You are on page 1of 5

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Satu diantara kedelapan Sasaran Pembangunan Milenium atau Millennium Development Goals (MDGs) yang sedang diupayakan untuk dicapai Indonesia adalah MDG ke-4 yaitu menurunkan kematian anak. Target yang ingin dicapai pada tahun 2015 adalah mengurangi tingkat kematian anak-anak bawah 5 tahun (balita) hingga dua per tiganya dari kondisi tahun 1990. Indikator keberhasilan target ini adalah: Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), cakupan imunisasi campak untuk anak, usia 12 bulan hingga 23 bulan (Wijaya, 2009). Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 34/1000 kelahiran hidup (termasuk di dalamnya disebabkan oleh partus prematur). Bila membandingkan dengan data SDKI tahun 2003 yaitu AKB sebesar 35/1000 kelahiran hidup (termasuk di dalamnya disebabkan oleh partus prematur), berarti telah terjadi penurunan dalam kurun 5 tahun (2003-2009) namun penurunannya sangat kecil (Wijaya, 2009). Menurut Krisnadi dkk (2009) sekitar 75 % kematian perinatal disebabkan oleh prematuritas. Persalinan prematur dapat menimbulkan dampak negatif, seperti yang dikemukakan oleh Oxorn dkk (2010) bahwa prematuritas dewasa ini merupakan faktor yang paling sering terjadi yang terkait kematian dan morbiditas

bayi, yaitu karena sindroma gawat nafas (Respiratory Distress Syndrome-RDS), perdarahan intraventricular, displasia bronkopulmoner, sepsis, enterokolitis nekrotikans, serebral palsi, gangguan intelektual, retardasi mental, gangguan sensori (kebutaan, gangguan penglihatan, tuli), kelainan perilaku, kesulitan belajar dan berbahasa, gangguan konsentrasi atau atensi dan hiperaktif. Adapun faktor risiko persalinan prematur yaitu idiopatik, sosio demografik, faktor ibu, penyakit medis dan keadaan kehamilan, infeksi, genetik, dan latrogenik (elektif) yang termasuk salah satu faktor di dalamnya yaitu karena perdarahan antepartum. Menurut Thomas Rabe (2002) yang mengutip dari Commitee of Institute of Medicine, 1985 yang menyimpulkan adanya faktor terbesar penyebab persalinan prematur adalah faktor risiko medis selama kehamilan dengan masalah-masalah plasenta (plasenta previa, solusio plasenta) yang menyebabkan perdarahan antepartum yaitu sebesar 6-8 %. Perdarahan antepartum (APB) merupakan suatu kegawatdaruratan obstetri, karena perdarahan tetap merupakan penyebab kematian ibu yang paling lazim (Hacker dkk, 2001). Pernyataan ini didukung oleh ahli kandungan, Dewata (2009) mengatakan bahwa penyebab kematian ibu di Indonesia yaitu karena pendarahan pada masa kehamilan atau persalinan. Penyebab kematian ibu di sarana pelayanan kesehatan, pada umumnya disebabkan karena 3 T yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat mendapatkan transportasi, dan terlambat penanganan di sarana pelayanan kesehatan (Dinkes Jatim, 2006). Hal ini menimbulkan keadaan kritis bagi

kesehatan ibu dan janin sehingga pasien yang mengalami perdarahan antepartum (APB) harus ditangani secara bijaksana (Hacker dkk, 2001). Pada perdarahan antepartum, beberapa ibu hamil pada plasenta previa mengalami perdarahan sedikit-sedikit, mungkin tidak segera datang untuk mendapatkan pertolongan karena ibu hamil menyangka hal tersebut sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Ketika ibu hamil mengalami perdarahan yang berlangsung banyak, ibu hamil memeriksakan keadaan tersebut dan untuk mendapatkan pertolongan. Lain halnya perdarahan antepartum dengan solusio plasenta, kejadian solusio plasenta tidak segera ditandai oleh perdarahan pervaginam, sehingga ibu hamil tidak segera memeriksakan keadaan tersebut untuk mendapatkan pertolongan. Hal tersebut terjadi karena ibu hamil terlambat mengenali tanda bahaya pada kehamilan sehingga menyebabkan 3 T yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat mendapatkan transportasi, dan terlambat penanganan di sarana pelayanan kesehatan yang selanjutnya dapat mengakibatkan kegagalan konservatif pada ibu hamil dengan perdarahan antepartum sehingga menyebabkan kejadian partus prematur. Dari data yang diperoleh dari ruang VK RSUD Ibnu Sina Gresik pada tahun 2009 terdapat 840 ibu bersalin, 116 diantaranya mengalami partus prematur, 16 diantaranya disebabkan oleh perdarahan antepartum (13,79 %). Pada bulan JanuariApril tahun 2010 dari 184 ibu bersalin, 35 diantaranya mengalami partus prematur, 9 diantaranya disebabkan oleh perdarahan antepartum (25,71 %). Berdasarkan data di atas, angka kejadian prematur cukup tinggi yang disebabkan oleh perdarahan antepartum, hal ini membutuhkan perhatian khusus,

khususnya bagi tenaga kesehatan. Diharapkan dengan meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor dalam merencanakan program ANC (Ante Natal Care) secara teratur dengan memberikan KIEM tentang kesehatan ibu dan anak akan mempunyai sasaran utama yang tepat, sehingga tenaga kesehatan dapat mengantisipasi dan mencegah kejadian perdarahan antepartum. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian guna mengetahui apakah ada hubungan antara perdarahan antepartum dengan kejadian partus prematur.

B. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas serta untuk dapat memfokuskan masalah, maka penulis membatasi masalahnya pada masalah perdarahan antepartum yang berkaitan dengan partus prematur.

C. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini Apakah ada hubungan antara perdarahan antepartum dengan kejadian partus prematur pada ibu bersalin di Ruang VK RSUD Ibnu Sina Gresik?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan antara perdarahan antepartum dengan kejadian partus prematur pada ibu bersalin di Ruang VK RSUD Ibnu Sina Gresik.

2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi kejadian partus prematur pada ibu bersalin di Ruang VK RSUD Ibnu Sina Gresik. b. Mengidentifikasi kejadian perdarahan antepartum pada ibu bersalin di Ruang VK RSUD Ibnu Sina Gresik c. Menganalisis hubungan antara perdarahan antepartum dengan kejadian partus prematur pada ibu bersalin di Ruang VK RSUD Ibnu Sina Gresik.

E. Manfaat Penelitian Diharapkan apabila tujuan tercapai, maka manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat dijadikan bahan masukan, sumber kepustakaan, dan pengetahuan untuk proses penelitian selanjutnya di program studi kebidanan pada umumnya dan dapat memberi gambaran informasi tentang penyebab partus prematur pada khususnya. 2. Bagi Institusi Pelayanan Sebagai bahan masukan dan informasi tentang perdarahan antepartum dengan kejadian partus prematur untuk untuk meningkatkan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan guna menekan angka kejadian partus prematur. 3. Bagi Peneliti Untuk mengetahui hubungan antara perdarahan antepartum dengan kejadian partus prematur, dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan, dan menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian.

You might also like