You are on page 1of 4

KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga makalah tugas Rekayasa Konstruksi Kayu dapat diselesaikan. Makalah ini menjelaskan mengenai Pengaruh Perekat Terhadap Kekuatan Sambungan Kayu yang merupakan salah satu materi yang telah dipelajari di perkuliahan sebelumnya agar dapat dipahami lebih mendalam. Dalam kesempatan ini, penulis berterima kasih kepada Dr. Ir. Sucahyo Sadiyo, M. Sc dan Dr. Ir. Naresworo Nugroho, M. Sc, selaku dosen kuliah yang telah banyak memberikan bimbingan dan koreksi kepada kami. Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan yang telah banyak membantu dan bekerja sama dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini. Saran dan kritik sangat diharapkan untuk dapat menjadi sebuah bahan pembelajaran serta proses perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

Penulis

Pada prinsipnya suatu bangunan structural memperhitungkan tiga unsur penting, yaitu kekakuan (stiffness), kekuatan (strength) dan kestabilan (stability) struktur. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketiga aspek penting tersebut adalah macam/jenis sambungan yang digunakan. Menurut Tular dan Idris (1981) sambungan kayu merupakan titik kritis atau terlemah yang terdapat pada elemen atau titik hubung dari suatu bangunan struktural, yaitu bangunan yang memperhitungkan keamanan struktur. Pada sistim perangkaan bangunan struktural maka seluruh komponen penyusun rangka batang (termasuk sambungan yang terdapat pada batang tersebut) harus diupayakan sedemikian rupa agar pada elemen tersebut hanya bekerja gaya uni-aksial tarik atau tekan saja. Macam sambungan kayu yang bersifat kritis dan perlu diperhitungkan berdasarkan kaidah ilmiah adalah sambungan tarik, geser dan momen. Hal ini disebabkan kekuatan sambungan kayu khususnya yang menerima gaya tarik luas bidang kontak dari batang utamanya digantikan oleh luas bidang tarik atau geser dari alat sambungnya sehingga kekuatan sambungan tarik umumnya lebih rendah dan sulit menyamai besar kekuatan batang utamanya. Sambungan tarik pada kayu juga rentan terhadap sesaran dan ini merupakan kelemahan berikutnya. Menurut Faherty dan Williamson (1989) sambungan-sambungan kayu sekarang ini dapat didisain dengan ketelitian yang sama seperti bagian-bagian lain struktur. Suryokusumo et al. (1980) mengatakan bahwa kekuatan sambungan kayu sangat dipengaruhi oleh komponen pembentuk sambungan, yaitu balok kayu yang akan disambung, alat sambung dan macam atau bentuk sambungan. [Sadiyo, Sucahyo. 2011. Analisis Sesaran Batas Proporsional dan Maksimum Sambungan Geser Ganda Batang Kayu dengan Paku Majemuk Berpelat Sisi Baja Akibat Beban Uni-Aksial Tekan. Vol 18 No 2 Agustus 2011. Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil. ITB. ISSN 0853-2982] Perbedaan sambungan perekat dengan sambungan baut, paku atau pasak adalah: a. Pada sambungan perekat bagian-bagian kayu di sambung pada bidang b. Sambungan perekat memiliki kekuatan sangat tinggi Perekat untuk sambungan konstruksi kayu dibagi menjadi beberapa golongan yakni: a. Vegetable adhesives (perekat tumbuh-tumbuhan) dibuat dari starch (sari putih) atau suatu bahan yang mengandung banyak starch b. Animal glues (perekat binatang) dibuat dari tulang, kulit dan ikan c. Casien glues (perekat kasien) dibuat dari casein yang dikeringkan dari susu d. Blood albumen glues (perekat-perekat darah bercampur zat putih telur), dibuat dari darah binatang yang dikeringkan e. Synthetic resin glues, dibagi ke dalam: - Thermosetting glues Perekat golongan ini terjadi pengerasan jika terkena pengaruh panas atau karena reaksi kimia dengan sebuah katalisator yang disebut pengeras (hardenes), atau karena kedua-duanya. Pengaruh panas akan mempercepat waktu pengerasan. Sifat lain dari perekat ini adalah, jika sudah mengeras tidak dapat dijadikan lunak kembali. Yang termasuk golongan ini adalah phenol formaldehyde, unea formaldehyde recorcinol, formaldehyde dan melamine formaldehyde. - Thermo plastic glues Sifat dari perekat golongan ini adalah:

Menjadi lunak jika terkena panas dan sambungan akan meregang pada tegangan yang tinggi Jika temperature tinggi, maka daya ikatnya berkurang, bahkan bias hilang sama sekali Jika terkena temperature yang rendah, perekat menjadi keras dan mempunyai daya ikat yang besar Untuk menyempurnakan pekerjaan perekat maka diadakan pengempaan, yakni upaya agar kontak kedua bidang sambungan menjadi sempurna. Tinggi rendahnya tekanan dalam pengempaan tergantung dari: Kekakuan bagian-bagian kayu Kerataan bidang-bidang sambungan Pengempaan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain, (menurut urutan kesempurnaannya) sebagai berikut: Dengan mesin penekan hidrolis Dengan alat-alat pengapit yang dibantu oleh baut dan sekrup Dengan baut dan paku Penggunaaan perekat dalam konstruksi kayu dibedakan sebagai berikut: Digunakan sebagai alat-alat penyambung batangh-batang kayu Digunakan untuk konstruksi kayu berlapis majemuk Untuk sambungan serong (plain scanjoint) perlu diberikan faktor-faktor reduksi kekuatan penampang kayu sesuai dengan besar kecilnya sudut

Pada sambungan eksentrisitas (lap joint) tegangan rata-rata pada keruntuhan tidak konstan tetapi tergantung dari harga-harga tebal bagian kayu yang disambung (t) dan panjang overlap (I)

Gambar 1. Grafik Rasio Vs Tegangan Geser

[Danasasmita, Kosasih. 2004. Sambungan dengan Alat Penyambung. [terhubung berkala]. http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/195306261981011E._KOSASIH_DANASASMITA/SK15.pdf. [6 Januari 2013]]

You might also like