You are on page 1of 8

MATERI KOMPETENSI DASAR I:

HAKEKAT BANGSA DAN NEHARA

Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial


I. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Individu
A. Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau
sebagai diii pribadi. Manusia sebagai diii pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara
sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa. Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran bahwa
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya “.
Jika kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk ciptaan Tuhan yang ada di
sekitar kita, mereka memiliki unsur yang melekat padanya, yaitu unsur benda, hidup, naluri,
dan akal budi.
1). Makhluk Tuhan yang hanya memiliki satu unsur, yaitu benda atau materi saja. Misalnya,
batu, kayu, dan meja.
2). Makhluk Tuhan yang memiliki dua unsur, yaitu benda dan hidup. Misalnya, tumbuh-
tumbuhan dan pepohonan.
3). Makhluk Tuhan yang memiliki tiga unsur, yaitu benda, hidup, dan naluri/ instink. Misalnya,
binatang, temak, kambing, kerbau, sapi, dan ayarn.
4). Makhluk Tuhan yang memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, naluri/instink, dan akal budi.
Misalnya, manusia merupakan makhluk yang memiliki keunggulan dibanding dengan
makhluk yang lain karena manusia memiliki empat unsur, yaitu benda, hidup, instink, dan
naluri.

B.Hakikat manusia
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai
dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
1) Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat ash, kemampuan atau bakatbakat alami
yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi
antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang
melekat padanya.
2. Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3. Martabat manusia
Martabat manusia artinya harga din manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia
yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga
manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan
martabatnya, kedudukanmanusia itu lebih tinggi dan lebth terhormat dibandingican dengan
makhluk lainnya
3. Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan
Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau kemerdekaan.
5. Kewaiban manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia
adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai makhluk
individu yang mempunyai hakhak asasi, sekaligus makhluk sosial yang mempunyai
kewajiban untuk melakukan sesuatu berdasarkan norma-norma yang berlaku. Ditinjau dan
kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam
melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.

II. Kedudukan Manusia sebagai Makhluk Sosial


Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat. Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.
Meskipun dia mempunyai kedudukan dan kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain.
Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan
manusia lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai makhluk
sosial.

PENGERTIAN BANGSA
Bangsa dalam arti etnis dapat disamakan denganbangsa dalam arti rasial atau keturunan.
Dalam arti kultural, bangsa merupakan sekelompok manusia yang menganut kebudayaan yang
sama. Karena kebudayaan mempunyai cabang dan unsur yang banyak sekali, pengertian di
sini merupakan pengertian bangsa yang didukung dan dikuasai oleh leblh banyak
kebudayaan yang diberlakukan daripada yang tidak diberlakukan. Misalnya, kelompok
bangsa-bangsa yang menggunakan bahasa dan aksara, serta adat istiadatyang sama.
Dalam arti politis, bangsa merupakan kelompok manusia yang mendukung suatu organisasi
kekuasaan yang disebut negara tanpa menyelidiki asalusul keturunannya.

Pengertian Bangsa Menurut Para Ahli


Ada beberapa pendapat para pakar mengenai pengertian bangsa, yaitu sebagai berikut.
a. Ernest Renan (Perancis)
Bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama (hasrat
bersatu) dengan perasaan setia kawan yang agung.
b. Otto Bauer (Jerman)
Bangsa adalah kelompok manusia yang mempunyai persamaan karakter.
Karakteristik tumbuh karena adanya persamaan nasib.
c. F. Ratzel (Jerman)
Bangsa terbentuk karena adanya hasrat bersatu. Hasrat itu timbul karena
adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham
geopolitik).
d. Hans Kohn (Jerman)
Bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia dalam sejarah. Suatu •
bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa
dirumuskan secara pasti. Kebanyakan bangsa memiliki faktor-faktor
obyektif tertentu yang membedakannya dengan bangsa lain.
e.Jalobsen dan Lipman
Bangsa adalah kesatuan budaya (cultural unity) dan suatu kesatuanpolitik
(political unity).

PENGERTIAN NEGARA

Secara etimologis, “negara” berasal dan bahasa asing Swat (Belanda, Jerman). Kata staat
maupun state berakar dan bahasa Latin, yaitu status yaitu
rnenempatkan dalam keadaan berdiri, membuat berdiri, dan menempakant Sementara itu,
Niccolo Machiavelli memperkenalkan istilah La Stato dalam bukunya “Ill yang mengartikan
negara sebagai kekuasaan. Buku itu juga mengajarkan bagaimana seorangraj~rnemerintah
dengan sebaik-baiknya.
Kata “negara” yang lazim digunakan di Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta nagari yang
berarti wilayah, kota, atau penguasa.

Pada umumnya ada 3 (tiga) pendekatan dalam mempelajari terjadinya negara, yaitu:
a) melalui proses pertumbuhan primer dan sekunder;
b) secara teoritis; dan
c) secara faktual,

a. Pertumbuhan Primer dan Sekunder


Terjadinya negara berdasarkan pendekatan pertumbuhan primer secara ringkas adalah
sebagai berikut:.
1) Fase Genootschaft
Kehidupan manusia diawali dan sebuah keluarga, kemudian berkembang luas menjadi
kelompok-kelompok masyarakat hukum tertentu (suku). Sebagai pimpinan, kepala suku
bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan kehidupan bersama. Kepala suku merupakan
primus interpares (orang pertama di antara yang sederajat) dan memimpin suatu suku, yang
kemudian berkembang luas baik karena faktor alami maupun karena penakiukan-penakiukan.
Kepala suku sebagai primus interpares kemudian menjadi seorang raja dengan cakupan
wilayah yang lebih luas. Untuk menghadapi kemungkinan adanya wilayah/suku lain yang
memberontak, kerajaan membeli senjata dan membangun semacam angkatan bersenjata yang
kuat sehingga raja menjadi berwibawa. Dengan demikian lambat laun tumbuh kesadaran
akan kebangsaan dalam bentuk negara nasional.

3) Fase Negara Nasional


Pada awalnya negara nasional diperintah oleh raja yang absolut dan tersentralisasi. Semua
rakyat dipaksa mematuhi kehendak dan perintah raja. Hanya ada satu identitas kebangsaan.
Fase demikian dinamakan fase nasionat.

4) Fase Negara Demokrasi


Rakyat yang semakin lama memiliki kesadaran kebangsaan kemudian tidak ingin diperintah
oleh raja yang absolut. Ada keinginan rakyat untuk mengendalikan pemerintahan dan
memilih pemimpinnya sendiri yang dianggap dapat mewujudkan aspirasi mereka. Fase mi
lebih dikenal dengan “kedaulatan rakyat”, yang pada akhirnya mendorong lahirnya negara
demokrasi.
Menurut pendekatan pertumbuhan sekunder, negara sebelumnya telah ada. Namun karena
adanya revolusi, intervensi, dan penakiukan, muncullah negara yang menggantikan negara
yang ada tersebut. Kenyataan terbentuknya negara secara sekunder tidak dapat dimungkiri,
meskipun cara terbentuknya kadang-kadang tidak sah menurut hukum.
Contoh: lahirnya negara Indonesia setelah melewati revolusi panjang yang mencapai
klimaksnya pada tanggal 17 Agustus 1945. Lahimya negara Indonesia otomatis mengakhiri
pemerintahan Nederlands Indie (Hindia Belanda) di Indonesia, dan negara lain kemudian
mengakuinya baik secara de facto maupun secara de jure.

b. Pendekatan Teoritis

Pendekatan teoritis pertumbuhan negara adalah pendekatan yang berdasarkan pada


pendapatpendapat para ahli yang masuk akal dan berbagai hasil penelitian.

c. Pendekatan faktual
Pendekatan faktual adalah pendekatan yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang
benar-benar terjadi, yang diungkap dalam sejarah (kenyataan historis).

FUNGSI DAN TUJUAN NEGARA


Ada lima fungsi negara yang dikemukakan oleh Charles E. Merriam, yaitu keamanan
ekstern, ketertiban intern, keadilan, kesejahteraan umum, dan kebebasan.
Selain mempunyai tujuan, negarajuga mempunyai fungsi yang berhubungan erat dengan
tujuannya. Hal-hal yang harus dilakukan oleh negara adalah melaksanakan ketertiban (law
and order) untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam
masyarakat, mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, mengusahakan
pertahanan untuk menjaga kemungkinan serangan dan luar, dan menegakkan keadilan yang
dilaksanakan melalui badan-badan peradilan.
Fungsi negara menurut Moh. Kusnardi, S.H. pada dasarnya hanya dua, yaitu sebagai
berikut.
a. Melaksanakan ketertiban (law and order)
Untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam
masyarakat, negara harus melaksanakan ketertiban. Negara bertindak
sebagai stabilisator.
b. Menghendaki kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Dewasa mi, fungsi negara dianggap dianggap penting. Setiap negara mencoba
meningkatkan dan memperluas taraf kehidupan ekonomi masyarakat.

Tujuan Negara

Bercita-cita merupakan sesuatu yang wajar dalam kehidupan mi. Misalnya, Tono bercita-
cita menjadi petani unggul di desanya. Ani bercita-cita menjadi seorang arsitektur. Anjas
bercita-cita menjadi seorang pelukis. Mereka pun menuntut ilmu sesuai dengan jalur cita-
citanya. Mereka rajin, giat, ulet dan tidak mudah putus asa untuk mewujudkan cita-citanya.
Begitupun halnya dengan negara yang mempunyai tujuan. Namun, tujuan antara negara satu
dan negara lainnya berbeda. Tujuan negara Philipina tidak sama dengan tujuan negara
Singapura. Tujuan negara Singapura juga tidak sama dengan tujuan negara Indonesia. Tujuan
` negara Indonesia sebagaimana tercantum di dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Beberapa teori tujuan negara

1. Teori Fasisme
Tujuan negara menurut teori fasisme adalah imperium dunia. Pemimpin bercita-cita
untuk mempersatukan semua bangsa di dunia menjadi satu tenaga atau kekuatan bersama.
Beberapa negara yang pernah menganut fasisme antara lain Italia ketika dipimpin oleh
Benito Mussolini, Jerman ketika dipimpin Adolf Hitler, dan Jepang ketika dipimpin Tenno
Heika.

2. Teori Individualisme

Teori individualisme berpendapat bahwa negara tidak boleh campur tangan dalam urusan
pribadi, ekonomi, dan agama bagi warga negaranya. Tujuan dibentuknya negara hanyalah
berfungsi untuk menjaga keamanan dan ketertiban individu serta menjamin kebebasan
seluas-luasnya dalam memperjuangkan kehidupannya.

3. Teori Sosialisme

Teori sosialisme berpendapat bahwa negara mempunyai hak campur tangan dalam
berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal mi dilakukan agar tujuan negara dapat tercapai.
Tujuan negara sosialis adalah memberikan kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan merata
bagi setiap anggota masyarakat.

4. Teori Integralistik

Teori integralistik berpendapat bahwa tujuan negara itu merupakan gabungan dan paham
individualisme dan sosialisme. Paham integralistik ingin menggabungkan kemauan rakyat
dengan penguasa (negara). Paham integralistik beranggapan bahwa negara didirikan bukan
hanya untuk kepentingan perorangan atau golongan tertentu saja, tetapi juga untuk
kepentingan seluruh masyarakat negara yang bersangkutan.
Paham integralistik melihat negara sebagai susunan masyarakat yang integral, dan
anggota-anggotanya saling terkait sehingga membentuk satu kesatuan yang organis. Paham
integralistik diperkenalkan oleh Prof. Dr. Supomo pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, tanggal 30 Mei 1945. Paham Integralistik
merupakan aliran pemikiran yang sesuai dengan watak bangsa Indonesia yang bersifat
kekeluargaan dan tolong-menolong.

Pentingnya Pengakuan Suatu Negara oleh Negara Lain

Tata hubungan intemasional menghendaki status negara merdeka sebagai syarat yang
harus dipenuhi. Pengakuan dan negara lain juga merupakan modal bagi suatu negara untuk
diakui sebagai negara yang merdeka. Pengakuan negara terhadap negara lain dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu pengakuan secara de Facto dan de Jure.

1. Pengakuan Secara de Facto


Pengakuan de Facto diberikan oleh suatu negara kepada negara lain yang telah
memenuhi unsur-unsur negara, seperti negara tersebut telah ada pemimpinnya, ada
rakyatnya, dan ada wilayahnya. Pengakuan de facto menurut sifatnya dapat dibedakan
sebagai berikut.
a. Bersifat tetap, artinya bahwa pengakuan dan negara lain dapat menimbulkan
hubungan bilateral di bidang perdagangan dan ekonomi (konsul), untuk tingkat
diplomatik belum dapat dilaksanakan.
b. Bersifat sementara, artinya bahwa pengakuan yang diberikan oleh negara lain tidak
melihat jangka panjang apakah negara itu eksis atau tidak. Apabila ternyata negara
tersebut tidak dapat bertahan maka pengakuan terhadap negara itu dapat ditarik
kembali.

2. Pengakuan Secara de Jure


Pengakuan secara dejure artinya pengakuan terhadap sebuah negara secara resmi
berdasarkan hukum dengan segala konsekwensinya. Terdapat dua macam pengakuan
secara de jure, yaitu sebagai berikut.
a. Pengakuan de jure yang bersifat tetap, mi berlaku untuk selama~-lamanya sampai
pada waktu yang tidak terbatas.
b. Pengakuan dejure yang bersfat `penuh, mi mempunyai dampak dibukanya hubungan
bilateral di tingkat diplomatik dan konsul sehingga masingmasing negara akan
menempatkan perwakilannya di negara tersebut yang biasanya dipimpin oleh seorang
duta besar yang berkuasa penuh.

Pengakuan tersebut mempunyai makna penting bagi suatu negara, yaitu diakuinya
keberadaan suatu negara, dapat membuka hubungan bilateral dan multilateral, dapat
menempatkan perwakilannya sebagai pengutusan tetap di lembaga-lembaga internasional dan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.

You might also like