You are on page 1of 13

Tekhnik Pemeriksaan Pemberian Skor Dan Pengolahan Hasil Belajar

A. Tekhnik Pemberian Skor Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa atau mahasiswa. Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angkaangka (mengadakan kuantifikasi). Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilainilai melalui suatu proses pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu, ada yang dengan angka, seperti angka dengan rentangan 0-10, 0-100, atau 0-4, dan adapula dengan huruf A, B, C, D dan E. Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan apakah tes objektif atau tes essay. Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan setiap jawaban salah diberi skor 0 (nol) ; total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor dari semua soal. Untuk soal-soal essay dalam penskorannya digunakan cara memberi bobot (weighting) kepada setiap soal menurut tingkar kesukarannya atau banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling baik. Untuk penskoran soal-soal objektif sering digunakan rumus correction for guessing, atau disebut juga sistem denda. Rumusnya adalah : Untuk soal-soal multiple choice (pilihan ganda)

Untuk soal-soal true false ( karena n 1 1 ) Keterangan : S R W n 1 = skor yang dicari = jumlah soal yang dijawab benar = jumlah soal yang dijawab salah = jumlah option (alternatif jawaban tiap soal) = bilangan tetap

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian skor ini sangat penting untuk mendapatkan hasil pengolahan belajar siswa dan mahasiswa sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penerimaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. B. Tekhnik Pengolahan Hasil Belajar

Untuk pengolahan hasil belajar, kita harus melakukan pemisahan terhadap jenis soal-soal yang ada. Yaitu untuk soal-soal essay dn soal-soal objektif. Untuk pengolahan soal-soal essay dapat dilakukan dengan cara : 1. Nilailah jawaban-jawaban soal essay yang dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur. 2. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas, berilah skor dengan point method;gunakan pedoman jawaban sebagai petunjuk. 3. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka, nilailah dengan rating method; gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penilaian. 4. Evaluasilah semua jawaban siswa soal demi soal, dan bukan siswa demi siswa untuk menghindari halo effect. 5. Evaluasilah semua jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahui identitas atau nama murid yang mengerjakan jawaban itu. 6. Jika memungkinkan, mintalah dua atau tig orang guru lain, yang mengetahui masalah itu untuk menilai tiap jawaban. Sedangkan untuk mengolah tes objektif, dapat kita lakukan dengan cara : 1. Fill-in dan completion (tes isian dan melengkapi). Rumusnya adalah S = R. S adalah skor terakhir atau yang diharapkan, R adalah jumlah isian yang dijawab betul. 2. True-false (tes benar-salah). Rumus : 3. Multiple choice (tes pilihan gana) 4. Matching (tes menjodohkan). Rumus : S = R DAFTAR PUSTAKA atau S = R W

Purwanto, M. Ngalim., 2006. Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran, cet. Ke-12, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

....................................................................................................................................................Maaf ....................................................................................................................................................Maaf

REFERENSI (Ket. Footnote) [1] Mohon maaf Kami Tidak Dapat Menampilkan Referensinya, Silahkan Anda Masukan Link Alamat Ini Sebagai Referensinya : Contoh " Pondok Mahasiswa, JUDUL POSTING, (Online )LINK, Diakses tanggal ...............201...,.

[2] Bila anda memang memerlukan suatu bahan materi ataupun (Tesis/Skripsi/Makalah) yang sudah jadi yang mempunyai Referensi Buku yang Jelas, Maka Silahkan Hubungi no. Hotline Kami 081340102992, namun sebelumnya dengan mentranfer uang Rp. 50.000, ke No. Rekening BRI : 5133-01-000526-50-1. Materi (Tesis, Skripsi, tersebut akan di Format "Zip Archip" dan langsung dikirimkan ke email anda.

KONVERSI SKOR
Konversi nilai? Untuk apa sih? Mungkin itu yang anda pikirkan ketika seseorang bertanya kepada anda tentang konversi nilai.

Namun sebenarnya banyak diantara para guru yang melakukan konversi nilai dengan berbagai alasan. Misalnya seorang guru menilai (ujian praktik) dengan menggunakan skor-skor antara 1 - 6 dengan kriteria tertentu. Tentu saja guru tersebut tidak mungkin menulis di daftar nilai dengan angka yang ada yaitu 1, 3, 5, 3, 4, 2, 4 dst. Untuk dapat menulis ke dalam daftar nilai maka guru tersebut perlu melakukan konversi skor yang ada. Pada saat yang lain guru melakukan remedial dan ujian ulang bagi siswa yang belum mencapai KKM. Uji ulang menggunakan soal-soal yang relatif sedikit lebih mudah dari soal yang dipakai pada saat ujian yang pertama. Tentu ada kemungkinan nilai siswa

meningkat jauh melebihi rata-rata nilai ujian pertama. Nah dalam keadaan seperti ini, guru perlu melakukan konversi nilai sehingga tidak merugikan siswa yang tidak ikut remedial dan tentu tidak pula merugikan siswa yang ikut remedial (jika nilai remedial tidak ditentukan berdasarkan aturan tertentu).

Contoh

lain,

misal

nilai

awal

siswa

(nilai

praktikum)

anggaplah berkisar antara 3,3 sampai dengan 10. Kita menginginkan nilai tersebut dikonversi menjadi antara 6 sampai Untuk dengan keperluan 9. tersebut Nah saya rumus berusaha atau program program konversi bantu ini untuk anda perlukan. nilai.

membuat

mengkonversi

Secara garis besar program (yang kemudian saya beri nama "KonversOr", tadinya mau memakai kata "konverter" terdiri atas ternyata dua macam telah banyak ("konversOr 1" yang dan memakainya). "konversOr 2").

Pada konverser 1 kita tinggal menentukan nilai minimal dan nilai maksimal yang akan kita berikan. Misalnya suatu kelompok nilai dengan nilai terendah 4 dan tertinggi 8, akan kita konversi menjadi nilai terendah 6 dan tertinggi 9,3 maka langkah yang kita lakukan adalah sebagai berikut.

1. 2. 3. 4.

Isikan

nilai

terendah Kopi

yang

akan nilai

diberikan

(6) awal

dan

tertinggi

(9,3). anda.

Klik Nilai hasil

pada

cell sudah

nilai dapat

D15 anda

(baris lihat dan

paling kopi berikut

atas untuk

nilai keperluan

asal). anda. ini.

konversi

Perhatikan

ilustrasi

Pada gambar di atas terlihat bahwa peringkat tidak berubah, nilai terendah yang pada nilai awal (4) menjadi (6) pada hasil konversi demikian juga nilai paling tinggi, dari (8) pada nilai awal menjadi (9,3) pada hasil konversi. (Maaf rupanya gambar yang disiapkan belum diubah datanya, namun pada intinya begitu).

Pada konverser 2, kita boleh menentukan nilai maksimal, minimal untuk nilai awal dan hasil konversi. Maksudnya? Misalnya hasilpenskoran adalah antara 2 sampai 6 namun sebenarnya nilainya harusnya antara 0 (salah semua) dan 7 (jika benar semua). Nah pada konverser 2 kita bisa menentukan demikian. Jadi kalau dapat 0 Lihat ya akan tetap 0, hanya ilustrasi nilai selebihnya yang dikonversi. berikut.

Anda berminat?? Nah untuk yang ini anda perlu mendaftar ke email saya, sebagai keseriusan anda, bukan sekedar download saja.

PENGOLAHAN HASIL BELAJAR

-->

PENGOLAHAN HASILBELAJAR Disusun oleh: Zainal Masri STAIN Batusangkar A. Pendahuluan Evaluasi merupakan bagian terpenting dalam pendidikan, hal iini untuk dapat mengetahui berhasil tidaknya suatu pembelajaran yang berdasarkan kepada tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Dalam melakukan evaluasi ada beberapa hal yang harus dinilai, diantaranya ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Hasil tes yang dilakukan dalam mengevaluasi materi perlu adanya pengolahan yang objektif agar hasil dari evaluasi tersebu sesuai dengan tujuan evaluasi itu sendiri. Maka dalam makalah yang kami sajikan ini, pemakalah akan membahas beberapa beberapa hal mengenai pengolahan hasil belajar, diantaranya; Cara Memberi Skor Untuk Domain Psikomotor, Penilaian Acuan Patokan, Penilaian Acuan Norma. B. Pembahasan 1. Cara Memberi Skor Untuk Domain Psikomotor Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku).

Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan dengan hasil-hasil belajar yang berupa penampilan. Namun demikian biasanya pengukuran ranah ini disatukan dan dimulai dari pengukuran ranah kognitif sekaligus.[1] Jadi wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu, misalkan dalam pembahasan tentang kedisiplinanan dalam Islam[2], yaitu: a Peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama dan lain-lain b Peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur, surat kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan c Peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di sekolah, atau kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya, tentang kedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat d Peserta didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar berlaku disiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat e Peserta didik dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang ke sekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertib dan tenag dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telah ditentukan oleh sekolah, dan lain-lain f Peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalam menjaga kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain

g Peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupan masyarakat, seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan, dengan suka rela mau antri waktu membeli karcis, dan lain-lain, dan h Peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinan dalam beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi: a Gerak refleks b Gerak dasar fundamen c Keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi d Keterampilan fisik e Gerakan terampil[3]

Komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif. Lembar observasi Beri Tanda () Nama Siswa Mengerjakan Tugas (OnTask) Tidak Mengerjakan Tugas Catatan Guru (Off-Task)

Damar Ayu Dst.. Tabel Instrumen (alat) Asesmen Kinerja (unjuk kerja) Berpidato dengan numerical Rating Scale Nama : Kelas : Petunjuk: Berilah skor untuk setiap aspek kinerja yang sesuai dengan ketentuan berikut: (4) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar dan cepat (3) bila aspek tersebut dilakukan dengan benar tapi lama (2) bila aspek tersebut dilakukan selesai tetapi salah (1) bila dilakukan tapi tidak selesai ( 0 = tidak ada usaha) No Aspek yang dinilai Skor 4 3 1. Berdiri tegak menghadap penonton 2. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan pernyataan 3. Berbicara dengan kata-kata yang jelas 4. Tidak mengulang-ulang pernyataan 5. Berbicara cukup keras untuk didengar penonton 2 1

2. Pengolahan Hasil Tes PAP dan Hasil Tes PAN a Penilaian Acuan Patokan (PAP) Penyelenggaraan tes dalam hal ini lebih mengarah kepada penguasan kompetensi. Maka penilaian acuan patokan ini berusaha mengukur tingkat pencapaian tujuan oleh para siswa. Siswa yang tidak mencapai tujuan yang telah ditetapkan berarti dia gagal, artinya pengajaran yang diberikan belum berhasil. Sehingga disini terlihat apakah siswa sudah atau belum mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan kata lain, penilaian ini mengutamakan apa yang dapat dilakukan oleh siswa, kemampuan-kemampuan apa yang sudah dan belum dicapai setelah mereka menyelesaikan satu bagian kecil dari keseluruhan program. Penilaian Acuan Patokan ini tidak membandingkan satu siswa dengan siswa lainnya, tetapi membandingkan dengan standar tujuan yang harus dicapai/indikator pencapaian. Melalui pendekatan ini, maka guru dapat mengambil keputusan tindakan pengajaran. Jika hasil belajar siswa belum mencapai tujuan dengan kriteria 85% dari target yang diharapkan, berarti pengajaran itu gagal dan harus diulang kembali. Untuk itu tes yang disusun hendaknya menggambarkan keseluruhan bahan pengajaran, atau keseluruhan tujuan pengajaran. Sebagai gambaran dalam menetapkan besar kecilnya persentase untuk menetapkan nilai dari penilaian acuan ini sebagaimana dikatakan oleh Chatib Thoha dalam bukunya Teknik Evaluasi Pendidikan sebagai berikut: Taraf Penguasan 91-100% 81-90% 71-80% 61-70% Kurang 60% Kualifikasi Memuaskan Baik Cukup Kurang Gagal Nilai Huruf A B C D E Angka Kualitas 4 3 2 1 0

Tinggi rendahnya persentase yang dituntut oleh pendidik untuk dikuasai oleh peserta didik tergantung penting tidaknya bahan tersebut untuk dikuasai oleh peserta didik. Bila semangkin penting maka persentasenya semakin tinggi, sebaliknya jika bahannya kurang penting maka persentasenya makin rendah. Penting tidaknya bahan pengajaran yang dikuasai peserta didik dapat dilihat dari seberaa jauh kontribusi mata pelajaran itu untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas. Penilaian Acuan Patokan ini didasari oleh beberapa asumsi sebagaimana yang di ungkap oleh Anas Sudjiono[4] yang dapat di simpulkan antara lain:

1) Siswa tidak dapat melanjutkan pokok bahasan sebelum siswa itu mengerti dan memahami materi yang sebelumnya secara konseptual. 2) Evaluator dapat mengidentifikasi masing-masing taraf kemampuan yang di kehendaki sampai tuntas, paling tidak mendekati ketuntasan sehingga dapat disusun alat pengukur atau penilaiannya. Menurut Chatib Thoha[5], penilaian beracuan kriteria berdasarkan asumsi paedagogik maksudnya pendidikan didasarkan atas pertimbangan bahwa keragaman kemampuan peserta didik hendaknya dapat dikurangi, hal ini berarti seorang pendidik harus bisa memberikan motivasi kepada peserta didik untuk berprestasi dan membantu yang lemah. Peserta didik memiliki motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga ada perbedaan kemampuan antara sebelum dan sesudah belajar. Pendidik dalam mengembangkan proses belajar mengajar harus menyajikan materi dan metode yang sesuai dengan kemampuan peserta didik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Penilaian Acuan Patokan ini cocok diterapkan untuk melihat kompetensi paedagogik peserta didik, karena pendidik dan peserta didik memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran, betapapun hebatnya pendidik dalam mengajar kalau peserta didik mempunyai motivasi yang rendah dalam belajar tentu hasilnya kurang memuaskan, maka untuk mencapai hasil yang maksimal kedua komponen tersebut harus bekerja secara maksimal sesuai dengan perannya masing-masing. Sebaliknya penilain berdasarkan acuan patokan ini kurang tepat digunakan dalam pengolahan dan penentuan nilai hasil tes sumatif seperti ulangan umum dalam rangka mengisi rapor. Adapun diantara kelemahan dari penilaian acuan patokan ini adalah: 1) Tidak mempertimbangkan kemampuan kelompok (rata-rata kelas), jadi besar kemungkinan ada siswa yang tidak dapat dinyatakan lulus atau naik kelas 2) Apabila butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar terlalu sukar, maka dalam tes tersebut betapapun pintarnya testee akan memperoleh yang rendah, sebaliknya apabila butir-butir soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar terlalu mudah maka betapapun bodohnya testee akan berhasil memperoleh nilai yang tinggi, sehingga gambaran yang sebenarnya tentang tingkat kemampuan testee tidak dapat diketahuai. b. Penilaian Acuan Norma (PAN) Istilah lain dari penilaian acuan norma dikenal juga dengan penilaian acuan kelompok (PAK) karena penilaian ini bertujuan untuk menentukan kedudukan peserta didik dari peserta didik yang di nilai atau penilaian yang mendasarkan diri pada standar relatif, artinya menentukan hasil tes diperbandingkan dengan skor peserta didik tes yang lain, sehingga kualitas yang dimiliki oleh peserta didik tes akan sangat tergantung kepada kualiatas kelompoknya. Penilaian ini mendasarkan diri pada asumsi[6], yaitu: 1) Psikologis, artinya tidak semua peserta didik memiliki kemampuan yang sama, adanya perbedaan kemampuan intelegensi question (IQ), latar belajar pendidikan, status sosial orang tua, lingkungan sosial, jenis kelamin, dan sebagainya. Namun apabila kergaman itu ditarik dari penelitian atas sejumlah sample akan memberikan gambaran yang mebentuk normal yaitu sebagian besar akan

berada pada daerah mean, sedangkan sebagian kecil akan berada di daerah ekor kanan dan ekor kiri dalam posisi yang berimbang. 2) Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk melihat dan menentukan kedudukan seorang peserta didik dari teman atau kelompoknya, apakah ia berada pada posisi atas, tengah atau di bawah. 3) Penilaian ini digunakan apabila pendidik menghadapi kurikulum yang bersifat dinamis, artinya materi pelajaran yang dikembangkan selalu berobah sesuai dengan ketentuan zaman, sehingga pendidik agak sulit menetapkan kriteria benar atau salah. 4) Penggunaan acuan ini sangat dependen dengan jenis kelompok, tempat dan waktu. Kelompok yang homogen akan berbeda dengan kelompok yang heterogen, kelompok belajar di kota akan berbeda dengan kelompok belajar di daerah terpencil. oleh karena itu penilaian acuan norma ini adalah penilaian kemampuan rata-rata kelompok, kemudian individu diukur seberapa jauh penyimpangan terhadap rata-rata tersebut, hal ini berarti tes tersebut dapat memberikan gambaran diskriminatif antara jemampuan peserta didik yang pandai dengan yang bodoh. Dari kedua acuan tersebut diatas dapat dibedakan penilaian beracuan patokan dan penilaian beracuan norma sebagai berikut: 1) Penilaian acuan norma a) Berfungsi untuk menetapkan kedudukan relatif seorang siswa di dalam kelas b) Tujuan pemebelajaran dinyatakan secara umum atau secara khusus c) Belajar tuntas tidak begitu diutamakan d) Tes (pertanyaan) harus mencangkup tingkat kesukaran yang berpariasi dari yang mudah, sedang dan sulit. e) Hasil penilaian dapat ditransformasi dalam skala huruf A, B, C, D dan E f) Tepat dipakai untuk tes penempatan dan tes sumatif 2) Penilaian acuan patokan a) Berfungsi dalan menetapkan apakah murid telah mencapai atau telah menguasai tujuan atau kemampuan yang diharapkan b) Tujuan pembelajaran harus dinyatakan secara kusus c) Sangat diutamakan adanya belajar tuntas sehingga perlu dinyatakan standar tingkat keberasilan tujuan pembelajaran d) Penyusunan soal lebih mengutamakan pada feformance dan kemampuan yang harus di kuasai e) Tepat dipakai untuk tes formatif

f) Hasil penilaian tepat dinyatakan dalam bentuk pernyataan sangat memuaskan, memuaskan, cukup, kurang dan gagal.

C. Penutup 1. Kesimpulan Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Adapun Penilaian Acuan Patokan yang dikenal juga dengan standar mutlak berusaha menafsirkan hasil tes yang diperoleh siswa dengan membandingkannya dengan patokan yang telah ditetapkan. Sebelum hasil tes diperoleh atau bahkan sebelum kegiatan pengajaran dilakukan, patokan yang akan dipergunakan untuk menentukan kelulusan harus sudah ditetapkan. Sedangkan penilaian acuan norma yaitu penilaian yang bertujuan untuk menentukan kedudukan peserta didik dari peserta didik yang di nilai atau penilaian yang mendasarkan diri pada standar relatif, artinya menentukan hasil tes diperbandingkan dengan skor peserta didik tes yang lain, sehingga kualitas yang dimiliki oleh peserta didik tPes akan sangat tergantung kepada kualiatas kelompoknya. 2. Pesan

Dengan hadirnya makalah ini di hadapan pembaca, semoga dapat menjadi acuan dalam membahas tentang penilaian hasil belajar dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) dan Penilaian Acuan Norma (PAN), serta dapat menjadi motivasi hendaknya untuk mengkaji lebih jauh mengenai penilaian hasil belajar dengan menggunakan Penilaian Acuan Patokan tersebut. Amin

DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Sudjiono Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996

Diakses dari http// wordpress. Evaluasi. Com Thoha Chatib, Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994

A.Pengolahan Hasil Evaluasi Formatif Hasil evaluasi formatif dijadikan dasar bagi penyempurnaan dasar bagi penyempurnaan proses belajar mengajar.oleh karena itu standar yang digunakan harus standarstandar mutlak. Adapun pengolahan hasil tes formatif dapat di lakukan dengan dua cara yaitu : 1.pengolahan untuk mendapatkan angka presentasi murid yang gagal dalam setiap soal. 2.pengolahan untuk mendapatkan hasil yang di capai setiap murid dalam tes secara keseluruhan ,di tinjau dari persentase jawaban yang benar. B.Pengolahan Evaluasi Sumatif Pengolahan evaluasi sumatif dapat di tempuh dengan menggunakan standar norma relatif (PAN),karena hasil yang di capai murid lebih menggambarkan statusnya di bandingkan dengan teman lainnya dalam kelas yang sama . Dibawah ini terlihat lebih jelas ,pelaksanaan pengolahan evaluasi sumatif dengan menggunakan dua standar (PAN dan PAP) sebagi berikut: 1.Pengolahan evaluasi sumatif dengan standar mutlak,melalui dua cara: a.Pengolahan angka mentah kedalam nilai berskla 1-10. Misalnya: 75:100x10=7,5 b.Pengolahan angka mentah kedalam nilai berskla 1-100 Misalnya:70:100x100=70

2.Pengolahan Hasil Evaluasi Sumatif dengan menggunakan standar Norma Relatif (PAN) Untuk mengolah hasil tes dengan menggunakan standar norma relatif di pergunakan nilai-nilai standar,misalnya nilai berskla 1-10. C.Penentuan Nilai Rapor Pendidikan Agama Dalam menentukan nilai rapor pendidikan agama adalah sebagai berikut: 1.mencari nilai rata-rata masing-masing aspek. 2. Mencari nilai rapor gabungan. D.Menentukan Kedudukan Kecakapan Murid 1.Pengunaan Rangking Rangking adalah penyusunan nilai-nilai secara berurutan dari yang tertinggi sampai yang terendah. a. jumlah murid harus selalu dicantumkan,karena makna suatu rangking hanya dapat di pahami dalam rangka jumlah seluruh murid. b. rangking terakhir harus sama dengan jumlah murid. c. murid-murid yang dapat nilai yang sama mempunyai rangking yang sama pula (perhatian murid B,E, dan N;D dan L). 2.Penggunaan Persentase Teknik persentase digunakan untuk menentukan posisi atau kedudukan kecakapan seorang murid a. Menentukan persen (%) b. Menentukan percentile rank Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2230642-pengolahan-hasil-evaluasiformatif/#ixzz2FvyH7rJa

You might also like