You are on page 1of 7

PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP GAYA (Quasi Eksperimen

di SDN Cipayung II Tangerang Selatan)

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh: WIT LAILI DARMAYANTI 107018303972

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433/2012

ABSTRAK

Wit Laili Darmayanti, Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Gaya (Quasi Eksperimen). Skripsi, Progran Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar siswa pada konsep gaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SDN Cipayung II Tangerang Selatan. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang berjumlah 45 siswa dan kelompok kontrol yang juga berjumlah 45 siswa. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diajarkan dengan pendekatan CTL, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang diajarkan secara konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes dan lembar observasi. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t yang dilakukan pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang diajarkan pendekatan CTL diperoleh nilai thitung sebesar 4,24 dan ttabel sebesar 1,66. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar siswa. Kata Kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning, hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat untuk mengubah tingkah laku dan pola pikir manusia dari keadaan belum tahu menjadi tahu, dari keadaan tidak mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) diharapkan memberikan bekal kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan dasar kepada peserta didik. Sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang RI No.20 tahun 2003 bahwa, tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri1, untuk mewujudkan itu semua pemerintah telah menetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar yang diharapkan dapat mewujudkan seluruh cita-cita di atas, sehingga sekolah dasar dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai lembaga pendidikan yang dapat melahirkan generasi penerus yang berahlak mulia, cerdas, dan memiliki kepribadian. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menyatakan, pembelajaran di tingkat SD/MI harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreaktivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.2 Atas dasar pertimbangan itu, pembelajaran di sekolah dasar harus menitikberatkan pada proses pembelajaran berdasarkan pengalaman siswa sendiri, melalui interaksi dengan obyek, fenomena, dan interaksi dengan lingkungannya, sehingga dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan siswa yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Salah satu mata pelajaran yang menuntut siswa untuk terlibat aktif membangun kebermaknaan antar obyek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan
1

UU RI No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta, Departemen Pendididikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003), hal. 3. 2 Badan Standar Nasional Pendidikan tentang Standar Proses h.6

adalah ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tau tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, atau perinsip-perinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan berdasarkan pengalaman peserta didik.3 Pendidikan alam diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta proses pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalanman langsung untuk mengembangkan potensi agar menjelajahi dan diarahkan untuk menemukan dan berbuat sehingga dapat membentu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tetnang alam sekitar. Akan tetapi, kenyataannya di sekolah guru ketika mengajar tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang diajarkannya sudah dipahami siswa atau belum. Guru juga tidak berusaha mengajak berpikir kepada siswa. 4 Kejadian seperti ini menjadikan kurangnya perhatian siswa karena, siswa merasa sudah memahami informasi yang disampaikan guru, sehingga mereka menganggap materi itu tidak penting lagi. Selain itu, masih terdapat guru mengangkap bahwa ia adalah orang yang paling mampu menguasai pelajaran dibandingkan dengan siswa.5 Namun, bukan tidak mungkin jika siswa dapat lebih menguasai materi dibandingkan guru berkat teknologi informasi, setiap orang bisa memperoleh pengetahuan lewat berbagai media. Maka, bukan menjadi hal yang tidak mingkin jika siswa lebih memahami materi dibandingkan dengan guru. Masalah lainnya adalah pendidikan di sekolah masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan.6 Dengan
3

Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Lampiran Standar Kompetansi dan Pompetensi Dasar IPA SD/MI. 4 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2011), cet. 8., h. 92. 5 Ibid, h. 93. 6 Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah, Pembelajaran Berbasis Paikem, Derektorat Tenaga Kependidikan, 2010 h.22

demikian siswa dituntut untuk menghapal pelajaran, akan tetapi yang siswa tau hanya sebatas apa yang ia hapalkan saja. Ini juga menjadikan siswa terkadang masih meragukan kebenaran fakta yang dihafal ataupun yang disampaikan, sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Senada dengan permasalahan di atas, berdasarkan hasil observasi peneliti di sekolah, terlihat bahwa masih banyak dijumpai pembelajaran IPA yang belum menerapkan pembelajaran berdasarkan pengalaman anak melalui interaksi langsung dengan objek atau mengaitkan dengan fenomena yang sedang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Inilah salah satunya yang menyebabkan perbedaan pemahaman siswa mengenai suatu konsep dengan konsep yang seharusnya. Terlihat pula di sekolah banyak siswa yang jenuh dan stres dalam belajar, dan akhirnya menyerah tanpa mendapat solusi dari permasalahannya.

Permasalahan ini merupakan sebagian akibat dari pembelajaran yang selalu berpusat pada guru, sehingga siswa tidak terbiasa memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Salah satu solusi kongkret dari permasalahan-permasalahan di atas adalah perlu diterapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan CTL merupakan pembelajaran yang mengarahkan siswa mengkonstruk pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. CTL juga mengorganisir pengetahuan yang dimiliki siswa, sehingga siswa dapat berfikir secara efektif untuk memadukan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang baru. Selain itu pembelajaran menggunakan proses pemecahan masalah yang merupakan salah satu upaya CTL untuk melatih emosi siswa dalam menghadapi kehidupan nyata. Belajar dengan pengalaman sendiri merupakan proses pembelajaran yang utama, dengan pengalaman sendiri siswa dapat menangkap konsep pembelajaran sesuai dengan pola berpikir masingmasing siswa sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pembelajaran dengan memberikan pengalaman kepada siswa juga dapat memberikan pengetahuan yang bermakna bagi siswa. Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan CTL merupakan pendekatan yang sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran IPA yang konsepnya terkait

dengan fenomena yang sering terjadi di kehidupan siswa. Salah satu konsep IPA yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan CTL adalah konsep gaya. Fenomena pada konsep gaya banyak ditemui dalam kehidupan, misalnya ketika anak bermain bola. Permainan bola dapat menunjukan berbagai sifat yang ditimbulkan oleh gaya seperti, gaya dapat membuat bola diam menjadi bergerak, bola bergerak lambat menjadi cepat dan masih banyak lagi konsep gaya yang terdapat di sana. Konsep yang dekat dan sering digunakan dalam kehidupan siswa sehari-hari inilah yang peneliti anggap sesuai dengan pendekatan CTL. Atas dasar pertimbangan itu peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa pada Konsep Gaya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diidentifikasikan beberapa masalah penting, diantaranya adalah: 1. Siswa tidak mendapatkan pengalaman langsung dalam proses pembelajaran dan berfokus kepada guru 2. Pemahaman siswa mengenai materi pelajaran berbeda dengan konsep sebenarnya. 3. Siswa masih meragukan fakta yang disampaikan oleh guru di kelas, sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. 4. Kemampuan belajar siswa hanya terbatas pada hapalan. 5. Siswa tidak dapat mengaplikasikan apa yang dipelajari dalam permasalahan di kehidupan sehari-hari. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi di atas, maka penelitian ini akan dibatasi pada:
1. Hasil belajar yang diukur pada ranah kognitif pada tingkat mengingat (C 1),

memahami (C2), dan menerapkan (C3). 2. Faktor pendekatan pembelajaran dibatasi pada pendekatan Contexstual Teching and Learning (CTL).

3. Faktor materi dibatasi hanya pada materi Gaya dapat mengubah gerak dan arah suatu benda. D. Rumusan Masalah Berkenaan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah Bagaimanakah pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar IPA siswa pada konsep gaya? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum untuk menjelaskan pengaruh pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep gaya. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan tambahan pengetahuan pada tingkat teoritis kepada pembaca dan guru. 2. Dapat memberikan solusi nyata untuk menerapkan pendekatan baru guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa. 3. Dapat menjadi langkah awal yang dapat ditindaklanjuti oleh peneliti atau pembaca untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran yang lain.

You might also like