You are on page 1of 16

A.

LATAR BELAKANG Kesehatan adalah suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, cacat, kelemahan tapi benar-benar merupakan kondisi positif dan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang memungkinkan untuk hidup produtif. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, individu dituntut untuk lebih meningkatkan kinerjanya agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi tingkat sosial di masyarakat lebih tinggi. Hal ini merupakan dambaan setiap manusia ( Dep Kes RI. 2000 ). Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan indrustri keempat kesehatan utama tersbut adalah penyakait degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak di anggap sebagai gangguan jiwa yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisien (Yosep, 2007). Skizofrenia merupakan psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas terbesar, pasien tidak mempunyai realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal di Rumkital Dr. Ramelan PAV VI A terdapat 16 klien (100%) dan ada 4 klien yang mengalami gangguan Skizofrenia Paranoid (25%) . Di Indonesia, sekitar 1% 2% dari total jumlah penduduk mengalami skizofrenia yaitu mencapai 3 per 1000

penduduk, prevalensi 1,44 per 1000 penduduk di perkotaan dan 4,6 per 1000 penduduk di pedesaan berarti jumlah penyandang skizofrenia 600.000 orang produktif. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia adalah gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata Skizo yang artinya retak atau pecah (spilit), dan frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofernia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian (splittingof of personality). Secara klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai terutama oleh adanya waham kebesaran atau waham kejar, jalannya penyakit agak konstan (Kaplan dan Sadock, 1998). Pikiran melayang (Flight of ideas) lebih sering terdapat pada mania, pada skizofrenia lebih sering inkoherensi (Maramis, 2005). Kriteria waktunya berdasarkan pada teori Townsend (1998), yang mengatakan kondisi klien jiwa sulit diramalkan, karena setiap saat dapat berubah. Waham menurut Maramis (1998), Keliat (1998) dan Ramdi (2000) menyatakan bahwa itu merupakan suatu keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya, keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-ubah. Mayer-Gross dalam Maramis (1998) membagi waham dalam 2 kelompok, yaitu primer dan sekunder. Waham primer timbul secara tidak logis, tanpa penyebab dari luar. Sedangkan waham sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti dan merupakan cara untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain, waham dinamakan menurut isinya, salah satunya adalah waham kebesaran Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia.

75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Istilah skizofrenia sering disalahpahami berarti bahwa orang-orang yang terkena dampak memiliki "kepribadian ganda". Meskipun beberapa orang didiagnosis dengan skizofrenia mungkin mendengar suara-suara dan mungkin mengalami suara sebagai kepribadian yang berbeda, skizofrenia tidak melibatkan orang berubah antara kepribadian ganda yang berbeda. Kebingungan muncul sebagian karena makna istilah skizofrenia Bleuler itu (secara harfiah "split" atau "pikiran hancur"). Penyalahgunaan dikenal pertama istilah berarti "kepribadian yang terbelah" adalah dalam sebuah artikel oleh penyair TS Eliot pada tahun 1933. Pada paruh pertama abad kedua puluh skizofrenia dianggap cacat keturunan, dan penderita tunduk pada eugenika di banyak negara. Ratusan ribu orang disterilkan, dengan atau tanpa persetujuan - mayoritas di Nazi Jerman, Amerika Serikat, dan negara-negara Skandinavia. Seiring dengan orang lain berlabel "mental layak", banyak didiagnosis dengan skizofrenia dibunuh dalam program "Aksi T4" Nazi. Pada awal 1970-an, kriteria diagnostik untuk skizofrenia adalah subyek dari sejumlah kontroversi yang akhirnya mengarah pada kriteria operasional digunakan saat ini. Ini menjadi jelas setelah studi AS-Inggris 1971 Diagnostik bahwa skizofrenia didiagnosis ke tingkat yang jauh lebih besar di Amerika daripada di Eropa. Hal ini sebagian karena kriteria diagnostik longgar di AS, yang menggunakan DSM-II manual, kontras dengan Eropa dan ICD-9 nya. 1972 studi david Rosenhan, yang dipublikasikan dalam jurnal Science di bawah judul yang waras Pada di tempat gila, menyimpulkan bahwa diagnosis skizofrenia di Amerika Serikat sering subyektif dan tidak dapat diandalkan. Ini adalah beberapa faktor dalam

memimpin ke revisi tidak hanya dari diagnosis skizofrenia, tapi revisi dari manual DSM keseluruhan, sehingga dalam publikasi DSM-III pada tahun 1980. Sejak 1970-an lebih dari 40 kriteria diagnostik untuk skizofrenia telah diusulkan dan dievaluasi. Di Uni Soviet diagnosis skizofrenia juga telah digunakan untuk tujuan politik. Soviet Andrei Snezhnevsky psikiater terkemuka dibuat dan dipromosikan klasifikasi sub-tambahan lamban berkembang skizofrenia. Diagnosis ini digunakan untuk mendiskreditkan dan cepat memenjarakan para pembangkang politik sementara pengeluaran dengan percobaan berpotensi memalukan. Praktek itu terkena Barat oleh sejumlah

pembangkang Soviet, dan pada tahun 1977 World Psychiatric Association mengutuk praktek Soviet di Kongres Dunia Keenam Psikiatri. Daripada mempertahankan teorinya bahwa bentuk laten skizofrenia disebabkan pembangkang untuk menentang rezim, Snezhnevsky memutuskan semua kontak dengan Barat pada tahun 1980 dengan mengundurkan diri posisi kehormatan di luar negeri. Stigma sosial telah diidentifikasi sebagai suatu hambatan yang besar dalam pemulihan pasien dengan skizofrenia. Dalam sampel, besar wakil dari sebuah studi tahun 1999, 12,8% orang Amerika percaya bahwa individu dengan skizofrenia adalah "sangat mungkin" untuk melakukan sesuatu kekerasan terhadap orang lain, dan 48,1% mengatakan bahwa mereka "agak mungkin". Lebih dari 74% mengatakan bahwa orang dengan skizofrenia yang baik "tidak sangat mampu" atau "tidak mampu sama sekali" untuk membuat keputusan tentang pengobatan mereka, dan 70,2% mengatakan hal yang sama dari keputusan manajemen uang. Persepsi individu dengan psikosis sebagai kekerasan memiliki lebih dari dua kali lipat dalam prevalensi sejak tahun 1950, menurut salah satu meta-analisis. Skizofrenia didiagnosis berdasarkan gejala profil. Berkorelasi Syaraf tidak memberikan kriteria cukup berguna. Diagnosa didasarkan pada yang

dilaporkan sendiri pengalaman orang tersebut, dan kelainan pada perilaku yang dilaporkan oleh anggota keluarga, teman atau rekan kerja, diikuti dengan penilaian klinis oleh seorang psikiater, pekerja sosial, psikolog klinis atau profesional kesehatan mental lainnya. Penilaian kejiwaan mencakup riwayat psikiatri dan beberapa bentuk pemeriksaan status mental. , tapi review lain tidak menyarankan koneksi apapun. Sebuah tinjauan literatur Yunani dan Romawi kuno menunjukkan bahwa meskipun psikosis digambarkan, ada tidak memperhitungkan kondisi memenuhi kriteria untuk skizofrenia. Psikotik keyakinan aneh dan perilaku yang mirip dengan beberapa gejala skizofrenia dilaporkan dalam literatur medis dan psikologis Arab selama Abad Pertengahan. Dalam The Canon of Medicine, misalnya, Ibnu Sina menggambarkan sebuah kondisi yang agak menyerupai gejalagejala skizofrenia yang disebut Junun Mufrit (kegilaan yang parah), yang dibedakan dari bentuk-bentuk lain dari kegilaan (Junun) seperti mania, rabies dan psikosis manic depressive. Namun, tidak ada kondisi yang menyerupai skizofrenia dilaporkan dalam Bedah Imperial erafeddin Sabuncuolu, sebuah buku medis utama Islam abad ke-15. Mengingat buktibukti historis yang terbatas, skizofrenia (lazim seperti sekarang ini) mungkin merupakan fenomena modern, atau alternatif itu mungkin telah dikaburkan dalam tulisan-tulisan sejarah oleh konsep-konsep terkait seperti melankolis atau mania. Sebuah laporan kasus rinci pada 1797 tentang James Tilly Matthews, dan rekening oleh Phillipe Pinel diterbitkan pada 1809, sering dianggap sebagai kasus awal skizofrenia dalam literatur medis dan psikiatris. Skizofrenia pertama kali digambarkan sebagai sindrom yang berbeda yang

mempengaruhi remaja dan dewasa muda oleh Benedict Morel pada tahun 1853, disebut dmence prcoce (harfiah 'demensia dini'). Istilah demensia digunakan praecox pada tahun 1891 oleh Arnold Pilih dalam sebuah laporan kasus gangguan psikotik. Pada tahun 1893 Emil Kraepelin memperkenalkan perbedaan baru yang luas dalam klasifikasi gangguan mental antara

dementia praecox dan gangguan suasana hati (disebut depresi manik dan termasuk unipolar dan bipolar depresi). Kraepelin percaya bahwa dementia praecox merupakan penyakit otak, dan khususnya suatu bentuk demensia, dibedakan dari bentuk-bentuk lain dari demensia, seperti penyakit Alzheimer, yang biasanya terjadi di kemudian hari. Klasifikasi Kraepelin perlahan-lahan mendapatkan penerimaan. Ada keberatan dengan

penggunaan dari "demensia" istilah meskipun kasus pemulihan, dan beberapa pembelaan diagnosa diganti seperti kegilaan remaja. Skizofrenia kata - yang diterjemahkan secara kasar sebagai "membelah pikiran" dan berasal dari akar Yunani schizein (, "untuk split") dan phrn, phren-(, -, "pikiran") - diciptakan oleh Eugen Bleuler pada tahun 1908 dan dimaksudkan untuk menggambarkan pemisahan fungsi antara kepribadian, berpikir, memori, dan persepsi. Bleuler

menggambarkan gejala utama sebagai 4 A: rata Mempengaruhi, Autisme, gangguan Asosiasi ide dan Ambivalensi. Bleuler menyadari bahwa penyakit itu bukan demensia karena beberapa pasien membaik daripada memburuk dan karenanya mengusulkan istilah skizofrenia sebagai gantinya. B. TUJUAN 1. Agar mahasiswa dapat mengetahui sejarah mengenai skizofrenia dan pneumonia. 2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan mengenai pemahaman tentang skizofrenia dan pneumonia

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Skizofrenia A. 1 Pengertian

Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu Skizo yang artinya retak atau pecah (split), dan frenia yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( Hawari, 2003). Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya ( Hawari, 2003). Skizofrenia adalah gangguan terhadap fungsi otak yang timbul akibat ketidakseimbangan dopamine ( salah satu sel kimia dalam otak , dan juga disebabkan oleh tekanan yang dialami oleh individu. Merupakan gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan sosial. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Skizofrenia paranoid adalah yang terbanyak dialami oleh penderita skizofrenia. Terapi pada pasien ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi sosial sehingga dapat memiliki peran sosial di masyarakat. Adapun jenis farmakoterapi yang diberikan harus melalui beberapa pertimbangan tertentu.Seperti pada kasus di bawah pada pasien skizofrenia paranoid diberikan Risperidone sebagaiutamapengobatannya. A.2 Etiologi 1. a. Teori somatogenik Keturunan

Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).

b.

Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. c. Metabolisme

Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik. d. Susunan saraf pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. 2. a. Teori Psikogenik Teori Adolf Meyer :

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

b.

Teori Sigmund Freud

Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. c. Eugen Bleuler

Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain). d. Teori lain

Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacammacam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

A.3. Tanda dan gejala Tanda dan gejala menurut (bleuler)

1. a.

Gejala Primer Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran). Yang paling

menonjol adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi b. baik c. lain d. Gejala Psikomotor Stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme Stereotipi Katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama Echolalia dan Echopraxia Gangguan kemauan Terjadi kelemahan kemauan Perilaku Negativisme atas permintaan Otomatisme : merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang Gangguan afek emosi Terjadi kedangkalan afek-emosi Paramimi dan paratimi (incongruity of affect / inadekuat) Emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan Emosi berlebihan Hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang

2.

Gejala sekunder

a. Delusi b. Halusinasi c. Cara bicara/berfikir yang tidak teratur d. Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotifasi, muram, perhatian menurun.

A.4

Macam-macam Skizofrenia

Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama antara lain : a. Skizofrenia Simplek

Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan. b. Skizofrenia Hebefrenia

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinasi banyak. c. Skizofrenia Katatonia

Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. d. Skizofrenia Paranoid

Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan. e. Episode Skizofrenia akut

Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya. f. Skizofrenia Residual

Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. g. Skizofrenia Skizo Afektif

Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi. A. 5 Cara Pengobatan Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju ke kemunduran mental.

Terapist jangan melihat kepada penderita skizofrenia sebagai penderita yang tidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu mahluk yang aneh dan inferior. Bila sudah dapat diadakan kontan, maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis. Biarpun penderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan penderita diberi penerangan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya. 1. Farmakoterapi

Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. Pada penderita paranoid trifuloperazin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2 3 minggu. Bila tetap masih ada waham dan halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja. Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejalagejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun. Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik turun sesuai dengan keadaan pasien (seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah yang menahun, umpamanya diabetes mellitus,

hipertensi, payah jantung, dan sebagainya). Senantiasa kita harus awas terhadap gejala sampingan. Hasilnya lebih baik bila neroleptika mulai diberi dalam dua tahun pertama dari penyakit. Tidak ada dosis standard untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara individual.

2.

Terapi Elektro-Konvulsi (TEK) juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya

Seperti

elektrokonvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang. Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi serangan ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan dapat dilakukan secara ambulant, bahaya lebih kurang, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus pada terapi koma insulin. TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama stupor. Terhadap skizofrenia simplex efeknya mengecewakan; bila gejala hanya ringan lantas diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.

3.

Terapi koma insulin

Meskipun pengobatan ini tidak khusus, bila diberikan pada permulaan penyakit, hasilnya memuaskan. Persentasi kesembuhan lebih besar bila di mulai dalam waktu 6 bulan sesudah penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi hasil yang baik pada katatonia dan skizofrenia paranoid.

4.

Psikoterapi dan rehabilitasi

Psikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita dengan skizofrenia karena justru dapat menambah isolasi dan otisme. Yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat. Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau bermain musik bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila dilakukan juga, maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu ditentukan. Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin di atur sedemikian rupa sehingga ia tidak mengalami stres terlalu banyak. Bila mungkin sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan sebelum sakit, dan tergantung pada kesembuhan apakah tanggung jawabnya dalam pekerjaan itu akan penuh atau tidak. 5. Lobotomi prefrontal.

Dapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat mengganggu lingkungannya. Jadi prognosa skizofrenia tidak begitu buruk seperti dikira orang sampai dengan pertengahan abad ini. Lebih-lebih dengan neroleptika, lebih banyak penderita dapat dirawat di luar rumah sakit jiwa. Dan memang seharusnya demikian. Sedapat-dapatnya penderita harus tinggal dilingkungannya

sendiri, harus tetap melakukan hubungan dengan keluarganya untuk memudahkan proses rehabilitasi. Dalam hal ini dokter umum dapat memegang peranan yang penting, mengingat juga kekurangan ahli kedokteran jiwa di negara kita. Dokter umum lebih mengenal penderita dengan lingkungannya, keluarganya, rumahnya dan pekerjaannya, sehingga ia lebih dapat menolong penderita hidup terus secara wajar dengan segala suka dan dukanya.

You might also like