You are on page 1of 7

AKIBAT MASUK ANGIN

Nggak terasa jam telah menunjukkan pukul setengah tujuh sore ketika kulihat jam tanganku, aku terlalu asyik menikmati gambar-gambar syur dari citradewi, hingga tak terasa kalau waktu mulai menjelang malam. Lagian juga males pulang ke tempat kost, maklum bujangan".."di rumah juga ngapain?.", begitu pikirku. Tiba-tiba telepon di mejaku berdering, segera kuangkat gagang telepon untuk kujawab. "Hello"..", kataku "Hello juga?.", suara perempuan di seberang sana, "Kamu belum pulang Max ?". Aku hafal sekali dengan suara itu, rupanya Mbak Lina teman sekantorku yang menelepon tadi. Mbak Lina adalah sekretaris bos-ku di kantor. Umurnya sekitar 38 tahun, tapi orangnya cantik dan kelihatan lebih muda dari umurnya serta tubuhnya indah sekali "Eh".Mbak Lina yach ?""Mbak Lina di mana nich ?", tanyaku. "Lagi di jalan"..Eh Max".aku mau minta tolong kamu".bisa nggak ?", jawab Mbak lina dari seberang, sembari meneruskan pembicaraannya, "Kalau bisa, ntar aku jemput kamu?.". "Ngapain sih Mbak ?",tanyaku "Begini, barusan aku beli modem".tapi aku nggak ngerti cara nge-set-nya, kamu bisa nggak masangin di komputerku ?".sekalian kamu setup internetnya", pinta Mbak Lina. "Yach".bisa aja?", jawabku, "kapan dipasangnya Mbak ?".sekarang atau besok ?" "Kalau kamu nggak capai, sekarang aja".aku udah pingin sekali ngakses internet dari rumah", kata Mbak Lina. "Ya deh Mbak, sekarang aja".kebetulan aku nggak capai kok", jawabku. "Kalau gitu sepuluh menit lagi aku nyampei di kantor, kamu tunggu di Loby yach ?", perintah Mbak Lina dari seberang sambil menutup pembicaraan. Sambil ngabisin waktu yang sepuluh menit itu, aku terusin ngebaca email dari ceritadewi, yang sempat membuat libido sex-ku naik. Nggak terasa waktu telah lewat 15 menit dari mengakhiri pembicaraan dengan Mbak Lina tadi, aku buru-buru turun ke Loby. Rupanya mobil Mbak lina sudah ada di depan loby, aku mencari-cari dia, kemana gerangan. Rupanya Mbak Lina masih berada di dalam mobilnya ketika aku mendekati Baleno putih itu. Pintu mobil dibuka oleh Mbak Lina, dan aku bergegas masuk. "Udah lama nungguin Mbak ?", tanyaku "Baru aja sampai ", jawab Mbak Lina. Ah"..baunya harum sekali".bau parfumnya Mbak Lina atau pengharum ruangan dalam mobil ?".Nggak tahu ahhhh".. Mbak Lina mengemudikan mobilnya melaju ke rumahnya. Biasa di Jakarta, jam-jam segini jalanan pasti macet. Dengan tangkasnya kulihat kaki Mbak Lina menginjak pedal gas dan rem secara bergantian. Lama kelamaan Span / rok Mbak Lina yang agak ketat itu tersingkap ke atas, hingga kelihatan pahanya yang putih bersih dan mulus. Secara diam-diam aku memperhatikannya, sementara Mbak Lina tidak menyadarinya".mungkin karena terlalu konsentrasi mengemudikan mobilnya. Aku jadi teringat bacaan dari ceritadewi yang kubaca tadi, kubayangkan betapa indahnya bila aku mengelus dan meraba paha mbak Lina yang montok itu. Perlahan tapi pasti, punyaku

mulai tegang. Celana bagian depanku tampak membesar, aku berusaha menutupnya dengan majalah yang ada ditanganku. Aduh sialan !!"bulu-bulu kemaluanku terasa nyrimpet (membelit) ujung kemaluanku hingga terasa sakit. Aku berusaha membetulkan posisinya agar tidak membelit lagi. Rupanya ulahku itu, diketahui mbak Lina. "Kenapa Max ?", tanya dia dengan penuh rasa ingin tahu. "Ah nggak apa-apa kok mbak", jawabku malu-malu, sementara Mbak Lina membiarkan roknya tersingkap, mungkin tidak tahu atau memang pura-pura tidak tahu. Jalanan memang macet sekali, hingga tak terasa sudah jam sembilan malam ketika memasuki halaman rumah Mbak Lina. Aku langsung memasang modem dan mensetup internetnya, sementara Mbak Lina mandi di kamar mandi. Setelah selesai mensetup internet kucoba-coba surf ke beberapa website. Tiba-tiba muncul Mbak Lina dari kamar mandi menghampiriku. "Udah bisa Max ?", tanyanya kepadaku "Udah Mbak?.", jawabku, dadaku berdesir ketika melihat tubuh Mbak lina hanya tertutup handuk yang dililitkan di dadanya hingga bagian atas pahanya, seketika itu kemaluanku langsung menegang. Aku tidak berani memandang langsung ke tubuh Mbak Lina, takut dia malu atau marah, Aku hanya melirik aja bila ada kesempatan, yang membuatku semakin penasaran. Kemudian Mbak Lina duduk di sampingku, dan mengambil alih mouse yang ada ditanganku. Dadaku semakin berdetak keras, melihat pemandangan yang begitu indah ini. "Kok sepi mbak " "..suami Mbak Lina kemana ?", tanyaku hanya untuk basa-basi. "Kamu belum tahu yach".khan suami mbak udah meninggal tiga tahun lalu, karena kecelakaan"sedangkan si kecil diasuh neneknya di kampung", jawab Mbak Lina. "Jadi tinggal sendirian di rumah ini".nggak takut mbak ?", tanyaku "Takut sih nggak".cuma dingin aja !", jawabnya nakal sembari meneruskan pembicaraan, "Udah sana kamu mandi dulu, nanti kita makan bersama". Aku bergegas ke kamar mandi, di dalam kamar mandi segera kulepas pakaianku satu persatu, kulihat kemaluanku tegak berdiri seperti sebuah rudal yang siap diluncurkan. Kusiram tubuhku dengan air dari shower, kusabuni bagian tubuhku hingga sampai ke kemaluan. Kugosok-gosok pen|sku dengan tangan yang dilapisi busa sabun yang licin"..aduhhhhh".terasa nikmat sekali, kubayangkan kemaluanku lagi digosok oleh tangan Mbak Lina yang lembut itu. Ehhh".ahhhh".desahku menahan nikmatnya gosokan tanganku, lama-lama pen|sku terasa panas".tapi tidak juga keluar air maniku. Akhirnya kusudahi aksi ini, kusiram tubuhku dengan air untuk membersihkan busa sabun dari tubuhku. Setelah berpakaian segera aku keluar dari kamar mandi, dengan beban didalam celana dalamku yang semakin tegang. Kulihat Mbak Lina sudah memakai baju tidur, yaitu sebuah daster tipis tanpa lengan dan kelihatan transparan, kemaluanku semakin tegang aja melihat keindahan tubuh itu. "Kamu makan dulu Max".nanti kamu tidur aja di sini, nggak usah pulang"udah terlalu malam", pintanya,"lagian aku capai sekali"kalau nganterin kamu pulang" "Yach Mbak ", jawabku singkat, sambil mengambil nasi dan lauknya untuk kumakan.

"Mbak Lina nggak makan ?", tanyaku "Nggak selera Max?.", jawabnya," Kepalaku pusing dan mual-mual terasa mau muntah".mungkin masuk angin?" "Makanya makan dulu, biar nggak masuk angin", nasehatku. "Udah kamu makan dulu"ntar setelah makan tolong kerik aku yach", pintanya lagi. Aku mengangguk sambil meneruskan makan. Setelah selesai makan, Mbak Lina mengajakku ke kamar tidurnya. Dia memberiku sebuah koin seratusan buat mengerik tubuhnya. "Aduh".balsemnya habis Max", kata Mbak Lina kepadaku "Pakai minyak goreng aja Mbak", usulku "Nggak mau".nanti tubuhku bau minyak", jawabnya manja, "Pakai ini aja yach?.", katanya sambil menyodorkan sebotol Vinolia warna hijau (sejenis parfum) kepadaku dan dia segera tidur di ranjang dengan posisi tubuhnya tengkurap. Dengan pelan kulepas tali daster yang membelit pundak Mbak Lina, dadaku semakin deg-degan. Semakin deg-degan lagi ketika aku melepas kancing BH-nya, hingga tanganku terasa gemetaran. Maklum baru kali ini aku melakukan seperti ini dalam hidupku. Aku mulai membuka tutup botol vinolia dan mengoleskan minyak wangi itu ke punggungnya. Ahhhh".baunya wangi sekali, tapi anehnya bau itu membuat kemaluanku semakin tegang. Aku kerik punggung Mbak Lina dengan pelan, tetapi sudah beberapa kali aku kerik tidak juga berwarna merah. Udah biarin aja".nggak bisa memerah, lagian dia juga nggak nanya. Setiap koin aku kerikkan dipunggungnya, kedengaran dia mendesah". "Ahhh".jangan keras-keras".Max".geli?.", gumamnya. Dari punggung bagian atas, aku mengeriknya hingga ke bagian bawah, tapi anehnya tidak juga muncul garis-garis merah akibat kerikan. Aku jadi curiga, apakah dia benar-benar masuk angin atau hanya pura-pura aja ". Tapi biarin aja".lagian aku juga menikmatinya, kapan lagi bisa menyentuh tubuh montok nan seksi seperti ini. Akhirnya sampai bagian atas pantat, koin yang ada ditanganku menggaruk bagian tubuh Mbak Lina. Kemaluanku terasa mau meledak ketika melihat celana dalam Mbak Lina yang transparan. Terlihat jelas paha yang mulus nan montok dibalik kain celana dalam itu. "Ganti bagian depan, ya Max?.", gumam Mbak Lina sembari membalikkan tubuhnya, tangannya memegangi kain daster dan BH yang hampir lepas itu, untuk menutupi buah dadanya. Sekarang posisinya terlentang di atas ranjang, tampak buah dada yang padat berisi itu menyembul dari balik kain daster yang tipis. Nggak sengaja, mataku melihat bagian bawah selangkangan Mbak Lina, Ahhhh".kelihatan bulu-bulu kemaluannya hitam dan lebat sekali".membuat aku semakin tercengang. "Eh"Max, Ayo kerik aku".kok diam aja sih !?", katanya sambil menepuk pahaku, tetapi meleset hingga menyenggol kemaluanku yang udah tegang itu, aku jadi malu sekali. Dengan tangan gemetaran, aku mulai menggerakkan koin dengan pelan ke leher Mbak Lina, terus bergerak ke bawah hingga bagian atas dadanya. Kudengar nafas Mbak Lina mulai terengah-engah seirama dengan gerakan koin yang ada ditanganku. Nafasnya semakin lama semakin memburu, kedua matanya tampak setengah terpejam. Rasanya aku sudah tidak bisa mengendalikan diri lagi, ingin rasanya aku memeluk tubuh yang indah ini, rasanya aku ingin

mengulum bibir Mbak Lina yang merekah merah itu. Tapi tidak ada keberanian untuk melakukan itu semua. Ketika gerakan koin ku sampai pada buah dada yang indah itu, dengan pelan aku geser BH dan kain daster yang menutupinya, tersembulah buah dada yang montok, dengan puting warna kemerah-merahan. Kucoba memulai mengerik bagian buah dada itu, kudengar nafas Mbak Lina semakin memburu, dadanya naik turun tidak karuan. Tangannya yang tadinya memegangi BH yang sudah lepas dari tempatnya, kini memegangi tanganku. Kakinya mulai bergerak-gerak seakan mencakar-cakar ranjang, lututnya kadang-kadang terangkat hingga menyebabkan dasternya tersingkap. Celana dalam yang transparan itupun kelihatan beserta isinya, bulu-bulu kemaluan yang hitam lebat itu tampak menantang membuat dadaku semakin berdesir. "Ehhhh"..ehhhh".ahhhhh"..ahhhhhh"..", rintih Mbak Lina,"Maxxxxx?"jangan pakai koin Max".ahhhhh", tangannya merebut koin yang ada ditanganku dan membuangnya entah kemana, "Max?"kamu pijit aja".remas aja"Max".lakukan perintahku Max?.". Seperti kerbau dicocok hidungnya, aku menuruti aja apa kemauan Mbak Lina. Kuremas-remas buah dada Mbak Lina, aku mulai meniru gerakan-gerakan seperti adegan di Blue Film. Karena nggak kuat lagi menahan nafsu birahi, tidak hanya tanganku yang beraksi, tetapi mulut mulai melumat-lumat buah dada bagian kiri, sementara tangan kananku sibuk memilin-milin putting susu bagian kanan. Mbak Lina menggelinjang-gelinjang menahan desakan birahi dari dalam tubuhnya. Mulutku mulai merayapi bagian lehernya hingga akhirnya ke mulutnya. Bibir kami beradu, saling melumat, saling memagut. Lidah kami beradu, sementara tanganku memeluk erat tubuh Mbak Lina, begitu juga Mbak Lina memeluk tubuhku. Kami saling memeluk. Nafas kami semakin memburu, desahan nafas Mbak Lina semakin terdengar keras dan cepat. Rasanya celana dalamku sudah tidak bisa menampung batang kemaluanku yang semakin tegang. Tiba-tiba tangan Mbak Lina melepas pelukannya dan bergerak ke bagian celanaku. Rupanya dia berusaha melepas celana yang aku kenakan. Tetapi dia merasa kesulitan untuk melepaskannya. Melihat kesempatan ini, dengan cepat aku bangkit untuk melepas celana panjangku, begitu juga baju yang kupakai dan kulemparkan ke kursi yang berada di dekat ranjang. Kini aku hanya pakai kaos singlet dan celana dalam aja. Dengan begini, gerakanku semakin lebih bebas dan nyaman, tidak terasa ribet seperti tadi. Kini aku kembali melanjutkan aksiku tadi, Kini posisiku berada di atas tubuh Mbak Lina, kedua kakinya menjepit tubuhku. Mulutku kembali beradu dengan mulut Mbak Lina, saling melumat, saling memagut dan beradu lidah. Sementara kemaluanku terasa berhimpitan dengan gundukan daging yang menonjol di selangkangan Mbak Lina. Seirama dengan desahan nafas, kugerakan dengan cara menekan kemaluanku ke kemaluan Mbak Lina. Rambut Mbak Mulai tampak awut-awutan, gerakan tubuhnya menggelinjang secara liar, tangannya mencakar-cakar punggungku dengan mesra, pantatnya diangkat-angkat sedimikian rupa hingga kemaluannya bertabrakan dengan kemaluanku, yang masing-masing masih tertutup celana dalam

Keringat dan peluh mulai bersimbah di sekujur tubuh kami. Aku mulai mengalihkan aksi mulutku dari bibir Mbak Lina, mulutku mulai merayapi lehernya, kubuat cupang merah di leher yang jenjang itu. Terus bergerak ke arah dada dan kembali beraksi di bagian buah dada. Kembali kulakukan aksi seperti semula, buah dada sebelah aku lumat dengan mulutku sementara bagian lainnya kuremas-remas dengan tanganku secara bergantian.

Beberapa menit kemudian, mulutku mulai turun ke bagian perut, pusar, semua aku lumat dan kujilat dengan lidah sampai bawah pusar. Hingga akhirnya tercium bau yang sangat khas, bau yang belum pernah kucium sebelumnya, yaitu bau kemaluan Mbak Lina. Aku menyusupkan tanganku ke dalam celana dalam Mbak Lina, kurasakan bulu-bulu kemaluan itu tersentuh oleh tanganku, akhirnya sampailah pada sebuah gundukan daging yang terbelah ditengahnya. Aku coba mengusapnya dengan pelan, jari tengahku mulai menyusup ke bagian belahan itu. Kurasakan ada pentil kecil di dalamnya, kupermainkannya dengan jariku. Sementara Mbak Lina mulai meronta-ronta dan berteriak kecil semenjak tanganku beraksi di di dalam celana dalamnya. Tangannya dengan sigap menarik pahaku dan menyusupkan kepalanya di bawah selangkanganku, tidak mau ketinggalan, dia memelorotkan celana dalamku sampai lutut, dan keluarlah kemaluanku yang sudah tegang dari tadi. Dia mengelus-elus kepala kemaluanku hingga terasa geli sekali. Melihat ulah Mbak Lina tadi, aku juga ikut-ikutan melepas celana dalam Mbak Lina, kupelorotkan celana itu hingga lutut. Sekarang dengan bebas aku bermain-main kemaluan Mbak Lina, mulutku mulai mendekati kemaluan indah itu. Mulanya agak segan untuk melumatnya, tapi karena tidak tahan lagi".aku serbu aja kemaluan itu, kulumat-lumat dan kuisap-isap layaknya melumat bibir Mbak Lina. Beberapa menit kemudian, keluar cairan dari dalam kemaluan itu dikuti jeritan kecil dari mulut mbak Lina, sementara beberapa bagian tubuh mbak lina kelihatan menegang. Semakin bersemangat aku menjilati kemaluan Mbak Lina, hingga cairan itu sebagian masuk ke dalam mulutku, dan aku ludahkan kembali ke kemaluan itu. Sehingga bagian kemaluan Mbak Lina semakin basah akibat cairan vag|na bercampur dengan ludahku. Rupanya cairan itu semakin banyak, sehingga meleleh sampai ke sprei. "Udahan dulu Max".ahhhhh", terdengar rintihan Mbak Lina, "aku capai"..", kulihat tubuhnya terkulai di atas ranjang, dengan kedua lututnya diangkat dan selangkangannya kelihatan menganga. Sementara celana dalamnya sudah lepas dari tempatnya akibat ulahku tadi, dan hanya terbelit di pergelangan kakinya sebelah kiri. Sedangkan dasternya hanya menutupi bagian atas perutnya, kemaluannya dibiarkan terbuka. Aku menyudahi aksiku, dan selanjutnya duduk di samping mbak Lina, sambil membenahi celana dalamku ke tempatnya semula yang tadinya berada di lututku. "Kamu kok kurang ajar sih Max ?", gumam Mbak Lina dengan manja sembari mencubit pahaku. "Maafkan aku, Mbak".aku tidak tahan"melihat Mbak Lina", kataku "Kamu tidak salah?", kata Mbak Lina, "Justru aku berterima kasih kepadamu". kamu telah memenuhi kebutuhan biologisku".malam ini aku mencapai kepuasan" sesuatu yang tak pernah kudapatkan selama tiga tahun ini". Mendengar kata- kata itu, timbul rasa iba dalam hatiku. Kuseka keringat di dahinya dengan tanganku, selanjutnya kubelai rambutnya dengan penuh mesra. Tidak kusangka malam ini, aku bermesraan dengan perempuan yang umurnya sepuluh tahun lebih tua dariku. Selama ini aku hanya mencuri pandang kemolekan tubuhnya, tapi malam ini tanpa disangkasangka aku telah menguasainya. "Max".kamu sudah sering melakukannya ?", pertanyaan Mbak Lina memecah keheningan dalam kamar itu. "Belum pernah Mbak".ini untuk pertama kalinya", jawabku "Kok kamu pinter sekali, belum koitus aja sudah membuat aku KO ?", tanyanya lagi "Selama ini aku hanya berhayal aja Mbak".dan tahu tentang sex karena membaca email dari ceritadewi millist", jawabku berdiplomasi "Max tolong dong"di-lap-in kemaluan Mbak".terasa becek nich"!!", perintahnya dengan manja. "Yach Mbak?", jawabku dengan semangat sembari mengambil celana dalam Mbak Lina yang terbelit di pergelangan kakinya. Kemudian dengan pelan aku lap kemaluan yang basah itu dengan celana dalam yang aku genggam. Kulihat Mbak Lina menggigit bibir bawahnya, dengan nafas mendesah-desah. Dengan sengaja kumain-mainkan kemaluan Mbak Lina ketika mengusapnya.

"Maxxxx".aku naik lagi".ahhhhh?", rintih Mbak Lina, "Ayo kita lanjutin permainan kita".Ehhhhh?." "Sebentar Mbak, biar kering dulu", jawabku sambil terus mengusap-usap kemaluan Mbak Lina. Setelah beberapa menit kulakukan itu, nafas Mbak Lina mulai terengah-engah, tangannya meremas-remas buah dadanya. Sementara tanganku mulai berusaha melepas daster Mbak Lina. Kini wanita setengah baya itu kelihatan telanjang bulat, dengan lembut jemariku aku gerak-gerakkan di atas perutnya. Beberapa menit kemudian, dimulai dari ujung kakinya kuraba dengan lembut dan mesra menuju ke bagian betis, lutut dan selanjutnya ke bagian paha. Di daerah ini, tidak hanya tanganku yang beraksi, tetapi juga mulutku. Aku raba-raba dan aku jilati paha bagian dalamnya. Mbak Lina mulai meronta-ronta keenakan. Ketika sampai di kemaluannya, kembali kulumat dan kusedot-sedot kemaluan teman kerjaku itu. Rupanya sudah tidak kuat lagi menahan gojalak birahi, tiba-tiba Mbak Lina bangkit dan menarik tubuhku ke arahnya, hingga posisiku menindih tubuhnya. Dengan susah payah dia berusaha untuk melepas kaos singlet yang kupakai. Sementara itu aku juga berusaha melepas celana dalamku, Sekarang kami berdua berbugil ria tanpa selembar benarpun. "Ayo sayang".masukkan punyamu"sayang"..aku sudah nggak tahan...oughhhhh?.", rintihnya, sambil menggerakkan pinggulnya berusaha untuk memasukkan kemaluanku ke dalam kemaluannya. Aku juga nggak tahu, harus dimasukkan ke bagian lubang yang mana. Kucoba mengarahkan kemaluanku ke belahan kemaluan Mbak Lina, tetapi selalu meleset ke kanan atau ke kiri. Rasanya aku sudah nggak kuat menahan desakan kuat dari dalam kemaluanku. Sementara Mbak lina semakin erat memeluk tubuhku, begitu juga aku memeluk tubuh Mbak Lina dengan erat. Keringat dan peluh kembali becururan, membuat tubuh kami terasa lebih licin dalam bergesekan. Mulut dan lidah kami saling beradu, saling memagut, saling melumat dan saling menghisap dengan nafas semakin memburu. Tubuh bagian tengah kami, berusaha saling beradu agar kemaluanku bisa masuk kedalam kemaluan Mbak Lina. Tapi sayang, dari tadi masih belum berhasil. Pelukan kami semakin lebih erat, kami bergulingan di atas ranjang. Kini posisi Mbak Lina berada di atas, seakan-akan dia menguasai tubuhku. Dia menciumi aku, menggigit bibirku dengan lembut tetapi tidak terasa sakit bahkan terasa nikmat. Beberapa menit kemudian, Mbak Lina melepaskan pelukannya dan duduk di atas kemaluanku, kemudian dia menggesek-gesekkan kemaluannya di atas kemaluanku. Terasa nikmat sekali, kemaluanku terlindas oleh kemaluannya. Mbak Lina melakukan aksinya tersebut hingga beberapa menit, Kemaluanku semakin tegang dan rasanya seperti mau meledak. Tiba-tiba Mbak Lina menghentikan aksinya itu, tangannya memegangi batang kemaluanku kemudian dengan pelan dia mulai memasukkannya ke dalam kemaluannya. Kami menjerit keenakan ketika kemaluan kami saling beradu. Kini batang kemaluanku terasa dijepit oleh kemaluan Mbak Lina. Enak sekali".nikmat sekali"indah sekali".nggak tahu lagi dengan kalimat apa untuk menggambarkan perasaan yang nikmat tiada tara ini. "Ahhhhh"..Uuuhhhhh"..Aaahhhhh"Oughhhhh"..", rintihan kami saling beradu, mendengar rintihan dan desah nafas Mbak Lina yang memburu, aku semakin bergairah. Gerakan Mbak Lina mulai memutarmutar tidak karuan, sementara kemaluanku bergerak seperti mengaduk-aduk isi kemaluan Mbak Lina seirama dengan gerakannya. Tiba-tiba Mbak Lina melenguh keras".Oughhhhh" menubrukku dan kembali memelukku, mulut kami kembali beradu saling melumat dan saling memagut. Buah dada Mbak Lina terasa sesak menekan dadaku. Sementara kemaluanku terasa tersiram oleh cairan hangat dari dalam kemaluan Mbak Lina. Cairan itu semakin banyak dan sebagian meleleh ke pangkal kemaluanku, hingga terasa basah sekali. Gerakan kemaluan semakin terasa licin diikuti suara berdecak-decak". Kemudian kami berguling-guling di atas ranjang dengan mulut tetap beradu dan kemaluan kami tetap saling berhubungan. Kini posisiku berada di atas, aku leluasa bergerak sementara tangan Mbak Lina memegangi punggungku, kadang-kadang mencakar-cakarnya, sedangkan aku bergerak maju mundur, yang mengakibatkan kemaluanku keluar masuk di dalam kemaluan Mbak Lina. Kurasakan kemaluan Mbak Lina semakin Licin dan banyak cairan hangat yang menyiram kemaluanku.

Gerakanku semakin tidak teratur, semakin cepat aku menggerakkan kemaluanku keluar masuk di dalam kemaluan wanita setengah baya ini. Aku sudah tidak bisa mengontrol diri lagi, tiba-tiba ada desakan kuat dari dalam kemaluanku. Dengan begitu semakin kuat pula aku menekan kemaluanku ke dalam kemaluan Mbak Lina. Mungkin ujung kemaluanku sudah berada di mulut rahim Mbak Lina, dan tidak kutarik lagi keluar. Karena aku menahan desakan dari dalam tubuhku itu. Sementara kami kembali berpelukan dengan erat-erat, tubuh kami saling menegang. Kurasakan pelukan Mbak Lina semakin kuat, hingga aku sulit bernafas, begitu juga kedua pahanya menjepit tubuhku dengan kuat. Tiba-tiba terasa sesuatu keluar dari dalam kemaluanku".creetttt".creettttt".creetttt". ssurrrr" air maniku terasa memancar kuat sekali di dalam kemaluan Mbak Lina, kutumpahkan seluruhnya di dalam rahimnya?". Sedangkan Mbak Lina menjeritjerit kecil keenakan dan tangannya mencakar-cakar punggungku, kedua kakinya semakin kuat menjepit tubuhku"Ahhhhhh"..nikmat sekali".puas sekali"..Kemudian aku terkulai lemas di atas tubuh Mbak Lina, sementara kemaluanku masih dijepit oleh kemaluan Mbak Lina. Akhirnya kami mendapatkan kepuasan yang sangat luar biasa nikmatnya. Kami saling berciuman mesra dan saling memeluk dengan erat seakan tidak mau lepas sampai kapanpun. "Lepaskan dulu sayanggg".aku capai", rintih Mbak lina beberapa menit kemudian. Kemudian kami saling melepas pelukan, dengan begitu kemaluan kami juga ikut terlepas. Teganganku mulai menurun". kuambil celana dalam Mbak Lina yang udah basah untuk mengelap kemaluanku yang basah kuyup akibat permainan tadi. Setelah itu, ku-lap juga kemaluan Mbak Lina yang sangat basah dengan celana dalam tadi. Kulihat Mbak Lina terkulai lemas, dengan muka agak pucat?" kemudian aku memeluknya sambil membelai rambutnya yang sudah acak-acakan. "Aku puas sekali Max".aku bahagia sekali?", kata Mbak Lina bermanja-manja, "Jam berapa sekarang max ?" "Astaga udah jam tiga Mbak".lama sekali permainan kita yach?.", jawabku setelah melihat jam dinding sembari mencium keningnya "Aku heran".kenapa bisa lama sekali yach Mbak".dari jam setengah sebelas hingga jam tiga pagi?.", kataku pada Mbak Lina, "Biasanya kalau onani sendiri, paling baru lima menit air maniku udah keluar" Mendengar kataku tadi, Mbak Lina tertawa kecil, "Hi"hi".hi"kamu nggak tahu yach"aku kasih kamu obat perangsang sex di dalam minumanmu tadi" "Jadi, masuk anginnya pura-pura yach?"?".huuuu".dasar nakal !!", kataku sambil mencubit hidungnya yang mancung dan kembali aku menciumnya lagi. "Udah ahhh, ayo tidur?.", ajak Mbak Lina dengan manja sembari memelukku. Pagi itu kami tidur berpelukan tanpa selembar benangpun. Yach".kami tidur telanjang bulat sampai jam sebelas siang. Untungnya hari itu hari minggu".jadi kami tidak masuk kerja.

You might also like