You are on page 1of 8

TUGAS BIOLOGI REVOLUSI HIJAU BIOFERTILIZER

Oleh : HENGGAR WAHYU SISWANTI 1112096000038

PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Bioteknologi Bioteknologi merupakan cabang ilmu biologi yang memanfaatan teknik rekayasa terhadap makhluk hidup, sistem, atau proses biologis untuk menghasilkan atau meningkatkan potensi makhluk hidup maupun menghasilkan produk dan jasa bagi kepentingan hidup manusia. Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu bio yang berarti makhuk hidup dan teknologi yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dalam bioteknologi, biasanya digunakan mikroorganisme sebagai sumber atau pelaku. Mikroorganisme yang dimaksud adalah virus, bakteri, cendawan, alga, protozoa, tanaman maupun hewan. Mikroorganisme menjadi subyek pada proses bioteknologi karena beberapa hal berikut ini: 1. Reproduksinya sangat cepat. Dalam hitungan menit telah dapat berkembang biak sehingga merupakan sumber daya hayati yang sangat potensial. Mikroorganisme dapat memproses bahanbahan menjadi suatu produk dalam waktu yang singkat. 2. Mudah diperoleh dari lingkungan kita. 3. Memiliki sifat tetap, tidak berubah-ubah. 4. Melalui teknik rekayasa genetik para ahli dapat dengan cepat memodifikasi atau mengubah sifat mikroorganisme sehingga dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan yang kita inginkan. 5. Dapat menghasilkan berbagai produk yang dibutuhkan oleh manusia dan tidak tergantung musim/iklim. Pemanfaatan mikroorganisme untuk bioteknologi sangat membantu manusia untuk mengatasi berbagai masalah dalam berbagai bidang seperti bidang makanan, pertanian, pengobatan, limbah, industri, dan lainnya. Bioteknologi digolongkan menjadi beberapa macam, yaitu: 1. Bioteknologi merah, merupakan bioteknologi di bidang kesehatan. 2. Bioteknologi abu-abu, merupakan bioteknologi di bidang industri. 3. Bioteknologi biru, merupakan bioteknologi di bidang perairan (kelautan).

4. Bioteknologi hijau, merupakan bioteknologi di bidang pertanian dan perkebunan. Dalam hal ini, akan dibahas mengenai pemanfaatan bioteknologi dibidang pertanian.

1.2 Bioteknologi Hijau Bioteknologi hijau merupakan aplikasi (pemanfaatan) bioteknologi di bidang pertanian, peternakan dan perkebunan. Di bidang

pertanian, bioteknologi telah mampu menciptakan tumbuhan-tumbuhan yang memiliki sifat unggul, seperti tahan terhadap hama, produksi panen yang lebih banyak, dan waktu panen yang lebih singkat. Pertanian organik semakin berkembang sejalan dengan timbulnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan kebutuhan akan bahan makanan yang relatif lebih sehat. Pertanian organik itu sendiri adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Bioteknologi pertanian berpeluang besar untuk memajukan pertanian organik di Indonesia. Produk-produk bioteknologi yang dapat digunakan dalam pertanian organik antara lain adalah perakitan bahan tanaman unggul yang memiliki produktivitas tinggi dan resisten terhadap hama/penyakit, sehingga tidak memerlukan input pestisida sintetik. Dalam sistem pertanian organik yang tidak menggunakan masukan berupa bahan kimia buatan seperti pupuk kimia buatan dan pestisida, biofertilizer atau pupuk hayati menjadi salah satu alternatif yang layak dipertimbangkan. Beberapa mikroba tanah seperti seperti Rhizobium,

Azaospirillum dan Azotobacter, bakteri pelarut fosfat, ektomikoriza, endomikoriza dan MVA, mikoriza perombak selulosa dan efektif mikroorganisme dapat dimanfaatkan sebagai biofertizer pada pertanian organik.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Biofertilizer Petani organik umumnya mengandalkan kompos sebagai sumber utama nutrisi tanaman. Akan tetapi, kandungan hara kompos rendah. Kompos yang sudah matang kandungan haranya kurang lebih: 1.69% N, 0.34% P2O5, dan 2.81% K. Dengan kata lain seratus kilogram kompos setara dengan 1.69 kg Urea, 0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. Misalnya untuk memupuk padi yang kebutuhan haranya kg Urea/ha, kg SP 36/ha dan kg KCl/ha, maka kompos yang dibutuhkan kurang lebih sebanyak ton kompos/ha. Jumlah kompos yang demikian besar memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak dan berimplikasi pula pada biaya produksi. Terobosan baru untuk menghasilkan produksi tanaman pangan yang maksimum sebagai pengganti aplikasi pupuk anorganik yaitu dengan menggunakan biofertilizer. Biofertilizer yang disebut juga pupuk hayati dapat meningkatkan dan mempertahankan kesuburan tanah baik secara fisik, kimia dan biologi tanah. Aplikasi biofertilizer umumnya digabung dengan pupuk organik menggunakan mikroorganisme. Komposisi yang tepat dengan menggunakan mikroorganisme tersebut dapat diaplikasikan sebagai pupuk hayati atau biofertilizer untuk tanaman pangan. Aplikasi biofertilizer pada sistem budidaya tanaman pangan diharapkan mampu meningkatkan hasil produksi dengan mengurangi dampak dari residu penggunaan pupuk anorganik. Meskipun biofertilizer memiliki waktu efektif aplikasi yang lebih lama bila dibandingkan pupuk anorganik, tetapi mempunyai dampak pada masa depan yang lebih baik untuk tetap mempertahankan unsur hara dalam tanah. Perkembangan biofertilizer saat ini di Dunia telah pesat. Berbagai negara seperti India, Thailand, Jepang, Cina, Brazil, Taiwan dan Negara maju lainnya telah lama beralih dari pupuk kimia ke arah pupuk biologi.

2.2 Mikroba untuk Biofertilizer Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara fosfat ini sedikit tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut fosfat. Mikroba ini akan melepaskan ikatan fosfat dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Beberapa mikroba yang digunakan dalam bifertilizer diantaranya: 1. Bakteri Rhizobium Bakteri rhizobium adalah salah satu bakteri yang berkemampuan sebagai bakteri penyedia hara bagi tanaman. Peranan rhizobium terhadap pertumbuhan tanaman khususnya berkaitan dengan ketersediaan nitrogen bagi tanaman inangnya. 2. Azospirillium dan Azotobacter Azosprillium mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai pupuk hayati. Bakteri ini bayak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan termasuk jenis serelia, tanaman jagung dan gandum. Sampai saat ini ada tiga spesies yang telah ditemukan dan mempunyai kemampuan dalam menghambat nitrogen, yaitu Amazonese. 3. Mikroba Pelarut Fosfat Di dalam tanah, terutama di daerah sekitar perakaran tanaman (rhizosphere) banyak ditemukan mikroba-mikroba yang dapat melarutkan fosfat dari sumbersumber yang sukar larut. Mikroba ini akan melarutkan fosfat dan azosprillium brasilense, A. Lipoferum, A.

menyediakannya untuk tanaman. Mikroba-mikroba tersebut antara lain: (bakteri) Bacillus sp, Pseudomonas sp, (jamur) Aspergillus niger, Penicillium sp, Trichoderma sp. Mikroba-mikroba ini menghasilkan asam-asam organik atau senyawa lain yang bisa melarutkan fosfat. Mikroba pelarut fosfat sudah ditemukan sejak akhir perang dunia kedua oleh ilmuwan di Rusia. Sejak tahun 1940-an sudah diaplikasikan ke tanah-tanah pertanian di Eropa. 4. Mikoriza Ada dua jenis mikoriza yang sering dipakai untuk biofertilizer, yaitu: ektomikoriza dan endomikoriza. Ektomikoriza seringkali ditemukan pada tanaman-tanaman keras/berkayu, sedangkan endomikoriza ditemukan pada banyak tanaman, baik tanaman berkayu atau bukan. Mikoriza hidup bersimbiosis pada akar tanaman. Mikoriza berperan dalam melarutkan fosfat dan membantu penyerapan hara fosfat oleh tanaman. Selain itu tanaman yang bermikoriza umumnya juga lebih tahan terhadap kekeringan. Contoh mikoriza yang sering ditemukan adalah Glomus sp dan Gigaspora sp. 5. Mikoroza Perombak Selulosa Pada saat ini jerami masih merupakan bahan yang umum digunakan sebagai sumber bahan organik pada tanah sawah. Jerami mengandung selulosa yang sangat tinggi sehingga memerlukan proses dekomposisi yang relatif lama. Beberapa mikroba seperti Trichoderma, Aspergillus, dan Penecillium mampu merombak selulosa menjadi bahan senyawa-senyawa monosakarida, alkohol, CO2 dan asam-asam organik laiinya dengan dikeluarkannya enzim selulase. 6. Mikroorganisme Efektif Mikroorganisme efektif (EM) merupakan kultur campuran beberapa jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, dan jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman mikroba tanah. Pemanfaatan EM dapat memperbaiki kualitas tanah dan selanjutnya memperbaiki dna meningkatkan produksi tanaman.

BAB III KESIMPULAN


Pertanian organik semakin berkembang sejalan dengan timbulnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan kebutuhan akan bahan makanan yang relatif lebih sehat. Pertanian organik itu sendiri adalah sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Bioteknologi pertanian berpeluang besar untuk memajukan pertanian organik di Indonesia. Produk-produk bioteknologi yang dapat digunakan dalam pertanian organik antara lain adalah perakitan bahan tanaman unggul yang memiliki produktivitas tinggi dan resisten terhadap hama/penyakit, sehingga tidak memerlukan input pestisida sintetik. Dalam sistem pertanian organik yang tidak menggunakan masukan berupa bahan kimia buatan seperti pupuk kimia buatan dan pestisida, biofertilizer atau pupuk hayati menjadi salah satu alternatif yang layak dipertimbangkan. Beberapa mikroba tanah seperti seperti Rhizobium, Azaospirillum dan Azotobacter, bakteri pelarut fosfat, ektomikoriza, endomikoriza dan MVA, mikoriza perombak selulosa dan efektif mikroorganisme dapat dimanfaatkan sebagai biofertizer pada pertanian organik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Bioteknologi dan Peranannya Dalam Kehidupan. http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_XIII_BIOTEKNOLOGI_DAN_PERANA NNYA_BAGI_KEHIDUPAN diakses pada 2 Desember 2012 pukul 16.05 WIB Anonim. 2008. Artikel Pertanian: Bioteknologi Mikroba Untuk Pertanian Organik. http://awhik.blogspot.com/2008/03/artikel-pertanian-bioteknologi-mikroba.html diakses pada 2 Desember 2012 pukul 16.00 WIB Krisno, Agus. 2011. Pemanfaatan Biofertilizer pada Pertanian Organik. http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/25/pemanfaatan-biofertilizer-padapertanian-organik-3/ diakses pada 2 Desember 2012 pukul 16.00 WIB. Wahyudi. 2009. Aplikasi Biofertilizer Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan. http://yu22.multiply.com/journal/item/3/Biofertilizer?&show_interstitial=1&u=% 2Fjournal%2Fitem diakses pada 2 Desember 2012 pukul 16.00 WIB

You might also like