Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
0608505009
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS UDAYANA
2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk dan kekuatan, sehingga di sela-sela perkuliahan penulis yang cukup padat,
paper yang berjudul “Indometasin sebagai Terapi Gout Arthritis” ini dapat diselsaikan.
Paper ini memuat uraian tentang epidemiologi, prevalensi, etiologi, patofisiologi,
diagnosa, gejala klinis, dan penggunaan Indometasin sebagai terapi Gout Arthritis. Paper ini juga
menguraikan secara lebih spesifik tentang mekanisme kerja, dosis, cara pemberian, efek samping
,dan interaksi obat dari indometasin dalam pengobatan gout arthritis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan paper ini. Saran dan
kritik membangun tentunya sangat kami harapkan untuk penyempurnaan dan perbaikan di masa
mendatang.
Akhir kata, semoga paper ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan apoteker dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian untuk pasien gout arthritis.
Penulis
NIM. 0608505009
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Gout arthritis merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya reaksi inflamasi akut
yang hebat yang menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat (MSU). Gout arthritis berkaitan
dengan adanya monosodium urat dalam leukosit yang ditemukan diantaranya pada cairan sendi
sinovial, endapan kristal monosodium urat dalam jarigan (tofi), penyakit ginjal interstisial,
nefrolitiasis asam urat. Gout arthritis lebih sering menyerang laki-laki. Biasanya penyakit ini sebagai
akibat dari kerusakan sistem kimia tubuh. Kondisi ini paling sering menyerang sendi kecil, terutama
ibu jari kaki ( Cronstein, et al, 2006 ).
Menurut studi, konsentrasi asam urat (risiko gout), berkorelasi dengan umur, kadar kreatinin
dalam serum, kadar nitrogen urea dalam darah, gender laki-laki, tekanan darah, berat badan, dan
konsumsi alkohol. Ada korelasi langsung antara kadar asam urat dalam serum dengan insidensi dan
prevalensi gout. Pada tahun 1999, menurut penelitian, prevalensi gout dan hiperurisemia di USA
adalah 41 per 1000, dan di UK prevalensi gout adalah 14 per 1000. Angka kejadian gout saat ini
antara 20-35 per 100.000 orang, dan prevalensi secara keseluruhan 1,6-13,6 per 1000. Laju prevalensi
tahunan dari gout dan hiperurisemia meningkat, terutama pada manula. Gout terjadi makin sering
pada laki-laki dibanding perempuan, pada usia lebih tua, pada kadar asam urat lebih tinggi dan ada
kaitannya dengan hipertensi. Ternyata 18% penderita gout mempunyai sejarah keluarga (genetika)
dengan hiperurisemia, dan terjadiya gout cenderung meningkat bila kadar asam urat meningkat
(Dipiro and Robert, 2005).
Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, suatu produk sisa yang tidak
mempunyai peran fisiologi. Manusia tidak memiliki urikase yang dimiliki hewan, suatu enzim yang
menguraikan asam urat menjadi alantoin yang larut dalam air. Asam urat yang terbentuk setiap hari
di buang melalui saluran pencernaan atau ginjal. Pada keadaan normal, jumlah asam urat
terakumulasi pada laki-laki kurang lebih 1200 mg dan pada perempuan 600 mg. Jumlah akumulasi
ini meningkat beberapa kali lipat pada penderita gout. Berlebihnya akumulasi ini dapat berasal dari
produksi berkelebihan atau ekskresi yang kurang. Meskipun asupan purin berlebih, dalam keadaan
normal, seharusnya ginjal dapat mengekskresikannya. Pada kebanyakan pasien gout (75-90%),
clearence asam urat oleh ginjal sangat menurun. Faktor lain yang dapat menurunnya ekskresi asam
urat seperti obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, konsumsi alkohol dan obat- obatan tertentu (diuretik
loop dan tiazid) (Dipiro and Robert, 2005).
Tanda utama dari patologi gout adalah influk neutrofil ke dalam cairan sendi yang
menyebabkan aktivasi endothelium dan adhesi antara molekul dan leukosit. Neutrofil akan
terakumulasi di cairan sendi dan membrane synovial, dimana fraksi kecil dari sel-sel ini secara aktif
memfagositosis kristal MSU dan melepaskan mediator. Mediator ini termasuk protein sitosolik
1
neutrofil S100A8/S100A9 (yang akhir-akhir ini diistilahkan sebagai crystal-induced chemotactic
factor [CCF]), yang merupakan mediator dengan berat molekul rendah seperti prostanoid dan
leukotrien yang bersifat kemotaksis dan memperkuat reaksi inflamasi ( Cronstein, et al, 2006 ).
Purin dalam tubuh yang menghasilkan asam urat, berasal dari tiga sumber: purin dari
makanan, konversi asam nukleat dari jaringan, pembentukan purin dari dalam tubuh. Beberapa
sistem enzim mengatur metabolisme purin. Bila terjadi sistem regulasi yang abnormal maka
terjadilah produksi asam urat yang berlebihan. Produksi asam urat berlebihan ini dapat juga terjadi
karena adanya peningkatan penguraian asam nukleat dari jaringan, seperti pada myeloproliferative
dan lymphoproliferative disorder (Dipiro and Robert, 2005).
Dua abnormalitas dari dua enzim yang menghasilkan produksi asam urat berlebih yaitu
peningkatan aktivitas Phosphoribosylpyrophosphate (PRPP) synthetase menyebabkan peningkatan
konsentrasi PRPP yang berperan dalam sintesa purin dan defisiensi hypoxanthine guanine
phosphoribosyl transferase (HGPRT) yang dapat meningkatkan metabolisme guanine dan hipoxantin
menjadi asam urat (Dipiro and Robert, 2005).
Yang perlu diketahui juga berkaitan dengan patofisiologi GA adalah kelarutan asam urat
berkurang pada cuaca yang dingin dan pH yang rendah. Kemungkinan penyebab mengapa pada
cuaca dingin lebih terasa nyeri. Selain itu estrogen cenderung mendorong ekskresi asam urat,
kemungkinan penyebab mengapa insidensi perempuan premenopause rendah (Dipiro and Robert,
2005).
Gout adalah penyakit yang didiagnosis oleh simptom bukan oleh hasil pemeriksaan
labororium. Kenyataan hiperurisemia yang asimtomatis yang ditemukan secara kebetulan, biasanya
jarang membutuhkan terapi. Gejala klinis yang sering adalah rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di
sekitar sendi. Berdasarkan hasil laboratorium ditemukan adanya monosodium urat dalam leukosit
yang ditemukan diantaranya pada cairan sendi sinovial, endapan kristal monosodium urat dalam
jarigan (tofi), penyakit ginjal interstisial, nefrolitiasis asam urat. Untuk banyak orang, gout awalnya
menyerang sendi dari ibu jari kaki. Kadang selama penyakit berjalan, gout akan menyerang ibu jari
kaki sebanyak 75% pasien. Bagian lain yang dapat terserang diantaranya adalah pergelangan kaki,
tumit, pergelangan tangan, jari, siku (Dipiro and Robert, 2005).
Diagnosis definitive, dikonfirmasikan dengan analisa cairan sendi. Cairan sinovial pasien GA
mengandung kristal monosodium urat (MSU) yang negatif birefringent (refraktif ganda) yang juga
ditelan oleh neutrofil (dilihat dengan mikroskop sinar terpolarisasi) (Dipiro and Robert, 2005).
Diagnosa gout juga dapat dilakukan dengan gelombang ultrasonic. Diagnose dengan ultrasonik lebih
sensitif dalam mendeteksi proses pengapuran kartilago hialin dibandingkan dengan metode radiografi
secara konvensional ( Thiele et al, 2007 ).
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan dari terapi gout arthritis ini adalah untuk menghentikan serangan akut, mencegah
serangan kembali dari GA, dan mencegah komplikasi yang berkaitan dengan deposit kristal asam urat
kronis di jaringan. Ada tiga pilihan obat untuk gout arthritis akut: NSAID, kolkhisin, kortikosteroid.
Salah satu obat golongan NSAIDs yang sering digunakan untuk terapi gout arthritis adalah
indometasin.
6
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1. 2002. AHFS Drug Information, Book 7. USA: American Society of Health-System
Pharmacists.
Anonim 2. 2008. Indometacin Rectal
Available at : www.jirdc.org/Files/Monographs/pem7049.pdf
Opened at : 10 November 2008; 09.00 am
Boardman, P. L. and F. Dudley Hart. 1967. Side-effects of indomethacin. London : Ann Rheum Dis
Available at : http://ard.bmj.com/cgi/eletter-submit/26/2/127.pdf
Opened at : 12 Desember 2008; 10.00 am
Brooks, P.M., M.A. Bell, R.D. Sturrock, J.P. Famaey, and W.C. Dick. 1974. The Clinical
Significance of Indomethacin-Probenecid Interaction. Glasgow : Centre for Rheumatic
Disease and University Departement of Medicine
Available at : http://espace.library.uq.edu.au/eserv/UQ:9993/clinical_signifi.pdf
Opened at : 12 Desember 2008; 10.00 am
Cronstein, Bruce N and Robert Terkeltaub. 2006. The inflammatory process of gout and its treatment.
New York : BioMed Central Ltd
Available at : http:// www.biomedcentral.com/content/pdf/ar1908.pdf
Opened at : 10 November 2008; 09.00 am
Dipiro, Joseph T., and Robert L. Talbert. 2005. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach,
Sixth Edition. USA: McGraw-Hill Companies.
Herfindal, Eric T., and Dick R. Gourlev. 2000. Textbook of Therapeutics: Drug and Disease
Management Seventh Edition, Book 2. USA: Lippincott Williams and Wilkins.
Kartasasmita, Rahmana Emran. 2002. Perkembangan Obat Antiradang Bukan Steroid. Bandung :
Unit Bidang Ilmu Kimia Medisinal/Farmasi Analisis Departemen Farmasi FMIPA ITB
Available at : http://acta.fa.itb.ac.id/pdf_dir/issue_27_4_7.pdf
Opened at : 10 November 2008; 09.00 am
Taiwo, Victor Olusegun and Omotayo Lawal Conteh. 2008. The rodenticidal effect of indomethacin:
pathogenesis and pathology. Nigeria : Department of Veterinary Pathology, University of
Ibadan
Available at : http://www.vef.hr/vetarhiv/papers/2008-78-2-9.pdf
Opened at : 10 November 2008; 09.00 am
Thiele, R. G. and N. Schlesinger. 2007. Diagnosis of gout by ultrasound. British : Oxford University
Press
Available at : http://rheumatology.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/46/7/1116.pdf
Opened at : 10 November 2008; 09.00 am
Willburger, R. E., E. Mysler, J. Derbot, T. Jung, H. Thurston, A. Kreiss, S. Litschig, G. Krammer 4
and G. A. Tate. 2007. Lumiracoxib 400 mg once daily is comparable to indomethacin 50 mg
three times daily for the treatment of acute flares of gout. British : Oxford University Press
Available at : http://rheumatology.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/46/7/1126.pdf
Opened at : 10 November 2008; 09.00 am