You are on page 1of 13

ZAMAN MEGALITHIKUM DI INDONESIA 0 4Share4 Zaman Megalithikum di Indonesia Pada zaman Megalithikum (Zaman Batu Besar ) di Indonesia, manusia

a purba telah mengenal suatu kepercayaan terhadap kekuatan gaib atau luar biasa diluar kekuatan manusia. Mereka percaya terhadap hal-hal yang menakutkan atau serba hebat. Selain itu mereka menyembah nenek moyangnya. Kadang kala kalau melihat pohon besar, tinggi dan rimbun, manusia merasa ngeri. Manusia purba ini kemudian berkesimpulan bahwa kengerian itu disebabkan pohon itu ada mahluk halus yang menghuninya. Begitupun terhadap batu besar serta binatang besar yang menakutkan. Kekuatan alam yang besar seperti petir, topan, banjir dan gunung meletus dianggap menakutkan dan mengerikan sehingga mereka memujannya. Selain memuja benda-benda dan binatang yang menakutkan dan dianggap gaib, manusia purba juga menyembah arwah leluhurnya. Mereka percaya bahwa roh para nenek moyang mereka tinggal di tempat tertentu atau berada di ketinggian misalnya di atas puncak bukit atau puncak pohon yang tinggi. Untuk tempat turunnya roh nenek moyang inilah didirikan bangunan megalitik yang pada umumnya dibuat dari batu inti yang utuh, keudian diberi bentuk atau dipahat sesuai dengan keinginan atau inspirasi. Bangunan megalitik hampir semuanya berukuran besar. Jadi secara ringkas kepercayaan manusia purba pada masa ini dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni: Dinamisme Kepercayaan kepada kekuatan gaib yang terdapat pada benda-benda tertentu, misalnya pada pohon, batu besar, gunung, gua, azimat dan benda-benda lain yang dianggap keramat.

Animisme Kepercayaan kepada roh nenek moyang atau leluhur, mereka percaya, manusia setelah meninggal rohnya tetap adadan tinggal ditempat-tempat tertentu dan harus diberi sesajen pada wktu-waktu tertentu. Hasil kebudayaan zaman Megalithikum adalah sebagai berikut :

Menhir , adalah tugu batu yang didirikan sebagai tempat pemujaan untuk memperingati arwah nenek moyang; Dolmen, adalah meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan kepada roh nenek moyang, Adapu;a yang digunakan untuk kuburan; Sarkopagus atau keranda, bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup Kubur batu/peti mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing papan batunya lepas satu sama lain Punden berundak-undak, bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkattingkat

Prasejarah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia
Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup. Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai,

sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah. Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barangbarang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

[sunting] Zaman Batu Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini diperiodisasi lagi menjadi 4 zaman, antara lain:
[sunting] Zaman Batu Tua

Zaman batu tua (palaeolitikum) disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya, periode ini disebut masa food gathering (mengumpulkan makanan), manusianya masih hidup secara nomaden (berpindah-pindah) dan belum tahu bercocok tanam. Terdapat dua kebudayaan yang merupakan patokan zaman ini, yaitu: 1. Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus) 2. Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakinensis dan Homo Soloensis) Alat-alat yang dihasilkan antara lain: kapak genggam/perimbas (golongan chopper/pemotong), Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa dan Flakes dari batu Chalcedon (untuk mengupas makanan)
[sunting] Zaman Batu Tengah

1. Ciri zaman Mesolithikum: a. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan) b. Alat-alat yang dihasilkan nyaris sama dengan zaman palaeolithikum yakni masih merupakan alat-alat batu kasar. c. Ditemukannya bukit-bukit kerang di pinggir pantai yang disebut Kjoken Mondinger (sampah dapur) c. Alat-alat zaman mesolithikum antara lain: Kapak genggam (Pebble), Kapak pendek (hache Courte) Pipisan (batu-batu penggiling) dan kapak-kapak dari batu kali yang dibelah. d. Alat-alat diatas banyak ditemukan di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.

e. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang ditemukan di gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Flakes (Alat serpih),ujung mata panah, pipisan, kapak persegi dan alat-alat dari tulang. 2. Tiga bagian penting kebudayaan Mesolithikum: a. Pebble-Culture (alat kebudayaan kapak genggam dari Kjoken Mondinger) b. Bone-Culture (alat kebudayaan dari Tulang) c. Flakes Culture (kebudayaan alat serpih dari Abris Saus Roche) 3. Manusia pendukung kebudayaan Mesolithikum adalah bangsa Papua--Melanosoid
[sunting] Zaman Batu Muda

Ciri utama pada zaman batu Muda (neolithikum) adalah alat-alat batu buatan manusia sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Alat-alat yang dihasilkan antara lain: 1. Kapak persegi, misalnya beliung, pacul, dan torah yang banyak terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, 2. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari Minahasa, 3. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa, 4. Pakaian dari kulit kayu 5. Tembikar (periuk belaga) ditemukan di Sumatera, Jawa, Melolo (Sunda) Manusia pendukung Neolithikum adalah Austronesia (Austria), Austro-Asia (Khamer-Indocina)
[sunting] Zaman Batu Besar

Zaman ini disebut juga sebagai zaman megalithikum. Hasil kebudayaan Megalithikum, antara lain: 1. Menhir: tugu batu yang dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang. 2. Dolmen: meja batu tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang 3. Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup) 4. Punden berundak: tempat pemujaan bertingkat 5. Kubur batu: peti mati yang terbuat dari batu besar yang dapat dibukatutup 6. Arca/patung batu: simbol untuk mengungkapkan kepercayaan mereka [sunting] Zaman Logam Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas: Zaman Perunggu

Pada zaman perunggu atau yang disebut juga dengan kebudayaan Dongson-Tonkin Cina (pusat kebudayaan)ini manusia purba sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras. Alat-alat perunggu pada zaman ini antara lain : a. Kapak Corong (Kapak perunggu, termasuk golongan alat perkakas) ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa-Bali, Sulawesi, Kepulauan Selayar, Irian b. Nekara Perunggu (Moko) sejenis dandang yang digunakan sebagai maskawin. Ditemukan di Sumatera, Jawa-Bali, Sumbawa, Roti, Selayar, Leti c. Benjana Perunggu ditemukan di Madura dan Sumatera. d. Arca Perunggu ditemukan di Bang-kinang (Riau), Lumajang (Jawa Timur) dan Bogor (Jawa Barat) Zaman Besi Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alatalat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu 3500 C. Alat-alat besi yang dihasilkan antara lain: a. Mata Kapak bertungkai kayu b. Mata Pisau c. Mata Sabit d. Mata Pedang e. Cangkul Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat), Besuki dan Punung (Jawa Timur) Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah. Antara zaman neolitikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalitikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalitikum justru pada zaman logam. 2 . C a n d r a s a Berbagai bentuk Candrasa Kalau dilihat dari bentuknya, tentu Candrasa tidak berfungsi sebagaia l a t p e r t a n i a n / p e r t u k a n g a n t e t a p i f u n g s i n ya d i d u g a s e b a g a i t A n d a kebesaran kepala suku dan alat upacara keagamaan. Hal ini karenab e n t u k n y a y a n g i n d a h d a n p e n u h d e n g a n h i a s a n . 3 . N e k a r a p e r u n g g u ( M o k o ) , bebrbentuk seperti dandang.Banyak ditemukan di daerah : Sumatera, Jawa Bali, Sumbawa,Roti, Leti, Selayar dan Kep. Kei.

N e k a r a d a n M o k o N e k a r a T i p e Heger I Fungsi: - Untuk acara keagamaan- Sebagai maskawin.-Sebagai sarana upacara minta hujan (biasanya diatas nekaradiberi hiasan katak, menurut kepercayaan katak dianggapsebagai binatang yang dapat mendatangkan hujan.)

4 . B e j a n a P e r u n g g u , bentuknya mirip gitar Spanyol tetapi tanpatangkai. Hanya ditemukan di Madura dan SumateraBejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci(Sumatera) dan Madura, bentuknya seperti periuk tetapi langsingdan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasanyang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometridan pilin-pilin yang mirip huruf J. Bejana Perunggu dari Kerinci (Sumatera)

Sampai sekarang fungsi bejana perunggu tidak diketahui secara pasti,kemungkinan di-sebabkan penemuan bejana yang terbatas makamempersulit penyelidikan tentang fungsi bejana dalam kehidupanmasyarakat prasejarah. 5 . A r c a p e r u n g g u Arca perunggu/patung yang berkembang pada zaman logammemiliki bentuk beranekaragam, ada yang berbentuk manusia,ada juga yang berbentuk binatang.Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dandilengkapi cincin pada bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincintersebut sebagai alat untuk menggantungkan arca itu sehinggatidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagaiLiontin/bandul kalung.Daerah penemuan arca perunggu di Indonesia adalahBangkinang (Riau), Palembang (Sumsel) dan Limbangan (Bogor).

Arca Perunggu. 6.Perhiasan : gelang, anting-anting, kalung dan cincin. Jenis perhiasan dari perunggu yang ditemukan sangat beragambentuknya yaitu seperti kalung, gelang tangan dan kaki, bandulkalung dan cincin. Di antara bentuk perhiasan tersebut terdapatcincin yang ukurannya kecil sekali, bahkan lebih kecil darilingkaran jari anak-anak. Untuk itu para ahli menduga fungsinyasebagai alat tukar (mata uang).Daerah penemuan perhiasan perunggu di Indonesia adalahBogor, Malang dan Bali. Untuk mengetahui bentuk perhiasanperunggu tersebut dapat Anda amati gambar 16 berikut ini. Aneka Ragam Perhiasan dari Perunggu. II. Zaman Besi

Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituangmenjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidakbanyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi. Alat-alat yang ditemukan adalah : Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsiuntuk membelah kayu Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan Mata pisau Mata pedang Cangkul, dll Jenis-jenis benda tersebut banyak ditemukan di GunungKidul(Yogyakarta), Bogor, Besuki dan Punung (Jawa Timur) Created by Febri Susanti

You might also like