politik. Jadi, wajah nasionalisme yang akan muncul banyak dipengaruhi oleh kinerja pemerintah yang sedang berkuasa dan kondisi rakyat sendiri. Ketika faktor luar (mis. globalisasi) mulai ikut mempengaruhi, nasionalisme bisa menjelma menjadi konflik, gerakan protes, dan berbagai bentuk penentangan. Faktor pemicu yang paling efektif terhadap perubahan itu adalah munculnya ketidakadilan. Globalisasi bidang politik mendatangkan persoalan serupa atas nasionalisme. Globalisasi telah mereduksi pentingnya lingkup politik dari nation-state yang merupakan basis bagi pembangunan sosial-politik. Peran nation-state menjadi subordinat karena diambilalih oleh lembaga-lembaga ekonomi transnasional. Jika eksistensi nation-state terpinggirkan, halnya sama dengan nasionalisme, nasionalisme menjadi ideologi yang kedaluarsa. Kesadaran akan adanya ketidakadilan ini akan mempengaruhi legitimasi pemerintah yang selanjutnya akan mengubah hubungan antara pemerintah dengan yang diperintah. Jika pemerintah tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga menimbulkan kesengsaraan rakyat, maka rakyat akan melakukan protes. Globalisasi bidang politik mendatangkan persoalan serupa atas nasionalisme. Globalisasi telah mereduksi pentingnya lingkup politik dari nation-state yang merupakan basis bagi pembangunan sosial-politik. Peran nation-state menjadi subordinat karena diambilalih oleh lembaga-lembaga ekonomi transnasional. Jika eksistensi nation-state terpinggirkan, halnya sama dengan nasionalisme, nasionalisme menjadi ideologi yang kedaluarsa. Sementara itu, dalam perkembangan sebuah bangsa, nasionalisme menjadi dasar dan kekuatan suatu bangsa dalam membangun negara dan bangsanya. Istilah ini sering disebut sebagai Nation Building. Nation building pada prinsipnya merupakan sebuah proses terus-menerus menuju terciptanya sebuah negara dalam melaksanakan

tugas-tugasnya atas dasar ideologinya. (Simatupang, 1980:18-23). Dengan kata lain, nation building merupakan proses pembentukan kesatuan bangsa yang utuh. Nation sendiri menunjuk pada suatu komunitas sebagai kesatuan

kehidupan bersama yang mencakup berbagai unsur yang berbeda dalam aspek etnik, kelas atau golongan sosial, aliran kepercayaan, kebudayaan, linguistik, dan perkembangan historis sebagai yang ditopang oleh kemauan

sebagainya. Kesemuanya terintegrasikan dalam kesatuan sistem politik berdasarkan solidaritas

bersama. Heterogenitas dalam berbagai segi kehidupan, unsur-unsurnya digembleng menjadi suatu homogenitas politik dan lazimnya terwujud sebagai negara nasional. Negara nasional itu sendiri menjadi wahana yang berfungsi untuk adaptasi, mempertahankan kesatuannya, memperkokoh proses integrasinya serta mencapai

tujuan eksistensinya. Negara nasional lebih efektif dan efisien dalam menopang eksistensi kelompok yang pluralistik dibanding sebagai komunitas lokal, regional, tribal, komunal, dan sebagainya (Kartodirdjo, 1993). Setelah kemerdekaan Indonesia, nasionalisme tetap berfungsi dalam nation building. Dalam proses itu, kebudayaan nasional, kepribadian dan identitas nasional, kesadaran nasional semuanya perlu dibudayakan. Untuk keperluan itu diperlukan upaya-upaya untuk simbol identitasnya. Demikian halnya setelah building bergulir untuk terus pengakuan kedaulatan Indonesia, proses nation menerus menciptakan Indonesia yang utuh. menimbulkan kesadaran nasional serta memantapkan

Penolakan terhadap federasi, pertentangan ideologi Pancasila versus Komunisme dan kemudian masalah posisi militer dalam kehidupan negara merupakan bagian dari proses nation building tersebut (Simatupang, 1980). Itulah sebabnya dalam proses tersebut haruslah tidak boleh melupakan, apalagi meninggalkan unsurunsur dinamika lokal. Semangat kebangsaan sudah sepatutnya diterapkan dalam ruang lingkup kehidupan manusia. Penerapan nasionalisme dalam kehidupan haruslah secara tepat dan proporsional agar maksud dan tujuan awal dari adanya nasionalisme di suatu negara dapat tercapai. Jangan sampai penerapan dan aplikasinya bersifat sempit ataupun melahirkan chauvinisme (perasaan kebangsaan yang berlebihan dan menganggap bangsanya lebih unggul atau lebih tinggi dibandingkan dari bangsabangsa lain, serta memandang bangsa lain rendah).

Dalam penerapan nasionalisme, kita harus mengembangkan civic nasionalism yang menjauhi persoalan identitas kelomok, rasial dan pemaksan keseragaman. Jika tidak, dikhawatirkan akan terjerumus pada romantic nasionalism. Oleh sebab itu, harus ada kehati-hatian dalam menerapkan nasionalisme. Makna dan keberadaan nasionalisme itu sendiri tidak dapat dipisahkan dengan patriotisme. Patriotisme adalah semangat dan jiwa yang dimiliki seseorang untuk rela berkorban demi nama suatu bangsa atau Negara. Baik nasionalisme maupun patriotisme menganjurkan kepada seluruh anggota suatu bangsa untuk selalu rela berkorban kapada Negaranya sebagai tempat berpijak, tempat hidup, dan tempat untuk mencari penghidupan; mengajarkan kepada kita untuk mencintai tanah air, bangsa, dan Negara dengan segala apa yang dimilikinya. Cara-cara untuk menunjukkan semangat kebangsaan di atas diperlukan keteladanan, pewarisan, dan pelaksanaan kewajiban. Keteladanan dapat diberikan di berbagai lingkungan kehidupan keluarga, masyarakat, sekolah, instansi pemerintah ataupun swasta. a. Di Lingkungan Keluarga dan Masyarakat Peranan orangtua di dalam keluarga sangatlah penting. Pendidikan orangtua sangat membantu perkembangan anak sejak dari lahir hingga beranjak dewasa. Selanjutnya perkembangan anak akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Jadi, baik atau buruknya seorang anak melakukan filtrasi terhadap pengaruh luar dirinya bergantung pada perkembangan atau pendidikan di dalam keluarga.

b. Di Lingkungan Sekolah Keteladanan dapat diberikan oleh pamong sekolah, pengurus OSIS sampai pengurus kelas. Misalnya, melakukan sumbangan uang untuk membantu teman sekelasnya yang terkena musibah, membersihkan lingkungan sekolah, menjalin persahabatan dengan sekolah lain atau tidak melakukan tawuran pelajar.

c. Di Lingkungan Instansi Pemerintah atau Swasta Keteladanan tokoh/pemimpin perusahaan yang dituakan (senioritas) akan sangat berpengaruh bagi karyawan/karyawati lain. Misalnya, memprakarsai kegiatan donor darah, pengentasan kemiskinan, membantu korban bencana, atau berperilaku adil dan bijaksana.

d. Pewarisan Rangkaian kegiatan yang merupakan bagian dari pewarisan antara lain adalah suka bekerja keras, ulet, tekun, membiasakan menabung, berperilaku hemat atau sederhana. Diharapkan nilai-nilai dibalik kegiatan tersebut akan membentuk kepribadian diri. Misalnya, tapak tilas, kunjungan ke museum, melaksanakan upacara bendera, disiplin diri, atau berjiwa kreatif.

e. Pelaksanaan Kewajiban Salah satu upaya menumbuhkembangkan jiwa-jiwa nasionalis-patriotis adalah menciptakan peraturan perundang-undangan tentang bela Negara. Peraturan yang mewajibkan peran serta rakyat dalam pembelaan Negara diantaranya wajib militer (wamil), pendidikan bela Negara atau kewiraan sebagai pendidikan wajib, atau kewajiban penggunaan barang-barang dalam negeri dan tidak mengimpor barang-barang dari luar negeri. Penerapan semangat kebangsaan dapat dilakukan, antara lain malalui aktivitas sebagai berikut: 1. Memberikan keteladanan. 2. Pewarisan nilai-nilai nasionalisme. 3. Siap sedia membela tanah air dan bangsa. 4. Ikut menjaga kelestarian lingkungan dan peninggalan sejarah. 5. Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri. 6. Berani membela kebenaran dan keadilan. 7. Menjaga dan memperkokoh kerukunan, persatuan dan kesatuan. 8. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
Nasionalisme adalah paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia; merupakan rasa cinta terhadap tanah air dan gambaran semangat juang bangsa dalam mempertahankan hak-hak bangsanya sebagai bangsa yang berdaulat. Nasionalisme dalam arti sempit seringkali dikaitkan dengan paham chauvinisme, yang kemudian dikaitkan dengan paham imperialisme. Ciri-ciri nasionalisme antara lain: a. Cinta bangsa dan tanah air Indonesia b. Rela berkorban demi bangsa dan Negara c. Bangga berbangsa dan bertanah air Indonesia d. Menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan Semangat nasionalisme memiliki peran penting dalam berbagai bidang kehidupan, terutama berbangsa dan bernegara. Nasionalisme berperan dalam pembinaan karakter bangsa, pengawal nation building, dan pengerat integrasi nasional. Untuk itu diperlukan upaya pengembangan dan pelembagaan nasionalisme secara serius dan terus menerus, mengingat nation building itu sendiri berjalan dan berlangsung secara terus menerus pula. Penerapan semangat kebangsaan, antara lain dapat dilakukan dengan: 1. Memberikan keteladanan. 2. Pewarisan nilai-nilai nasionalisme. 3. Siap sedia membela tanah air dan bangsa. 4. Ikut menjaga kelestarian lingkungan dan peninggalan sejarah. 5. Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri. 6. Berani membela kebenaran dan keadilan. 7. Menjaga dan memperkokoh kerukunan, persatuan dan kesatuan. 8. Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

You might also like