You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olah hati,olah pikir, olah rasa,dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntunan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemem pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan

pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.Implementasi Undang undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan kedalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintahan ini

memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dalam dokumen ini dibahas standar isi sebagaimana dimaksudkan oleh peraturan Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005, yang secara keseluruhan mencakup: 1. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satutan pendidikan. 2. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah. 3. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak terpisahkan dari standar isi, dan 4. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dsar dan menengah. Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 19 Tahun 2005. Dalam proses pembelajaran, kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting, selain guru, sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Oleh karena itu, kurikulum digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan sekaligus sebagai salah satu indikator mutu pendidikan. Terutama pada sekolah yang masih mengalami pengembangan pendidikan, seperti yang kita observasi pada SMP Negeri 3 Arjasa. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada ketentuan Badan Standar Nasional Pendidikan, dan kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan

dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 merupakan suatu sistem pendidikan terpadu yang mencakup semua jenis, satuan, jalur, jenjang, dan kegiatan pendidikan yang bekaitan satu sama lain, ditata secara sistematis sebagai upaya untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Sehingga, jika selama ini kebijakan pengembang pendidikan dilakukan secara terpusat (sentralistik), di mana semua kebijakan mulai dari kurikulum sampai pedoman pelaksanaan teknis ditangani oleh pusat. Maka, dengan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang kemudian diikuti oleh Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2002 tentang pembagian

kewenangan antara pemerintah dan kewenangan daerah.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimana dan apa kurikulum yang diterapkan di SMP Negeri 3 Arjasa dalam kegiatan pendidikan disekolah ? 2. Bagaimanakah prosedur pengembangan kurikulum di SMP Negeri 3 dilihat dari tujuan, isi, struktur, strategi dan evaluasi kurikulum? 3. Fakto-faktor apa yang menjadi penghambat dan pendukung

pengembangan kurikulum di SMP Negeri 3 Arjasa ?

1.3 Tujuan Tujuan diadakannya observasi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengembangan kurikulum di SMP Negeri 3 Arjasa dilihat dari singkronisasi program dengan institusi pasangan. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum yang diterapkan di SMP Negeri 3 Arjasa. 3. Untuk mengkaji prosedur pengembangan kurikulum di SMP Negeri 3 Arjasa dilihat dari tujuan, isi, struktur, strategi dan evaluasi kurikulum.

4. Untuk mengungkapkan fakto-faktor pendukung dan penghambat pengembangan kurikulum PSG di SMK Negeri 2 Palopo. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui observasi ini diantaranya : 1. Manfaat Teoritis a. Menambah wacana pengembangan ilmu pengetahuan pengelolaan kurikulum di SMP Negeri 3 Arjasa. b. Merupakan konstribusi nyata bagi kami dalam menambah

wawasan ilmu dalam bidang pengembangan kurikulum pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti sebagai bahan literatur guna keperluan pelaksanaan observasi sejenis. b. Bagi pihak sekolah, sebagai masukan yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum

selanjutnya. c. Sebagai bahan acuan bagi sekolah lain dalam melakukan pengembangan kurikulum SMP untuk mencapai tujuan pendidikan yang diselenggarakan.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum Istilah kurikulum pertama kali digunakan di dunia olah raga pada zaman Yunani kuno. Curiculum dalam bahasa Yunani berasal dari kata curir, artinya pelari, dan curere artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Sehingga makna yang terkandung dari rumusan pengertian di atas dalam dunia pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh/ diselesaikan anak didik untuk memperoleh ijazah (Sudjana, 2008:4). Pengertian lain mengenai kurikulum sebagaimana disebutkan dalam buku materi sosialisasi dan pelatihan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMK (Depdiknas, 2007 :14), yaitu merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UUSPN, Bab I, Pasal 1, ayat 19). Menurut Sanjaya (2009 :3), kurikulum berdasarkan penelusuran konsep memiliki tiga dimensi pengertian, yakni kurikulum sebagai mata pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar, dan kurikulum sebagai sebagai perencanaan program pembelajaran. Sementara itu, Hamalik (2008:4) mengartikan kurikulum sebagai seperangkat rencana (mata pelajaran/ program pengajaran) sebagai dasar atau pedoman dalam melaksanakan pembelajaran pada suatu institusi pendidikan (sekolah dan perguruan tinggi. Sedangkan Nurdin (2005 :32) mengemukakan bahwa kurikulum dalam arti sempit terbatas pada mata pelajara saja, tetapi pengertian lebih luas tentang kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur

strategi dan proses belajar mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan sebagainya. Berdasarkan empat pengertian kurikulum di atas, dapat

disimpulkan bahwa yang dimaksud kurikulum adalah seperangkat program penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dalam suatu institusi pendidikan (sekolah dan perguruan tinggi) meliputi isi mata pelajaran yang mememiliki tujuan-tujuan tertentu dalam pencapaian tujuan pembelajaran kepada anak didik. Dikatakan memiliki tujuan karena pada setiap mata pelajaran terkandung tujuan instruksional umum dan khusus yang hendak dicapai sebagai pemberian pengalaman belajar kepada anak didik. Kurikulum yang dilaksanakan di SMK Negeri 2 Palopo ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. Isi kurikulum merupakan himpunan segala pengetahuan,

keterampilan, pola, sikap, kegiatan, pengalaman, sistem nilai dan kemampuan yang dirancang, diprogramkan dan diselenggarakan dalam hal ini di SMK Negeri 2 Palopo. Perencanaan, pemrograman dan penyelenggaraan kurikulum dilakukan melalui berbagai kegiatan

pembelajaran dan pendidikan pada program keahlian atau jurusan, disusun dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku secara nasional (BSNP). 2. Komponen Kurikulum Berdasarkan telaah terhadap struktur kurikulum, ada empat komponen utama dalam kurikulum, yaitu: a) Tujuan, b) Isi dan struktur kurikulum, c) Strategi pelaksanaan, dan d) Komponen evaluasi. Keempat komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga

merefleksikan suatu kesatuan yang utuh sebagai program pendidikan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai keempat komponen tersebut, Nurdin (2005:5) menguraikan sebagai berikut: a. Tujuan kurikulum Pada hakikatnya tujuan kurikulum merupakan tujuan dari setiap program pendidikan yang akan diberikan kepada anak didik, karena kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan

pendidikan secara umum dijabarkan dari falsafah Pancasila, yaitu untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, beratnggung jawab, mendiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. mencakup; (1) tujuan institusional, Tujuan kurikulum

(2) tujuan kurikuler, dan (3) tujuan

instruksional. Tujuan kurikulum berfungsi untuk menentukan arah dan corak kegiatan pendidikan, disamping itu, dapat menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan pendidikan dan menjadi pegangan dalam setiap usaha dan tindakan atas pelaksanaan pendidikan. b. Isi dan struktur kurikulum Isi kurikulum berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan

pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan dalam pembelajaran. Untuk menentukan isi kurikulum, harus disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan yang tidak kalah penting adalah psikologis siswa pada setiap jenjang pendidikan. Pendidikan kejuruan bertjuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruan. Isi dan struktur sekolah kejuruan adalah bekerja secara efektif dan efesien serta mengembangkan keahlian dan keterampilan. Hal tersebut harus di dukung stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasardasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu berkomunikasi dengan tuntutan pekerjaannya (Sanjaya, 2009:160). Kurikulum SMK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Dasar Kejuruan, Muatan Lokal, pengembangan diri. Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.

Menurut Sudjana (2008:17) ada empat alasan mengapa perlu dilakukannya pilihan dalam menetapkan isi kurikulum, antara lain: (1) tugas dan tanggun jawab sekolah dalam mencerdaskan anak didik sangat terbatas, baik dari segi waktu maupun sumber yang tersedia (2) tuntutan kebutuhan masyarakat senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kecepatan perkembangan dan tuntutan masyarakat hampir tidak mungkin bisa diikuti oleh pendidikan, sebab hal yang mustahil bila kebutuhan masyarakat yang tiba-tiba berubah harus diikuti perubahan kurikulum (3) ada beberapa jenjang dan tingkat pendidikan sesuai dengan tujuan dan hakikat perkebangan anak, menyebabkan pentingnya memilih isi

kurikulum yang sesuai dengan tujuan dari setiap jenjang pendidikan tersebut (4) pendidikan formal di sekolah merupakan sub sistem dari pendidikan sepanjang hayat. Artinya pendidikan di sekolah dan

pendidikan di masyarakat tidak terpisahkan satu sama lain, sehingga menuntut adanya isi kurikulum yang sesuai dengan pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. c. Kriteria memilih isi kurikulum Ada beberapa krietria dalam memilih isi kurikulum terumatama bagi perancang kurikulum sebagaimana dikemukakan Riyanto (2009:1) adalah: (1) isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa (2) isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, yaitu sesuai dengan tuntutan hidup dalam masyarakat (3) isi kurikulum harus mengandung poengetahuan ilmiah yang komprehensif, yaitu mengandung aspek intelektual, moral dan sosial secara seimbang (4) isi kurikulum harus mengandung aspek ilmiah yang tahan uji (5) isi kurikulum harus mengandung bahan yang jelas. Teori, prinsip dan konsep yang terdapat di dalamnya bukan sekedar informasi faktual belaka dan (6) isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan kurikulum PSG di SMK Negeri 2 Palopo dilaksanakan sesuai dengan perkembangan siswa, yaitu pemenuhan kebutahan materi bahan ajar yang disesuaikan dengan keterampilan yang ada di industri, dimana di dalamnya sudah

mencakup aspek pengembangan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dirumuskan dalam tujuan dan indikator pembelajaran yang disusun. d. Strategi pelaksanaan kurikulum Strategi pelaksanaan kurikulum memberi petunjuk bagaimana kurikulum tersebut dilaksanakan di sekolah. Kurikulum dalam pengertian program pendidikan masih dalam taraf harapan atau rencana yang harus diwujudkan secara nyata di sekolah sehingga dapat mempengaruhi dan mengantarkan anak didik kepada tujuan pendidikan. Oleh karena itu, komponen strategi pelaksanaan kurikulum memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Menurut Nurdin (2005:56), beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan kurikulum antara lain: 1) tingkat dan jenjang pendidikan. Adanya jenjang dan tingkat pendidikan

merupakan perbedaan dalam hal tujuan institusional, perbedaan isi struktur, strategi pelaksanaan, dan sistem evaluasi yang dilakukan; 2) proses belajar mengajar. Merupakan kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan proses belajar siswa. Dalam proses belajar mengajar, keduaduanya dituntut aktif sehingga terjadi interaksi dan komunikasi harmonis demi tercapainya tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas, maka disimpulkan bahwa strategi pelaksanaan kurikulum PSG di SMK Negeri 2 Palopo mempertimbangkan tujuan institusional, tujuan kurikuler dan tujuan instruksional yang ingin dicapai, isi dan struktur kurikulum yang diberikan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan perkembangan industri relevan pada semua program keahlian yang ada .

B. Prinsip Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas

arah pendidikan, juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan spesifik. Proses ini berhubungan dengan seleksi dan pengorganisasian berbagai komponen situasi belajar mengajar, antara lain penetapan jadwal pengorganisasian kurikulum dan spesifikasi tujuan yang disarankan, mata pelajaran, kegiatan, sumber dan alat pengukur pengembangan kurikulum yang mengacu pada kreasi sumber-sumber unit, rencana unit, dan garis pelajaran kurikulum ganda lainnya untuk memudahkan proses belajar mengajar (Hamalik, 2008:183). Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tenaga pendidik dan kependidikan yang profesional adalah menguasai landasanlandasan kependidikan termasuk di dalamnya adalah menguasai

kurikulum dan melakukan upaya pengembangan kurikulum satuan mata pelajaran sesuai dengan konteks kekinian, yaitu sesuai dengan

perkembangan masyarakat dan industri-industri relevan, terlebih lagi SMK Negeri 2 Palopo sebagai institusi pendidikan vokasional yang menitik beratkan pada pencapaian dan penciptaan tamatan yang memiliki segenap keterampilan dan kompetensi profesional sebagai calon-calon tenaga kerja siap pakai bagi pemenuhan tenaga kerja di industri. Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses

penyusunan rencana tentang isi dan bahan yang harus dipelajari serta bagimana cara mengajarkannya, sehingga pengembangan kurikulum harus didasarkan pada visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai. Menurut Seller (Sanjaya, 2008:32) pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum. Orientasi

pengembangan kurikulum tersebut menyangkut enam aspek, yaitu: 1) tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan, 2) pandangan tentang anak, 3) pandangan tentang proses pembelajaran, 4) pandangan tentang lingkungan, 5) konsepsi tentang peranan guru, dan 6) evaluasi belajar.

Pengembangan

kurikulum

merupakan

tahap

lanjutan

dari

pembinaan kurikulum, yaitu upaya meningkatkan dalam bentuk nilai tambah dari apa yang telah dilaksanakan sesuai dengan kurikulum potensial. Upaya ini bisa dilakukan apabila diadakan penilaian terhadap apa yang telah dilaksanakan, karena melalui penilaian dapat diketahui kekurangan dalam pelaksanaan kurikulum selama ini. Kekurangan tersebut sedapat mungkin diatasi, dicarikan upaya lain yang lebih baik, sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal. Lebih dari itu, hasil yang telah diperoleh dari pelaksanaan dan pembinaan kurikulum adalah proses pelaksanaan kurikulum lebih efektif, efisien, dan produktif serta lebih berdaya guna. Menurut Nurdin (2005), Hamalik (2008), dan Sudjana (2008:9), mengemukakan bahwa, pada prinsipnya ada tiga landasan pokok dalam pengembangan kurikulum, yaitu: (1) Landasan Filosofis, yaitu pentingnya filsafat dalam pengembangan kurikulum mengingat filsafat merupakan cara berpikir radikal dan menyeluruh dalam mengupas sesuatu sedalamdalamnya. Dalam hal ini falsafah Pancasila menjadi dasar pengembangan kurikulum yang dilaksanakan (2) Landasan Budaya. Kurikulum sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan menjadikan budaya sebagai alat sosialisasi dan interaksi penciptaan manusia berbudaya khususnya nilainilai budaya bangsa Indonesia yang dapat diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu: (a) ide, konsep, gagasan, nilai, norma, dan dan peraturan, (b)

kegiatan, yakni tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (c) benda hasil karya manusia (3) Landasan Psikologis. Landasan psikologis berkenaan dengan perilaku manusia melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan pribadi menuju kedewasaan, baik fisik, mental/ intelektual, moral maupun sosial. Sementara itu, Depdiknas (2007:59) menyebutkan bahwa, prinsip pengembangan perkembangan, lingkungannya kurikulum kebutuhan, (2) Beragam yaitu: dan dan (1) Berpusat pada potensi, didik dan

kepentingan terpadu (3)

peserta Tanggap

terhadap

perkembangan iptek dan seni (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan

(5) Menyeluruh dan berkesinambungan

(6) Belajar sepanjang hayat,

dan (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Sedangkan pelaksanaan kurikulum yaitu: (1) Siswa harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan

menyenangkan (2) Menegakkan lima pilar belajar (3) Peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan percepatan; (4) Suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka dan hangat (5) Menggunakan

pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar (6) Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah (7) Diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan. Pengembangan suatu kurikulum harus memiliki landasan filosofis. Hal ini perlu dilakukan agar arah dan tujuan yang jelas dalam implementasinya. Sedangkan acuan yuridis yang digunakan terhadap pengembangan dan pelaksanaan kurikulum adalah: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan 23 Tahun 2006. Kurikulum dan silabus atau Garis-Garis Besar Program

Pengajaran (GBPP) yang telah tersusun sedemikian rupa tidak ada

artinya sama sekali bilamana belum teraktualisasikan menjadi kurikulum aktual (real). Maka, melalui fungsi dan peran guru sebagai pengajar, kurikulum dapat dijabarkan, dikembangkan, dan diperluas, yang

mengandung nilai-nilai dan sikap serta pengetahuan sehingga dapat ditransformasikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar (Subandijah, 1997:28). Berdasarkan pendapat di atas, maka jelaslah bahwa peranan guru sangat menentukan pencapaian hasil belajar atau harapan yang diinginkan kurikulum. Guru sebagai implemnetator dan pengembang kurikulum berfungsi dan berperan untuk: 1) Memperkaya kurikulum. Yaitu menjabarkan, mengembangkan serta memperluas segala sesuatu yang telah dirumuskan, disusun dan ditetapkan dalam petunjuk pelaksanaan GBPP ke dalam satuan pembelajaran atau lebih dikenal dengan istilah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang diimplementasikan dalam proses kegiatan belajar mengajar di kelas; 2) Meningkatkan relevansi kurikulum dengan kebutuhan siswa, masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Yaitu satuan isi kurikulum harus sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dibutuhkan industri/ dunia kerja.

1.

Mata Pelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang toeri bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,tidak pasti dan kompetitif. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar matematika dalam dokumen ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut diatas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam

pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. 1. b. Tujuan

Mata pelajaran matematika SMP kelas 2 semester 1 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara lues,akurat, efisiensi, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat ,melakukan

manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memilliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan,yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

1. c.

Ruang lingkup

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SMP/MTs kelas 2 semester 1 meliputi aspek- aspek sebagai berikut: 1. Aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan 2. Sistem persamaan linier dua variabel 3. Geometri dan pengukuran.

1. 2.

Prinsip Pengembangan Kurikulum

Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi llulusan dan standar isi serta panduan

penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip prinsip sebagai berikut: 1. Berpusat pada potensi,perkembangan, kebutuhan, dan

kepentingan peserta didik dan lingkungannya. 2. Beragam dan terpadu 3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Belajar sepanjang hayat 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

1. 3.

Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Dalam pelaksanaan kurikulum disetiap satuan pendidikan menggunakan prinsip prinsip sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta yang didik harus

mendapatkan

pelayanan

pendidikan

bermutu,serta

memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. 2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu(a) belajar untuk berimtaq kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri,melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. 3. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan atau

percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didikdengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. 4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip Tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada( di belakang memberikan daya dan kekuatan,ditengah membangun semangat dan prakarsa, didepan memberikan contoh yang teladan). 5. Kurikulim dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan

multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan manfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi,tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

6. Kurikulum

dilaksanakan

dengan

mendayagunakan

kondisi

alam,sosial, dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muyatan seluruh bahan kajian secara optimal. 7. g. mata Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi pelajaran, muatan dalam lokal, dan pengembangan keterkaitan, diri dan

diselenggarakan

keseimbangan,

kesinambungan,yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan. 8. B. Struktur kurikulum

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 1. C. Satuan Beban Belajar pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan

menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan system paket atau sitem kredit semester. Kedua system tersebut dipilh berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang bersangkutan. Satuan pendidikan SMP/MTs kategori standar menggunakan system paket atau dapat menggunakan system kredit semester. Beban belajar yang diatur pada ketentuan ini adalah beban belajar system paket pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Sistem paket adalah system penyelenggaraan program pendidkan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuit seluruh program pembelajaran dan beban belajar

yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku pada satuan pendidikan. Beban belajar pada setiap mata pelajaran pada Sistem Paket dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti program

pembelajaran melalui system tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada setiap satuan pendidikan untuk SMP/MTs/SMPLB berlangsung selam 40 menit. Beban belajar kegiatan tatap muka per minggu pada setiap satuan pendidikan untuk

SMP/MTs/SMPLB adalah 34 jam pembelajaran.

BAB III METODE OBSERVASI

3.1 Jenis dan Lokasi Observasi Jenis observasi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Observasi ini dimaksudkan dan untuk

mendeskripsikan

pelaksanaan

pelaksanaan

bagaimana

pengembangan kurikulum yang diterapkan di SMP Negeri 3 Arjasa, prosedur pengembangan kurikulum di SMP dan faktor-faktor yang menghambat dan mendukung pengembangan kurikulum tersebut. Lokasi observasi yang kita lakukan bertempat di SMP Negeri 3 Arjasa. Alasan kami memilih sekolah tersebut dikarenakan sekolah itu berada jauh dari kota dan berada pada lingkungan yang bisa dibilang masih kurang begitu sadar akan pentingnya pendidikan. Karena dari hasil wawancara dengan guru masih dikatakan bahwa rendahnya minat siswa lulusan SD untuk masuk SMP, sehingga kurikulum yang dikembangkan harus disesuaikan dengan lingkungan sekolah yang ada.

3.2 Fokus dan Deskripsi Fokus Observasi 3.2.1 Fokus observasi Fokus dari observasi ini adalah kurikulum apa yang diterapkan dan bagaimana pengembangan kurikulum yang dilakukan SMP Negeri 3 Arjasa dalam pelaksanaan pendidikannya. 3.2.2 Deskripsi fokus 1. Kurikulum yang digunakan oleh SMP Negeri 3 Arjasa dalam kegiatan pendidikannya adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2. Pelaksanaan kurikulum disesuaikan dengan keadaan dan kondisi sekolah yang masih mempunyai kekurangan baik dalam sarana dan pelaksana pendidikanya. 3. Pengembangan tujuan adalah memasukkan unsur-unsur baru pada kurikulum yang sudah digunakan sesuai dengan aspirasi, kebutuhan sekolah, tuntutan keadaan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

serta kemampuan tenaga pengajar yang yang ada pada institusi tersebut.

3.3 Instrumen Observasi Instrumen dalam Observasi ini adalah observer yang bertindak sebagai pengamat dan pewawancara. Observasi sebagai instrumen utama dalam observasi ini, memulai tindakan pengembangan kurikulum melalui perencanaan tindakan, dan pengumpulan data diikuti dengan menganalisis kurikulum KTSP yang sudah ada sebagai upaya

mensinkronisasi kurikulum yang digunakan dengan data dari keahlian dasar yang dikerjakan di sekolah tersebut, kemudian disusun dalam bentuk dasar kompetensi kejuruan dan kompetensi kejuruan, kemudian oleh guru bidang studi bersama ketua program keahlian menyusun silabus. Untuk memperoleh data tersebut, maka alat bantu yang digunakan peneliti adalah format observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi.

3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam observasi ini, ada tiga teknik utama yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu: 1. Observasi Observasi dilakukan sebelum dan selama pelaksanaan observasi. Observasi dilakukan peneliti dengan beberapa langkah sebagai berikut: a. Memilah kurikulum yang digunakan di SMK Negeri 2 Palopo pada masing-masing program keahlian untuk mengetahui mata diklat mana yang sesuai dengan keterampilan kerja di industri. b. Hasil analisis terhadap kurikulum dirumuskan sebagai fokus

permasalahan observasi, sehingga dapat diungkapkan dalam hasil pelaksanaan observasi. c. Menyusun format instrumen observasi, dan wawancara sehingga dapat digunakan dalam mengumpulkan data dari informan sebagai sumber data primer observasi.

2. Wawancara Wawancara dilakukan kepada sumber data primer, yaitu: kepala sekolah, wakasek kurikulum, ketua program keahlian, guru praktek unit produksi, pimpinan industri terkait. Informasi yang diperoleh digunakan sebagai data emic untuk mendeskripsikan sinkronisasi kurikulum PSG. Wawancara dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: a. Menyatakan maksud dan tujuan observasi yang akan dilaksanakan, dengan memperlihatkan salinan dan konsep proposal observasi. b. Meminta kesediaan waktu dan tempat kepada informan untuk kepentingan wawancara. c. Mencatat dan merekam informasi lisan yang diberikan sumber data. d. Membuat dan menyusun salinan wawancara menjadi data untuk keperluan interpretasi data sesuai permasalahan dan fokus observasi. 3. Dokumentasi Dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data sekunder berupa dokumen-dokumen pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun kerangka konsep observasi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis, yaitu: a. Buku, artikel, sumber website, digunakan untuk menyusun kerangka konsep dan teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji. b. Buku profil, visi dan misi, serta peraturan yang berlaku di SMK Negeri 2 Palopo. c. Dokumen kurikulum, yaitu dasar kompetesi kejuruan dan kompetensi kejuruan produktif. d. Melakukan analisis dan interpretasi data sebagai data pendukung terhadap permasalahan observasi yang diajukan.

3.5 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan secara berulang-ulang sampai peneliti memperoleh data yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan hasilnya. Ada tiga tahap utama yang dilaksanakan peneliti dalam

menganalisis data, yaitu: 1) tahap reduksi data, 2) tahap penyajian dan pengolahan data, 3) dan 3) tahap penarikan kesimpulan. Ketiga tahap tersebut dilakukan secara integratif untuk menentukan hasil akhir analisis. Selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Reduksi data a. Data yang diperoleh dari sumber data primer dicatat dan dikelompokkan sesuai dengan topik permasalahan yang diajukan. b. Informasi yang dikumpulkan selanjutnya difokuskan berdasarkan

permasalahan yang diajukan. Kata atau kalimat yang dianggap tidak baku tidak digunakan, atau dapat diganti berdasarkan interpretasi peneliti. c. Informasi yang dikumpulkan di sederhanakan dengan membuat kumpulan catatan, yaitu dengan membuat abstraksi. 2. Penyajian dan pengolahan data a. Data yang telah di abstraksikan disajikan secara naratif untuk memberikan deskripsi permasalahan yang dibahas. b. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diinterpretasi menurut pemahaman penulis. 3. Penarikan kesimpulan a. Data dan informasi yang diperoleh dari dari sumber data dibandingkan antara satu sama lain sehingga peneliti dapat melakukan interpretasi terhadap data tersebut. b. Penarikan kesimpulan diikuti verifikasi data melalui dukungan konsep atau teori yang relevan sesuai dengan permasalahan yang sedang dikaji. F. Teknik Pengabsahan Data Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dan metode pengumpulan data dalam observasi kualitatif divalidasi melalui teknik triangulasi sumber dan metode (Sugiyono, 2009:117). Uji keabsahan data meliputi uji kredibilitas data yang dilakukan melalui: 1) perpanjangan pengamatan, 2) keikutsertaan, dan 3) diskusi dengan teman sejawat. 1. Perpanjangan pengamatan

a. Perpanjangan pengamatan dilakukan selama dua minggu sejak minggu pertama dan kedua bulan Juli 2010. b. Mengisi atau memberi penilaian terhadap aspek-aspek yang diamati yang telah tercantum dalam lembar pengamatan. c. Hasil pengamatan dirangkum dan disusun abstraksinya.

2. Keikutsertaan a. Peneliti mensosialisasikan diri kepada pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan kurikulum di sekolah, kepada: 1) kepala sekolah, 2) wakil kepala sekolah bidang kurikulum, 3) wakasek bidang Hubungan Industri, 4) SMM, dan 5) Wakasek SDM dan 6) ketua program keahlian. b. Peneliti berusaha menjalin komunikasi positif dengan kepala sekolah dan komponen sekolah lainnya agar dapat mempergunakan dokumen kurikulum yang ada di sekolah. c. Peneliti melakukan analisis dokumen kurikulum bersama pihak-pihak terkait untuk mengidentifikasi kurikulum yang belum sinkron dengan keterampilan kerja dasar yang ada di industri/DUDI. 3. Diskusi dengan teman sejawat a. Data yang dikumpulkan dari sumber data dibandingkan (crosh check) dengan hasil observasi dan diskusi dengan beberapa orang guru agar data dapat diinterpretasikan kembali secara akurat oleh peneliti. b. Peneliti meminta tanggapan beberapa guru untuk terhadap data yang dikumpulkan baik melalui observasi maupun dari sumber data primer.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Observasi SMP Negeri 3 Arjasa beralamat di Jl. Kemuning Lor, Desa Rembangan, Kecamatan Patrang Kabupaten Jember. Sekolah tersebut sudah berdiri selama 6 tahun, berdiri pada tahun 2007 Sebagai sekolah kejuruan yang berorientasi pada kualitas tamatan yang memiliki keterampilan kerja dan kompetensi tamatan yang diharapkan mampu bersaing di pasar kerja secara praktis, maka sarana dan prasarana yang dimiliki sebagai penunjang pencapaian tujuan tersebut juga cukup memadai. Secara umum, kondisi sarana dan prasarana dalam kondisi 100 persen masih dapat dipergunakan dengan baik pada masing-masing program keahlian. Untuk mengetahui kondisi real SMK Negeri 2 Palopo, berikut akan disajikan populasi siswa, jumlah tamatan, dan sarana prasarana yang dimiliki, dalam tabel 4.1, 4.2, dan 4.3 berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan kurikulum di SMK Negeri 2 Palopo belum dilaksanakan sesuai dengan harapan karena sekolah belum mengundang pihak industri untuk duduk bersama merumuskan kompetensi-kompetensi yang

dilaksanakan di industri dengan yang diajarkan di sekolah. 2. Pengembangan kurikulum di SMK Negeri 2 Palopo belum dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang diharapkan yaitu mengidentifikasi dan mengklasifikasi industri yang layak, membuka komunikasi persuratan, serta mengundang pihak industri merumuskan kesesuaian kompetensi antara sekolah dan industri. 3. Pengembangan kurikulum didukung oleh potensi sumber daya manusia guru, predikat sekolah bertaraf internasional, ISO 9001-2000, serta sumber dana yang memadai. Faktor penghambatnya adalah keterbatasan jumlah industri bertaraf nasional dan internasional lingkup kota Palopo, serta perubahan kurikulum nasional.

You might also like