You are on page 1of 9

Nama : Ratna Sari Tugas : Komunikasi Manusia adalah mahluk social, didalam kehidupan, kita dituntut untuk selalu

berkomunikasi kapanpun, dimanapun, dan kepada siapapun. Didalam makalah ini, saya ingin menjelaskan beberapa materi-materi mengenai komunikasi, yaitu: Apakah ada perbedaan gender dalam komunikasi ? Bagaimana etika dalam komunikasi ? Bagaimana lintas budaya dalam komunikasi ?

Didalam komunikasi terdapat perbedaan gender yang dapat kita bahas bersama. Dalam pembahasan mengenai gende, perbedaaan-perbedaan itu terletak pada: Kecenderungan feminis versus maskulin, hal ini harus dipandang sebagai

dua dialek yang berbeda: antara superior dan inverior dalam pembicaraan. Komunitas feminis lebih untuk membangun relationship, menunjukan responsive. Dan kalau komunikasi maskulin lebih untuk menyelesaikan tugas, menyatakan diri dan mendapatkan kekuasan. Jika wanita berhasrat pada koneksi (berhubungan erat dengan kedekatan) Raport talk versus report talk. Raport talk adalah istilah yang digunakan sedangkan pria berhasrat untuk status (berhubungan erat dengan kekuasan/power) untuk menilai obrolan perempuan yang cenderung terkesan simpatik. Report talk adalah istilah yang digunakan menilai obrolan laki-laki yang cenderung apa adanya, pokoknya sampai. Berkenaan dengan kedua nilai ini kita bias menarik kesimpulan: 1. perempuan lebih banyak bicara pada pembicaraan pribadi. pembicaraan sebagai pernyataan fungsi perintah, Sedangkan laki-laki lebih banyak terlibat pembicaraan public, laki-laki menggunakan menyampaikan informasi, meminta persetujuan.

2. tentang 3.

laki-laki lebih banyak bercerita disbanding perempuan khususnya guyonan. Cerita guyonan merupakan suatu maskulin

menegoisasikan status. perempuan cenderung menjaga pandangan, sering manggut, berguman sebagai penanda ia mendengarkan berusaha mengaburkan kesan itu sebagai upaya menjaga statusnya. 4. perempuan mempunyai rencana untuk memantapkan hubungan, juga untuk memperluas ketidaksetujuan dengan pembicara, sedangkan laki-laki memakai kesempatan bertanya sebagai upaya untuk menjadikan pembicara menjadi lemah. 5. perempuan memandang konflik sebagai ancaman dan perlu dihindari, laki-laki biasanya memulai konflik namun suka memeliharanya. Laki-laki dan perempuan mempunyai persepktif terpisah, dan mereka tidak memandangnya sebagai sesuatu yang setara. Lokasi-lokasi yang berbeda dalam hirarkhi social mempengaruhi apa yang di lihat. Mereka beranggapan bahwa perempuan dan minoritas yang lainnya mempersepsikan dunia secara berbeda daripada kelompok yang berkuasa. Mereka tidak mencirikan perbedaan pada insting atau biologis, instusi, tetapi perbedaan itu sebagai hasil harapan-harapan budaya dan perlakuan kelompok dalam hal menerima kelompok yang lain. Budaya tidak dialami secara identik, budaya adalah aturan hirarkhi sehingga kelompok yang punya posisi cenderung menawarkan kekuasan, kesempatan kepada anggota-anggotanya dalam hal ini teori ini menyatakan bahwa perempuan terposisikan pada hirarkhi yang rendah dibandingkan dengan posisi laki-laki. Gender adalah system makna, sudut pandang melalui posisi diman kebanyakan laki-laki dan perempuan dipisahkan secara lingkungan, material, simbolis. Cheris Kramarae mengemukakan asumsi-asumsi dasar dari teori perbedaan gender dalam komunikasi, yaitu sebagai berikut: 1. perempuan menanggapi dunia secara berbeda dari lak-laki karena pengalaman dan aktivitasnya berbeda yang berakar pada pembagian kerja.

2. karena dominasi politikmya, system persepsi laki-laki menjadi lebih dominan, menghambat ekspresi bebas bagi pemikiran alternative perempuan. 3. untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat, perempuan harus mengubah persepktif mereka ke dalam system ekspresi yang dapat diterima laki-laki. Kamarae mengemukakan sejumlah hipotes mengenai komunikasi perempuan berdasarkan temuan penelitian: a. Perempuan lebih banyak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri disbanding laki-laki. b. Perempuan lebih mudah memahami makna laki-laki disbanding laki-laki memahami makna perempuan. c. Perempuan telah menciptakan cara-cara ekspresinya sendiri dibandingkan laki-laki. d. Perempuan seringkali berusaha untuk mengubah aturan-aturan komunikasi yang dominan dalam rangka menghindari atau menentang aturan-aturan konvensional. e. Perempuan cenderung utuk mengekspresikan ketidakpuasan tentang komunikasi dibanding laki-laki. f. Secara tradiosional perempuan kurang menghasilkan kata-kata baru yang popular dalam masyarakat luas; konsekuensinya, mereka merasa tidak sanggup memiliki kontribusi terhadap bahasa. g. Perempuan

Ketika kita ingin berkomunikasi, kita harus menggunakan etika-etika dalam berkomunikasi. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan. Dan juga sering dikatakan sebagai suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan. beberapa etika dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: a. Jujur tidak berbohong. b. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan c. Lapang dada dalam berkomunikasi. d. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik. e. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien. f. Tidak mudah emosi / emosional. g. Berinisiatif sebagai pembuka dialog. h. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan i. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan j. Bertingkahlaku yang baik.

a.

Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik, yaitu: Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara. Menatap mata lawan bicara dengan lembut Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara lingkungan. b. c. d. e. f.

g. h. i. terjadi j. k. l.

Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya

sesuai dengan karakteristik lawan bicara. bicara yang baik. yang berlaku seperti berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri), dll

Didalam berkomunikasi adakalanya kita juga melihat dari sisi lintas budaya. beberapa jenis lintas budaya dalam komunikasi adalah sebagai berikut: Lintas budaya memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda dan tujuan hidup yang berbeda, juga menentukan cara berkomunikasi kita yang sangat dipengaruhi oleh bahasa, aturan dan norma yang ada pada masingmasing budaya. Dalam setiap kegiatan komunikasi kita dengan orang lain selalu mengandung potensi komunikasi lintas budaya atau antar budaya, karena kita akan selalu berada pada budaya yang berbeda dengan orang lain, seberapa pun kecilnya perbedaannya itu. Perbedaan-perbedaan ekspektasi budaya dapat menimbulkan resiko yang fatal, seperti: a) menimbulkan komunikasi yang tidak lancar. b) timbul perasaan tidak nyaman atau timbul kesalahpahaman. c) Maksud dari pesan tersebut menjadi tidak sesuai dengan yang disampaikan pemberi pesan (Komunikator). Akibat dari kesalahpahaman-kesalahpahaman di atas banyak kita temui dalam berbagai kejadian yang mengandung etnosentrisme dewasa ini dalam wujud konflik-konflik yang berujung pada kerusuhan atau pertentangan antar etnis. Sebagai salah satu jalan keluar untuk meminimalisir kesalahpahaman-kesalahpahaman akibat perbedaan budaya adalah dengan: a) mengerti atau paling tidak mengetahui bahasa dan perilaku budaya orang lain. b) mengetahui prinsip-prinsip komunikasi lintas budaya. c) mempraktekkannya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kebutuhan untuk mempelajari komunikasi lintas budaya ini semakin terasakan karena semakin terbukanya pergaulan kita dengan orang-orang dari berbagai budaya yang berbeda, disamping kondisi bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan berbagai ras, suku bangsa, agama, latar belakang daerah (desa/kota),latar belakang pendidikan, dan sebagainya.

Beberapa alasan dan tujuan mempelajari komunikasi lintas budaya,

Litvin (1977) menyebutkan beberapa alasan diantaranya sebagai berikut: 1. Dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keanekaragaman budaya sangat diperlukan. 2. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda. 3. Nilai-nilai setiap masyarakat sebaik nilai-nilai masyarakat lainnya. 4. Setiap individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri. 5. Perbedaan-perbedaan individu itu penting, namun ada asumsi-asumsi dan pola-pola budaya mendasar yang berlaku. 6. Pemahaman atas nilai-nilai budaya sendiri merupakan prasyarat untuk mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai budaya lain. 7. Dengan mengatasi hambatan-hambatan budaya untuk berhubungan dengan orang lain kita memperoleh pemahaman dan penghargaan bagi kebutuhan, aspirasi, perasaan dan masalah manusia. 8. Pemahaman atas orang lain secara lintas budaya dan antar pribadi adalah suatu usaha yang memerlukan keberanian dan kepekaan. Semakin mengancam pandangan dunia orang itu bagi pandangan dunia kita, semakin banyak yang harus kita pelajari dari dia, tetapi semakin berbahaya untuk memahaminya. 9. Pengalaman-pengalaman menumbuhkan kepribadian. 10. Keterampilan-keterampilan komunikasi yang diperoleh memudahkan perpindahan seseorang dari pandangan yang monokultural terhadap interaksi manusia ke pandangan multikultural. 11. Perbedaan-perbedaan budaya menandakan kebutuhan akan penerimaan dalam komunikasi, namun perbedaan-perbedaan tersebut secara arbitrer tidaklah menyusahkan atau memudahkan. 12. Situasi-situasi komunikasi antar budaya tidaklah statik dan bukan pula stereotip. Karena itu seorang komunikator tidak dapat dilatih untuk mengatasi situasi. Dalam konteks ini kepekaan, pengetahuan dan antar budaya dapat menyenangkan dan

keterampilannya bisa membuatnya siap untuk berperan serta dalam menciptakan lingkungan komunikasi yang efektif dan saling memuaskan. untuk: 1) Menyadari bias budaya sendiri. 2) Lebih peka secara budaya. 3) Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut. 4) Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri 5) Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang 6) Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri. 7) Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya 8) Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh pandangan ke dalam budaya sendiri:asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasankebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya. 9) Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi bidang komunikasi antar budaya. 10) Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami. Banyak pembahasan komunikasi lintas budaya yang berkisar pada perbandingan perilaku komunikasi antarbudaya dengan menunjukkan perbedaan dan persamaan sebagai berikut: a. pembentukan persepsi. b. Kognisi, yang terdiri dari unsur-unsur khusus kebudayaan, proses berpikir, bahasa dan cara berpikir. Persepsi, yaitu sifat dasar persepsi dan pengalaman persepsi, peranan lingkungan sosial dan fisik terhadap Sedangkan mengenai tujuan mempelajari komunikasi lintas budaya, Litvin (1977) menguraikan bahwa tujuan itu bersifat kognitif dan afektif, yaitu

c. d.

Sosialisasi, berhubungan dengan masalah Kepribadian, misalnya tipe-tipe budaya

sosialisasi universal dan relativitas, tujuan-tujuan institusionalisasi. pribadi yang mempengaruhi etos, dan tipologi karakter atau watak bangsa.

You might also like