You are on page 1of 10

1. 2. 3.

BAB III BENTUK DAN SIFAT LEMBAGA Pasal 3 Bentuk Organisasi ini adalah paguyuban yang mempunyai sifat pimpinan kolektif. BKM adalah milik seluruh masyarakat dan bukan milik pemerintah, perorangan atau kelompok masyarakat tertentu. Terkait dengan ayat 2 diatas, siapapun yang diberi kuasa untuk melakukan penandatanganan dokumen resmi, rekening bank, atau administrasi lainnya berkaitan dengan aktifitas legal formal BKM, hanya bersifat mewakili dan tidak berhak mengintervensi kebijakan BKM serta tidak memiliki hak atas asset tetap maupun bergerak paguyuban di kemudian hari. BAB IV AZAS, LANDASAN, PRINSIP DAN NILAI Pasal 4 Azas dan Landasan BKM

BKM ......................... berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Landasan operasional BKM adalah Anggaran Dasar serta Anggaran Rumah Tangga yang dituangkan dalam keputusankeputusan dan ketetapan-ketetapan. Pasal 5 Prinsip Prinsip-prinsip yang dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan adalah : 1. Demokrasi; dalam setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, mekanisme pengambilan keputusan dilakukan secara kolektif dan demokratis. 2. Partisipasi; dalam tiap langkah kegiatan dilakukan secara partisipatif, melibatkan segenap komponen masyarakat, khususnya kelompok masyarakat rentan yang selama ini tidak memiliki peluang dalam program dan kegiatan setempat, sehingga mampu membangun rasa kepemilikan dan proses belajar melalui mekanisme bekerja sama. 3. Transparansi dan Akuntabilitas; dalam proses manajemen organisasi masyarakat harus menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, sehingga masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya. 4. Desentralisasi; dalam proses pengambilan keputusan yang langsung menyangkut kehidupan dan penghidupan masyarakat agar dilakukan sedekat mungkin dengan pemanfaat pada masyarakat sendiri, sehingga keputusan yang dibuat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat banyak. Pasal 6 Nilai Nilai-nilai yang dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan adalah : 1. Dapat dipercaya atau amanah; dalam melaksanakan kegiatan harus benar-benar dapat menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat. 2. Ikhlas atau kerelawanan; dalam melaksanakan kegiatan benar-benar berlandaskan niat ikhlas untuk turut memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin yang ada di wilayahnya, dan tidak mengharapkan imbalan materi, jasa, maupun mengutamakan kepentingan pribadi serta golongan atau kelompoknya. 3. Kejujuran; dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan dana serta pelaksanaan kegiatan harus dilakukan dengan jujur, sehingga tidak dibenarkan adanya upaya-upaya untuk merekayasa, memanipulasi maupun menutup-nutupi sesuatu yang dapat merugikan masyarakat miskin serta menyimpang dari visi, misi dan tujuan Paguyuban. 4. Keadilan; dalam menetapkan kebijakan dan melaksanakan kegiatan harus menekankan asas keadilan, kebutuhan nyata dan kepentingan masyarakat miskin. 5. Kesetaraan; dalam pelibatan masyarakat pada pelaksanaan dan pemanfaatan dana yang dimiliki Paguyuban, tidak membeda-bedakan latar belakang, asal-usul, agama status, jenis kelamin dan lain-lainnya. 6. Kebersamaan dalam keragaman; dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan perlu dioptimalkan gerakan masyarakat, sehingga kemiskinan benar-benar menjadi urusan semua warga masyarakat dari berbagai latar belakang, suku, agama, mata pencaharian, budaya, pendidikan dan sebagainya, bukan hanya menjadi urusan dari masyarakat miskin atau sekelompok elit saja. BAB V VISI DAN MISI BKM Pasal 7 Visi Badan Keswadayaan Masyarakat ......................... adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat serta terwujudnya tatanan keserasian hubungan antar sesama maupun masyarakat dengan lingkungannya.

HALAMAN :

DARI :

10

Pasal 8 Misi BKM Melakukan upaya dan ikhtiar keswadayaan masyarakat warga dalam penanggulangan persoalan kemiskinan secara bersama melalui : 1. Pemberdayaan Masyarakat desa terutama masyarakat warga miskin. 2. Pengembangan kapasitas dan fasilitasi penyediaan sumber daya manusia. 3. Menumbuhkan kembali nilai-nilai kemanusiaan. 4. Mendorong tumbuhnya kembali solidaritas dan ikatan sosial masyarakat warga untuk saling bekerjasama demi kebaikan, kepentingan dan kebutuhan bersama. 5. Membangun kerja sama dengan pihak lain baik pemerintah maupun swasta. 6. Mengembangkan jaringan informasi yang berguna dalam rangka mendukung program penaggulangan kemiskinan. BAB VI MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 9 Maksud Maksud didirikan BKM adalah untuk melakukan upaya peningkatan kesadaran dan kepedulian warga masyarakat desa terhadap penaggulangan kemiskinan serta meningkatan kesejahteraan masyarakat. Pasal 10 Tujuan Tujuan didirikan BKM adalah : 1. Sebagai wadah perjuangan/memfasilitasi aspirasi untuk menyalurkan kebutuhan masyarakat miskin. 2. Sebagai sarana untuk mensinergikan masyarakat untuk mampu menanggulangi kemiskinan dan pembangunan lingkungan pemukiman diwilayahnya. 3. Membangun kehidupan masyarakat yang mandiri dan mampu mengatasi persoalan kemiskinan yang dihadapi di desanya. 4. Menumbuhkan kesadaran dan interaksi sosial dan kepedulian/solidaritas sosial dalam rangka membangun kebaikan bersama. 5. Menjadi sarana frum musyawarah dan pengambilan keputusan tertinggi warga masyarakat desa dalam upaya penanggulangan kemiskinan. 6. Menjaga dan menjamin terlaksananya program penanggulangan kemiskinan di desa melalui sinergi gerakan bersama denaan prinsif partisipatif, dari, oleh, dan untuk masyarakat. BAB VI PERAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI Pasal 11 Peran Peran BKM adalah mewadahi aspirasi masyarakat dengan cara melibatkan masyarakat agar proaktif dalam proses pengambilan keputusan dalam program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya dan memperjuangkan dipenuhinya kebutuhan dasar, sosial, ekonomi dan sarana prasarana dasar serta lingkungan bagi masyarakat miskin. Pasal 12 Tugas Pokok 1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan main (termasuk sanksi) secara demokratis dan partisipatif mengenai hal-hal yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, termasuk penggunaan dana BLM program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya; 2. Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi, misi, rencana strategis, dan rencana program penanggulangan kemiskinan (Pronangkis); 3. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil BKM, termasuk penggunaan dana program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya; 4. Mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif sejak tahap penggalian ide dan aspirasi, pemetaan swadaya atau penilaian kebutuhan, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemeliharaan hingga monitoring dan evaluasi; 5. Memverifikasi penilaian yang telah dilakukan oleh unit-unit pelaksana dan memutuskan proposal mana yang diprioritaskan didanai oleh dana program pemberdayaan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya atau dana-dana lain yang dihimpun oleh BKM, atas dasar kriteria dan prosedur yang disepakati dan ditetapkan bersama; 6. Memonitor, mengawasi dan memberi masukan untuk berbagai kebijakan maupun program pemerintah lokal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat miskin maupun pembangunan di desanya;

HALAMAN :

DARI :

10

7. Menjamin dan mendorong peranserta berbagai unsur masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan kaum perempuan di wilayahnya, melalui proses serta hasil keputusan yang adil dan demokratis; 8. Membangun tranparansi kepada masyarakat khususnya dan pihak luar umumnya, melalui berbagai media seperti papan pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan dan keuangan bulanan/triwulan serta rapat-rapat terbuka, dan lainnya; 9. Membangun akuntabilitas kepada masyarakat dengan mengauditkan diri melalui auditor external/independen serta menyebarluaskan hasil auditnya kepada seluruh lapisan masyarakat; 10. Melaksanakan Rapat Anggota Tahunan dengan dihadiri masyarakat luas dan memberikan pertanggungjawaban atas segala keputusan dan kebijakan yang diambil kepada masyarakat; 11. Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan dan keuangan yang di bawah kendali BKM; 12. Memfasilitasi aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam perumusan kebutuhan dan usulan program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan wilayah desa setempat, untuk dapat dikomunikasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan dengan program serta kebijakan pemerintah Desa, Kecamatan dan Kabupaten; 13. Mengawal penerapan nilai-nilai dasar, dalam setiap keputusan maupun pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan ; 14. Menghidupkan serta menumbuhkembangkan kembali nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, pada setiap tahapan dan proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan dan/atau pembangunan desa dengan bertumpu pada kondisi budaya masyarakat setempat (kearifan lokal); 15. Merencanakan dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan penciptaan lapangan kerja baru, pengembangan ekonomi rakyat, dan peningkatan kualitas lingkungan serta permukiman yang berkaitan langsung dengan upaya-upaya perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin setempat; 16. Memfasilitasi networking (jejaring) kerjasama dengan berbagai potensi sumber daya yang ada di sumber-sumber luar masyarakat setempat. Pasal 13 Fungsi 1. Pusat penggerak dan penumbuhan kembali nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kemasyarakatan dan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan nyata masyarakat setempat; 2. Pusat pengembangan aturan (kode etik, kode tata laku, dsb); 3. Pusat pengambilan keputusan yang adil dan demokratis kegiatan penanggulangan kemiskinan serta pembangunan; 4. Pusat pengendalian dan kontrol sosial terhadap proses pembangunan, utamanya penanggulangan kemiskinan; 5. Pusat pembangkit dan mediasi aspirasi dan partisipasi masyarakat; 6. Pusat informasi dan komunikasi bagi warga masyarakat desa; serta 7. Pusat advokasi integrasi kebutuhan dan program masyarakat dengan kebijakan dan program pemerintah. Pasal 14 1. BKM wajib menyelenggarakan kegiatan pemetaan swadaya sekurang-kurangnya satu kali dalam dua tahun. 2. BKM wajib menyusun Program Penanggulangan Kemiskinan yang terdiri dari Program Jangka Menengah (PJM) untuk rentang waktu dua tahunan atau sesuai dengan masa bakti BKM dan Rencana Tahunan (Renta). BAB VII KEGIATAN Pasal 15 Menyelenggaran kegitan Refleksi Kemiskinan untu mengidentifikasi karakteristik kemiskinan yang ada serta mengidentifikasi kemanfaatan program penaggulangan kemiskinan yang sedang berjalan. Menyelenggarakan Pemetaan Swadaya untuk mengidentifikasi karakteristik dan sebaran persoalan kemiskinan yang ada, potensi serta aspirasi dan kebutuhan warga miskin setempat. Menyusun Program Penanggulangan Kemiskinan dengan memperhatiakan karakteristik dan sebaran persoalan kemiskinan yang ada, potensi serta aspirasi dan kebutuhan warga miskin setempat, serta memperhatikan keterpaduan dengan berbagai program pembangunan pemerintah maupun pihak swasta yang terkait. Memfasilitasi terselanggaranya pelatihan dan berbagai bentuk kegiatan peningkatan kwaliatas sumber daya manusia terutama bagi warga miskin. Pengelolaan Dana Bergulir bagi kelompok-kelompok swadaya masyarakat dilingkungan setempat, terutama bagi warga miskin. Pembangunan serta perbaikan prasarana dan sarana dasar pemukiman setempat yang bermanfaat langsung bagi upaya peningkatan kesejahteraan warga miskin. Penyaluran dana sosial bagi warga yang sangat membutuhkan seperti yatim piatu, kaum jompo, beasiswa warga miskin, kesehatan, dan korban bencana alam.

1. 2.

3.

4. 5. 6. 7.

HALAMAN :

DARI :

10

8. Pengelolaan dan penerbitan media komunikasi warga sebagai sarana penyebaran dan
pertukaran informasi di antara warga setempat berkenaan dengan upaya penanggulangan kemiskinan. 9. Pengembangan jejaring/kerjasama dengan pihak luar untuk menggalang sumber daya.

BAB VIII PERANGKAT ORGANISASI Pasal 16 Untuk membantu tugas dan fungsinya, maka BKM dapat mengangkat perangkat organisasi sebagai berikut: 1. Sekretariat, diangkat sebagai unsur pelaksana harian bekerja purna waktu dan tidak diperkenankan diangkat dari dan atau merangkap sebagai anggota BKM serta unit-unit pengelola BKM. 2. Penasehat, bila dikehendaki BKM sesuai kebutuhan dan bersifat relawan. 3. Unit Pengelola lainnya, diangkat untuk mengelola kegiatan khusus seperti Unit Pengelola Lingkungan (UPL), Unit Pengelola Sosial (UPS), dan unit-unit yang lain dibentuk sesuai kebutuhan. 4. Unit pengelola pengaduan masyarakat (UPM), diangkat untuk menangani pengaduan masyarakat yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan di desa bersangkutan. Pasal 17 1. Perangkat organisasi BKM berperan menjalankan kebijakan/keputusan yang ditetapkan oleh BKM. 2. Perangkat organisasi BKM adalah warga dari Desa ......................... yang dianggap memiliki nilainilai kemanusiaan serta keahlian dibidang yang bersangkutan. 3. Perangkat organisasi BKM bertanggung jawab kepada BKM. 4. Tugas, wewenang, tanggung jawab, dan honor untuk perangkat organisasi BKM ditetapkan oleh BKM dalam suatu kontrak kerja terhadap orang per orang. Pasal 18 Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Organisasi BKM 1. Unit-unit pengelola dibentuk dan dibubarkan oleh BKM sesuai dengan kebutuhan dalam rapat khusus BKM. Hasil rapat khusus diumumkan kepada masyarakat melalui berbagai media, setidaktidaknya ditempel di lima tempat strategis dengan masa sanggah 17 hari. 2. Pengurus UP / perangkat organisasi BKM diangkat dan diberhentikan oleh BKM sesuai dengan kebutuhan dalam rapat khusus BKM. Hasil rapat khusus diumumkan kepada masyarakat melalui berbagai media, setidak-tidaknya ditempel di lima tempat strategis dengan masa sanggah 17 hari. 3. Kontrak kerja perangkat organisasi BKM berlaku untuk maksimal 1 (satu) tahun. Jika kinerja dari seorang pengurus perangkat organisasi BKM dianggap baik, maka orang tersebut dapat kembali dikontrak untuk tahun-tahun berikutnya, namun setiap pembaruan kontrak kerja tetap hanya berlaku maksimal 1 (satu) tahun. Pasal 19 Anggota BKM dilarang merangkap menjadi perangkat organisasi BKM yang mendapatkan honor. BAB IX KEANGGOTAAN Pasal 20 Anggota BKM

1. Anggota BKM adalah warga yang tinggal di Desa ......................... yang memenuhi kriteria nilai-nilai
kemanusiaan yang telah ditetapkan warga dan dipercaya warga untuk mengemban amanat masyarakat untuk menanggulangi masalah kemiskinan. 2. Anggota BKM menggambarkan keterwakilan nilai-nilai kemanusiaan, bukan keterwakilan wilayah, golongan, maupun kelompok tertentu. Pasal 21 Jumlah Anggota BKM

1. Anggota BKM berjumlah ganjil 11 orang.


2. Jumlah anggota BKM setiap masa bakti, ditetapkan dalam rembug warga desa (RWD) atau RWD istimewa dari wakil seluruh masyarakat desa.

HALAMAN :

DARI :

10

Pasal 22 Koordinator BKM 1. Untuk memudahkan pengkoordinasian, anggota BKM dapat memilih dan mengangkat salah seorang di antara anggota BKM untuk menjadi koordinator yang disebut Koordinator BKM. 2. BKM tidak mengenal hirarki, tiap anggota memiliki hak yang sama, oleh karena itu semua keputusan dilakukan secara kolektif dan koordinator BKM tidak dapat mengambil keputusan sendiri dengan mengatas namakan BKM. 3. Koordinator BKM dipilih dari dan oleh anggota BKM. Pasal 23 Masa Bakti BKM

1. Anggota BKM dipilih untuk masa bakti maksimum 3 tahun, dengan tiap tahun dilakukan evaluasi dan
dapat dilakukan penggantian serta dapat dipilih ulang.

2. Bilamana salah seorang anggota BKM mengundurkan diri atau diberhentikan dan atau meningal
dunia sebelum masa jabatannya berakhir, maka anggota BKM lainnya mengadakan Rembug Khusus untuk menetapkan anggota pengganti yang berasal dari nama hasil Rembug Warga Desa sebelumnya yang memperoleh peringkat tertinggi dalam pemilihan anggota BKM, tetapi tidak menjadi anggota BKM, kemudian dipertimbangkan dan atau disahkan dalam Rembug Warga Tahunan (RWT). Pasal 24 Anggota BKM bertugas berdasarkan kerelawanan dan tidak menerima gaji atau imbalan lainnya. Pasal 25 Prinsip Pendirian BKM Sistem pemilihan BKM adalah pemilihan langsung secara rahasia, tanpa pencalonan, dan tanpa kampanye atau rekayasa. Kriteria anggota BKM ditentukan sendiri oleh warga melalui refleksi kepemimpinan dengan berbasis nilai-nilai kemanusiaan. Pemilihan dimulai dari pemilihan utusan di tingkat RT dilanjutkan ke tingkat desa. Semua warga dewasa di desa bersangkutan berhak untuk memilih. Semua warga dewasa di desa bersangkutan yang memenuhi kriteria yang disepakati warga berhak untuk dipilih. Setiap pemilih tidak diperkenankan untuk diwakilkan atau dikuasakan dengan alasan apapun. Setiap pemilih tidak diperkenankan untuk mewakili golongan, ras, agama, jabatan atau kepentingan lainnya. Pasal 26 Tata cara Pendirian BKM

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

1. Sosialisasi pendirian BKM 2. Membentuk panitia pemilihan BKM dan yang indipenden dan yang mewakili wilayah administrasi geografis dari Desa ......................... 3. Penyusunan tata tertib pemilihan anggota BKM. 4. Pemilihan utusan RT, yaitu utusan warga yang akan dipilih menjadi anggota BKM pada pemilihan tingkat desa. 5. Pemilihan anggota BKM di tingkat desa. 6. Sosialisasi nama BKM terpilih melalui berbagai macam media di seluruh desa. BAB X SEKERTARIAT DAN UNIT PENGELOLA Pasal 27 Kedudukan Kesekertariatan Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, BKM dapat dimungkinkan untuk mengangkat tenaga kesekertariatan yang bekerja purna waktu, berkedudukan sebagai unsur pelaksana operasional dan administrasi kegiatan sehari-hari. Jabatan ini tidak diperkenankan dirangkap oleh unit pengelola dan anggota BKM Pasal 28 Tugas Kesekertariatan Menyusun agenda rapat/pertemuan BKM Membuat dan menyebarkan undangan Bertindak sebagai notulen dalam setiap acara rapat/pertemuan BKM Memberikan laporan hasil notulensi kepada seluruh anggota BKM ataupun pihak lain yang berkepentingan Mencatat administrasi keuangan operasional BKM Melaporkan administrasi keuangan dan mencatat pengelolaan BLM atau dana lainnya

1. 2. 3. 4. 5. 6.

HALAMAN :

DARI :

10

Pasal 29 Kedudukan Unit Pengelola Dalam melaksanakan kebijakan/keputusannya, BKm mengangkat Unit Pengelola yang berkedudukan sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan BKM, sehingga tidak diperkenankan dirangkap oleh BKM. Masing-masing Unit Pengelola mandiri dalam mengelola kegiatannya sesuai dengan hasil pronangkis yang telah disepakati, serta bertanggung jawab penuh kepada BKM. Unit pengelola berkewajiban memberikan informasi dan laporan masing-masing laopran, memberikan pertanggung jawaban berkala dan pertanggung jawaban akhir serta memberikan masukan bagi pertimbangan keputusan BKM. Pasal 30 Jenis dan Tugas Jenis-jenis Pengelola

1. Unit Pengelola Keuangan (UPK) adalah salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM sebagi
unit mandiri untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh BKM mengenai pengelolaan dana pinjaman bergulir dan administrasi keuangannya dengan rincian tugas sebagai berikut : a. Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan KSM Ekonomi b. Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KSM Ekonomi. c. Melakukan pengelolaan keuangan Pinjaman bergulir untuk KSM, mengadministrasikan keuangan. d. Menjalin kemitraan atau Chanelling dengan pihak-pihak lain yang mendukung program Ekonomi UPK. Unit Pengelola Lingkungan (UPL), adalah salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM sebagi unit mandiri untuk mengelola kegiatan dibidang pembangunan lingkungan perumahan dan permukiman di wilayahnya. Adapun rincian tugasny sebagai berikut : a. Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan panitia/KSM b. mengendalikan kegiatan-kegiatan pembangunan prasarana dasar lingkungan perumahan dan pemukiman yang dilaksanakan oleh panitia pembangunan c. Motor penggerak masyrakat dalam membangun kepedulian dalam membangun kepedulian bersama dan gerakan masyarakat untuk penataan lingkungan perumahan dan permukiamn yang lestari, sehat, dan terpadu. d. Menggali potensi local yang ada di wilayahnya e. Menjadi kemitraan ( Channelling) dengan pihak-pihak lain yang mendukung program lingkungan UPL Unit pengelola Sosial (UPS), adalah salah satu gugus tugas yang dibentuk oleh BKM sebagi unit mandiri untuk melaksanakan kebijakan-kebijakn yang ditetapkan oleh BKM mengenai kegiatankegiatan bidang sosial. Adapun rincian tugasnya sebagai berikut : a. Melakukan pendampingan penyusunan usulan kegiatan panitia/KSM b. Mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh panitia bidang sosial c. Membangun/mengembangkan control sosial masyarakat melalui media warga d. Memfasilitasi dan mendorong kerelawanan di masyarakat untuk bersama-sama peduli terhadap masyarakat danlingkungan. e. Mendorong kepedulian warga dalam kegiatan sosial. f. Menjalin kemitraan/channelling dengan pihal-pihak lain yang mendukung program sosial Pasal 31 Mekanisme Pengangkatan Sekretariat dan Unit Pengelola Sekretariat dan unit pengelola diangkat dan diberhentikan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat. Pengangkatan sekertariat dan unit pengelola dilakukan dengan teknik selejsi secara transparan dan akuntabilitas oleh BKM Orang-orang yang diangkat menjadi sekertariat dan unit pengelola adalah orang yang dinilai memiliki nilai moral yang tinggi, kerelawanan serta pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melaksanakan pekerjaannya. Pasal 32 Hak dan Kewajiban Sekertariat dan Unit Pengelola 1. Sekertariat dan unit pengelola berhak untuk menerima imbalan/gaji sesuai dengan kemampuan keuangan BKM, serta mengelola keuangan atas dasar persetujuan BKM 2. Sekertariat dan unit pengelola mempunyai kewajiban menyampaikan informasi secara rutin mengenai kondisi perkembangan dan keuangan yang dikelola oleh sekertariat dan unit pengelola kepada BKM, kewajiban terbuka untuk diperikasa oleh siapapun dan kapanpun, serta kewajiban audit oleh auditor independent setiap tahun secara rutin. 3. Masa kerja sekertariat dan unit pengelola akan diatur dalam kontrak kerja, maksimal 1 (satu) tahun. Jika kinerja dari sekertariat dan unit pengelola dianggap baik, maka orang tersebut dapat kembali dikontrak untuk tahun-tahun berikutnya, namun setiap pembaharuan kontrak kerja tetap hanya berlaku maksimal 1 (satu) tahun.

2.

3.

1. 2. 3.

HALAMAN :

DARI :

10

BAB XI Pasal 33 Kedudukan Pengawas UPK Dalam melaksanakan kebijakan/keputusannya, BKM mengangkat Pengawas UPK yang berkedudukan sebagai pengawas kegiatan UPK, yang diangkat dari masyarakat yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan pengawasan, monitiring, evaluasi atau audit terhadap UPK. Pengawas UPK bertanggung jawab penuh kepada BKM, berkewajiban memberikan informasi, memberikanpertanggungjawaban berkala dan pertanggungjawaban akhir serta memberikan masukan bagi pertimbangan keputusan BKM, sehingga tidak diperkenankan dirangkap oleh anggota BKM. Pasal 34 Tugas dan Tanggung jawab Pengawas UPK Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas UPK mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : Tugas Pengawas : 1. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan audit terhadap UPK untuk mengukur kinerja operasional maupun kinerja keuangan berdasarkan indikator yang berlaku. 2. Mengarahkan UPK dalam mengelola pinjaman bergulir agar sesuai dengan kebijakan dan ketentuan yang telah dibuat oleh BKM. 3. Melakukan pengawasan/pemeriksaan terhadap seluruh kegiatan pengelolaan pinjaman bergulir, baik di UPK maupun di KSM. 4. Bekerja sama dengan BKM, relawan dan para perangkat desa untuk mensosialisasikan kegiatan pinjaman bergulir. 5. Bekerja sama dengan relawan dan para perangkat desa untuk membantu pengumpulan angsuran pinjaman. Tanggung Jawab Pengawas : 1. Bertanggung jawab kepada BKM atas terselenggaranya pengawasan, monitoring, evaluasi, dan audit terhadap UPK dan melaporkan hasil kegiatan dalam kesempatan pertama setelah kegiatan. 2. Memastikan program dan pelayanan pinjaman bergulir UPK tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan pinjaman KSM. 3. Memastikan bahwa dana-dana hasil penggalangan dari pemerintah/swasta telah diadministrasikan dan disalurkan oleh UPK sesuai ketentuan/kesepakatan. 4. Memberikan teguran, saran atau perbaikan kepada UPK bedasarkan hasil pemeriksaan atau audit. 5. Memastikan tersedianya laporan keuangan pengelolaan pinjaman bergulir UPK secara bener, tepat waktu dan transparan. 6. Memastikan bahwa kinerja UPK tercapai sesuai dengan indikator pencapai yang dipersyaratkan. 7. Memberikan usulan kepada BKM mengenai sanksi yang akan diberikan kepada petugas UPK, baik berupa suart peringatan,skorsing maupun pemberhentian,jika diketahui bahwa petugas tersebut telah melakukan penyimpangan kepatuhan maupun keuangan. 8. Memberikan masukan kepada BKM atas rencana perekrutan petugas baru UPK memegang teguh kerahasiaan hasil-hasil pemeriksaan dan bertanggung jawab atas penggunaannya. BAB X HUBUNGAN KELEMBAGAAN Pasal 35 Hubungan antara BKM dengan lembaga-lembaga lainnya di tingkat desa adalah sebagai berikut: 1. Hubungan BKM dengan perangkat Desa dan organisasi masyarakat formal lainnya di tingkat Desa, tidak bersifat struktural formal, melainkan hubungan yang bersifat koordinatif, fungsional dan komplementer atau saling melengkapi serta mendukung satu sama lain. 2. Perangkat desa sebagai pelaksana kebijakan publik di tingkat lokal diharapkan dapat berperan sebagai penyedia dan fasilitator untuk mendukung praksarsa masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. 3. Organisasi masyarakat formal di tingkat desa, yaitu organisasi yang dibentuk atas dasar peraturan pemerintah dan/atau perundangan diharapkan dapat mendukung prasarsa masyarakat dalam penanggulanan kemiskinan. BAB XI RAPAT-RAPAT Pasal 36 Rembug Warga Desa

1)

Rembug Warga Desa (RWD) atau RWD Istimewa dalah rembug warga di tingkat Desa yang merupakan institusi tertinggi dari Paguyuban Warga Desa ......................... yang wajib dilakukan setiap pergantian masa bakti BKM atau bila dianggap ada hal-hal penting yang memerlukan kesepakatan warga secara menyeluruh.

HALAMAN :

DARI :

10

2)

RWD dapat mengeluarkan keputusan lain di luar Anggaran Dasar (AD) yang dituangkan dalam Surat Keputusan RWD . 3) RWD diselenggarakan paling sedikit sekali dalam 3 (dua) tahun atau sesuai dengan masa bakti BKM yang diatur oleh AD BKM. 4) RWD Istimewa dapat diselenggarakan setiap saat dalam keadaan istimewa. Pasal 37 RWD atau RWD Istimewa berhak dan mempunyai wewenang untuk: 1) Meminta pertanggung jawaban BKM tentang pengelolaan BKM. 2) Merubah dan menetapkan AD. 3) Memilih, mengangkat dan memberhentikan BKM. 4) Mengadakan Referendum. Pasal 38 1) a. Yang dimaksud dengan keadaan istimewa adalah sebagai berikut: Jika RWD tidak dapat berlangsung karena tidak memenuhi ketentuan, dan RWD telah ditunda paling lama 10 (sepuluh) hari, tetapi pada RWD kedua tetap tidak tercapai syarat tersebut. b. Keadaan yang mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada RWD. c. Keadaan ketika perubahan AD harus segera dilakukan karena adanya ketentuan UndangUndang atau Peraturan Pemerintah Republik Indonesia yang mengharuskan perubahan tersebut. 2) 3) Keputusan RWD Istimewa hanya sah jika keputusan tersebut untuk menyelamatkan kelangsungan Paguyuban. RWD Istimewa dapat diselenggarakan: a. Atas keputusan hasil referendum yang menyetujui pelaksanaan RWD Istimewa, atau b. Atas permintaan tertulis lebih dari 1/2 (setengah) jumlah anggota BKM. Pasal 39 Rembug BKM

1. Rembug Warga Tahunan (RWT), dilakukan setiap tahun untuk evaluasi dan penilaian terhadap
kinerja unit-unit pelaksana BKM, membahas perkembangan kegiatan tahun sebelumnya, dan menetapkan rencana UP-UP dan kegiatan BKM, serta memilih koordinator BKM dan pengelola UPUP pada akhir masa jabatan.

2. Rapat Koordinasi Anggota (RKA), dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan untuk
melakukan pembahasan kemajuan dan perkembangan kegiatan serta menetapkan rencana bulan berikutnya untuk kegiatan yang dilaksanakan oleh Unit-Unit Pelaksana yang ada.

3. Rapat Prioritas Usulan Kegiatan (RPUK), dilakukan untuk menetapkan prioritas/ perankingan
usulan-usulan kegiatan yang telah dinilai layak oleh UPK untuk disetujui memperoleh dana BKM, baik penyerapan maupun pergulirannya.

4. Rapat Keputusan Khusus (RKK), dilakukan secara insidental sesuai kebutuhan untuk mengambil
keputusan yang berkenaan dengan kegiatan penanggulangan kemiskinan secara umum sesuai batas kewenangannya, misalnya keputusan mengenai auditor untuk audit independent, keanggotaan dalam forum BKM, utusan peserta pelatihan, dll. BAB XI QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 40

1. Rapat-rapat sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari
dari jumlah anggota plus 1. 2. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila hal ini tidak mungkin, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. BAB XII KEUANGAN Pasal 41 Sumber Dana Sumber Dana BKM terdiri atas: 1. Modal sendiri yang berasal dari dukungan atau swadaya masyarakat. 2. Dukungan dari Pemerintah, diantaranya Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang berasal dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP ).

HALAMAN :

DARI :

10

3. Kegiatan/program/proyek/lembaga di luar desa untuk kegiatan penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan. 4. Kegiatan-kegiatan lain oleh lembaga sendiri yang sah. Pasal 42 Pemanfaatan Dana

1.

Dana BKM dimanfaatkan bagi kepentingan penanggulangan kemiskinan di Desa ......................... 2. Dana BKM adalah milik masyarakat desa dan dikelola oleh BKM melalui UPK BKM. 3. Dana BKM tidak tidak boleh disimpan dalam bentuk deposito dan jenis lainnya yang dilakukan untuk pemupukan dana. Pasal 43 Pengelolaan Dana 1. Dana BKM seluruhnya dikelola oleh UPK. 2. Sumber dana untuk administrasi dan operasional BKM dapat dibiayai dari sebagian bunga dana bergulir, sebagian lagi diperuntukkan untuk biaya kegiatan fisik lingkungan dan sosial yang jenis dan besarnya disepakati oleh Rapat Keputusan Khusus (RKK) BKM. 3. Dana BKM tidak boleh dijadikan jaminan utang. Pasal 45 Transparansi dan Akuntabilitas 1. BKM dan perangkat organisasinya berkewajiban melaksanakan dan mengembangkan transparansi dan akuntabilitas. 2. Pembukuan keuangan UPK BKM terbuka untuk diketahui oleh seluruh masyarakat. 3. Pengawasan dilakukan oleh masyarakat desa dan kelompok peduli di luar desa melalui : a. Penyebaran informasi tentang kegiatan BKM b. Rapat-rapat c. Audit BKM oleh auditor independen dan BPKP. d. Monitoring, supervisi, dan evaluasi setiap Kegiatan oleh kelompok peduli. e. Kotak-kotak pengaduan. 4. BKM wajib mengadakan audit tahunan terhadap UP yang dilakukan oleh auditor independen yang berkedudukan di luar Desa .......................... BAB XIII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal 46 Perubahan anggaran dasar BKM dapat dilakukan dalam rembug warga desa (RWD) atau RWD istimewa, sebagaimana diatur dalam pasal-pasal mengenai RWD.

BAB XIV PEMBUBARAN Pasal 47 1. Pembubaran BKM hanya dapat dilakukan dengan keputusan yang melibatkan seluruh masyarakat melalui rembug warga desa (RWD) atau RWD Istimewa. 2. Tata cara pembubaran akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. 3. Dalam hal BKM dibubarkan maka seluruh kekayaan yang dimiliki diserahkan kepada masyarakat, yang pelaksanaannya diatur tersendiri melalui rapat anggota BKM. BAB XV ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PERATURAN LAINNYA Pasal 48 1. Hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar, akan diatur dalam anggaran rumah tangga. Rembug BKM menyusun dan menetapkan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan khusus yang memuat peraturan pelaksanaan dari ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar ini dan tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar. 2. BKM dapat mengeluarkan Surat Keputusan yang isinya tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, serta keputusan lain dari Rembug Warga Desa.

HALAMAN :

DARI :

10

BAB XVI PENUTUP Pasal 49

1. Demikian Anggaran Dasar BKM ......................... ini ditetapkan dan ditandatangani oleh kami yang
diberi kuasa oleh Rapat Pembentukkan BKM. 2. Anggaran dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Pada tanggal

: Desa ......................... : 24 Desember 2009

Pimpinan Rembug Warga

Panitia Pembentukan

Panitia Pembentukan

Peserta Rapat

Peserta Rapat

Peserta Rapat

HALAMAN :

10

DARI :

10

You might also like