You are on page 1of 8

LAPORAN PENELITIAN

EFEK KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI D RUMAH SAKIT HAJI ADAM MALIK MEDAN

Setiawan*, M Sukri Tanjung**

ABSTRAK Kecemasan merupakan sesuatu hal yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah atau tidak tenang dengan sumber yang tidak spesifik dan tidak diketahui oleh seseorang. Untuk dapat menurunkan kecemasan pada pasien preoperasi salah satunya diperlukan komunikasi yang efektif terutama komunikasi terapeutik. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari perawat karena perawat merupakan petugas kesehatan yang terdekat dan terlama dengan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan klien. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen. Jumlah sampel 13 orang dengan teknik pemilihan sampel dengan cara convenience sampling. Data dikumpulkan dari klien dengan menggunakan kuesioner tingkat kecemasan yang diadopsi dari Costello Comrey Depression and Anxiety Scale (CCDAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 84,6%% responden mengalami kecemasan ringan dan 15,4% mengalami kecemasan sedang dan tidak ada pasien dengan tingkat kecemasan berat maupun panik sebelum pelaksanaan treatment (komunikasi terapeutik). Setelah pelaksanaan komunikasi terapeutik 92,3% pasien preoperasi tingkat kecemasannya menjadi ringan dan hanya 7,7% tingkat kecemasannya menjadi sedang. Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan klien (p = 0,001; = 0,05). Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah ditujukan pada perawat ruangan agar dapat menerapkan komunikasi terapeutik yang efektif dalam menurunkan kecemasan klien preoperasi. Kata kunci : komunikasi terapeutik, cemas preoperasi

Penulis adalah: * Staff Pengajar Keperawatan Medikal Bedah PSIK FK USU ** Asisten Dosen Keperawatan Komunitas PSIK FK USU

16

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman ( Rawling, 1984). Tindakan operasi sering menyebabkan kecemasan pada pasien. Menanggulangi atau menurunkan kecemasan pasien adalah salah satu tugas perawat. Salah satu caranya yaitu dengan komunikasi. Misalnya penjelasan tentang prosedur tindakan. Fenomena yang ada sekarang, bahwa komunikasi yang dilakukan perawat sebagai orang yang terdekat dan paling lama berada di dekat pasien cenderung mengarah pada tugas perawat dari pada mengenali kecemasan dan persepsi pasien tentang tindakan yang menyebabkan kecemasan. Terdapat bukti bahwa perbincangan antara perawat dan pasien cenderung mengarah pada tugas perawat daripada mengenali kecemasan dan pandangan-pandangan pasien (Faulkner, 1979; Mc Leod Clark, 1981; Melia, 1987 dikutip dari Ellis dkk, 1999). Kajian-kajian terdahulu mengidentifikasi masalah-masalah komunikasi sebagai penyebab yang harus selalu diperhatikan dalam pemberian pelayanan kesehatan (Menzies 1970, Stockwell 1972, Hayward 1975, Mc Leod Clark 1984, Faulkner 1988 dikutip dari Ellis dkk, 1999). Peplau (1988, dikutip dari Ellis dkk, 1999) mengatakan bahwa keperawatan pada intinya adalah sebuah proses interpersonal. Jika ini benar maka perawat yang berkompeten harus menjadi seorang komunikator yang efektif. Dengan demikian komunikasi keperawatan sangat penting dalam memberikan intervensi keperawatan. Perawat yang menjalankan rutinitas keperawatan pada pasien mempunyai kewenangan untuk mengurangi kecemasan

pasien tentang keberadaannya di rumah sakit (Ellis dkk, 1999). Corbett (1994, dikutip dari Ellis dkk, 1999) menyatakan bahwa perawat dan pasien diperbolehkan memasuki hubungan interpersonal yang akrab. Pasien berhak mengetahui tentang asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sebagai petugas kesehatan yang profesional. Komunikasi perawat yang diarahkan pada pencapaian tujuan untuk menyembuhkan pasien merupakan salah satu karakteristik komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994). Operasi adalah pengalaman baru bagi pasien yang menimbulkan kecemasan, respon pasien ditujukan melalui: ekspresi marah, bingung, apatis atau mengajukan pertanyaan. Kemampuan komunikasi terapeutik penting dalam mengidentifikasi dan mengatasi kecemasan pasien preoperasi (Taylor, 1997). Selanjutnya Taylor (1997) menyatakan bahwa operasi merupakan masa kritis dan menghasilkan kecemasan. Kecemasan dapat dikurangi dengan tindakan keperawatan fokus pada komunikasi terapeutik bagi pasien dan keluarganya. Berdasarkan beberapa diatas, penelitian ini penting untuk mengetahui sejauh mana komunikasi terapeutik memberikan efek terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi setelah diinformasikan akan dilakukan tindakan operasi pada pasien pre operasi di RS H.Adam Malik Medan. 2. Mengetahui efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di RS H.Adam Malik Medan. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana tingkat kecemasan pada pasien pre operasi setelah di informasikan akan mengalami tindakan operasi ? 2. Apakah ada efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi ?

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

17

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat bagi praktek keperawatan, institusi pendidikan tinggi keperawatan dan penelitian berikutnya. Adapun secara rinci manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi keperawatan pada proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien pre operasi. 2. Sebagai masukan bagi pendidikan tinggi keperawatan tentang pentingnya penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan. 3. Sebagai sumber data dan informasi pengembangan penelitian berikutnya. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah bersifat quasi eksperimen bertujuan untuk mengungkapkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel dengan adanya manipulasi suatu variabel. Hal ini bertujuan mengetahui efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi. 2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani tindakan operasi (pasien pre operasi). Sedangkan sampel adalah pasien pre operasi di Ruang Rindu B2 RS H. Adam Malik Medan. Besarnya jumlah sampel adalah 13 orang, didasarkan pada penentuan jumlah sampel menggunakan tabel power analysis untuk t-test dengan penetapaan level of significance . 0,05%, power 80% dan effect size (Portney, 1999). Pengambilan sampel menggunakan cara convenience sampling, dengan kriteria : usia sampel 15 tahun, tindakan bedah ringan (minor surgery) dan bedah mayor (major surgery), tingkat pendidikan minimal sekolah dasar, dapat berbahasa Indonesia

dengan baik dan benar dan bersedia menjadi sampel pada penelitian ini. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Ruang Rindu B2 RS H. Adam Malik. Pemilihan rumah sakit ini sebagai tempat penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan tipe A dengan pelayanan bedah yang cukup lengkap. 4. Pertimbangan Etik Dalam penelitian ini, hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan etik adalah sebagai berikut: (1) Memberikan penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pengisian kuisioner. Meminta persetujuan responden dengan menandatangani informed consent. Responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri pada saat proses pengisian kuisioner tanpa paksaan dan tidak ada efek yang merugikan terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan selama dirawat di rumah sakit. Penelitian ini tidak beresiko yang besar dan data responden dirahasiakan dan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian.

(2)

(3)

(4)

5. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner. Bagian pertama tentang data demografi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, suku, penghasilan, dan jenis pembedahan. Bagian kedua berisi 16 item pertanyaan menggambarkan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Kuisioner diadopsi dari Costello Comrey Depression and Anxiety Scales dan dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian. Penilaian menggunakan skala Likert dengan skor pilihan: tidak pernah = 0, kadang-kadang =
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

18

1, sering = 2 dan terus menerus = 3. Pembagian tingkat kecemasan yaitu skor 012 tingkat kecemasan ringan, skor 13-24 tingkat kecemasan sedang, skor 25-36 tingkat kecemasan berat, skor 37-48 tingkat panik. 6. Tehnik Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dengan: (1) dilakukan

dilakukan dua kali sebelum dan sesudah treatment (komunikasi terapeutik) yang dilakukan. Hasil pengukuran tersebut dibandingkan untuk menguji hipotesa penelitian sehingga dapat diketahui efek komunikasi terapeutik terhadap penurunan tingkat kecemasan. Perhitungan satatistik untuk data penelitian ini adalah dengan menggunakan program aplikasi SPSS versi 12,00. Uji signifikansi terhadap hasil dengan membandingkan hasil perhitungan signifikansi (p) untuk level of significance () = 0,05 dengan jumlah responden 13 (df = n-1). Hipotesis penelitian akan diterima jika nilai p yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih kecil dari nilai . HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan diuraikan tentang data hasil penelitian dan pembahasan mengenai efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di ruang rawat inap Rindu B2 RS Haji Adam Malik Medan Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Diperoleh hasil penelitian tentang data demografi pada pasien pre operasi di Ruang Rindu B2 Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan yang telah dilakukan dari tanggal 12-20 Desember 2002. Dari 13 orang responden diperoleh karakteristik dan data demografi berdasarkan usia yaitu: 30,8% berusia 15-25 tahun, 15,4% berusia 26-35 tahun, 23,1% berusia 36-45 tahun, 15,4% berusia 46-55 tahun dan 15,4% berusia 56-65 tahun. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki 53,8%, perempuan 46,2%. Pendidikan SD 30,8%, SMP 7,7%, SMU 61,5% dan Perguruan Tinggi tidak ada 0%. Suku Batak 38,5%, Jawa 30,8%, Aceh 15,4%, lain 15,4%. Berdasarkan jumlah penghasilan responden yaitu : penghasilan < Rp 200.000 adalah 23,1%, penghasilan Rp 200.000500.000 adalah 23,1%, dan penghasilan > 19

Rekomendasi izin penelitian dari PSIK FK USU dan RS H.Adam Malik Medan. Melaksanakan pengumpulan data dan menjelaskan pada calon responden tentang tujuan dan proses pengisian kuisioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Responden mengisi kuisioner selama 20 menit yang difasilitasi oleh peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Peneliti melakukan treatment (komunikasi terapeutik) selama 15-20 menit. Responden dibiarkan selama 15-20 menit sebelum tingkat kecemasannya diukur sesudah treatment diberikan. Responden diminta mengisi kuisioner selama 20 menit. Selama pengisian kuisioner responden difasilitasi oleh peneliti. Selanjutnya data dianalisa.

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

7. Analisa Data Analisa data dilakukan melalui tiga tahap yaitu : (1) Persiapan, mengecek kelengkapan data responden dan memastikan bahwa semua jawaban terisi. (2) Tabulasi, mengklarifikasi analisa data dengan mentabulasikan data yang telah dikumpulkan. (3) Penerapan, pengolahan data menggunakan program SPSS versi 12,00. Data yang diperoleh dari kuisioner yang diisi responden merupakan pengukuran tingkat kecemasan. Pengukuran ini

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

Rp1000.000 sebesar 7,7%, serta yang tidak berpenghasilan adalah 46,2%. Berdasarkan jenis tindakan pembedahan pada pasien yaitu pembedahan mayor ada 12 orang (92,3%) dan tindakan pembedahan minor sebanyak 1 orang (7,7%). Tabel 1 Karakteristik Responden
1. Karakteristik Frekuensi Usia 15-25 4 26-35 2 36-45 3 46-55 2 56-65 2 Jenis Kelamin Laki-laki 7 Perempuan 6 Tingkat Pendidikan SD 4 SLTP 1 SMU 8 Suku Batak 5 Mandailing 0 Jawa 4 Aceh 2 Karo 1 Melayu 1 Penghasilan 200.000 3 200.000-500.000 3 500.000-1000.000 0 >1000.000 1 Tidak berpenghasilan 6 Jenis pembedahan Mayor 12 Minor 1 Persentase 30.8% 15.4% 23.1% 15.4% 15.4% 53.8% 46.2% 30.8% 7.7% 61.5% 38.5% 0% 30.8% 15.41% 7.7% 7.7% 23.1% 23.1% 0% 7.7% 46.2% 92.3% 7.7%

Tabel 2

Gambaran tingkat kecemasan pasien pre operasi pre dan post treatment (komunikasi terapeutik) di RS HAM
Pre treatment 84,6% 15,4% 0% 0% Post treatment 92,3% 7,7% 0% 0%

Tingkat Kecemasan Ringan Sedang Berat Panik

2. 3.

Untuk mengetahui efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi dilakukan dengan membandingkan nilai tingkat kecemasan sebelum dan sesudah treatment yaitu komunikasi terapeutik. Adapun gambaran nilai tingkat kecemasan sebelum treatment dan sesudah treatment adalah : Tabel 3 Gambaran tingkat kecemasan sebelum dan sesudah treatment (komuniksi terapeutik)
Responden 01. 02. 03. 04. 05. 06. 07. 08. 09. 10. 11. 12. 13. Pre 5 1 5 5 15 7 8 7 7 9 15 11 11 Post 5 0 4 3 10 6 6 4 4 6 11 12 9

4.

5.

6.

2. Tingkat kecemasan komunikasi terapeutik.

dan

efek

Hasil penelitian tentang tingkat kecemasan pada pasien pre operasi sebelum treatment menunjukkan umumnya pasien berada pada tingkat kecemasan ringan yaitu 11 orang (84,6%) dan sesudah treatment keseluruhan pasien (100%) berada pada tingkat kecemasan ringan. Tidak dijumpai pasien dengan tingkat kecemasan berat dan panik baik pada pre treatment maupun post treatment.

Berdasarkan perhitungan statistik dengan mengunakan program aplikasi SPSS untul desain pre dan post test pada satu grup responden dengan jumlah sampel 13 orang dan nilai = 0,05 didapat hasil perhitungan : korelasi variabel kecemasan sebelum dan sesudah treatment (Paired Samples Correlations) 0,917 dengan ratarata perbedaan variabel kecemasan sebelum dan sesudah treatment (Mean paired Differences) sebesar 2.00 dan diperoleh nilai nilai signifikansi (p) 0,001. Sehingga dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan komunikasi terapeutik

20

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

memberikan efek yang signifikan terhadap penurunan tinkat kecemasan pada pasien pre operasi di Ruang Melati RS H.Adam Malik Medan. Pembahasan 1. Operasi dan kecemasan Berdasarkan hasil penelitian mengenai gambaran tingkat kecemasan pasien pre operasi dan efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 7 orang pasien pre operasi di Ruang Melati RS H.Adam Malik Medan, maka hasil yang diperolaeh adalah : 100% responden mengalami kecemasan dalam menghadapi operasi dengan 11 orang (84,6%) pada tingkat kecemasan ringan dan 2 orang (15,4%) pada tingkat kecemasan sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zebua (2000) yang menyatakan pasien pra bedah yang ada di ruangan Melati RSU Imelda Medan 25 orang (100%) mengalami kecemasan dalam operasi. Selain itu Fyfe (1999) mengatakan bahwa operasi merupakan hal yang menimbulkan stress pada kebanyakan pasien. Tingkat kecemasan pasien pre operasi yang relatif tidak tidak tinggi (berat atau panik) disebabkan operasi yang dilakukan adalah operasi elektif atau direncanakan dan pasien sudah terlebih dahulu diberitahu oleh tim medis bahwa akan dioperasi. Selain itu rendahnya tingkat kecemasan pasien pre operasi ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: pasien umumnya merasa pasrah terhadap prosedur medis yang dihadapinya, pasien dengan penyakit kronis yang akan melalui prosedur pembedahan merasa operasi adalah hal yang wajar, selain itu juga aspek spiritual pasien pre operasi meningkat sehingga lebih tenang menjalani operasi dan menganggap operasi sebagai cara terbaik dan pasien yakin kepada Tuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Atkinson (1992) yang mengatakan bahwa kemampuan seseorang berbeda dalam mengadapi situasi krisis dan dipengaruhi

oleh berbagai faktor, diantaranya faktor budaya, agama, dan sosial ekonomi. Tingkat kecemasan pasien pre operasi ini juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan pasien terhadap prosedur operasi dan kelanjutan pengobatan. Umumnya pasien mencemaskan hal ini dan juga ditemui adanya kecemasan yang disebabkan oleh faktor biaya operasi yang dianggap mahal. Hal tersebut diketahui dari proses komunikasi terapeutik yang dilakukan oleh peneliti dengan responden. Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kecemasan pasien pre operasi di Ruang Rindu B2 RS H.Adam Malik Medan berada pada tingkat cemas yang rendah (ringan-sedang) disebabkan operasi yang dilakukan adalah operasi yang elektif (direncanakan) dan dapat juga karena kecemasan yang tidak teridentifikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Atkinson (1992) yang mengatakan bahwa semua pasien pre operasi umumnya mengalami kecemasan walaupun tidak diungkapkan secara verbal. 2. Efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994). Taylor (1997) menyatakan bahwa pembedahan adalah krisis dalam kehidupan yang menyebabkan kecemasan. Perawat dapat mengurangi dan memperbaiki kecemasan pasien dengan tindakan keperawatan difokuskan pada komunikasi terapeutik dan pendidikan kesehatan pasien dan keluarganya. Berdasarkan perhitungan hasil penelitian dari 13 orang responden tentang tingkat kecemasan sebelum dan sesudah treatment (komunikasi terapeutik) dengan menggunakan program aplikasi SPSS diperoleh nilai signifikansi (p) 0,001. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi terapeutik memberikan pengaruh yang

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

21

signifikan pasien.

terhadap

tingkat

kecemasan

Selama proses komunikasi berlangsung pasien umumnya mengekspresikan kecemasan dan perasaannya tentang operasi dan penyakit yang dialaminya. Selain itu keluarga pasien juga merasa senang selama proses komunikasi berlangsung dan mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang terkait dengan operasi dan prosedur pengobatan pasien. Hal ini sesuai dengan pendapat Torrence dan Serginson (1997) yang mengatakan bahwa pasien pre operasi membutuhkan waktu tertentu untuk mengekspresikan kecemasannya dan menanyakan hal yang penting yang terkait dengan operasi. Atkinson (1992) interaksi antara perawat dan pasien dapat meningkatkan mekanisme koping dan memberi dukungan emosional kepada pasien yang mengalami kecemasan dan rasa takut. Selain itu adanya konunikasi yang dilakukan perawat (peneliti) dengan menginformasikan prosedur pembedahan (persiapan pasien, obat-obat pre medikasi, jenis pembedahan, anastesi, latihan post operasi) dan hal-hal terkait dengan proses pembedahan juga hal di luar proses pembedahan mampu memberikan efek positf terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien, hal ini sesuai pendapat Fyfe (1999) yang mengatakan bahwa tindakan perawat dapat membantu mengurangi atau menurunkan kecemasan pasien dengan memastikan pasien memahami proses pembedahan dan menentramkan perasaan klien. Dari hasil perbandingan respon kecemasan sebelum dan sesudah komunikasi yang dialami oleh responden, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa respon kecemasan yang dapat diturunkan melalui proses komunikasi terapeutik adalah responrespon yang terkait psikologis yaitu perasaan kecewa, perasaan tak berdaya dan perasaan tiodak berharga (takut ditolak). Untuk respon yang terkait dengan faktor psikomotor atau respon tubuh seperti: tidak selera makan, susah tidur, sulit 22

berkonsentrasi, sakit kepala atau susah bernafas tidak dapat diturunkan disebabkan prosedur penelitian yaitu komunikasi yang dilakukan hanya satu kali. Dari pembahasan di atas dapat dinyatakan bahwa komunikasi terapeutik yang dilakukan sebagai bentuk intervensi keperawatan pada pasien pre operasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulan bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 7 responden pasien pre operasi di ruang Melati Rumah Sakit H. Adam Malik Medan, menggambarkan 57,1% tingkat kecemasannya ringan dan 42,9% tingkat kecemasannya. Hasil statistik diperoleh p = 0,014, n = 7; = 0.05. Data ini menunjukkan bahwa variable komunikasi terapeutik memiliki pengaruh signifikan terhadap variable tingkat kecemasan pasien pre operasi. 2. Rekomendasi (1). Rekomendasi keterbatasan penelitian Pada proses pengumpulan data, komunikasi terapeutik dilakukan oleh peneliti yang bukan perawat ruangan bedah, sehingga treatment (komunikasi terapeutik) yang diberikan mungkin masih kurang efektif. Selanjutnya diharapkan penelitian sejenis melibatkan perawat klinis yang berkompeten di bidangnya dan pernah mendapatkan pelatihan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali dan dalam jangka waktu yang memadai. Kuisioner penelitian ini tidak dilakukan diuji validitas atau reabilitasnya sehingga tidak bisa mengukur keakuratan tingkat kecemasan pasien pre operasi. (2)Rekomendasi terhadap Perawat ruangan
Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

Diharapkan perawat ruangan melakukan komunikasi terapeutik sebagai bentuk intervensi asuhan keperawatan dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien pre operasi. (3) Rekomendasi terhadap pendidikan DAFTAR PUSTAKA Atkinson, L. J. (1992). Berry & Kohns Operating Room Technique (7th edition). Mosby: St. Louis Brunner & Suddarth. (1996). Textbook medical-surgical nursing (8th edition). Philadelpia: Lippincott-Raven Publishers. Ellis dkk. (1999). Komunikasi Interpersonal dalam keperawatan (edisi terjemahan). Jakarta: EGC. Laraia & Stuart. (1998). Principle and practise of psychiatric nursing, 6th edition. Misouri: Mosby Inc.

Diharapkan kepada institusi pendidikan keperawatan menekankan pentingnya komunikasi terapeutik terhadap penurunan tingkat kecemasan sebagai bentuk intervensi dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien pre operasi. NotoAtmodjo, S. (1994). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta. Purwanto, H. (1994). Komunikasi untuk perawat. Jakarta: EGC Rawling, M. (1984). Nursing from concept to practice. Maryland: Brady Communiction & Company Inc. Roper, N. (2002). Prinsip-prinsip keperawatan, edisi 2. Jakarta: Yayasan Essentia Medica. Sjamsuhidajat, R. (1998). Ilmu bedah. edisi revisi, Jakarta: EGC. Taylor, C. (1997). Fundamental of nursing the art and science of nursing care (3th edition). Philadelpia: Lippincott Company.

Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 1, Mei 2005

23

You might also like