You are on page 1of 38

BABI PERKEMBANG AN PESERTA DIDIK A.

Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan Dalam proses kehidupan manusia ada 3 (tiga) hal/proses yang sangat perlu dicermati yaitu mengenai konsep pertumbuhan yaitu : pertumbuhan perkembangan, dan kematangan. Tiga hal ini diklarifikasikan agar pemahaman kita terhadap proses fisik maupun perkembangan psikologis anak dapat dikembangkan dalam wawasan yang benar sehingga mendukung peningkatan profesi kita sebagai guru, yang pada akhirnya diharapkan berdampak positif pada perkembangan anak. Pertumbuhan : Istilah asing disebut growth, merupakan istilah yang lazim dipakai dalam biologi, sehingga pengertiannya menunjukkan sifat biologi.yaitu diartikan sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel. OLeh karena itu dalam psikologi ; pertumbuhan lebih tepat untuk menyebutkan perubahan -perubahan dalam aspek jasmaniah, misalnya pertumbuhan badan, pertumbuhan kaki kepala, jantung, paru-paru dan sebagainya. Pertumbuhan bila dideskripsikan mengandung beberapa indikator yaitu : Perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan struktur biologis, menyankut perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam rentangan kehidupannya. Juga menyangkut proses transmisi dari keadaan jasmaniah yang hereditas dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
1.

Perkembangan : Perkembangan (Development), merupakan rangkaian perubahan bersifat progresif secara teratur dari fungsijasmaniah, maupun fungsi rohaniah, sebagai akibat kerjasama antara kematangan (maturation) dan pelajaran (learning). Menurut Wasty Seomanto (1983), perkembangan merupakan perubahan yag bersifat kualitatif, ditekankan pada segi fungsiona. Menurut Monks F.J. (1984) perkembangan merupakan suatu proses yang kekal dan tetap menuju ke arah yang lebih tinggi berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan dan belajar. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah perubahan fungsional dan kualitatif, misalnya: perubahan pada fungsi pikir dari yang kurang berkualitas menjadi berkualitas tinggi, perubahan pada fungsi tangan yang dipergunakan untuk memegang.
2.

B. FAKTOR HEREDITAS Menurut Wasty Soemanto (1983), hereditas adalah pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik individu dari pihak orang tuanya melalui proses genetis. Sedangkan pendapat Buchor (1982), hereditas ialah proses penurunan sifat-sifat atau ciri-ciri dari satu generasi ke generasi lain dengan perantaraan plasma benih. Dari pendapat di atas mengenai hereditas terkandung prinsip-prinsip yang memperjelas pengertian tentang hereditas sebagai berikut : Prinsip reproduksi: bahwa hereditas berlangsung dengan perantaraan sel-sel benih dan tidak melalui sel-sel somatic atau sel-sel badan. Artinya ciri-ciri yang dipelajari atau diperoleh oleh orang tuanya tidak dapat diturunkan kepada anaknya. Prinsip konformitas: prinsip ini berarti setiap anak adalah duplikat dair orang tuanya, tetapi seseorang anak itu serupa (tetapi tidak persis sama) dengan golongan orang tuanya. Seorang ptard tidak akan dapat berharap panen padi, jika yang ditanamnya adalah jagung. Jadi sepasang manusia akan melahirkan anak manusia, dan tentu saja memiliki persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan. Dalam batas-batas tertentu ia memang dapat berbeda dari orang tuanya, dan batas-batas itu ditentukan oleh "gne" dan "kromosom" yang merupakan pembawaan dari potensialitas si anak yang ditentukan oleh keturunan. Dalam kenyataannya, bahwa seorang anak memmjukkan tidak ada yang persis atau

menyerupai salah satu dari kedua orang tuanya. Prinsip konformitas pada umumnya berlaku untuk ciri-ciri mengenai anatomi, susunan urat syaraf, besar badan, fungsifungsi biologis, warna kulit, dan sifat biologis lainnya. Prinsip variansi: bahwa sel-sel mengandung determinan-determinan yang banyak jumlahnya yang pada waktu penyerbukan ovum saling berkombinasi dalam cara yang berbeda untuk menghasilkan anak-anak yang saling berbeda. Prinsip regresi: bahwa setiap sifat atau ciri-ciri manusia (anak) memperlihatkan kecenderungan menuju ke keadaan rata-rata. Kecenderungan yang dimaksud adalah: orang tuanya cerdas tidak selalu akan diikuti oleh anak yang cerdas pula, atau orang tuanya yang berbadan tinggi belum tentu anaknya akan berbadan tinggi pula. Begitu pula akan terjadi yang berprestasi tinggi, tidak dapat dihubungkan dengan prestasi anaknya menjadi tinggi pula. Mekanisme Hereditas Secara biologis setiap manusia mulai ada kehidupannya pada saat pertemuan antara sel benih perempuan yaitu "ovum" dengan sel laki-laku yaitu "sperma". Melalui studi mikroskopis tentang sel, para ahli biologi berhasil mengisolasikan struktur-strutur "ceiluladr" yang menentukan hereditas. Stoiktur-struktur cellulair inilah yang disebut "kromosom" yaitu berupa benang-benang proto plasma yang terdapat berpasang-pasangan dan setiap pasang itu mempunyai unsur-unsur yang tidak dapat dilihat dengan mata yang disebut "gne". Menurut perhitungan para ahli bahwa setiap manusia mempunyai 48 buah kromosom atau 24 pasang (24 pasang dari pihak ayah dan 24 pasang dari pihak ibu). Hal ini pula yang menjadi dasar bagi sepasang manusia yang akan melangsungkan perkawinan dapat berlangsung hanya pada orang-orang yang normal. Maksudnya, agar kepada orang-orang yang mempunyai kelainan secara khusus misalnya: orang yang idiot, tidak dinikahkan dengan yang idiot, orang yang buta tidak dinikahkan dengan orang yang buta, orang yang bisu tidak dinikahkan dengan orang bisu. Hal ini sangat dikhawatirkan oleh para ahli agar tidak melahirkan orang yang idiot, orang buta, maupun orang bisu. Mengapa anak-anak berbeda-beda ? Beberapa ahli mengemukakan perbedaan yang terjadi pada setiap anak dengan kecenderungan penyebabnya adalah: Kapasitas intelek yang diwariskan melalui gane pada waktu penyerbukan Fungsi psikis anak bekerja berbeda-beda Dari warisan atau keturunan dari segi potensialitas intelektual bukan inteligensinya. Dapatjuga terjadi karena akibat faktor-faktor emosional. Dapat juga karena kesalahan pedagogis (bersifat mendidik) Dapat juga kesalahan cara guru mengajar, sehingga siswa tidak mampu menerimanya secara baik Dapat juga karena pengaruh budaya yang masuk dari luar. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan mengapa anak-anak berbeda-beda, atau mengapa manusia mempunyai penampilan/perilaku/ apasitas yang berbeda-beda? Secara umum bahwa manusia persamaan dan perbedaan dalam masa perkembangannya. Dalam pembahasan ini kita hanya membahas tentang perbedaan individu. Individu menunjukkan kedudukan seseorang sebagai orang atau perseorangan. Sifat individual adalah sifat yang berkaitan dengan orang perseorangan, berkaitan dengan "perbedaan individual" dengan perseorangan. Ciri dan sifat orang satu berbeda dengan yang lain. Lindgren (1980), perbedaan individual itu menyangkut variasi yang terjadi, baik pada variasi fisik maupun psikologis. Contoh : Seorang ibu mempunyai bayi yang banyak menangis, banyak gerak, dan banyak

minum. Ibu lain mengatakan bahwa bayinya pendiam, banyak tidur, tetapi kuat minum. Cerita kedua ibu menunjukkan bahwa kedua bayi itu memiliki ciri dan sifat yang berbeda satu sama lainnya. Pada permulaan tahun ajaran guru-guru menghadapi hal yang sama. Siswa yang berbeda di keksnya juga berbeda dalam hal fsik seperti tinggi badan, bentuk badan, warna kulit, bentuk muka, dan lain-lain. Ciri lainnya adalah tingkah laku siswa: ada yang lincah, pendiam, ada yang nada suaranya kecil, ada yang bicaranya cepat, dan sebagainya, yang semuanya itu menunjukkan sif at psikis yang berbeda. Bidang-bidang Perbedaan : (1) Umur kronologis; penetapan usia sekolah adalah 0,6 -12,0 tahun sehingga mempunyai penguasaan materi yang berbeda pula. (2) Tingkat kematangan : bahwa siswa yang berusia 0,7 tahun akan berbeda kemampuannya dengan anak usia 12,0 tahun. (3) Tingkat kecakapan mental: diukur dengan tes inteligensi akan mempengaruhi kapabiBtas anak belajar (4) Konstitusi fisik: secara fisik mempunyai bentuk yang khas, tingkat stabihtas dan temperamennya, sikap terhadap pelajaran dan minatnya akan mempengaruhi keberhasilan belajar. (5) Faktor diluar individu: pengaruh keluarga, kesempatan pendidikan sebelumnya, kurikulum yang ditwarkan, teknik mengajar yang jelek. C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN 1. Menurut John Locke (1632-1704) Faham Emperisme John Locke adalah pakar dari aliran emperisme berpendapat bahwa anak yang lahir ke dunia ini bagaikan kertas putih bersih (terkenal dengan teori Tabularasa). Lingkunganlah yang mengukir/menulis kertas putih tersebut melalui pengalamanpengalaman empirik. Oleh sebab itu, faktor yang menentukan perkembangan anak adalah lingkungan, dan lingkungan yang paling berpengaruh adalah pendidikan. 2. Menurut A. Schopenhouer (1788-1860) Faham Nativisme Schopenhour adalah tokoh aliran Nativisme berpendapat: bahwa seorang anak yang lahir ke dunia ini dilengkapi dengan pembawaan atau warisan baik dan buruk. Hasil akhir pendidikan bagi anak ditentukan oleh pembawaan sejak lahir itu. jadi, faktor yang menentukan perkembangan anak adalah faktor pembawaan yang ada dalam diri anak, tidak dapat diubah oleh faktor luar.

3. Menurut William Stern: (1871-1938) Teori Konvergensi William Stern adalah pakar dari aliran konvergensi berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik adalah faktor pembawaan dan lingkungan. Faktor pembawaan dan lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting. Baik buruknya perkembangan peserta didik sangat ditentukan oleh kedua faktor ini. D. TAHAP PERKEMBANGAN Perkembangan Kognitif seseorang menurut Piaget (sarlito, 1991:81) mengikuti tahap-tahap sebagai berikut : (1) Tahap pertama : Masa sensori motor (0,0 - 2,5 tahun ) Masa ini bayi mempergunakan System penginderaan dan aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi motori atas rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks (misalnya refleks menyebut puting susu ibu, refleks menangis dan lain-lain). Dengan kata lain perkembangan perasaan terhadap stimuli lingkungan.

(2)

(3)

(4)

(5) (6)

Refleks -refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi gerakangerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan. Tahap kedua : Masa pra-operasional (2,0 - 7,0 tahun): CM khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan symbol mewakili suatu konsep. Misalnya kata pisau plastic. Kata pisau atau tulisan pisau sebenarnya mewakili maknabenda yang sesungguhnya. Kemampuan simbolik ini memungkinkan anak melakukan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan hal-hal yang telah lewat, misalnya seorang anak yang pernah melihat dokter berpraktek, akan (dapat) bermain dokter-dokteran). Tahap keidga : Masa konkret operasional : (7,0 - 11,0 tahun ), pada tahap ini sudah dapat melakukan berbagai macam yugas yang konkret. Anak mulai mengembangkan tiga macam operasi berfikir, yaitu : a. Identifikasi : mengenal sesuatu, b. Negasi : mengingkari sesuatu, c. Reprokasi : mencari hubungan timbal balik antara beberapa hal. Tahap keempat : Masa opeasional (11,00 - 15 tahun) sudah mampu berpikir abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini seseorang bisa memperkirakan apa yang mungkinterjadi. la dapat mengambil kesimpulan dari suatu pernyataan seperti kalau mobil A lebih mahal dari pada mobil B. sedang C lebih murah dari B, maka ia dapat menyimpulkan mobil mana yang paling mahal dan yang paling^murah. Tahap perkembangan masa adolesesn (15,0 - 20,0 tahun): berkembangnya kualitas kehidupan manusia yang diwarnai oleh dorongan seksual, tertarik pada lawan jenisnya. Tahap pematangan diri (21 tahun ke atas): berkembangnya kepribadian, pemuasan dan tanggung jawab menuju hidup bermasyarakat.

E. PERTUMBUHAN PESERTA DIDIK Menurut Sutan (1992/1993), pertumbuhan adalah perubahan tingkah laku (change in behavior) dalam diri anak yang bersifat material dan komunikatif misalnya: pembesaran dan perpanjangan tulang-tulang sebagai komponen material dalam tubuh anak. Sedangkan Wasty Soemanto (1983), pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif pada material sebagai akibat pengaruh lingkungan, berupa pembesaran dan pertambahan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan berkaitan dengan pertumbuhan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologi. Pertumbuhan adalah perubahan fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsifungsi fisik dari diri anak yang sehat dan berlangsung dalam waktu tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari kondisi fisik yang aktif. Hasil dari pertumbuhan itu antara lain: bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak seperti panjang, berat dan kekuatannya. Begitu juga perubahan yang makin sempuma tentang sistem jaringan syarat dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Oleh sebab itu, pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik. a. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan (1) Faktor sebelum lahir (pra-natal): kekurangan nutrisi pada ibu dan janin, janin terkena virus, keracunan sewaktu janin dalam kandungan, terkena infeksi oleh bakteri syphilis, terkena TBC, kolera, typus, gondok, sakit gula, asma, dan lainnya. (2) Faktor saat kelahiran (natal): pendarahan pada kepala bayi akibat tekanan dinding rahim sewaktu melahirkan, kurang berfungsinya susunan syaraf tertentu karena kepala bayi ditarik dengan tang pada saat melahirkan. (3) Faktor setelah bayi dilahirkan: semua akibat apa yang terjadi pada faktor pra-natal dan faktor saat natal, dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi terganggu. Faktor psikologis: bayi yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya anak yang dititipkan pada panti asuhan, di tempat penitipan anak, anak yang sepenuhnya diasuh oleh

pembantu. Akibat dari semuanya itu, anak tidak pernah/kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya (khususnya kasih sayang seorang ibu) sehingga anak mengalami kehampaan psikis, selalu muncul dalam perasaannya tentang apa yang dialami sehingga menghambat pertumbuhannya dan fungsi fisiknya. Pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikologis, demikian juga sebaliknya faktor psikologi dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik anak. b. Hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan Bagi setiap makhluk hidup sejak kelahiran, kemudian menjalani kehldupannya terdapat dasar-dasar dan pola-pola kehidupan yang berlaku umum sesuai dengan jenisnya. Disamping itu, terdapat pula pola-pola yang berlaku khusus sehubungan dengan sifat-sifat individualnya. Latar belakang dan lingkungan kebudayaan sangat mempengaruhi pola pertumbuhan dan perkembangan bangsa sehingga timbul karakteristik dan kepribadian yang berbeda-beda maupun persamaannya. Berdasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan itulah diperoleh kecenderungan-kecenderungan umum dalam perkembangan dan pertumbuhan, yang selanjutnya disebut hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan antara lain: (1) Hukum Cephaloeoudal: Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Pada saat masih janin dalam kandungan, maka bagian kepala tumbuh terlebih dahulu dari bagian lainnya. Setelah lahir, maka otak dan semua sistem syaraf akan aktif sebagai pusat penggerak. (2) Hukum proximodistal: Bahwa pertumbuhan fisik berpusat pada jantung, hati dan alat-alat pencernaan, dari pada anggota tubuh lainnya. Bisa dibayangkan jika jantung, paru-para, hati, pencernaan tidak berfungsi sebagaimana mestinya tentu pertumbuhan tidak akan terjadi secara normal. (3) Perkembangan terjadi dari umum ke khusus Bahwa proses perkembangan dimulai dari hal-hal yang umum ke hal-hal yang khusus. Misalnya perkembangan fungsi tangan, pertama hanya bisa digerak-gerakkan, bisa dilipatkan, dan kemudian jari dipergunakan untuk memegang sesuatu. (4) Perkembangan berlangsung sesuai dengan fase-fase perkembangan: bahwa setiap peserta didik berkembang sesuai dengan fase perkembangan yang dilaluinya, sebagaimana telah dijelaskan pada fase perkembangan.

BAB II PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN REMAJA A. Pertumbuhan Fisik dan Persepsual Anak Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan sturukur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematngan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak sehat, dalam perjalanan waktu tertentu. 1. Karakterstik pertumbuhan dan Perkembangan Remaja Ada banyak isrilah yang dipergunakan untuk kata remaja seperti: puberteit, adolescentia, youth, pubertas (puber), semuanya mengarah kepada pengertian remaja. Dalam ilmu kedokteran, masa remaja merupakan tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin mencapai kematangannya. Secara anatomis alat-alat kelamin maupun keadaan tubuh berfungsi secara sempurna: (1) Pada anak laki-laki: masa remaja berlangsung kurang lebih 2 tahun dihitung sejak anak laki-laki mengalami mimpi basah (mengeluarkan air mani pada saat tidur). Tanda-tandanya: berotot, berkumis, dan tumbuh bulu-bulu pada tempat tertentu (ketiak dan pangkal kemaluan). (2) Pada anak perempuan: masa remaja berlangsung kurang lebih 2 tahun dihitung sejak anak menstruasi (haid) pertama. Tanda-tandanya: payudara dan panggul membesar, tumbuh bulu-bulu pada tempat tertentu (ketiak dan pangkal kemaluan). Perkembangan jiwa anak pada masa remaja ini masih dalam kondisi "entropy", yaitu suatu keadaan dimana kesadarannya mash belum tersusun rapi. Mungkin saja pengetahuan, perasaan dan sebagainya telah terisi sedemikian banyaknya, namun isi tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga belum bisa berfungsi secara maksimal. Isi kesadaran masih bertentangan dengan pengalamannya. Oleh sebab itu, masa remaja ini disebut pula sebagai "masa kritis" bagi orang tua maupun bagi guru. Kondisi entropy terwujud dalam beberapa hal : - Anak selalu menantang orang tua, malas (maunya tidur saja), cenderung coba-coba tanpa konsultasi - Dalam kelompok sosialnya mudah dipengaruhi misalnya: merokok, ngebut, minuman keras, obat-obat terlarang, berpesta ria, tawuran, dan mengganggu lawanjenisnya. - Secara perorangan: ia suka mengkhayal dan berfantasi 2. Penyebab perubahan : Adapun penyebab perubahan pada masa remaja ini diduga dua kelenjar yang bekerja aktif pada sistem endokrin yaitu kelenjar pituitary dan kelenjar gonad, yang terletak di dasar otak yang erat hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua hormon ini adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik yaitu hormon yang merangsang gonad (kelenjar kelamin) supaya aktif bekerja. Sebelum masa remaja (pra-remaja) kedua hormon ini telah mulai diproduksi dan dikendalikan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang dilakukan oleh kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak. Kelenjar gonad ini akan aktif oleh hormon gonadotropik dari kelenjar pituitary pada saat anak memasuki tahap remaja. Setelah tercapai kematangan alat kelamin, maka hormon gonad akan menghentikan aktivitas hormon pertumbuhan. Selama masa remaja,

seluruh tubuh mengalami perubahan baik di luar maupun di bagian dalam tubuh, baik perubahan struktur tubuh maupun fungsinya. Pada kenyataannya hampir semua bagian tubuh perubahannya mengkuti irama yang tetap, sehingga waktu terjadinya dapat diperkirakan sebelumnya. Perubahan tersebut tampak jelas sekali pada bagian pertama masa remaja. Adapun perabahan-perubahan fisik yang penting dan yang terjadi pada masa remaja, adalah: a. Perubahan ukuran tubuh Irama pertumbuhan terjadi 2 tahun sebelum anak mencapai taraf pematangan kelaminnya. Setahun sebelum pematangan ini, anak akan bertambah tinggi 10 sampai 15 cm dan bertambah berat 5 sampai 10 kg setelah terjadi pematangan kelamin ini. Selama 4 tahun pertumbuhan tinggi badan anak bertambah 25% dan berat badannya hampir mencapai dua kali lipat. Anak laki-laki tumbuh lebih cepat dari anak perempuan. Pertumbuhan anak laki-laki akan mencapai bentuk tubuh dewasa pada usia 19 tahun sampai 20 tahun, sedangkan bagi anak perempuan pada usia 18 tahun. b. Perubahan proporsi tubuh Ciri tubuh yang proporsional (sebanding, seimbang) pada masa remaja ini tidak semua untuk seluruh tubuh, ada bagian tubuh yang semakin tidak proporsional. Proporsi yang tidak seimbang ini akan berlangsung terus sampai seluruh masa puber selesai dilalui sepenuhnya, sehingga akhirnya proporsi tubuhnya mulai tampak seimbang menjadi proporsi yang dewasa. Perubahan ini terjadi baik di dalam maupun di bagian luar tubuh anak.
c.

Ciri kelamin yang utama Pada masa kanak-kanak, alat kelamin utama belum berkembang dengan sempurna. Ketika memasuki masa remaja, alat kelamin mulai berfungsi pada saat berusia 14 tahun, yaitu pada saat pertama kali anak laki-laki mengalami "mimpi basah". Sedangkan pada anak perempuan, indung telurnya mulai berfungsi pada usia 13 tahun, yaitu pada saat pertama kali mengalami menstruasi atau haid. Mulai dari lahir sampai anak perempuan bisa mengandung disebut "masa steril". Ciri kelamin yang utama Yang dimaksud dengan ciri kelamin kedua pada anak perempuan adalah membesarnya buah dada dan mencuatnya puting susu, panggul melebar lebih lebar dari bahunya, tumbuh rambut di sekitar alat kemaluan, tumbuh rambut di ketiak, suara bertambah nyaring. Sedangkan pada anak laki-laki tumbuh kumis dan jenggot, otot mulai tampak, bahu melebar lebih lebar dari panggul, nada suara agak parau, tumbuh jakun, tumbuh bulu di ketiak, bulu dada, dan bulu di sekitar kemaluan, perubahan jaringan kulit menjadi lebih kasar dan pori-pori membesar. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik a. Pengaruh keluarga: Ditinjau dari pengaruh faktor keluarga, maka keturunan dan lingkungan sangat memegang peranan penting. Faktor keturunan seperti tinggi rendahnya anak, akan tidak jauh berbeda dari tinggi rendah kedua orang tuanya. Sedangkan faktor lingkungan akan terwujud pada berat badan anak sesuai dengan tinggi rendahnya anak tersebut.

d.

3.

b. Pengaruh gizi Anak-anak yang memperoleh gizi yang cukup, tubuhnya akan lebih tinggi dan lebih cepat mencapai taraf remajanya dibandingkan dengan anak yang kurang memperoleh gizi. c. Gangguan emosional Anak yang sering mengalami gangguan emosional menyebabkan terbentuknya steoroid adrenal (kelenjar buntu yang menghasilkan hormon pada bagian ginjal) yang menghambat pembentukan hormon sehingga tidak tercapainya berat badan yang seharusnya. d. Jenis kelamin Anak laki-laki lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, yang disebabkan oleh pembentukan tulang dan otot. e. Status sosial ekonomi Anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi daerah, cenderung mempunyai bentuk badan lebih kecil dan pertumbuhannya lambat dibandingkan dengan anak berlatar belakang status sosial ekonominya tinggi. f. Kesehatan Artak-anak yang sehat dan jarang saMt akan memiliki tubuh yang lebih berat dari anak yang sakit-sakitan. g. Persepsi Anak Kita menerima berbagai rangsang dari Iuar diri Jata melalui lima indera. Proses penerimaan rangsang ini disebut "penginderaan" (sensation). B. REMAJA; PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANNYA Untuk menghindari kesimpangsiuran dan kesalah pahaman dalam penggunaan istilah. Istilah asing sering dipakai untuk menunjukkan remaja antara lain Puberteit, Adolencia dan youth. Dalam bahasa Indonesia disebut Pubertas remaja. Istilah Puberty (Inggris) atau puberteit, (Belanda) berasal dari Latin. Pubertas berarti usia kedewasaan (the ge of man hood) Adolence menunjukkan masa yang tercepat antara 12-22 tahun dan mencakup seluruh perkembangan psikis yang terjadi pada masa tersebut. 1. Remaja menurut hukum Konsep tentang "remaja", bukanlah berasal dari bidang hukum melainkan berasal dari bidang ilmu-ilmu sosial lainnya seperti antropologi, sosiologi, psikologi dan paedagogi. Kecuali itu konsep remaja juga merupakan konsep yang relatif baru, muncul kira-kira setelah era industrialisasi merata di negara Eropa, Amerika Serikat dan negaranegara lainnya. Masalah remaja baru menjadi pusat perhatian ilmu-ilmu sosial dalam 100 tahun terahir. Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut undang-undang perkawinan saja mengenal konsep "remaja" walaupun tidak terbuka. Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut undang-undang disebutkan 16 tahun untuk wanita dan 19-22 tahun untuk pria (Pasal 7 undang-undang No 1/1974 tentang perkawinan).Waktu antara 16 dan 19-22 tahun ini disejajarkan dengan pengertian remaja dalam ilmu-ilmu sosial lainnya.
2.

Remaja ditinjau dari sudut perkembangan fisik Dalam dunia kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat khusus dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempuma dan secara faal alat-alat kelamin tersebut sudah dapat berfungsi secara sempuma pula. Pada akhir perkembangan fisi ini akan menjadi seorang pria yang berotot dan berkumis yang menghasilkan beberapa ratus

juta sel mani (spermatozoa setiap kali berejakulasi (memancarkan air mani) atau seseorang wanita yang berpayudara dan berpinggul besar yang setiap bulannya mengeluarkan sel telur dari indung telur yang disebut menstruasi atau haid. Masa pematangan fisik ini berjalan kurang Iebih 2 tahun dan biasanya dhitung mulai menstruasi pertama pada anak wanita atau sejak anak wanita atau sejak anak pria mengalami mimpi basah. Khususnya berkaitan dengan kematangan seksual merangsang remaja untuk memperoleh kepuasan seksual. Ha ini dapat mertimbulkan gejala onani atau masturbasi. Kartini Kartono (1990 : 217) memandang gejala onani atau masturbasi ini sebagai tindakan remaja yang ngatif, karena gejala ini merupakan usaha untuk mendapat kepuasan seksual yang semu (penodaan diri). Hal ini terjadi karena remaja telah menyadari bahwa tindakan sosial dan hukum itu dilarang. Oleh karena itu, pencegahan tindakan onani perlu dilakukan secara paedogogis. Masa-masa tahun ini dinamakan masa pubertas. Pada usia beberapa persis masa puber ini dimulai sulit ditetapkan, oleh karena cepat lambatnya menstruasi pada anak perempuan atau mimpi basah pada anak laki-laki sangat tergantung pada kondisi tubuh masing-masing individu. Jadi sangat bervariasi, ada wanita yang sudah menstruasi pada umur 9 atau 10 tahun dan ada juga yang baru menstruasi baru berumur 17 tahun. Jika menentukan titik aawal dari masa remaja sudah cukup sulit, menentukan titik akhirnya lebih sulit lagi, karena remaja dalam arti luas jauh lebih besar jangkauannya dari masa puber itu sendiri. Remaja yang berarti tumbuh kearah kematangan baik secara fisik maupun kematangan sosial psikologis. 3. Batasan Remaja menurut WHO Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana : a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia menunjukkan tanda-tanda. b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri. 4. Remaja ditinjau dari faktor Sosial Psikologis Salah satu ciri remaja disamping tanda-tanda seksualnya adalah : Perkembangan psikologis dan pada identyifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses perubahan dari kondisi "entropy" ke kondisi " Negen-tropy". Entropy adalah : Keadaan dimana kesadaran manusia masih belum tersusun rapi. Walaupun isinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan dan sebagainya) namun isi-isi tersebut belum saling terkait dengan baik sehingga belum bisa berfungsi secara maksimal. Isi kesadaran masih saling bertentangan, saling tidak berhubungan sehingga mengurangi kerjanya dan menimbulkan pengahaman yang kurang menyenangkan buat orang bersangkutan. Kondisi Negen-tropy adalah : Dimana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan perasaan atau sikap. Orang dalam keadaan negentropy ini merasa dirinya sebagai kesatuan yang utuh dan bisa bertindak dengan tujuan yang jelas, ia tidak perlu dibimbing lagi untuk bisa mempunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi.

5. Defenisi Remaja untuk masyarakat Indonesia Menurut Sarlito (1991) tidak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan berlaku secara Nasional. Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai suku, adat dan tingkatan sosial ekonomi maupun pendidikan. Di Indonesia kita menjumpai masyarakat golongan atas yang sangat terdidik dan menyerupai masyarakat di negara barat dan kita menjumpai masyarakat semacam masyarakat di Samoa. Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan btas usia 11 24 tahun dan belum menikah. Pertimbangan adalah sebagai berikut : 1. Usia 22 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria fsik) 2. Dibanyak masyarakat Indonsia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial) 3. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempumaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity) tercapainya fase gnital dari perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral (Khohlberg) 4. Batas usia 24 tahun merupakan btas maksimal yaitu memberi peluang bagi mereka yang sampai btas usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang Iain, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Seorang yang sudah menikah pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun dalam kehidupan masyarakat dan keluarga. Rentangan usia dalam masa remaja tampak ada berbagai pendapat, walaupun tidak terjadi pertentangan. Bigot, Kohnstam dan Pallland mengemukakan bahwa masa pubertas berada pada usia 15 -18 tahun. Hurlocck (1964) remaja antara 13-21. WHO menetapkan remaja umur 19 - 20 tahun (10 -14,15-20 tahun). Perserikatan bangsa-bangsa menetapkan remaja usia 15 - 21 tafhun. C. Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakekatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli. Contoh kebutuhan primer itu antara lain : makan, minum, bernafas dan kehangatan tubuh. Pada tingkat remaja dan dewasa kebutuhan primer ini dapat bertambah yaitu kebutuhan seksuaL Sedangkan kebutuhan sekunder umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif yang dipelajari, seperti misalnya kebutuhan untuk mengejar pengetahuan, kebutuhan akan hiburan, kebutuhan mengikuti pola hidup bermasyarakat, kebutuhan akan hiburan, alat transportasi dan semacamnya. Klasifikasi kebutuhan menjadi kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder sering digunakan, namun pengklasifikasian semacam itu sering membingungkan. Oleh karena itu Cole dan Bruce (1959) (Oxendine, 1984 : 227) membedakan kebutuhan menjadi dua kelompok yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis. Pengelompokan ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Murray (1938) (Oxendine, 1984 : 227) yang dianjurkan dengan istilah yang berbeda, yaitu kebutuhan Viscerogenic dan kebutuhan psycogenic. Beberapa contoh kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah makan minum, istirahat, seksual, perlindungan diri. Sedangkan kelompok kebutuhan psikologis, seperti yang dikemukakan Maslow (1984) mencakup : 1). Kebutuhan untuk memiki sesuatu, 2) Kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, 3) kebutuhan akan keyakinan diri dan 4 ) kebutuhan aktualisasi diri.

Remaja sebagai individu atau manusia pada umumnya juga mempunyai kebutuhan dasar tersebut. Secara Iengkap kebutuhan dasar secara individu dapat digambarkan : Deskripsi 1. 2. Kebutuhan jasmaniah, Kebutuhan keamanan Kebutuhan akan pengakuan 3. 4. Kebutuhan Harga DM Kebutuhan akan aktualisasi diri Karakteristik Kebutuhan yang terkait dengan pertahanan diri, khususnya pemeliharaan dan pertahanan diri, bersifat individual Kebutuhan yang terkait langsung dengan pengembangan diri yang relatif kompleks, abstrak dan bersifat sosial

Keempat macam kebutuhan tersebut bersifat l^hirarki, dari kebutuhan yang bertingkat rendah yaitu : kebutuhan jasmaniah, sampai dengan kebutuhan yang bertingkat tinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri Hirarki kebutuhan diatas sejalan dengan teori kebutuhan yang dikemukakan Dr. Abraham Maslow yaitu :

Kebutuhan sebelumnya adalah kebutuhan untuk memiliki, baik pemilikan itu berkaitan dengan lingkungan manusia maupun yang berkaitan dengan kebendaan. Dalam tingkat perkembanagan tertentu, seorang individu berupaya untuk memiliki benda-benda yang disenangi. Dengan munculnya kebutuhan tersebut berarti dalam dirinya telah terjadi kontak dengan dunia luar dirinya, dengan "yang lain atau n'Aff. Sebagaimana dikatakan didepan kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kepentingan jasmaniah atau organisme, baik yang berkaitan dengan usaha mengembangkan diri, memperoleh keamanan, maupun mempertahankan diri. Kebutuhan Remaja, masalah dan konsekuensinya Masa remaja merupkan masa peralihan dari kanak-kanak menuju masa dewasa. Hall (Dalam Liekerd, dkk 1974 : 478) memandang bahwa masa remaja ini sebagai masa "Strom and stress". la menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan, agar ia dapat mengaktualisasikan diri secara baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya. Beberapa jenis kebutuhan remaja dapat diklasifikasikan menjadi kelompok kebutuhan yaitu : e. Kebutuhan organik seperti makan, minum, bernafas, seks. f. Kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain dikenal dengan n'aff. g. Kebutuhan berprestasi atau need achievment yang dikenal dengan n'Ach, yang berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekahgus menunjukkan kemampuan psiko- fisis.

Kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis pertumbuhan fisik dan perkembangan sosio-psikologis dimasa remaja. Pada dasarnya merupakan kelanjutan, yang dapat diartikan penyempurnaan, proses pertumbuhan dan perkembangan sebelumnya. Seperti hal nya pertumbuhan fisik yang ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder merupakan awal masa remaja sebagai indikator menuju ketingkat kematangan fungsi seksual seseorang. Sekalipun diakui bahwa kebutuhan dalam pertumbuhan dan perkembangan remaja masih mencakup kebutuhan fisik dan kebutuhan psikologis lebih menonjol. Bahwa antara kebutuhan keduanya (fisik dan psikologis) saling terkait. Oleh karena itu pembagian yang memisahkan kebutuhan atas dasar kebutuhan fisik dan psikologis pada dasarnya sulit dilakukan secara tegas. Sebagai contoh "makan" adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan fisik, akan tetapi pada jenjang masa remaja "makan bersama dengan orang tertentu orang lain", makan dengan mengikuti aturan atau norma yang berlaku didalam budaya kehidupan masyarakat merupakan kebutuhan yang tidak hanya dikelompokkan sebagai kebutuhan flsik semata. Kebutuhan tersebut dapat dikelompokkan kedalam kebutuhan sosial emosional. Disamping itu remnaja membutuhkan pengakuan akan kemampuannya yang menurut maslow kebutuhan ini disebut kebutuhan penghargaan . Remaja membutuhkan penghargaan dan pengakuan bahwa ia atau mereka telah mampu berdiri sendiri, mampu melaksanakan rugas-tugas seperti yang dilakukan oleh orang dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dikerjakannya. Faktor non fisik yang secara integratif tergabung didalam faktor-faktor sosial atau psikologi dijiwai oleh tiga potensi dasar yang dimilkiki manusia yaitu pikir, rasa dan kehendak keriganya secara potensial mendorong munculnya berbagai kebutuhan. Remaja telah memahami berbagai aturan di dalam kehidupan masyarakat dan tentu saja ia atau mereka berupaya untuk mengikuti aturan-aturan itu. Dalam kehidupan dunia modem manusia tidak saja hanya berpikir tentang kebutuhan pokok mereka telah lebih maju pemikirannya telah bercakrawala luas. Oleh karena itu kebutuhan pokoknya juga sudah berkembang. Pendidikan dan hiburan misalnya didalam masyarakat modem telah menjadi kebutuhan hidup yang mendesak bahkan telah masuk dalam daftar kebutuhan pokok. Kini anda dapat mengamati kingkungannnya, bahwa perilaku kehidupan manusia telah begitu kompleks. Perubahan ini tentu saja ada faktor yang mendorong dan mempengaruhinya. Dalam menghadapi masalah dan perkembangan sosial psikologis, menjadi manusia berprestasi telah merupakan kebutuhan sosial yang membimbingnya untuk berhasil dan lebih lanjut untuk menjadi orang berprestasi yang berhasil. Beberapa masalah yang dighadapi remaja yang sehubungan dengan kebutuhan/ kebutuhannya dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Upaya untuk dapat mengubah sikap dan perilaku kekanakkanankan menjadi sikap dan perilaku dewasa tidak semuanya dapat dengan mudah untuk dicapai bak oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini remaja mengahadapi tugas-tugas dalam perubahan sikap dan perilaku yang besar, sedang dilain pihak harapan di tumpukan pada remaja muda untuk dapat meletakkan dasardasar bagi pembentukan sikap-sikap dan pola perilaku-perilaku. Kegagalan dalam mengatasi ketidak kuasaan ini dapat mengakibatkan menurunnya harga diri, dan akibat Iebih Ianjut dapat menjadikan remaja bersikap keras dan agresif atau sebaliknya. Bersikap tidak percaya diri, pendiam atau harga diri kurang. 2. Seringkali remaja mengalami kesulitan untuk menerima perubahanperubahan fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya. Hal ini disebabkan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi. Ketidak serasian proporsi tubuh ini sering menimbulkan kejengkelan, karena karena ia (mereka) sulit untuk
h.

mendapatkan pakaian yang pantas juga hal itu trampak pada gerakan atau perilaku yang kelihatannya ragu dan tidak pantas. 3. Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perilaku yang menentang norma. Pandangannya terhadap sebaya lain jenis kelamin dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan bagi remaja laki-laki dapat berperilaku yang "menentang norma" dan bagi remaja perempuan akan berperilaku "mengurung diri" atau menjauhi pergaulan dengan sebaya lain jenisnya. Apabila kematangan seksual itu tidak mendapatkan arahan atau penyaluran yang tepat dapat berakibat negatip. Konsekuensi yang diderita sering berbentuk pelarian yang bertentangan dengan norma susila dan sosial, seperti homoseksual, lari kekehidupan"hitam" atau melacur dan semacamnya. Bagi remaja pria secara berkelompok kadang-kadang mencoba pergi bersama-sama kelokasi "berlampu merah" atau lokasi WTS. Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan kemandirian, dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi problema kehidupan, kebanyakan akan menghadapi berbagai masalah, terutama masalah penyesuaian emosional, seperti perilaku yang over akting atau lancang, dan semacamnya . Kehidupan bermasyarakat banyak menuntut remaja imtuk banyak menyesuaikan diri , namun yang terjadi tidak semuanya selaras. Dalam hal terjadi ketidak selarasan antar pola kehidupan masyarakat dan perilaku yang menurut remaja baik, ha ini dapat berakibat kejengkelan remaja selalu disalahkan dan akibat mereka prustasi dengan tingkah lakunya sendiri. 5. Harapan-harapan untuk dapat berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial ekonomis, akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu yang sangat sulit dihadapi oleh remaja. Mereka bukan saja harus menghadapi satu arah kehidupan, yaitu keragaman norma dalam kehidupan bersama dalam masyarakat, tetapi juga norma baru dalam kehidupan sebaya remaja dan kuatnya pengaruh kelompok sebaya 6. Berbagai norma dan nilai yang berlaku didalam hidup bermasyarakat merupakan masalah sendiri bagi remaja sedang dipihak remaja merasa memiliki nilai dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai dalam ha ini para remaja menghadapi perbedaan nilai dan norma kehidupan. Menghadapi perbedaan norma ini merupakan kesulitan sendiri bagi kehidupan remaja sering kali perbedaan norma yang berlaku dan norma yang dianutnya memmbulkan perilaku yang menyebabkan dirinya dikatakan "nakal". D. Usaha-usaha pemenuhan kebutuhan remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok. Kebutuhan ini harus dipenuhi karena hal ini merupakan kebutuhan untuk mempertahankan kehidupannya agar tetap tegar (survival). Tidak berbeda dengan pemenuhan kebutuhan serupa di masa perkembangan sebelumnya, kebutuhan ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan fisik ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan pribadi dan perkembangan psiko-sosial seorang individu. Menghadapi kebutuhan ini latihan kebersihan, hidup teratur dan sehat sangat perlu ditanamkan oleh orang tua sekolah dan Iingkungan masyarakat kepada anak-anak dan para remaja. Realisasi hal ini disekolah adalah pendidikan kesehatan, pendidikan jasmani dan pentingnya usaha kesehatan sekolah (UKS). Khusus kebutuhan seksual, yang ini juga merupakan kebutuhan fisik remaja, usaha pemenuhannya harus mendapatkan perhatian khusus dari orang tua, terutama ibu. Sekalipun kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik, namun hal ini menyangkut faktor lain untuk diperhatikan dalam pemenuhannya. Orang tua harus cukup

tanggap dan waspada serta secara dini menjelaskan dan memberikan pengertian arti dan fungsi kehidupan seksual bagi remaja (terutama wanita) dan arti seksual dalam kehidupan secara luas. Pemenuhan kebutuhan dan dorongan seksual pada remaja, dimana pada saat itu mereka telah menyadari akan adanya norma agama, sosial dan hukum maka banyak dilakukan secara diam-diam aktivitas onani atau masturbasi. Pendidikan seksual di sekolah dan terutama didalam keluarga harus mendapatkan perhatian. Program bimbingan keluarga bimbingan perkawinan dapat dilakukan secara periodik oleh setiap organisasi ibu-ibu dan organisasi wanita pada umumnya . Sekolah sekali-kali perlu mendatangkan ahli atau dokter untuk memberikan ceramah-ceramah tentang masalah-masalah remaja khususnya masalah seksual.

BAB III PROSES BELAJAR DAN IMPLIKASINYA PENGERTIAN BELAJAR Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan Iingkungannya, dan dengan adanya proses belajar inilah manusia dapat mempertahankan hidupnya (survival). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu yang terjadi dalam jangka waktu tertentu. Perubahan yang terjadi itu harus secara relatif bersifat permanen (menetap) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immdiate behavior), tetapi juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa perubahan-perubahan tersebut terjadi karena pengalaman. Berikut ini akan diketengahkan pengertian belajar dari beberapa pakar aliran psikologi : 1. Belajar menurut B. F. Skinner (dalam Margaret 1991) Dari aliran Behaviorisme: belajar adalah suatu perilaku. Pada saat belajar responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila tidak belajar maka responnya menurun. 2. Belajar menurut Robert Gagne (1985) - Aliran Kognitif: belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabiitas sehingga setelah belajar seseorang memperoleh keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. 3. Belajar menurut Jean Piaget (dalam Margaret 1991) - aliran kognitif: belajar adalah membentuk pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan sehingga intelek berkembang. 4. Belajar menurut Rogers (dalam Margaret 1991) - Aliran huministik; belajar adalah mempelajari hal-hal yang bermakna dengan keterlibatan siswa itu sendiri secara penuh dan sungguh-sungguh. 5. Belajar menurut Wolfgang Kohler (dalam Margaret 1991) - Aliran Gestalt: belajar adalah perubahan dalam proses persepsi merupakan landasan bagi belajar. 6. Belajar menurut Ivan Pavlov (dalam Margaret 1991) Aliran Behavioristik: bahwa hasil belajar itu merupakan suatu respons yang dikondisikan. 7. Belajar menurut Albert Bandura (dalam Margaret 1991) - Aliran Sosial: belajar terjadi karena adanya hubungan segitiga antara Iingkungan, faktor pribadi, dan tingkah Iaku. Jadi, pengertian tentang belajar adalah: perubahan tingkah Iaku manusia berupa keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, melalui respon dan lingkungannya. PRINSIP-PRINSIP BELAJAR Salah satu tugas guru adalah mengajar dan dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip belajar tertentu agar bertindak secara tepat. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar, guru memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Dari berbagai prinsip belajar yang dikemukakan berikut ini merupakan upaya untuk meningkatkan pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan: perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. B. A.

a. Perhatian dan Motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar karena pengolahan informasi tidak akan terungkap tanpa perhatian. Perhatian terhadap pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada, maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya. Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Moiivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya inteiigensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilainilai dan keterampilan. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan mint. Siswa yang memiliki mint terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan mint. Siswa yang memiliki mint terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan mint siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Sikap siswa, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Siswa yang menyukai matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karena guru berkewajiban menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata-mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori belajar B. F Skinner dengan operant conditioning-nya. Motivasi dapat bersifat internai, artinya datang dari dalam diri sendiri, dan dapat pula bersifat eksternal, artinya datang dari Iuar atau dari orang lain seperti: guru, orang tua, teman dan sebagainya. Motivasi dibedakan atas motif intrinsik dan motif ektrinsik Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. contohnya: seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pel ajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan ekstrinsik, adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Contohnya: siswa belajar dengan sungguhsungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah. Naik kelas atau mendapat ijazah adalah "penyerta" dari keberhasilan belajar. Motif intrinsik dapat bersifat internat datang dari dalam diri sendiri; dan dapat juga bersifat eksternal; datang dari luar. Motif entrinsik dapat juga bersifat internai maupun eksternal. Motif ektrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut "transformasi motif'. Contohnya: seorang siswa belajar di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LFTK), karena menuruti keinginan orang tuanya supaya jadi guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik (karena ia hanya ingin menyenangkan hati orang tuanya), tetapi setelah belajar beberapa lama di LFTK, ia menyenangi mata-mata pelajaran yang dipelajarinya

dan senang menjadi guru. Jadi, motif pada siswa itu yang semula ekstrinsik menjadi intrinsik. a. Keaktifan Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai aspirasinya sendiri. Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin apabila anak akrif mengalami sendiri. John Dewey (dalam Davies, 987) mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakannya untuk dirinya sendiri, maka inisiatif haras datang dari diri siswa, guru sekedar menjadi pembimbing dan pengarah. Menurut teori Kognitif, belajar mennnjukkan jiwa yang sangat aktif, jiwa yang mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari sendiri, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar, anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisi, menafsirkan dan menarik kesimpulan. b. Keterlibatan langsung/pengalaman Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh John Dewey dengan "Learning by Doing" bahwa belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik secara individu maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving), guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator (guru hanya menyediakan fasilitas). Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik saja, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dalam kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Contohnya: seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlibat langsung dalam cara pembuatan (direct performance), bukan sekedar melihat orang bagaimana membuat tempe (demonstrating), apalagi sekedar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling).

Pengulangan Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan, barangkali yang paling tua adalah dikemukakan oleh "Teori Dmu Jawa Daya". Menurut teori ini, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas: daya pengamatan, tanggapan, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir. Dengan mengadakan pengulangan, maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna. Demikian pula "teori psikologi asosiasi" menekankan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons yang besar. Teori lain adalah "teori conditioning classic" dimana belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons, maka pada psikologi conditioning, respons timbul bukan saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, contohnya: siswa berbaris sebelum masuk ke kelas karena mendengar lonceng berbunyi, kendaraan harus berhenti karena lampu merah. Menurut teori ini, perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk

c.

mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi kebiasaan. Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama, pengulangan itu untuk melatih daya-daya jiwa, sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan. Tantangan Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, sehingga timbul motif untuk mengatasi hambatan itu dapat diatas, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi, akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi tersebut. bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa menyalin dan menghafalnya, merupakan ha yang kurang baik. e. Balikan dan Penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan, terutama ditekankan oleh "teori belajar Oprant Conditioning" dari B. F. Skinner. Kalau pada teori Conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada Oprant Conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori ini adalah "Iaw of effec-nya Thorndike". Siswa akan belajar Iebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh bagi usaha belajar selanjutnya. Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik akan mendorong anak untuk belajar lebih giat. Nilai yang baik itu merupakan "Oprant Conditioning" atau penguatan positif. Sebaliknya siswa yang mendapat nilai jelek, akan merasa takut naik kelas, sehingga giat, dan hal ini disebut "penguatan ngatif'. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode di atas akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat. f. Perbedaan Individual Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang yang persis sama, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada: karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individual perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Dalam sistem klasikal, perbedaan individual ini kurang mendapat perhatian, pembelajaran lebih ditekahkan pada kemampuan rata-rata. Agar perbedaan individual ini terlayani sebagaimana mestinya, seorang guru dapat menggunakan strategi atau metode belajar mengajar yang bervariasi, penggunaan mdia pembelajaran, tugas-tugas disesuaikan dengan mint dan kemampuan siswa, bagi siswa yang relatif pandai diberi pelajaran tambahan bersifat pengayaan, sedangkan bagi siswa yang kemampuannya cenderung lemah diberikan brmbingan belajar. d.

PROSES PSIKOLOGI BELAJAR SISWA Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif sehingga tingkah Iakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil belajar. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan, itulah sebabnya belajar disebut "suatu proses". Secara khusus untuk pendidikan dasar (dalam hal ini sekolah dasar yang usianya sekitar 6,0 - 12,0 tahun) harus mendapat perhatian serius para pendidik dikaitkan dengan masa pra remaja. Baik dari segi pertumbuhan maupun perkembangan siswa usia SD ini merupakan titik tolak penanaman cara belajar yang tepat dan membantu mereka dengan strategi yang "memudahkan mereka belajar". Ada beberapa hal yang berkaitan dengan proses psikologi belajar siswa khususnya usia sekolah dasar antara lain : 1. Faktor-faktor stimuli belajar Yang dimaksud dengan stimuli belajar disini adalah: segala hal di luar individu yang merangsang mereka untuk melakukan perbuatan belajar, mencakup hal-hal seperti berikut : a. Panjangnya bahan pelajaran: oleh panjangnya bahan pelajaran dan panjangnya waktu belajar dapat menimbulkan "interferensi = gangguan kesan ingatan) yang menyebabkan kelelahan dan kejemuan siswa. b. Kesulitan bahan pelajaran: tingkat kesulitan bahan pelajaran akan mempengaruhi kecepatan belajar, oleh sebab itu tingkatan kesuhtan bahan pelajaran haras pula sesuai dengan kemampuan siswa. c. Mengenal bahan pelajaran: artinya bahan pelajaran dapat dikenal, bahan yang memungkinkan individu belajar karena individu mengenalnya. Bahan pelajaran yang tidak dikenal oleh siswa akan sangat "tidak berarti" bagi siswa (verbal) sehingga tidak ada pengertian individu terhadap bahan tersebut. d. Berat ringannya tugas : hal ini ada kecenderungan dengan usia siswa, namun demikian tugas yang ringan mengurangi tantangan belajar, sebaliknya tugas yang berat membuat siswa menjadi jera. e. Suasana lingkungan eksternal: pengertian lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara lain: cuaca (suhu, mendung, hujan, lembab); waktu (pagi, siang, sore, malam); kondisi tempat (kebersihan, letak sekolah, pengaturan kelas, ketenangan, kegaduhan); penerangan (berlampu, bersinar matahari, gelap, remang-remang). Faktor-faktor ini mempengaruhi sikap dan reaksi individu dalam akrivitas belajarnya, sebab individu yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya. 2. Faktor-faktor Metode Belajar a. Kegiatan berlatih/praktek Berlatih yang dilakukan secara marathon dapat melelahkan dan membosankan, sehingga latihan yang terdistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar. b. Resitasi selama belajar Untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan jalan menghafal bahan bacaan. Apabila bahan tersebut telah hafal, akan dilanjutkan pada bahan berikutnya. c. Pengenalan hasil belajar Siswa perlu mengetahui kemajuan belajarnya, agar ia dapat meningkatkan upaya belajarnya.

C.

d.

Penggunaan media pembelajaran yang Iengkap: Baik alat pembantu pembelajaran elektronik maupun non elektronik. e. Bimbingan belajar : Kegiatan yang dilakukan di luar jam sekolah f. Pemberian insentif Hal-hal berupa pujian maupun hadiah-hadiah.

a.

3. Faktor-faktor Individual Kematangan Perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan kualitatif terhadap struktur tersebut. kematangan memberikan kondisi dimana fungsi-fungsi fisiologis termasuk sistem syaraf dan fungsi otak menjadi berkembang dan menumbuhkan kapasitas mental dan hal ini mempengaruhi belajar. b. Usia Kronologis Semakin tua usia siswa semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Anak yang lebih tua lebih kuat, lebih sabar, lebih sanggup melaksanakan tugas-tugasnya, lebih mampu mengarahkan energi dan perhatiannya. c. Perbedaan jenis klamin Adanya perbedaan pada pola tingkah laku dan peranan serta perhatian terhadap suatu pekerjaan. d. Pengalaman siswa sebelumnya Pengalaman yang diperoleh anak sebelumnya mempengaruhi belajar terutama pada transfer belajarnya, terbukti pada anak yang berasal dari kelas sosial ekonomi menengah dan tinggi, mempunyai pengertian verbal yang lebih baik. e. Kondisi kesehatan jasmani dan rohani Kecacadap jasmani maupun rohani akan mengganggu perbuatan belajar seseorang.

D. TEORI-TEORI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA Ada beberapa teori belajar yang saat ini dipergunakan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran antara lain : 1. Teori koneksionisme oleh Edward Thorndike Behaviorisme Landasan teori Thorndike mula-mula dilakukan dalam eksperimen-eksperimen pada hewan, dengan maksud untuk mengetahui apakah hewan dapat memecahkan masalah dengan jalan berpikir ataukah melalui proses yang lebih mendasar sifatnya (seperti dilatih dalam jangka waktu yang lama). Dari beberapa eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike pada beberapa hewan kurungan, dimana hewan kurungan tersebut mempunyai kelakuan yang bermacam macam seperti: menggaruk-nggaruk sangkarnya, menggigit maupun mencakar sangkarnya, sebagai upaya agar bisa lepas dari sangkar menuju ke tempat penyimpanan makanan di sangkar sebelahnya. Dalam satu penelitian Thorndike, dimana seekor kera dimasukkan ke dalam sebuah kurungan, di sebelahnya terdapat sebuah kotak berisi pisang, dan dikunci memakai palang pembatas. Pada hari pertama: kera memerlukan 36 menit untuk dapat membuka palang kunci agar dapat memperoleh pisang di dalam kotak. Pada hari kedua: kera tersebut hanya memerlukan 2 menit 30 detik saja, kera telah berhasil membuka palang kurungan untuk memperoleh pisang di dalam kotak. Dari hasil penelitian Thorndike, dapat disimpulkan bahwa respons lepas dari kurungan, diasosiasikan sebagai stimulus dalam belajar coba-coba atau "trial and error". Ditinjau hubungannya dengan dunia pendidikan, maka hasil penelitian Thorndike memberi sumbangan melalui hukum latihannya dan law effectnya, dimana Iatihan yang dilakukan secara berulang-ulang memberi peluang timbulnya respons yang berarti.

Dasar penelitian Thorndike, kemudian diteruskan oleh B. F. Skinner yang terkenal dengan "Teori Oprant Conditioning". Kalau pada penelitian Thorndike yang diberi kondisi adalah stimulusnya (melalui Iatihan), sedangkan pada Oprant Conditioning yang diperkuat adalah respons-nya. Siswa yang belajar sungguh-sungguh dan mendapat nilai yang baik Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang lebih baik itu merupakan Oprant Conditioning. 2. Teori Kondisioning Klasik - Ivan Petrovich Pavlov Penelitian ini menggunakan seekor anjing yang diikat menghadap cermin dan salah satu bagian pipinya dilobangi Ialu ditanamkan pipa dan sebuah mangkok untuk mengukur keluarnya air liur (saliva) sang anjing. Sebelum eksperimen dimulai, Pavlov menaruh daging di mulut anjing, ternyata air liur anjing itu keluar. Menurut Pavlov air liur (saliva) anjing yang keluar itu adalah suatu respons "yang tidak dipelajari" yang diberinya istilah "Unconditioned Response = UR", sedangkan daging yang diberikan disebutnya dengan istilah "Unconditioned Stimulus = US". Berikutnya setiap kali anjing diberi daging (makan), bel dibunyikan. Bunyi bel ini disebut "Conditioning Stimulus = CS". Setiap kali memberi makan dan membunyikan bel disebut "satu trial". Jadi, satu trial adalah terdiri dari datangnya CS disertai US yang diikuti UR. Setelah dilakukan kurang lebih 12 trial, maka terjadi sesuatu hal yang menarik. Pada saat bel dibunyikan (CS), makanan (daging) tidak diberikan, namun yang menarik anjing tersebut mengeluarkan aii liurnya (Saliva). Air liur (saliva) yang keluar tersebut disebut "Conditioned Responses". Keluarnya air liur tersebut disebabkan oleh bel yang berbunyi, sebab biasanya apabila bel berbunyi, maka makanan ada di tempatnya. Conditioned Response adalah hasil belajar, sedangkan pemberian makanan disebut sebagai penguatan, sedangkan makanan disebut penguat. Teori ini memberikan petunjuk praktis dalam merancang kegiatan belajar mengajar, menghindari perasaan-perasaan negatif, tindakan guru yang menimbulkan rasa takut pada siswa. 3. Teori Gestalt - Wolfgang Kohler Konsep yang dikembangkan oleh teori ini terhadap belajar adalah "insight = pemahaman", yaitu pengamatan/pemahaman terhadap hubungan-hubungan antar bagianbagian dalam suatu permasalahan. Wolfgang Kohlar telah mengadakan eksperimen pada seekor simpanse yang dimasukkan ke dalam sebuah kandang. Di atas kandang tergantung beberapa sisir pisang, dan terletak pula beberapa buah kota kayu secara sembarangan. Mula-mula simpanse itu berupaya dengan bermacam-macam perilaku untuk mendapatkan pisang itu, tetapi selalu gagal. Beberapa lama, rupanya simpanse itu tiba-tiba mengerti hubungan antara kotakkotak kayu dengan pisang yang tergantung. Simpanse dapat menyusun kotak-kotak kayu tersebut sehingga ia dengan mudah dapat mengambil pisang. Hubungan eksperimen ini dengan belajar adalah adanya 'pemahaman" atau "insight" yang terjadi sangat tergantung kepada kompleksitasnya situasi permasalahannya. Apabila permasalahan itu mirip dengan situasi terdahulu, maka insight akan lebih cepat terjadi. Dengan adanya insight, belajar dapat diulang-ulang. Selain itu, dengan adanya insight, dapat diterapkan pada situasi yang lain.

BAB IV PERKEMBANGAN KECERDASAN PESERTA DIDIK A. PENGERTIAN INTELEK PESERTA DIDIK Pengertian mengenai intelek adalah kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti. Membicarakan mengenai intelek, tidak bisa terlepas dari inteligensi sehubungan dengan kemampuan berpikir. Inteligensi merupakan kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan dan mengamalkan pengetahuan tersebut dalam hubungannya dengan lingkungannya. Inteligensi meliputi pengalamanpengalaman, pengertian, tingkah laku dan pola-pola baru yang dipergunakan secara efektif. William Stern mengemukakan bahwa inteligensi merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penguasaan fungsi berpikir. Binet berpendapat bahwa inteligensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui keturunan, kemampuan diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam batasan-batasan tertentu lingkungan tutur berperan dalam pembentukan kemampuan inteligensi. Dari beberapa pendapat di atas, kita dapat menarik kesimpulan yang akan menjelaskan ciri-ciri inteligensi: a. Inteligensi merupakan suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir. b. Inteligensi tercermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan lingkungan masalah yang timbul dari padanya. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELIGENSI a. Pengaruh faktor bawaan Individu-individu yang berasal dari IQ yang berkorelasi tinggi akan sangat mempengaruhi inteligensi individu tersebut. b. Pengaruh faktor lingkungan Selain faktor bawaan, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahanperubahan yang berarti. Inteligensi tentunya tidak terlepas dari otak. Dengan kata lain, perkembangan organik otak akan sangat mempengaruhi tingkat inteligensi seseorang. Di pihak lain, perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh karena itu, ada hubungan antara pemberian makanan yang bergizi dengan inteligensi seseorang. Pengaruh rangsangan intelektual yang memberi pengalaman (eksperiential resources) seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain.
B.

STABILITAS INTELIGENSI DAN IQ a. Inteligensi merupakan konsep umum tentang kemampuan berpikir individu. b. IQ adalah hasil tes inteligensi Perkembangan inteligensi sangat dipengaruhi oleh perkembangan organik otak seseorang. Oleh karena itu, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan otak, maka pada masamasa pertumbuhan (kurang lebih usia sampai 20 tahun) masih terjadi peningkatan inteligensi. Setelah itu terjadi masa stabil, kemudian sejalan dengan kemunduran itu terjadi masa stabil, kemudian sejalan dengan kemunduran organis otak, akan terdapat kecenderungan menurun. Berdasarkan perhatian David Wechsler (dalam Irwanto, 1994) stabilitas IQ puncaknya pada usia sekitar tahun, dan pada usia 25 - 30 tahun mulai menurun dan terus menurun.

PENGUKURAN INTELIGENSI Usaha-usaha untuk mengukur inteligensi sudah lama dilakukan. Salah satu usaha yang terkenal adalah dilakukan oleh Francis Galton (1822-1911). Pada tahun 1884 ia membuka stand pada sebuah pameran yang disebutnya Antroplogytrice Labroatory, yaitu tempat orang bisa minta diukur tinggi badannya, berat badannya, kekuatan otot, kejelian penglihatan, lebar rentang lengan dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya Galton menjadi kecewa, sebab kegiatan di laboratoriumnya itu tidak mempunyai korelasi dengan kecerdasan. Pada tahun 1904 Alfred Binet dan Theodor Simon, dua orang psikolog Perancis telah mempelajari kecerdasan di salah satu lembaga pendidikan di Paris untuk merancang alat evaluasi yang dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas khusus (siswa-siswa yang kurang pandai). Tes ira disebut test Binet-Simon. Mula-mula IQ diperhitungkan dengan membandingkan "umur mental (Mental Age = MA) dengan umur kronologis (Chronological AGE = CA)". Apabila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya pada individu seumur dia saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1 (satu). Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Bila MA lebih tinggi dari CA, akan diperoleh skor lebih tinggi dari 100 (yang mengindikasi kemajuan intelektual). Sebaliknya bila MA lebih rendah dari CA, akan diperoleh skor kurang dari 100 (yang mengindikasikan keterbelakangan mental).

Rumus: Hasil Inteligensi dinyatakan dalam angka, yang menggambarkan perbandingan antar umur kemampuan mental atau kecerdasan (Mental Age) dan umur Kalender (Chonological Age (C A)). Apabila tes tersebut diberikan kepada anak umur tertentu dan ia dapat menjawab dengan betul seluruhnya, berarti umur kecerdasannya (MA) sama dengan umur kalender (CA), maka nilai IQ yang didapat anak itu sama dengan = 100. Nilai ini menggambarkan kemampuan seseorang anak yang normal. Anak yang berumur, misalnya = 6 tahun hanya dapat menjawab tes untuk anak 5 tahun, akan didapat nilai IQ dibawah = 100 dan dinyatakan sebagai anak kemampuan dibawah normal; sebaliknya bila umur = 5 tahun dapat menjawab dengan benar untuk umur = 6 tahun , maka nilai IQ anak itu di atas 100 , dan dikatakan sebagai anak yang cerdas. Jalannya percobaan : Mula-mula kita ajukan pertanyaan 5 pertanyaan yang sesuai dengan umur anak; misalnya umur anak 6 tahun. Kita ajukan pertanyaan yang untuk 6 tahun, kalau pertanyaan itu dapat dijawab semua, maka ajukan pertanyaan untuk umur diatasnya untuk umur 7 tahun dan seterusnya sampai pertanyaan itu tidak dapat dijawab, dan ajukan pertanyaan umur dibawahnya (untuk 5 tahun dan seterusnya) sampai pertanyaan itu dapat dijawab. Kemudian kita hitung umur kecerdasan dengan cara sebagai berikut : Pertanyaan dijawab semua di nilai sama dengan umur pertanyaan itu. Sedangkan jawaban-jawaban yang betul lainnya masing-masing di nilai = 1/5 kemudian semuanya dijumlahkan. Jika jumlah semua tersebut kita bagi dengan umur kalender anak dikali 100 dapatlah IQ seseorang itu. Contoh : Tanda X = betul, sedangkan tanda ( - ) adalah salah. Pada tahun 1916 Lewis Terman seorang ahli psikolog Universitas Standord Amerika Serikat melakukan perbaikan tes Binet-Simon. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara Mental Age (MA) dan Chronological Age (CA) yang banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak sampai pada usia 13 tahun.

Tes ini disebut test Stanford-Binet. Dari hasil-hasil yang sudah ada, berkembanglah teori-teori yang berbeda mengenai kecerdasan. Salah satu reaksi atas test Binet-Simon ataupun Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum, dilakukan oleh Charles Sperman. Tokoh ini mengatakan inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor saja yang umum (G faktor) tetapi terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik (S faktor)/ teori ini disebut "Teori faktor (faktor Theory of nteligence)". Alat tes inteligensi yang dikembangkan oleh teori faktor ini adalah "WAIS" (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa dan "WISC" (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak. Bila dalam tes Binet-Simon maupun Stanford-Binet hanya memperoleh satu skor IQ, maka dengan WAIS dan WISC terdapat tiga macam skor yaitu: satu nilai total score dan dua subscale scores (verbal dan performance). Penggolongan IQ Interval IQ Diatas 180 140-179 130 -139 120 -129 110 -119 90-109 80-89 70-79 50-69 20-49 0-19

Penggolongannya

Genius/Luar biasa Gifted, tidak Genius tetapi menonjol dan populer Cerdas Sekali/Sangat superior (genius) Cerdas/Superior Pandai Rata-rata (average) atau sedang * Bodoh (dull = lambat belajar) Batas bisa diajar (Inferior) Moron/ Dibil -

Embisil Idiot Jenjang Pendidikan tertinggi yang dapat dicapai dengan tingkat kecerdasan tertentu adalah sebagai berikut : 1. 110 keatas - Perguruan Tinggi 2. 90(sedang) - SMU 3. 80-89 (bodoh) - SLTP(kelas I kadang kelas H) 4. 70-79 (Inferior) - SD (kelas IV, kadang Kelas V) 5. 60-69 (Moron)-SD Kelas III 6. 50 - 59 (moron) - SD (kelas I, kadang Kelas H) 7. Dibawah 50 (Imbisil dan Idiot) - SD (tidak dapat ditempuh) C. KECERDASAN INTELIGENSI DAN BAKAT Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan spesifik ini memberikan suatu kondisi yang memungkinkan individu untuk mencapai pengetahuan, kecakapan, keterampilan yang dicapai melalui suatu latihan. Inilah yang disebut bakat (aptitude). Bakat tidak dapat terlihat melalui tes inteligensi, tetapi melalui tes bakat secara tersendiri. Alat yang dipergunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut "tes bakat = aptitude test". Karena sifatnya khusus, maka tes ini dirancang khusus untuk mengungkapkan kemampuan yang amat spesifik. Tes bakat yang dirancang untuk menggunakan prestasi dan yang dipakai di dalam bidang pekerjaan disebut vocational test dan

interest inventory. Contoh : Scholastic Aptitude Test seperti Test Potensi Akademik (TPA) atau Graduate Record Examination (GRE). Sedangkan untuk Vocational Aptitude test atau interest inventory adalah Differential Aptitude Test (DAT) D. HUBUNGAN INTELEKTUAL DENGAN TINGKAH LAKU Kemampuan berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang kepada kejadian dan peristiwa yang tidak konkret, misalnya pilihan pekerjaan, pilihan pasangan hidupnya, dan lainnya, yang sebenarnya masih jauh di depannya. Kemampuan abstraksi para remaja akan berperan dalam perkembangan pribadinya, tentu saja corak perilaku pribadi di hari depan dan corak tingkah lakunya sekarang pasti berbeda. Pemikiran (intelek) itu terwujud dalam refleksi diri (bentuk tingkah laku) yang sering mengarah ke penilaian dan kritik diri. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sangat dirahasiakan. Pemikiran (intelek) remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap kritis (tingkah laku) terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan teori yang diikuti atau diharapkannya. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat, yang berlaku di kalangan keluarga sering terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya. Disamping itu pengaruh egosentris masih terlihat pada pikiran anak seperti berikut ini : Cita-cita dan idalisme yang baik, selalu menitikberatkan pada pikiran sendiri tanpa memikirkan akibatnya, dan tanpa memikirkan jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan. Kurang menghargai pendapat orang lain, karena pandangan dan penilaian terhadap dirinya sendiri dianggap sama dengan orang lain. Egosentrisme inilah yang menyebabkannya "kekakuan" pada masa remaja dalam cara berpikir maupun bertingkah laku. Persoalan yang timbul pada masa remaja banyak bertalian dengan perkembangan fisik yang dirasakan menekan dirinya, karena disangka orang lain sepikiran dan ikut tidak puas mengenai penampilan dirinya. Hal ini menimbulkan perasaan "seperti" selalu diamati orang, perasaan malu dan membatasi gerak-geriknya. Akibatnya, akan terlihat pada tingkah laku yang kaku. Egosentris dapat menimbulkan reaksi lain, dimana remaja justru melebih-lebihkan diri dalam penilaian dirinya. Mereka merasa dirinya "hebat" atau "ampuh" sehingga berani menantang malapetaka dan menceburkan diri dalam aktivitas berbahaya. Misalnya: seorang remaja yang menghajar seorang pencopet di tempat yang ramai tanpa memperhitungkan resiko bahwa pada suatu saat pencopet itu mengadakan perlawanan. Melalui banyak pengalaman dan menghargai pendapat orang lain, lambat laun egosentris semakin berkurang, dan semakin kecil sehingga remaja dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain. E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPERKEMBANGANINTELEK Sejauh manakah perkembangan inteligensi dipengaruhi oleh faktor-faktor dasar, sejauh mana dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan? Bagaimana sifat inteligensi itu ? apakah inteligensi merupakan faktor bakat ? Adalah pandangan yang sangat keliru jika IQ bisa ditingkatkan. Menurut Andi Mapiare (1982), mengetengahkan hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek antara lain: Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia mampu berpikir reflektif. Banyaknya pengalaman-pengalaman dan Iatihan-Iatihan memecahkan masalah

sehingga seseorang dapat berpikir proporsional (sebanding atau seimbang). Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menarik kesimpulan yang benar. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek adalah seperti berikut ini : 1. Pengaruh pengalaman : Bahwa anak-anak yang pernah mengikuti pra-sekolah (misalnya Taman Kanak-Kanak) menunjukkan perbedaan kemajuan belajar atau "gained" yang lebih baik dari pada anakanak yang tidak pernah mengalaminya. 2. Pengaruh lingkungan : Beberapa pendataan yang telah dilakukan terbukti bahwa: semakin tinggi kualitas lingkungan rumah, mendorong semakin tinggi pula IQ anak. Penelitian ini menemukan 3 unsur penting dalam keluarga yang amat berpengaruh, yaitu : Jumlah buku, majalah, dan materi belajar lainnya yang terdapat dalam lingkungan keluarga. Jumlah ganjaran dan pengakuan yang diterima oleh anak dari orang tua atau prestasi akademiknya. Harapan orang tua akan prestasi akademik anaknya F. BAKAT KHUSUS Dalam bidang tertentu manusia mungkin menunjukkan keunggulannya dbandingkan dengan orang lain. Oleh sebab itu, program pendidikan yang dirancang tidak hanya memperhatikan kemampuan untuk belajar saja, tetapi perlu pula diperhitungkan kecakapan khusus atau bakat yang dimiliki peserta didik. Jadi, apakah sebetulnya yang disebut dengan istilah ''bakat" atau aptitude"? bagaimana dengan kemampuan (ability)?. Bagaimana dengan kapasitas (capacity), serta "insting"? Bakat dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimana yang akan datang. Kapasitas sering digunakan sebagai minomim untuk kemampuan dan biasanya diartikan sebagai kemampuan yang dapat dikembangkan sepenuhnya di masa mendatang apabila latihan dilakukan secara optimal. Dalam praktik, kapasitas seseorang jarang tercapai. Insting, umumnya terdapat pada hewan, dimana dengan insting itu hewan dapat melakukan sesuatu tanpa latihan sebelumnya. Jadi, pengertian bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektuai umum) maupun bakat khusus (bakat akademis). Bakat khusus atau talent disini dimaksudkan seseorang yang mempunyai kemampuan bawaan untuk bidang tertentu, misalnya bakat menggambar, menyanyi dan sebagainya (Conny Semiawan, 1997). a. Jenis Bakat Khusus Setiap orang mempunyai bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan jenjang yang berbeda-beda. Usaha pengenalan bakat, mula-mula terjadi pada bidang pekerjaan, tetapi juga sekarang dalam bidang pendidikan. Pemberian nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasarkan atas bidang apa bakat tersebut berfungsi seperti bakat matematika, bakat menyanyi, bakat bahasa, bakat guru, bakat dokter dan sebagainya. Dengan demikian, maka macam bakat akan sangat tergantung pada konteks kebudayaan dimana seseorang individu hidup dan dibesarkan.

b. Kaitan Bakat dengan Prestasi Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan latihan. Pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu dapat terwujud. Misalnya seseorang yang mempunyai bakat menggambar, jika ia tidak pernah diberi kesempatan untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut tidak akan terwujud. Jika orang tuanya menyadari bahwa anaknya mempunyai bakat menggambar dan mengusahakan dengan sebaik-baiknya untuk menggambarkan akatnya, dan anak itu juga menunjukkan bakat/minat untuk mengikuti pendidikan menggambar, maka akan dapat mencapai prestasi bahkan menjadi pelukis terkenal. Sebaliknya seorang anak yang mendapat pendidikan menggambar dengan baik, namun tidak memiliki bakat menggambar, maka tidak akan pernah anak tersebut untuk mencapai prestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus : Adapun sebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus, atau mengapa seseorang tidak dapat mewujudkan bakat-bakatnya secara optimal ? Anak itu sendiri: artinya anak kurang berminat untuk mengembangkan bakatnya atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi dan mungkin mempunyai kesulitan pribadi terhadap pengembangan dirinya. Lingkungan anak: orang tua kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau bisa juga ekonomi tinggi tetapi bakat khusus anak tidak diperhatikan oleh orang tuanya. G. UPAYA PENGEMBANGAN BAKAT KHUSUS DAN IMPLIKASINYA Bagaimana kita dapat mengenal, mengidentifikasi para remaja yang mempunyai bakat khusus? Bagaimana karakteristik atau ciri-ciri mereka? Alat-alat apa yang dapat digunakan untuk mengetahui bakat-bakat khusus mereka? Semua informasi ini diperlukan sebelum dilakukan upaya pengembangan bakat-bakat khusus peserta didik tersebut. Sampai sekarang boleh dikatakan belum ada tes bakat yang cukup luas daerah pemakaiannya (Seperti tes inteligensi); berbagai tes bakat yang sudah ada seperti FACT (Flanagan Aptitude Classification Test yang disusun oleh Flanagan); DAT (Differential Aptitude Test yang disusun oleh Binet); M - T Tes (Mathematical dan Technical Test yaitu tes yang disusun oleh Luning-prak), yang kesemuanya ini masih sangat terbatas daerah berlakimya. Hal ini disebabkan tes bakat sangat terikat kepada konteks kebudayaan dimana tes itu disusun, sedangkan macam-macam bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan dimana klasifikasi bakat itu dibuat. Yang harus diukur oleh alat identifikasi adalah, baik potensi (bakat pembawaan) maupun bakat yang sudah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Alat ukur atau tes apa yang dipakai tentu saja tergantung pada macam bakat yang dicari. Bagaimana orang tua dapat mengenal bakat khusus anak ? Bakat anak dapat dikenali dengan observasi terhadap apa yang selalu dikerjakan oleh anak, yang disukai anak, hal-hal yang dikerjakan anak dengan baik, kesungguhan bakat anak bermanfaat bagi orang tua mereka dapat memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak. Dengan mengenal ciri-ciri anak berbakat, orang tua dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bakat anak. Mereka dapat membantu anak memahami dirinya agar tidak melihat bakat sebagai suatu beban, tetapi sebagai suatu anugerah yang harus dihargai dan dikembangkan. Manfaat lain dari kemampuan orang tua untuk mengenal bakat anak ialah agar orang tua dapat membantu sekolah dalam prosedur pemanduan anak berbakat, dengan memberikan informasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan anak mereka. Sekolah mengirim daftar/ciri-ciri perilaku kepada orang tua dengan penjelasan bahwa sekolah

perlu mengetahui sifat-sifat siswa agar dapat merencanakan pengalaman pendidikan yang sesuai baginya. Sebagai contoh: orang tua diminta memberi keterangan tentang butir-butir berikut ini : hobi dan minat-minat yang khusus jenis buku yang disenangi masalah dan kebutuhan khusus prestasi unggul yang pernah dicapai pengalaman-pengalaman khusus kegiatan kelompok yang disenangi kegiatan mandiri yang disenangi sikap anak kepada sekolah/ guru cita-cita untuk masa depan Adapun kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat mempupuk bakat anak adalah keamanan psikologis dan kebebasan psikologis apabila : Pendidik dapat menerima sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan padanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu. Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa "dinilai" oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri. Pendidikan memberikan pengertian dalam arti dapat memahami perrrikiran, perasaan, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melfliat dari sudut pandang anak serta dalam suasana seperti ini anak merasa aman untuk mengungkapkan bakatnya. Anak akan merasa kebebasan psikologis apabila orang tua dan guru memberi kesempatan padanya untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dan atas perasaan-perasaannya. Kecuali pendidikan hendaknya berfungsi mengembang bakat anak, jangan semata-mata menyajikan kumpulan pengetahuan yang bersifat skolastik (yang mengenai pelajaran). Dengan pengenalan bakat yang dimilikinya dan upaya pengembangannya dapat membentuk remaja untuk dapat menentukan pilihannya yang tepat dan menyiapkan dirinya untuk dapat mencapai tujuantujuannya.

BAB V PERKEMBANGAN SOSIAL, PRIBADI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KBM A. PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK Kehidupan manusia dalam menelusuri perkembangannya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan yang sangat penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Manusia tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan fisik dan sosial. Lingkungan sosial memberikan banyak pengaruh terhadap pembentukan berbagai aspek kehidupan terutama kehidupan sosio-psikologis. Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan sesama manusia. Bersosialisasi pad dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seseorang seharusnya hidup di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok masyarakat yang luas. Interaksi seseorang dengan manusia lain diawali sejak saat bayi lahir, dengan cara yang amat sederhana. Sepanjang kehidupannya pola aktivitas sosial anak mulai terbentuk. Menurut Piaget, interaksi sosial anak pada tahun pertama sangat terbatas, terutama hanya dengan ibunya. Perilaku sosial anak tersebut berpusat pada "akunya" atau 'egocentris" dan hampir keseluruhan perilakunya berpusat pada dirinya. Bayi belum banyak memperhatikan lingkungannya, apabila kebutuhan dirinya terpenuhi ia tidak perduli dengan lingkungannya dan dihabiskannya untuk tidur. Pada tahun kedua, anak sudah mulai belajar "kata" maupun belajar "menolak' seperti "tidak mau ini, tidak mau itu". Anak telah mereaksi lingkungan secara aktif, ia telah membedakan dirinya dengan orang lain, perilaku emosionalnya telah berkembang dan mulai berperan. Perkenalan dan pergaulan dengan manusia lain segera menjadi semakin luas; ia mengenal kedua orang tuanya, anggota keluarganya, teman bennain sebaya, dan teman-teman sekolahnya. Pada usia sekolah mereka mulai belajar mengembangkan interaksi sosial dengan belajar menerima pandangan kelompok (masyarakat), memahami tanggung jawab, dan berbagai pengertian dengan orang lain. Menginjak masa remaja, interaksi dan pengenal atau pergaulan dengan teman sebaya terutama lawan jenis, dan pada akhirnya pergaulan sesama manusia menjadi suatu kebutuhan. Kebutuhan bergaul dan berhubungan dengan orang lain telah mulai dirasakan sejak anak berusia 6 bulan, di saat anak itu telah mampu mengenal manusia lain terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mengenal dan mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lainnya seperti: marah, dan kasih sayang. Akhirnya setiap orang menyadari bahwa manusia itu saling membutuhkan. Semakin dewasa dan bertambah usia, kebutuhan manusia menjadi bertambah kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial dan juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain untuk keperluan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk memenuhi kebutuhan bersama atau kebutuhan orang lain. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: faktor keluarga, kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi.

a. Keluarga Keluarga merapakan lingkungan pertama dan ntama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosial anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma ditempatkan dalam lingkungan keluarga yang lebih luas, ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga. b. Kematangan Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses memberi dan menerima pendapat orang Iain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Disamping itu, kematangan berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik. c. Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak bukan sebagai anak yang independent, akan tetapi dipandang dalam konteks yang utuh dalam keluarga anak itu, "ia anak siapa". Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa "menjag status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu, maksud "menjaga status sosial ekonomi keluarga" itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial Sosial tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi "terisolasi" dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok lit dengan normanya sendiri. d. Pendidikan: Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti yang Iuas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma Iingkungan dekat, tetapi dikenalkan pula pada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antara bangsa. Etika dan pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. e. Kapasitas mental (emosi dan inteligensi) : kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal seperti kemampuan belajar, memecahkan, dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan bahasa yang baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan bahasa yang baik, dan pengendalian emosional secara seimbang, sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal

utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi. B. PERKEMBANGAN BAHASA PESERTA DIDIK Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang dalam pergaulan atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain. Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang berarti faktor intelek/ kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan bahasa sangat dipengaruhi oleh lingkungan., karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat komunikasi, baik secara lisan, tertulis, maupun dengan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa Berbahasa terkait erat dengan kondisi pergaulan. Oleh sebab itu perkembangannya dipengaruhi oleh faktor : a. Umur anak : Bertambahnya usia manusia akan semakin matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik akan ikut mempengaruhi, sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara, kerja otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. b. Kondisi Lingkungan : Lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang memberi andil yang besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan lingkungan di pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai, pegunungan, dan di daerah-daerah terpencil. c. Kecerdasan: Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal tandatanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan intelek atau tingkat berpikir. Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan menyusun kalimat dengan baik dan memahami atau menangkap maksud suatu pernyataan pihak lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang anak. d. Status sosial ekonomi keluarga : Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak, dan anggota keluarganya. Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak anggota keluarga yang berstatus sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan Iebih tampak berbeda perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik. Dengan kata lain, pendidikan keluarga berpengaruh pula terhadap perkembangan bahasa. e. Kondisi fisik : Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi sehat anak. Seseorang yang cacat, yang terganggu kemampuannya untuk berkomunikasi seperti : bisu, tuli, gagap, organ suaranya tidak sempurna akan mengganggu perkembangan anak berkomunikasi dan tentu saja akan mengganggu perkembangannya dalam berbahasa.

2.

Pengaruh kemampuan berbahasa terhadap kemampuan berpikir Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain. Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah kemampuan berpikirnya, akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis, dan sistematis. Hal ini pula yang mengakibatkan sulirnya berkomunikasi. Seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan menangkap ide dan gagasannya orang Iain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil ide dan gagasannya itu merupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti bahasa akan berakibat kekaburan persepsi yang di perolehannya. Akibat lebih lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil pemprosesan pikir ini diakibatkan kekurang mampuan dalam berbahasa. 3. Upaya pengembangan kemampuan berbahasa dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Kelas terdiri dari siswa-siswa yang bervariasi bahasanya, baik kemampuan maupun polanya. Menghadapi hal ini, guru harus mengembangkan strategi belajar mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan anak. Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa disusun oleh siswa-siswa sendiri. Dengan ini senantiasa guru dapat melakukan identifkasi tentang pola dan tingkat kemampuan bahasa siswanya. Kedua, berdasarkan hasil identirkasi itu guru melakukan pengembangan bahasa siswa dengan menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. cerita siswa tentang isi pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para siswa mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri. Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan, akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau komunikasi bebas. Dalam pola itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku surat kabar, majalah dan lain-lain hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah. C. PERKEMBANGAN EMOSI Kehidupan seseorang pada umumnya penuh dorongan dan mint untuk mencapai atau memiliki sesuatu. Sebagaimana telah dikatakan terlebih dahulu, bahwa perilaku seseorang dan munculnya sebagai kebutuhan dan disebabkan oleh berbagai dorongan dan mint Seberapa dorongan-dorongan dan minat-minat seseorang itu terpenuhi, merupakan dasar dari pengalaman emosionainya. Perjalanan kehidupan tiap-tiap orang tidak selalu sama kehidupan seseorang berjalan menurut polanya sendiri-sendiri. Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Akan tetapi pada saat-saat tertentu di dalam kehidupannya, dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiranpernikiran dan tingkah lakunya. Oleh karena itu, untuk memahami remaja memang perlu mengetahui apa yang mereka lakukan, yang mereka pikirkan, bahkan yang mereka rasakan . makin banyak kita memahami dunia remaja seperti apa yang mereka alami, makin perlu kita melihat kedalam kehidupan emosionainya dan memahami perasaan-perasaannya, baik perasaan tentang dirinya sendiri maupun tentang orang lain. Gejala-gejala emosional seperti: marah, takut, bangga dan rasa malu, cita dan benci,

harapan dan rasa putus asa, perlu dicermati dan dipahami dengan baik. 1. Pengertian emosi : Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu seperti :perasaan senang dan tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut "warna efektif ". Warna efektif itu kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas (samarsamar). Dalam hal warna efektif yang kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah sehingga perasaan seperti ini disebut "emosi". Emosi dan perasaan adalah dua ha yang berbeda. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa : emosi adalah perasaan yang tidak dapat dikendalikan. Sedangkan perasaan adalah suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam dirinya. Bagaimana dri-dri khas emosi ? pada saat emosi terjadi, sering kali terjadi perubahanperubahan pada fsik, antara Iain berupa : Reaksi elektris pada kulit meningkat, sehingga kelihatan marah. Peredaran darah bertambah cepat bila marah. Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut. Pernapasan bernapas panjang bila kecewa. Pupil mata membesar bila marah. Liur mengering kalau takut/tegang. Bulu roma berdiri kalau takut Pencernaan mencret-mencret kalau tegang. Otot terjadi tegang dan bergetar. 2. Karakteristik perkembangan emosi : Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai priode "badai dan tekanan", suatu masa di masa ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik maupun kelenjarkelenjar tubuh. Meningginya emosi terutama anak (laki-Iaki maupun perempuan) berada dibawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi, sedangkan semasa masa kanakkanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Jenis emosi yang secara normal adalah : cinta, kasih. Sayang, gembira, amarah, takut dan cernas, cemburu, dan sedih. a. Cinta, kasih dan sayang : Cinta, adalah suatu perasaan suka sekali, perasaan terpikat antara laki-laki dan perempuan yang kadang-kadang didasari oleh nafsu. Kasih, adalah suatu perasaan yang ada pada diri seseorang untuk menyayangi sesamanya seperti menyayangi diri sendiri. Sayang, adalah suatu perasaan penyelesaian yang disertai oleh rasa rindu sebagai aktualisasi rasa kasih. b. Marah dan permusuhan : Rasa marah merupakan realitas yang mempertajam tuntutan dan pemilikan mint, yang mengakibatkan peredaran darah bertambah cepat, otot menjadi tegang dan bergetar. Kondisi- kondisi dasar yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan usia nya dan kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya penguasaan kendali emosional. Ada 4 macam yang perlu diperhatikan dalam hal marah dan permusuhan seperti berikut ini : 1. Marah merupakan upaya individu untuk melindungi haknya agar bisa bebas dari ketergantungan nya dan menjamin hubungannya dengan pihak lain. 2. Perlu pula disadari sisa-sisa kemarahan itu dapat terjadi menjadi permusuhan dalam bentuk : dendam, kesedihan, prasangka atau kecenderungan untuk merasa tersiksa. Sikap-sikap permusuhan itu tumbuh karena saling curiga dan tidak bersahabat.

3. Kemarahan dan permusuhan, dapat timbul oleh rasa cemburu, baik cemburu karena cinta maupun kecemburuan sosial. 4. marah dapat terjadi karena diri sendiri tidak dapat merealisasi apa yang ingin dicapai. D. PERKEMBANGN NILAL MORAL DAN SIKAP a. Pengertian nilai, moral dan peserta didik : Nilai-nilai kehidupan adalah norma-norma yang berlaku di masyarakat, misalnya adat kebiasaan, sopan santun dan sebagainya. Jadi, sopan santun, adat dan kebiasaan serta nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai-nilai yang hidup menjadi pegangan seseorang dalam kedudukannya sebagai warga negara Indonesia dalam hubungannya hidup dengan negara dan dengan sesama warga negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila seperti yang tercantum di dalam sila "kemanusiaan yang adil beradap" sebagai berikut : 1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. 2. Mengembangkan sikap tenggang rasa. 3. Tidak semena-mena terhadap orang lain, berani membela kebenaran dan keadilan, dan sebagainya. Moral adalah ajaran tentang baik buruk, perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban dan sebagainya. Di dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, serta suatu perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan yang membedakan perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendah dalam bertingkah laku. Bagaimana hubungan nilai-nilai kehidupan dengan moral ? kaitan nilai-nilai hidup, moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Misalnya dalam pengalaman nilai-nilai hidup, tenggang rasa, dalam perilakunya, seseorang selalu memperhatikan perasaan orang lain, "tidak semua gue". Dia dapat membedakan tindakan yang benar dan yang salah. Nilai-nilai kehidupan sebagai norma dalam masyarakat senantiasa menyangkut persoalan antara baik dan buruk, jadi berkaitan dengan moral. Sikap adalah kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal. Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Dapat diramalkan tingkah laku apa yang dapat terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum menjadi suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi berupa kecendeningan tingkah laku. Jadi, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut. Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap dan tingkah laku akan tampak dalam pengalaman nilai-nilai. Dengan kata lain, nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang dimaksud. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai, moral dan sikap: Perkembangan enternalisasi nilai-nilai terjadi melalui identifikasi dengan orang-orang yang dianggap nya sebagai model. Perkembangan moral dipandang sebagai proses internasionalisasi norma-norma masyarakat dan di pandang sebagai kematangan dari sudut organik biologik. Menurut psikonalisis, moral dan nilai menyatu dalam konsep "super ego". Super ego dibentuk melalui jalan internalisasi larangan-Iarangan atau perintah-perintah yang datang dari Iuar (terutama dari orang tua). Didalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu

ternyata bahwa faktor lingkungan memang peranan penting dalam pembentukan moral. Maka jelas sifat dan sifat lingkungan terhadap nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk (atau meniadakan) tingkah laku yang sesuai. c. Upaya pengembangan nilai, moral dan sikap, serta implikasi nya dalam penyelenggaraan pendidikan : Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan nilai, moral dan sikap adalah : (1) Menciptakan komunikasi :didahului dengan pemberian informasi tentang nilai-nilai dan moral. Anak akan mengetahuinya dari orang tuanya bagai mana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai-nilai moral. Di sekolah anak diberi kesempatan berpartisipasi untuk mengembangkan aspek moral, misalnya melalui kerja kelompok. (2) Menciptakan lingkungan yang serasi : seseorang yang mempelajari nilai hidup, moral tertentu, kemudian berhasil memiliki sikap dan tingkah Iaku sebagai pencerminan nilai hidup itu. Ini berarti bahwa pengembangan tingkah laku, nilai hidup, hendaknya tidak hanya mengutamakan intelek saja, tetapi mempergunakan lingkungan yang kondusif, di mana faktorfaktor lingkungan itu merupakan penjelmaan konkrit dari nilai-nilai hidup tersebut. Akhirnya perlu juga diperhatikan nilai-nilai keagamaan, lingkungan yang banyak bersifat mengajak, mengundang atau memberi kesempatan, akan Iebih selektif dari pada lingkungan yang ditandai dengan Iarangan-larangan, peraturan-peraturan yang serba membatasi. E. PERKEMBANGAN PRIBADIPESERTA DIDIK Kehidupan pribadi seseorang individu merupakan kehidupan yang utuh, lengkap, memiliki ciri-ciri yang khusus dan unik. Kehidupan seseorang menyangkut berbagai aspek, antara lain aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya , kemampuan intelektual yang terpadu secara integratif dengan faktor lingkungan kehidupan. Pada awal kehidupannya dalam rangka menuju pola kehidupan pribadi yang lebih mantap, seseorang individu berupaya untuk mampu mandiri, dalam arti mampu mengurus diri sendiri sampai dengan mengatur dan memenuhi kebutuhan serta tugasnya sehari-hari. Untuk itu diperlukan penguasaan situasi untuk menghadapi berbagai rangsangan yang dapat mengganggu kestabilan pribadinya.Di samping itu, dalam kehidupan ini diperlukan keserasian antara kebutuhan hidup fisik dan non-fisik. Kebutuhan fisik tiap orang perlu pemenuhan, misalnya: seseorang perlu bernafas dengan lega, perlu makan enak dan cukup, perlu keamanan. Berkaitan dengan aspek sosio-psikologis, setiap pribadi membutuhkan kemampuan untuk menguasai sikap dan emosi nya serta sarana komunikasi untuk bersosialisasi. Hal itu semua akan nampak secara utuh dan lengkap dalam bentuk perilaku dan perbuatan yang mantap. Dengan demikian, masalah kehidupan pribadi merupakan bentuk integrasi antara faktor fisik, sosial budaya, dan faktor psikologis. i samping itu, individu juga membutuhkan pengakuan dari pihak lain tentang harga dirinya, baik dari keluarganya sendiri maupun di luar keluarganya, tiap orang mempunyai harga diri dan berkeinginan untuk selalu mempertahankan harga diri tersebut. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pribadi : a. Pengaruh status sosial ekonomi : menyangkut perkembangan psiko-fisis, dipengaruhi oleh status sosial ekonomi, filsafat hidup keluarga, dan poa hidup keluarga seperti disiplin, kepedulian kepada kesehatan dan

ketertiban menjalankan ajaran agama. b. Pengaruh faktor keturunan : sangat ditentukan oleh pembawa sejak lahir. c. Pengaruh faktor lingkungan : manusia yang lahir akan sangat tergantung pada lingkungan yang membentuk kepribadiannya. d. Pengaruh faktor pembawaan dan lingkungan : Indonesia mengikuti paham ini, bahwa pembawaan dan lingkungan merupakan faktor yang membentuk kepribadian peserta didik. 2. Perbedaan individu dalam perkembangan pribadi : Lingkungan kehidupan sosial budaya yang mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia amatlah kompleks dan heterogen. Baik lingkungan alami maupun lingkungan yang diciptakan untuk maksud pembentukan pribadi anak, masing-masing memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda. Oleh sebab itu perkembangan kepribadian setiap individu berbeda-beda pula sesuai dengan lingkungan dimana mereka di besarkan.
3.

Pengaruh perkembangan kehidupan pribadi terhadap

tingkah laku : Kehidupan merupakan rangkaian yang berkesinambungan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan kehidupan sekarang dipengaruhi oleh kehidupan sebelumnya, dan keadaan yang akan datang banyak di tentukan oleh keadaan kehidupan saat ini. Dengan demiMan, tingkah laku seseorang di pengaruh oleh hasil proses perkembangan kehidupan sebelumnya dan dalam perjalanannya berintegrasi dengan kejadian-kejadian saat sekarang. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa jika sejak awal perkembangan kehidupan kepribadian terbentuk secara terpadu dan harmonis. Maka dapat diharapkan tingkah laku yang merupakan pengejewantaan berbagai aspek kepribadian itu akan baik. Kehidupan pribadi yang mantap memungkinkan seseorang anak akan berperilaku yang mantap pula yaitu :mampu menghadapi dan memecahkan berbagai masalah dan pengendalian emosi secara matang, tertib, disiplin dan penuh tanggung jawab. 4. Upaya pengembangan kehidupan pribadi : Kehidupan kepribadian merupakan rangkaian proses pertumbuhan dan perkembangan, perlu dipersiapkan dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan pembiasaan dalam hal : a. Hidup sehat dan teratur, serta pemanfaatan waktu secara baik. Pengenalan dan pemahaman nilai dan moral yang berlaku di dalam kehidupan perlu ditanamkan secara benar. b. Mengerjakan tugas dan pekerjaan praktis sehari-hari secara mandiri dengan penuh tanggung jawab. c. Hidup masyarakat dengan memerlukan pergaulan dengan sesama, terutama teman saya. Menunjukkan gaya dan pola kehidupan yang baik sesuai dengan kultur yang baik dan dianut oleh masyarakat. d. Cara-cara pemecahan masalah yang dihadapi dapat dilakukan dengan cara terlatih dan cara meresponnya. e. Mengikuti aturan kehidupan keluarga dengan penuh tanggung jawab dan disiplin. f. Di dalam keluarga dikembangkan saling menghargai orang lain dan keteladanannya. IMPLIKASINYA PERKEMBANGAN SOSIAL, KEPRIBADIAN TERHADAP KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR 1. Perhatian guru perlu di arahkan kepada
F.

2.

3. 4.

5.

kemampuan siswa didalam penyelenggaraan pendidikan sehingga terdapat pangkuan terhadap kemampuan, terhadap kepercayaan, kebebasan dan semacamnya. Guru perlu memberi pengarahan akademis yang sesuai dengan kemampuan, mint dan bakat siswa, maupun terhadap jenis pekerjaan sesuai dengan keterampilan peserta didik. Di samping itu, perlu pula diberi bimbingan praktis sesuai dengan lapangan kerja yang dibutuhkan di dalam masyarakat, serta bimbingan perkawinan. Perlu juga diperhatikan penyusunan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan kerja di masyarakat atau yang menjamin pekerjaan setelah siswa tamat $ulus). Perlu pula diperhatikan pendidikan tentang nilai kehidupan untuk lebih mengenal norma kehidupan sosial masyarakat, melalui organisasi pemuda, pertemuan secara periodik dengan orang tua siswa, serta pemantapan pendidikan agama. Perlu pula diperhatikan tentang muatan lokal yang harus ditampilkan (khususnya SD). Isi muatan lokal haruslah secara selektif, yang benar-benar dapat memberi bekal apabila siswa tidak melanjutkan lagi. Keterampilan yang diperoleh melalui muatan lokal dapat memberi jaminan kelangsungan hidup di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, H.Abu. 1993. Cara Belajar Yang Mandiri dan Sukses. Solo: Toko Buku Agency. Conny Semiawan. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah (Petunjuk bagi Guru dan Orang Tua). Jakarta: Gramedia. Degeng, I.Nyoman Sudana. 1989. Umu Pengajaran Taksonomi variabel. Jakarta: P2LPTK. Depdikbud,UT. 1984/1985. Pokok-pokok kesehatan Mental dan Penyesuaan diri. Program Akta mengajar V-B komponen Proses Belajar BKS. Buku II Modul 1 . Jakarta Gunarsa, Singgih 1998. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia Gunarsa, J.Singgih dan Singgih Gunarsa 1999. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Gunung Mulia Hurlock E.B.1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih Bahasa Istiwidayantidan kawan-kawan), Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama Imam Bawani 1985. Pengantar Itmu Jiwa Perkembangan. Surabaya : PT. Bina Ilmu Kartini Kartono,1990. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Bandung : CV.Mandar Mapiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Mar'at.1998. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalis Indonesia Melly,Sri Sulastri Rifai.1987. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta : PT.Bina Aksara Monks, F.J. 1984. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gama Press. Sarlito, W.S. 1991. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press. Sunarto, H dan Ny. B.A. Hartono. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: P3MT, Dirjen Dikti, Depdikbud. Surakhmad, Winarno,1990. Mewujudkan Nilainilai Hidup dalam Tingkah laku : Sebuah Ikhtisar Pedoman Pendekatan Metodologik.Bandung : Tarsito. Sutan, Z.A. & Syahniar, S. 1992/1993. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti P2TK. Wahab, H.Rochmat dan Solehuddin. 1998/1999. Perkembangan dan Belajar Peserta didik Depdikbud Dirjen DIKTI P2GSD Westy, Soemanto. 1983. Psikologi Pendidikan. Malang: Bina Aksara. Winarno, Surakhmad. 1982. Cara Belajar Terbaik di Universitas. Bandung: Penerbit Tarsito.

You might also like