You are on page 1of 13

DRAINASE

KONSEP PENGERINGAN PADA SISTEM POLDER

Oleh : Poso Nasution Mahardika Rachmat S 21080110110031 21080110130057

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadiran Tuhan Yang Mahas Esa karena hanya dengan limpahan rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah Drainase yang berjudul Konsep Pengeringan pada Sistem Polder ini dengan baik dan tepat waktu. Rasa terimakasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih ditujukan kepada dosen pengampu mata kuliah Drainase yang telah memberikan tugas makalah ini kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimaksih kepada pihak- pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari tak ada gading yang tak retak dan tak ada satupun di dunia ini yang sempurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan keterbukaan penulis mengharapkan segala bentuk saran dan kritik yang sifatnya membangun. Sehingga di lain kesempatan penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Akhir kata penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat. Semarang, 7 Desember 2012

Penulis

BAB I PENDAHULUAN
Sistem polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan

kelengkapan bangunan sarana fisik, yang meliputi saluran drainase, kolam retensi, pompa air, yang dikendalikan sebagai satu kesatuan pengelolaan. Dengan sistem polder, maka lokasi rawan banjir akan dibatasi dengan jelas, sehingga elevasi muka air, debit dan volume air yang harus dikeluarkan dari sistem dapat dikendalikan. Oleh karena itu, sistem polder disebut juga sebagai sistem drainase yang terkendali. Sistem ini dipakai untuk daerah-daerah rendah dan daerah yang berupa cekungan, ketika air tidak dapat mengalir secara gravitasi. Agar daerah ini tidak tergenang, maka dibuat saluran yang mengelilingi cekungan. Air yang tertangkap dalam daerah cekungan itu sendiri ditampung di dalam suatu waduk, dan selanjutnya dipompa ke kolam tampungan. Polder adalah suatu kawasan yang didesain sedemikian rupa dan dibatasi dengan tanggul sehingga limpasan air yang berasal dari luar kawasan tidak dapat masuk. Dengan demikian hanya aliran permukaan atau kelebihan air yang berasal dari kawasan itu sendiri yang akan dikelola oleh sistem polder. Di dalam polder tidak ada aliran permukaan bebas seperti pada daerah tangkapan air alamiah, akan tetapi dilengkapi dengan bangunan pengendali pada pembuangannya dengan penguras atau pompa yang berfungsi mengendalikan kelebihan air. Muka air di dalam sistem polder tidak bergantung pada permukaan air di daerah sekitarnya karena polder mempergunakan tanggul dalam operasionalnya sehingga air dari luar kawasan tidak dapat masuk ke dalam sistem polder. Fungsi utama polder adalah sebagai pengendali muka air di dalam sistem polder tersebut. Untuk kepentingan permukiman, muka air di dalam Sistem dikendalikan supaya tidak terjadi banjir/genangan. Air di dalam sistem dikendalikan sedemikian rupa sehingga jika terdapat kelebihan air yang dapat menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa keluar sistem polder.

BAB II ISI
2.1 Konsep Sistem Polder a. Tanggul Tanggul merupakan suatu batas yang mengelilingi suatu badan air atau daerah/wilayah tertentu dengan elevasi yang lebih tinggi daripada elevasi di sekitar kawasan tersebut, yang bertujuan untuk melindungi kawasan tersebut dari limpasan air yang berasal dari luar kawasan. Dalam bidang perairan, laut dan badan air merupakan daerah yang memerlukan tanggul sebagai pelindung di sekitarnya. Jenis jenis tanggul, antara lain : tanggul alamiah, tanggul timbunan, tanggul beton dan tanggul infrastruktur. Tanggul alamiah yaitu tanggul yang sudah terbentuk secara alamiah dari bentukan tanah dengan sendirinya. Contohnya bantaran sungai di pinggiran sungai secara memanjang. Tanggul timbunan adalah tanggul yang sengaja dibuat dengan menimbun tanah atau material lainnya, di pinggiran wilayah. Contohnya tanggul timbunan batuan di sepanjang pinggiran laut. Tanggul beton merupakan tanggul yang sengaja dibangun dari campuran perkerasan beton agar berdiri dengan kokoh dan kuat. Contohnya tanggul bendung, dinding penahan tanah ( DPT ). Tanggul infrastruktur merupakan sebuah struktur yang didesain dan dibangun secara kuat dalam periode waktu yang lama dengan perbaikan dan pemeliharaan secara terus menerus, sehingga seringkali dapat difungsikan sebagai sebuah tanggul, misal jalan raya.

b. Kolam Retensi Kolam retensi merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung atau meresapkan air didalamnya, tergantung dari jenis bahan pelapis dinding dan dasar kolam. Kolam retensi dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu kolam alami dan kolam non alami.

Kolam alami yaitu kolam retensi yang berupa cekungan atau lahan resapan yang sudah terdapat secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada kondisi aslinya atau dilakukan penyesuaian. Pada umumnya perencanaan kolam jenis ini memadukan fungsi sebagai kolam penyimpanan air dan penggunaan oleh masyarakat dan kondisi lingkungan sekitarnya. Kolam jenis alami ini selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan, juga dapat meresapkan pada lahan atau kolam yang terdapat di taman rekreasi dan kolam rawa Kolam non didesain alami yaitu kolam retensi yang dibuat sengaja pervious, misalnya lapangan sepak bola ( yang tertutup oleh rumput ), danau alami, seperti yang

dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah

direncanakan sebelumnya dengan lapisan bahan material yang kaku, seperti beton. Pada kolam jenis ini air yang masuk ke dalam inlet harus dapat menampung air sesuai dengan kapasitas yang telah direncanakan sehingga dapat mengurangi debit banjir puncak (peak flow) pada saat over flow, sehingga kolam berfungsi sebagai tempat mengurangi debit banjir dikarenakan adanya penambahan waktu kosentrasi air untuk mengalir dipermukaan. Kapasitas kolam retensi yang dapat menampung volume air pada saat debit banjir puncak, dihitung dengan persamaan umum seperti di bawah ini :

2.2 Konsep Pengeringan Polder


a. Sistem Pompa

Di dalam stasiun pompa terdapat pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air yang sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction jaringan drainase ke luar cakupan area. Prinsip dasar kerja pompa adalah menghisap air dengan menggunakan sumber tenaga, baik itu listrik atau diesel/solar. Air dapat dibuang langsung ke laut atau sungai/banjir kanal yang bagian hilirnya akan bermuara di laut. Biasanya pompa digunakan pada suatu daerah dengan dataran rendah atau keadaan topografi atau kontur yang cukup datar, sehingga saluran-saluran yang ada tidak mampu mengalir secara gravitasi. Jumlah dan kapasitas pompa yang disediakan di dalam stasiun pompa harus disesuaikan harus dikeluarkan. Pompa dengan volume layanan air yang yang menggunakan tenaga listrik, disebut

dengan pompa jenis sentrifugal, sedangkan pompa yang menggunakan tenaga diesel dengan bahan bakar solar adalah pompa submersible.

POMPA PENGURAS

Gbr. 1 Gambaran Umum Sistem Polder

Perencanaan pompa harus diperhatikan mengenai tinggi tekan pompa dan pengaruh kehilangan tenaga yang akan mempengaruhi daya pompa yang dibutuhkan. Secara mendasar formula yang digunakan adalah sebagai berikut :

dengan

Q Hm D

= = = =

Efisiensi Total 3 Debit (m /detik) Tinggi efektif (m) Tenaga yang dikonsumsi oleh pompa (hp)

Perencanaan kolam retensi memiliki keterikatan dengan pompa yang akan digunakan semakin besar volum tampungan yang tersedia, semakin kecil kapasitas pompa yang dibutuhkan dan sebaliknya.

Gbr. 2 Perpompaan pada polder b. Jenis Pompa Pompa Drainase Perkotaan ( Stormwater Pumping ) adalah pompa air yang umum dipakai untuk membantu mengalirkan aliran dari satu bidang ke bidang lainnya yang lebih tinggi. Jenis Pompa yang ada dan biasa dipergunakan adalah Sebagai berikut : Poros Tegak ( Vertikal propeiier and mixed flow) Pompa dalam air ( Submersible vertical dan horizontal ) Centrifugal (horizontal non clog ) Skrup (screw) Volute or Angle flow ( Vertical) pompa yang menggunakan

Secara umum pompa-pompa tersebut adalah

tenaga listrik tetapi ada juga yang menggunakan diesel.

Gbr. 3 Kondisi muka air dan arah aliran c. Standar Operasi Pompa Pengoperasian pompa pada system folder lebih ditentukan oleh kondisi Muka Air di waduk/long storage /kolam yang disebabkan oleh hujan atau buangan domestik. Pompa ynag alirannya dibuang ke Laut akan sedikit berbeda dengan yang dibuang di Kanal. Pompa yang membuang kelaut tidak terlalu terpengaruh oleh pasang surutnya air laut., tetapi yang membuang ke kanal umumnya perbedaan tinggi tanggul kanal dapat menjadi kendala. Beberapa kondisi keduanya adalah sebagai berikut : 1. Pemompaan dari polder ke laut Kondisi muka air di waduk sbb:

Muka Air Rendah (normal) pada kondisi tidak hujan, pompa diistirahatkan untuk dilakukan pengecekanringan, pemberian pelumas, pengecekan kelancaran arus listrik dari sumber dan panel.

Muka Air naik karena buangan air domestik masuk biasanya waktu pagi dan sore hari. Pompa dioperasikan sampai muka air di waduk kembali normal

Terjadi hujan ringan pompa dioperasikan jika tinggi muka air terjadi kenaikan.
9

Terjadi hujan lebat diarea folder otomatis tinggi muka air akan naik maka poma harus dioperasikan secara maksimal untuk mengembalikan kondisi tinggi muka air menjadi normal kembali.

Untuk menjaga agar supaya pompa tidak memompa sampai kering dan akan merusak baling baling (propeller) rusak maka harus ditentukan batas tinggi muka air terendah. Tinggi muka air terendah ini berada beberapa centimeter diatas mulut bawah pompa.

Tinggi muka air normal berada pada level tinggi muka air tanah. Sekalipun waduk dibuat dalam maka setelah dipompa muka air akan kembali ke level normal lagi. Volume waduk yang operasional untuk musim kemarau dimulai dari muka air normal sampai muka air maksimal. Untuk musim hujan volume waduk operasioanal mulai darimuka air terendah mulut pompa sebab volume tampungan dibutuhkan lenbih besar sesuai bsarnya debit yang masuk lewat inlet.

2. Pemompaan ke kanal Pemompaan ke badan air berupa kanal atau sungai prosedurnya sama denagan ke laut. Hanya saja terkadang untuk meletakkan pompa terkendala oleh adanya tanggul. Apalagi kalau diameter pompanya besar dapat mengganggu lalu lintas diatasnya jika pompa harus diletakkan diatas tanggul. d. Pemeliharaan Pompa Gedung instalasi sekalipun dibangun dengan konstruksi beton bertulang tetap harus dipelihara agar jangan terkesan angker dan kumuh untuk itu secara rutin petugas harus menjaga kebersihan lingkungan Instalasi .

Secara berkala gedung harus dicat agar dari segi estatika indah nyaman untuk dijadikan sarana rekreasi bila perlu. Sewaktu Pompa tidak dioperasikan periksa kellengkapa saringan sampah dibagian depan pompa. Terutama dari sampah- sampah plastik yang dapat merusak poros dan propeller pompa

10

Untuk waduk yang ditumbuhi oleh gulma seperti eceng gondok., bila perlu ajak pihak swasta untuk memanfaatkan eceng gondok menjadi komoditi yang berguna seperti pembuatan tas, tikat serta mungkin dapat diolah menjadi gas bio

Periksa secara rutin panel operasi jangan sampai ada kabel yang putus karena termakan usia arau oleh binatang pengerat seperti tikus dll. Perhatikan engsel-engsel pintu instalasi agar jangan sampai kering . Sebab semua petugas operasional pompa harus tetap siaga menjaga kemungkinan terjadi banjir dadakan

11

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment / timbunan atau tanggul yang membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak dengan air dari daerah luar selain yang dialirkan melalui perangkat manual. Bagian-bagian penting polder : o Saluran drainase o Tanggul o Kolam retensi o pompa

Pompa yang digunakan untuk mengeluarkan air yang sudah terkumpul dalam kolam retensi atau junction jaringan drainase ke luar cakupan area.

Jenis Pompa : o Poros Tegak ( Vertikal propeiier and mixed flow) o Pompa dalam air ( Submersible vertical dan horizontal )
12

o Centrifugal (horizontal non clog ) o Skrup (screw) o Volute or Angle flow ( Vertical) Pemeliharaan pompa : o Dibersihkan dari sampah o Pemeriksaan engsel dan mesin berkala o Perbaikan estetik

DAFTAR PUSTAKA Suripin, Parmantoro. Priyo nugroho, dkk. 2008. Perencanaan Sistem Polder Kota Lama Semarang. Teknik Sipil UNDIP Sistem Polder pada Drainase Perkotaan. [Dalam pplpdinciptakaru.jatengprov.go.id/.../323822026_sistem_folder.pdf] diakses tanggal 10 Desember 2012

13

You might also like