You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

A. KASUS (MASALAH UTAMA) Perilaku Kekerasan

B.

PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis, yang dapat dilakukan secara verbal maupun non verbal yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku kekerasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu /riwayat perilaku kekerasan (Keliat & Akemat, 2010) Perilaku kekerasan merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau secara destruktif. Perlaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak dikontrol (Yosep, 2007).

C. Rentang Respon Marah

Agresif / perilaku kekerasan merupakan hasil kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan (panik). Individu yang agresif tidak memperdulikan hak orang lain. Bagi individu ini, hidup adalah medan peperangan. Biasanya perilaku kekerasan dilakukan individu dilakukan individu yang agresif untuk menutupi kurangnya rasa percaya diri. Harga dirinya ditingkatkan dengan cara menguasai orang lain untuk membuktikan kesuperiornya. Stress, cemas, harga diri rendah dan rasa bersalah dapat menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah kepada perilaku kekerasan. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan, sedangkan secara internal dapat berupa perilaku depresi atau penyakit fisik.

Kegagalan yang menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaktif yaitu agresif-perilaku. Perilaku yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu : 1. a. Respon Adaptif. Asertif

adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara. b. Frustasi

Adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima atau menunda sementara sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan. Selanjutnya individu merasa tidak mampu dalam mengungkapkan perannya dan terlihat pasif. 2. Respon transisi Pasif

Adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya. Klien tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena merasa kurang mampu, rendah diri atau kurang menghargai dirinya.

3.

Respon maladaptif

a.Agresif Adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan dorongan mental untuk bertindak (dapat secara konstruksi/destruksi) dan masih terkontrol. Perilaku agresif dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu pasif agresif dan aktif agresif. Agresif ;memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberikata-kata ancaman tampa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain. 1) Pasif agresif Adalah perilaku yang tampak dapat berupa pendendam, bermuka asam, keras kepala, suka menghambat dan bermalas-malasan. 2) Aktif agresif Adalah sikap menentang, suka membantah, bicara keras, cenderung menuntut secara terus menerus, bertingkah laku kasar disertai kekerasan. b. Amuk/kekerasan/gaduh gelisah

Adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman melukai disertai melukai pada tingkat ringan dan yang paling berat adalah melukai/merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri.

D. PROSES TERJADINYA MASALAH 1. Faktor predisposisi

Berbagai pengalaman yang dialami setiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu: a. Psikologis Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustrasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan. b. Perilaku

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah,semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. c. Sosial budaya

Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permisive). d. Bioneurologis

Banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.

2.

Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menyebabkan perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

3. Tanda dan gejala Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan yaitu; a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Muka merah dan tegang Pandangan tajam Mengatupkan rahang dengan kuat Mengepalkan tangan Jalan mondar-mandir Bicara kasar Suara tinggi, menjerit atau berteriak Mengancam secara verbal atau fisik Melempar atau memukul benda/orang lain Merusak barang atau benda Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan perilaku kekerasan

4.

Penyebab

a. Kehilangan harga diri karena tidak dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak, cepat tersinggung dan cepat marah. b. Frustasi akibat tujuan tidak tercapai atau terhambat sehingga individu merasa cemas dan terancam. Individu akan berusaha mengatasi tanpa memperhatikan hak-hak orang lain. c. Kebutuhan aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan membuat individu cepat tersinggung

5. a.

Fungsi positif marah Energizing function

Rasa marah akan menambah energy / tenaga seseorang karena emosi akan meningkatkan adrenalin dalam tubuh yang mengakibatkan peningkatan metabolism tubuh sehingga terbentuk energy tambahan b. Expressive function

Dengan mengeksprsikan kemarahan, individu dapat memperlihatkan / mengkomunikasikan pada orang lainkeinginan dan harapannya secara terbuka tanpa melalui kata-kata c. Self promotional function

Marah dapat digunakan memproyeksikan konsep diri yang positif atau meningkatkan harga diri d. Defensive function

Kemarahan dapat meningkatkan pertahanan ego dalam menaggapi kecemasan yang meningkat dalam konflik eksternal e. Potenting function

Kemampuan koping terhadap rasa marah akan meningkatkan kemampuan mengontrol situasi; persaingan tidak sehat. f. Discriminating function

Dengan mengekspresikan marah individu dapat membedakan keadaan alam perasaanya; sedih, jengkel, marah, amuk.

6.

Mekanisme koping

Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti, displacement, sublimasi, proyeksi, represi, denial, dan reaction formation. a. Displacement : Mengalihkan emosi, arti simbolik, fantasi dari sumber yang sebenarnya (benda, orang, keadaan) kepada orang lain, benda atau keadaan lain. b. Sublimasi : Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat diterima masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus dirubah bentuknya sehingga tidak merugikan individu / masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan. c. Proyeksi :Menyalahkan orang lain atas kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri sendiri, keinginan-keinginan, impuls-impuls sendiri. d. Represi :Secara unconcious mencegah keinginan-keinginan atau pikiran yang menayakitkan ke conscious. e. Denial :Menolak untuk menerima atau menghadapi kenyataan yang tidak enak.

f. Reaction formation: Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginankeinginan, perasaan yang sebenarnya.

7.

Psikofarmaka

Beberapa obat yang sering digunakan untuk mengatasi perilaku kekerasan diantaranya : a. b. c. d. e. 8. Anti ansietas dan hipnotik sedatif, misalnya diazepam (valium) Anti depresan misalnya amitriptilin Mood stabiluizer misalnya lithium,carbamazepin Antipsikotik misalnya clorpromazine, haloperidol, stelazin Obat lain misalnya naltrexon, propanolol. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain : a.Menyerang atau menghindar (fight or flight) Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom beraksi terhadap sekresi epinephrine yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat. b. Menyatakan secara asertif (assertiveness) Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu perilaku ini juga untuk pengembangan diri klien. c. Memberontak (acting out)

Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik perilaku acting out untuk menarik perhatian orang lain. d. Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI 1. Masalah keperawatan

a. b. c.

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Perilaku kekerasan / amuk Gangguan harga diri : harga diri rendah

2. Data yang perlu dikaji: a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan 1) Data subyektif : 2) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknyajika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data objektif : Mata merah, wajah agak merah.

Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. b. 1) 2) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang. Perilaku kekerasan / amuk Data subyektif Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Data obyektif Mata merah, wajah agak merah. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. Merusak dan melempar barang-barang.

c. Gangguan harga diri : harga diri rendah

1) Data subyektif Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. 2) Data obyektif Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. 2. 3. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Perilaku kekerasan berhubungan Harga diri rendah.

H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Diagnosa I : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan b/d perilaku kekerasan. TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya Intervensi : 1.1.1.Beri salam/panggil nama. 1.2.1.Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan. 1.3.1.Jelaskan maksud hubungan interaksi. 1.4.1.Jelaskan tentang kontrak waktu yang akan dibuat. 1.5.1.Beri rasa aman dan sikap empati. 1.5.2.Lakukan kontrak singkat dan sering.

TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan Intervensi :

2.1.1.Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya. 2.1.2.Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab perasaan jengkel/kesal.

TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan Intervensi : 3.1.1.Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat jengkel/kesal. 3.1.2.Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien. 3.1.1.Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Intervensi : 4.1.1.Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien 4.1.2.Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasanya dilakukan. 4.1.3.Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai

TUK 5 : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan Intervensi : 5.1.1.Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien. 5.1.2.Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan oleh klien. 5.1.3.Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat.

TUK 6 : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespons terhadap kemarahan Intervensi : 6.1.1.Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat. 6.1.2.Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

6.1.3.Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat. a. Secara fisik: tarik napas dalam jika sedang kesal/memukul bantal/kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga. b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu; saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya). c. Secara sosial: lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan sering. Latihan manajemen perilaku kekerasan, d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa/ibadah lain: meminta pada Tuhan diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan/kejengkalan.

TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. Intervensi : 7.1.1. 7.1.2. 7.1.3. 7.1.4. 7.1.5. Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien. Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih. Bantu klien untuk menstimulasi cara tersebut (role play). Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut, Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.

TUK 8 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan. Intervensi : 8.1.1.Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini. 8.1.2.Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien. 8.1.3.Jelaskan cara-cara merawat klien: a. Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif. b. Sikap tenang, bicara tenang dan jelas. c. Membantu klien mengenal penyebab marah.

8.1.4.Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien. 8.1.5.Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah melakukan demonstrasi.

TUK 9 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan) Intervensi : 9.1.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien kepada klien dan keluarga. 9.1.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter. 9.1.3 Jelaskan prinsip benar obat (baca nama yang tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum). 9.1.1.Anjurkan klien, minta obat dan minum obat tepat waktu. 9.1.2.Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan. 9.1.3.Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

I. 1. 2.

HASIL YANG DIHARAPKAN Pada klien : Klien mampu menggunakan cara yang sehat jika kesal/jengkel (fisik, verbal, sosial, spiritual) Klien tidak melakukan perilaku kekerasan. Klien menggunakan obat dengan benar Klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari Pada keluarga : Keluarga mampu merawat klien Keluarga mengetahui kegiatan yang perlu klien lakukan dirumah Keluarga mengetahui cara pemberian obat dengan benar dan follow-up

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,L.J., (1995), Buku saku diagnosa keperawatan, ; EGC : Jakarta. Dalami, E., Suliswati, Rochimah, Suryanti, K., & Lestari, W., (2009), Asuhan keperawatan klien dengan gangguan jiwa : CV.Trans Info Medika : Jakarta Keliat,B.A., Panjaitan, R., & Helena, N., ( 2006), Proses keperawatan kesehatan jiwa, edisi 2, EGC: Jakarta

Keliat,B.A & Akemat ( 2006), Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, EGC: Jakarta

Yosep, I., (2007), Keperawatan jiwa, Aditama : Bandung

You might also like