You are on page 1of 29

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR

MAKALAH

OLEH : MILLY ARMILIA, drg.Sp.KG NIP : 130779423

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2006

Mengetahui : Ketua Jurusan Konservasi Gigi FKG Unpad Bandung

Hj.Endang Sukartini. Sp.KG NIP : 130809282

ABSTRAK Perawatan endodontik dapat didefinisikan sebagai perawatan atau tindakan yang diambil untuk mempertahankan gigi vital, gigi yang rusak atau non vital dalam keadaan berfungsi di lengkung gigi. Kegagalan terjadi bila pasien menghubungi karena mengeluhkan gejala nyeri yang hebat. Gambaran radiologis terlihat lesi radiolusen yang telah membesar, telah menjadi persisten atau telah berkembang dari semula. Etiologi kegagalan dapat diklasifikasi sebagai berikut : praperawatan, selama perawatan dan pasca perawatan. Penyebab kegagalan praperawatan dapat disebabkan diagnosis yang salah, seleksi kasus yang buruk atau prognosis yang buruk. Penyebab selama perawatan adalah kesalahan preparasi buka kamar pulpa, preparasi saluran akar, misalnya instumentasi berlebih, instrumentasi kurang, preparasi berlebih, preparasi kurang, pengisian saluran akar yang tidak sempurna, misalnya pengisian berlebih atau pengisian kurang. Penyebab kegagalan pasca perawatan adalah desain restorasi yang buruk, kerusakan restorasi, trauma dan fraktur, bukan karena perawatan endodontik.

Kata kunci : endodontik, kegagalan, etiologi

ABSTRACT

Endodontic treatment can simply be defined as the precautions taken to maintain the health of the vital pulp in tooth, or the treatment of a damaged or necrotic pulp in a tooth to allow the tooth to remain functional in the dental arch. Failure occurs if the patient contacts the dentist complaining of severe symptoms. Radiogrphic findings, radiolucent lesion has enlarged, has persited, or has developed when not originally present. Etiologis for failure will be classified as preoperative causes, operative causes, and postoperative causes. Failure of preoperative endodontic therapy can be results of misdiagnosis, poor case selection, or poor prognosis. The operative causes failure as ascces cavity preparation and canal shaping failure, for example overinstrumentation, underinstrumentation, overextended, underextended, poorly candensed obturation, for example overfilled or underfilled. Postoperative causes, poorly designed final restorastion, lack of any restoration, trauma and fracture, nonendodontic involvement.

Key word : endodontic, failure, etiology.

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan setelah membacanya akan menambah sedikit gambaran dan pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Selama menyusun makalh ini, penulis telah banyak memperoleh bimbingan, pengarahan dan bantuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun dukungan moril. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Prof. Dr. Eky S. Soeria soemantri, drg Sp.Ort. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung. 2. Hj. Endang Sukartini, drg. Sp.KG sebagai Ketua Jurusan Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Bandung yang telah memberi kesempatan kepada penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya, namun mudah-mudahan makalah ini ada manfaatnya.

Bandung, Oktober 2006

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK . ABSTRACT .. PRAKATA DAFTAR ISI

I ii iii iv

BAB I : PENDAHULUAN ..

BAB II : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR .. 2.1 Faktor Patologis . 2.2 Faktor Penderita . 2.3 Faktor Perawatan 2.4 Faktor Anatomi Gigi .. 2.5 Kecelakaan Prosedural ..

3 3 5 6 7 8

BAB III : MACAM-MACAM PENYEBAB TERJADINYA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR .

11

3.1 Faktor Penyebab Kegagalan Perawatan Saluran Akar Tahap Praperawatan .. 3.2 Faktor Penyebab Kegagalan Selama Perawatan 3.2.1 Kesalahan Pembukaan Kamar Pulpa .. 3.2.2 Kesalahan Selama Preparasi Saluran Akar 3.2.3 Kesalahan Saat Pengisisan Saluran Akar .. 3.3 Faktor Penyebab Kegagalan Pasca Perawatan 11 13 13 15 17 18

BAB IV : TANDA-TANDA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR 4.1 Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis . 4.2 Tanda-tanda Kegagalan secara Radiologis . 4.3 Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis)

19 19 20 20

BAB V : KESIMPULAN .. DAFTAR PUSTAKA

22 23

BAB I PENDAHULUAN

Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak ada yanda-tanda patologik. Gigi yang sakit bila dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya terletak pada jaringan sekitarnya yang sehat (Bence, 1990). Tidak semua perawatan saluran akar berhasil dengan baik. Pasien harus selalu diberi tahu mengenai kemungkinan terjadinya kegagalan perawatan. Prognosisnya sering berubah pada waktu sebelum, selama dan sesudah perawatan bergantung kepada apa yang terjadi dan apa yang ditemukan selama atau setelah perawatan. Prognosis memuaskan pada permulaan perawatan dapat berubah menjadi prognosis yang lebih buruk atau tidak memuaskan pada akhir prosedur. Dokter gigi harus memberikan pandangan umum bahwa hasil yang mungkin terjadi adalah memuaskan, meragukan atau tidak memuaskan. Mereka akan tahu bahwa segala sesuatunya mungkin tidak akan berjalan seperti yang diharapkan. Pasien akan lebih menerima jika kegagalan terjadi. Interprestasi keberhasilan atau kegagalan berbeda-beda pada setiap klinisi. Kriteria keberhasilan bagi seorang dokter gigi mungkin berupa lamanya hasil perawatan bertahan dan kriteria kegagalannya mungkin kalau pasien mengeluhkan gejala sakit pada gigi yang telah dirawat. Walaupun sudah banyak publikasi hail

penelitian mengenai prognosis yang menganalisis efek berbagai faktor terhadap keberhasilan dan kegagalan, namun banyak variabel yang menyulitkan interpterasi hasilnya. Kesulitan ini misalnya meliputi bias dari pengamat yang memiliki kriteria keberhasilan berbeda, bias dalam menginterprestasikan radigraf, berbagai tingkat kesediaan pasien dalam pemanggilan kembali atau subjektivitas respons pasien terhadap perawatan. Kegagalan yang terjadi dapat disebabkan oleh kesalahan dalam mendiagnosa penyakit pulpa ataupun karena kesalahan dalam teknik perawatan yang dilakukan. Agar perawatan yang dilakukan tidak menemui kegagalan, maka diperlukan beberapa pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosa penyakit pulpa dan menuntun operator dalam melakukan perawatan saluran akar (Ingle, 1985; Walton & Torabinejab, 1996).

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR

Seperti halnya seluruh perawatan gigi, penggabungan beberapa faktor mempengaruhi hasil suatu perawatan endodontik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor anatomi, faktor perawatan dan kecelakaan prosedur perawatan (Ingle, 1985; Cohen & Burn, 1994; Walton & Torabinejab, 1996).

2.1 Faktor Patologis Keberadaan lesi di jaringan pulpa dan lesi di periapikal mempengaruhi tingkat keberhasilan perawatan saluran akar. Beberapa penelitian menunjukan bahwa tidak mungkin menentukan secara klinis besarnya jaringan vital yang tersisa dalam saluran akar dan derajat keterlibatan jaringan peripikal. Faktor patologi yang dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar adalah (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996) : 1. Keadaan patologis jaringan pulpa. Beberapa peneliti melaporkan tidak ada perbedaan yang berarti dalam keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar yang melibatkan jaringan pulpa vital dengan pulpa nekrosis. Peneliti lain menemukan bahwa kasus dengan pulpa nekrosis memiliki prognosis yang lebih baik bila tidak terdapat lesi periapikal.

2. Keadaan patologis periapikal danya granuloma atau kista di periapikal dapat mempengaruhi hasil perawatan saluran akar. Secara umum dipercaya bahwa kista apikalis menghasilkan prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan lesi granulomatosa. Teori ini belum dapat dibuktikan karena secara radiografis belum dapat dibedakan dengan jelas ke dua lesi ini dan pemeriksaan histologi kista periapikal sulit dilakukan. 3. Keadaan periodontal erusakan jaringan periodontal merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prognosis perawatan saluran akar. Bila ada hubungan antara rongga mulut dengan daerah periapikal melalui suatu poket periodontal, akan mencegah terjadinya proses penyembuhan jaringan lunak di periapikal. Toksin yang dihasilkan oleh plak dentobakterial dapat menambah bertahannya reaksi inflamasi. 4. Resorpsi internal dan eksternal Kesuksesan menghentikan perawatan perkembangan saluran akar bergantung pada kemampuan besar

resorpsi.

Resorpsi

internal

sebagian

prognosisnya buruk karena sulit menentukan gambaran radiografis, apakah resorpsi internal telah menyebabkan perforasi. Bermacam-macam cara pengisian saluran akar yang teresorpsi agar mendapatkan pengisian yang hermetis.

2.2 Faktor Penderita faktor penderita yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah sebagai berikut (Ingle, 1985; Cohen & Burns, 1994; Walton &Torabinejad, 1996) :

1. Motivasi Penderita Pasien yang merasa kurang penting memelihara kesehatan mulut dan melalaikannya, mempunyai risiko perawatan yang buruk. Ketidaksenangan yang mungkin timbul selama perawatan akan menyebabkan mereka memilih untuk diekstraksi (Sommer, 1961). 2. Usia Penderita Usia penderita tidak merupakan faktor yang berarti bagi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan perawatan saluran akar. Pasien yang lebih tua usianya mengalami penyembuhan yang sama cepatnya dengan pasien yang muda. Tetapi penting diketahui bahwa perawatan lebih sulit dilakukan pada orang tua karena giginya telah banyak mengalami kalsifikasi. Hali ini mengakibatkan prognosis yang buruk, tingkat perawatan bergantung pada kasusnya (Ingle, 1985). 3. Keadaan kesehatan umum Pasien yang memiliki kesehatan umum buruk secara umum memiliki risiko yang buruk terhadap perawatan saluran akar, ketahanan terhadap infeksi di bawah normal. Oleh karena itu keadaan penyakit sistemik, misalnya penyakit jantung, diabetes atau hepatitis, dapat menjelaskan kegagalan perawatan saluran akar di luar kontrol ahli endodontis (Sommer, dkk, 1961; Cohen & Burns, 1994).

2.3 Faktor Perawatan Faktor perawatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu perawatan saluran akar bergantung kepada : 1. Perbedaan operator Dalam perawatan saluran akar dibutuhkan pengetahuan dan aplikasi ilmu biologi serta pelatihan, kecakapan dan kemampuan dalam manipulasi dan

menggunakan instrumen-instrumen yang dirancang khusus. Prosedur-prosedur khusus dalam perawatan saluran akar digunakan untuk memperoleh keberhasilan perawatan. Menjadi kewajiban bagi dokter gigi untuk menganalisa pengetahuan serta kemampuan dalam merawat gigi secara benar dan efektif (Healey, 1960; Walton &Torabinejad, 1996). 2. Teknik-teknik perawatan Banyak teknik instrumentasi dan pengisian saluran akar yang tersedia bagi dokter gigi, namun keuntungan klinis secara individual dari masing-masing ukuran keberhasilan secara umum belum dapat ditetapkan. Suatu penelitian menunjukan bahwa teknik yang menghasilkan penutupan apikal yang buruk, akan menghasilkan prognosis yang buruk pula (Walton & Torabinejad, 1996). 3. Perluasan preparasi atau pengisian saluran akar. Belum ada penetapan panjang kerja dan tingkat pengisian saluran akar yang ideal dan pasti. Tingkat yang disarankan ialah 0,5 mm, 1 mm atau 1-2 mm lebih pendek dari akar radiografis dan disesuaikan dengan usia penderita. Tingkat keberhasilan yang rendah biasanya berhubungan dengan pengisian yang berlebih, mungkin disebabkan iritasi oleh bahan-bahan dan penutupan apikal yang buruk. Dengan tetap melakukan pengisian saluran akar yang lebih pendek dari apeks radiografis, akan mengurangi kemungkinan kerusakan jaringan periapikal yang lebih jauh (Walton & Torabinejad, 1996).

2.4 Faktor Anatomi Gigi Faktor anatomi gigi dapat mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan saluran akar dengan mempertimbangkan : 1. Bentuk saluran akar

Adanya pengbengkokan, penyumbatan,saluran akar yang sempit, atau bentuk abnormal lainnya akan berpengaruh terhadap derajat kesulitan perawatan saluran akar yang dilakukan yang memberi efek langsung terhadap prognosis (Walton & Torabinejad, 1996). 2. Kelompok gigi Ada yang berpendapat bahwa perawatan saluran akar pada gigi tunggal mempunyai hasil yang lebih baik dari pada yang berakar jamak. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya dengan interpretasi dan visualisasi daerah apikal pada gambaran radiografi. Tulang kortikal gigi-gigi anterior lebih tipis dibandingkan dengan gigi-gigi posterior sehingga lesi resorpsi pada apeks gigi anterior terlihat lebih jelas. Selain itu, superimposisi struktur radioopak daerah periapikal untuk gigi-gigi anterior terjadi lebih sedikit, sehingga interpretasi radiografinya mudah dilakukan. Radiografi standar lebih mudah didapat pada gigi anterior, sehingga perubahan periapikal lebih mudah diobservasi dibandingkan dengan gambaran radiologi gigi posterior (Walton & Torabinejad, 1989). 3. Saluran lateral atau saluran tambahan Hubungan pulpa dengan ligamen periodontal tidak terbatas melalui bagian apikal saja, tetapi juga melalui saluran tambahan yang dapat ditemukan pada setiap permukaan akar. Sebagian besar ditemukan pada setengah apikal akar dan daerah percabangan akar gigi molar yang umumnya berjalan langsung dari saluran akar ke ligamen periodontal (Ingle, 1985). Preparasi dan pengisian saluran akar tanpa memperhitungkan adanya saluran tambahan, sering menimbulkan rasa sakit yang hebat sesudah perawatan dan menjurus ke arah kegagalan perawatan akhir (Guttman, 1988).

2.5 Kecelakaan Prosedural Kecelakaan pada perawatan saluran akar dapat memberi pengaruh pada hasil akhir perawatan saluran akar, misalnya : 1. Terbentuknya ledge (birai) atau perforasi lateral. Birai adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada permukaan dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk mencapai ujung saluran (Guttman, et all, 1992). Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrumen yang kurang dari panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam saluran akar yang bengkok (Grossman, 1988, Weine, 1996). Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang memadai (Walton & Torabinejad, 1966). 2. Instrumen patah Patahnya instrumen yang terjadi pada waktu melakukan perawatan saluran akar akan mempengaruhi prognosis keberhasilan dan kegagalan perawatan. Prognosisnya bergantung pada seberapa banyak saluran sebelah apikal patahan yang masih belum dibersihkan dan belum diobturasi serta seberapa banyak patahannya. Prognosis yang baik jika patahan instrumen yang besar dan terjadi ditahap akhir preparasi serta mendekati panjang kerja. Prognosis yang lebih buruk jika saluran akar belum dibersihkan dan patahannya terjadi dekat apeks atau diluar foramen apikalis pada tahap awal preparasi (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996).

4. Fraktur akar vertikal Fraktur akar vertikal dapat disebabkan oleh kekuatan kondensasi aplikasi yang berlebihan pada waktu mengisi saluran akar atau pada waktu penempatan pasak. Adanya fraktur akar vertikal memiliki prognosis yang buruk terhadap hasil perawatan karena menyebabkan iritasi terhadap ligamen periodontal (Walton &Torabinejad, 1996).

BAB III MACAM-MACAM PENYEBAB TERJADINYA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR Secara umum penyebab kegagalan dapat didaftar secara kasar dari yang frekuensinya paling sering sampai ke yang paling jarang, yaitu kesalahan dalam diagnosis dan rencana perawatan; kebocoran tambalan di mahkota; kurangnya pengetahuan anatomi pulpa; debridement yang tidak memadai; kesalahan selama perawatan; kesalahan dalam obturasi; proteksi tambalan yang tidak cukup; dan fraktur akar vertikal. Berbagai prosedur yang terkait dengan perawatan saluran akar dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap praperawatan, selama perawatan dan pasca perawatan. Mengingat kegagalan perawatan saluran akar terkait dengan tiap-tiap tahap tersebut, maka penyebab kegagalannya pun diklasifikasi sesuai dengan tahap-tahap itu (Cohen 1994; Walton & Torabinejad, 1996).

3.1 Faktor Kegagalan Tahap Praperawatan

Kegagalan perawatan saluran akar pada tahap praperawatan sering disebabkan oleh : 1. Diagnosis yang keliru 2. Kesalahan dalam perencanaan perawatan 3. Seleksi kasus yang buruk 4. Merawat gigi dengan prognosis yang buruk

Diagnosis yang tidak tepat, biasanya berasal dari kurangnya atau salahnya interpretasi informasi, baik informasi klinis maupun radiografis. Radiograf merupakan alat bantu utama dalam penilaian konfigurasi anatomik sistem saluran akar perawatan. Tidak teridentifikasinya penyimpangan berbagai sistem saluran akar pada radigraf sering menjadi penyebab kegagalan perawatan saluran akar. Fraktur dentin akar atau didiagnosis keliru. Inflamasi kronis yang timbul akan menyebabkan defek periodontal, defek ini sering baru terlihat di kemudian hari. Dalam mendiagnosis suatu penyakit sangat diperlukan ketelitian dan pemahaman dokter gigi akan gejala-gejala suatu penyakit. Karena keterbatasan pengetahuan, peralatan ataupun karena kelalaian dokter gigi, tidak jarang terjadi kesalahan dalam mendiagnosis penyakit yang dapat mengakibatkan timbulnya masalah dalam proses penyembuhan. Seleksi kasus menentukan apakah perawatan dapat dilakukan atau tidak. Sebagian rencana perawatan adalah mengidentifikasi kasus-kasus mana yang cenderung akan mengalami kegagalan walaupun baiknya perawatan yang dilakukan. Sejumlah kegagalan yang disebabkan oleh seleksi kasus yang buruk akan menimbulkan kekliruan dalam menilai kerjasama pasien serta kesukaran yang mungkin timbul selama perawatan (Cohen, 1994; Ingle, 1985, Grossman, 1988, Walton & Torabinejad, 1996).

3.2 Faktor Kegagalan Selama Perawatan Banyak kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan oleh kesalahankesalahan dalam prosedur perawatan, kesalahan dapat terjadi pada saat pembukaan kamar pulpa, saat melakukan preparasi saluran akar dan saat pengisian saluran akar.

3.2.1 Kesalahan Pembukaan Kamar Pulpa Tujuan utama pembukaan kamar pulpa adalah untuk mendapatkan jalan langsung ke foramen apikal tanpa adanya hambatan serta untuk memudahkan penglihatan pada semua orofis saluran akar. Pembukaan kamar pulpa untuk setiap gigi mempunyai desain yang berbeda, suatu pembukaan yang dilakukan dengan baik akan menghilangkan kesulitan-kesulitan teknis yang dijumpai dalam perawatan saluran akar (Grossman, 1988; Cohen, 1994; Walton & Torabinejad, 1996). Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi selama melakukan pembukaan kamar pulpa adalah : 1. Perforasi Permukaan akar Perforasi dapat terjadi ke arah proksimal atau labial. Perforasi disebabkan karena preparasi pembukaan dilakukan dengan sudut yang tidak mengarah ke kamar pulpa. Hal ini terjadi karena waktu melakukan preparasi akses, ditemui kesulitan menemukan lokasi kamar pulpa walaupun dari gambaran foto Rontgen jelas. 2. Perusakan dasar kamar pulpa Bor yang memotong dasar kamar pulpa dapat menyebabkan terjadinya perforasi pada furkasi. Selai itu, pemakaian bor fisur yang berujung datar akan membuat dasar kamar pulpa menadi datar sehingga merusak bentuk corong

alamiah orifis yang akan menyulitkan pemasukan instrumen, paper point serta bahan pengisian ke dalam saluran akar. 3. Preparasi saluran melalui tanduk pulpa Preparasi yang terlalu dangkal akan menyebabkan saluran akar dicapai melalui tanduk pulpa, selain itu akan menyulitkan pembersihan kamar pulpa dan saluran akar dengan baik. 4. Membuat pembukaan proksimal Pembukaan yang dilakukan melalui karies yang ada proksimal akan menyebabkan instrumen yang dipakai untuk saluran akar harus dibengkokkan, akibatnya preparasi saluran akar tidak tepat dan instrumen dapat patah dalam saluran akar. 5. Membuat pembukaan yang terlalu kecil Pembukaan yang terlalu kecil akan mengakibatkan terperangkapnya jaringan pulpa terutama yang berada dibawah tanduk pulpa, juga akan menyulitkan pencarian orifis sehingga saluran akar tidak dapat ditemukan. 6. Preparasi pembukaan melebar ke arah dasar kamar pulpa Pada preparasi yang melebar ke arah dasar kamar pulpa akan mengakibatkan melemahnya kemampuan menerima daya kunyah sehingga dapat melepaskan tambalan sementara dan akhirnya terjadi kebocoran.

3.2.2 Kesalahan Selama Preparasi Saluran Akar Tahap preparasi saluran akar mencakup proses pembersihan (cleaning) dan pembentukan (shaping). Pada tahap ini dapat terjadi kegagalan perawatan saluran akar yang disebabkan oleh :

1. Instrumentasi berlebih (over instrumentasi) Instrumen menembus ke luar melalui foramen apikal sehingga dapat menyebabakan terjadinya inflamasi periapikal. Instrumentasi yang melewati konstriksi apikal dapat mentransfer mikroorganisme dan mendorong bubuk dentin dari saluran akar ke jaringan periapikal sehingga dapat memperburuk hasil perawatan (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996). 2. Instrumentasi kurang (underinstrumentasi) Instrumen tidak mencapai panjang kerja yang benar sehingga pembersihan saluran akar tidak sempurna, masih meninggalkan jaringan nekrotik di dalam saluran akar (Grossman, 1988; Walton & Torabinejad, 1996). 3. Preparasi berlebihan Yang dimaksud dengan preparasi berlebihan adalah pengambilan jaringan gigi yang berlebih dalam arah mesio-distal dan buko-lingual. Hal ini dapat terjadi dibagian koronal atau pertengahan saluran sehingga melemahkan akar dan dapat menyebabkan fraktur akarselama berlangsungnya kondensasi (Gutmann et all, 1992). 4. Preparasi yang kurang Preparasi yang kurang adalah kegagalan dalam pengambilan jaringan pulpa, kikiran dentin dan mikroorganisme dari sistem saluran akar. Saluran dibentuk sempurna sehingga pengisian kurang hermetis (Gutmann et all, 1992). 5. Terbentuknya birai (ledge) dan perforasi Terbentuknya birai atau perforasi laterala dapat menghalangi proses pembersihan, pembentukan dan pengisian saluran akar yang sempurna. Adanya birai atau perforasi lateral akan meninggalkan bahan iritasi dan atau akan

menambah buruk keadaan pada ligamen perodontal sehingga prognosisnya menjadi buruk (Gossman, 1988; Cohen, 1994, Walton & Torabinejad, 1996). 6. Instrumen patah dalam saluran akar Instrumen patah dalam saluran menyebabkan kesulitan tahap perawatan saluran akar selanjutnya. Prognosisnya buruk bila saluran akar disebelah apikal patahan yang belum dibersihkan masih panjang atau fragmen patahan keluar dari foramen apikal (Grossman, 1988; Weine, 1996). 7. Kesalahan pada waktu irigasi saluran akar Bila bahan irigasi yang dipakai bersifat toksik, dapat menyebabkan iritasi pada jaringan periapikal. Cara penyemprotan bahan irigasi terlalu keras atau memasukkan jarumnya terlalu dalam dapat mendorong bubuk dentin dan mikroorganisme keluar dari foramen apikal, sehingga dapat mengiritasi jaringan periapikal. 8. Kesalahan dalam sterilisasi saluran akar Mikroorganisme masih tersisa di dalam tubuli dentin, saluran lateral atau ramifikasi saluran akar karena obat-obat disinfeksi yang digunakan kurang efektif, sehingga dapat menyebabkan terjadinya reinfeksi (Ingle, 1985; Weine, 1996).

3.2.3 Kesalahan Saat Pengisian Saluran Akar Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan karena kesalahankesalahan yang terjadi saat pengisian saluran akar, yaitu (Ingle, 1985; Cohen, 1994; Walton & Torabinejad, 1996: Weine, 1996) :

1. Pengisian yang tidak sempurna Pengisian yang berlebih (overfilling), pengisian yang kurang (underfilling) atu pengisian yang tidak hermetis, dapat memicu terjadinya inflamasi jaringan periapikal, saluran akar dapat terkontaminasi bakteri dari periapikal sehingga terjadi reinfeksi. 2. Pengisian saluran akar dilakukan pada saat yang tidak tepat. Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan belum steril, masih terdapat eksudat yang persisten atau masih terdapat sisa jaringan yang terinfeksi. 3. Pengisian saluran akar dilakukan pada keadaan tidak steril. Keadaan rongga mulut maupun alat-alat yang digunakan pada waktu dilakukan pengisian saluran akar, tidak steril.

3.3 Faktor Penyebab Kegagalan Pasca Perawatan Kejadian pasca perawatan dapat menyebabkan kegagalan perawatan secara langsung atau tidak langsung, misalnya (Ingle, 1985; Walton & Torabinejad, 1996). 1. Restorasi yang kurang baik atau desain restorasi yang buruk. Restorasi yang baik akan melindungi sisa gigi dan mencegah kebocoran dari rongga mulut kedalam sistem saluran akar. Restorasi pasca perawatan saluran akar yang kurang baik akan menyebabkan terbukanya semen dan menyebabkan terkontaminasinya kamar pulpa dan saluran akar oleh saliva dan bakteri, sehingga mengakibatkan kegagalan perawatan saluran akar. 2. Trauma dan fraktur Kesalahan preparasi padawaktu pembuatan pasak dapat menyebabkan kegagalan perawatan. Pengambilan dentin saluran akar yang terlalu banyak akan melemahkan akar gigi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya fraktur vertikal.

3. Terkenanya jaringan periodontal Kegagalan bisa disebabkan karena non endodontik, walaupun perawatan saluran akar dilakukan dengan baik. Hal ini dapat disebabkan karena efek merusak dari perawatan ortodontik atau penyakit periodontium.

BAB IV TANDA-TANDA KEGAGALAN PERAWATAN SALURAN AKAR Di samping kurangnya konsensus mengenai kriteria untuk menilai keberhasilan atau kegagalan, rentang waktu yang diperlukan bagi tindak lanjut pasca perawatan yang memadai juga masih kontroversial. Periode yang dianjurkan berkisar 6 bulan sampai 4 tahun. Keberhasilan yang nyata dalam kurun waktu satu tahun bukan keberhasilan yang langgeng karena kegagalan mungkin terjadi setiap saat. Penentuan berhasil atau tidaknya suatu perawatan diambil dari pemeriksaan klinis dan radigrafis dan histologis (mikroskopis). Hanya temuan klinis dan radiografis yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi, pemeriksaan histologis pada umumnya digunakan sebagai alat penelitian (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003).

4.1 Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai adalah tanda gejala klinis, yaitu : (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) : 1. Rasa nyeri baik secara spontan maupun bila kena rangsang. 2. Perkusi dan tekanan terasa peka. 3. Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka. 4. Pembengkakan pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan. 5. Adanya fistula pada daerah apikal.

4.2 Tanda-tanda Kegagalan secara Radiografis Kemungkinan kesalahan dalam interprestasi radiografis adalah faktor penting yang dapat merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu pengambilan, angulasi tabung sinar dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama merupakan hal-hal yang penting untuk diperhatikan. Biasa perorangan juga akan mempengaruhi interpretasi radiografis. Perubahan radiologis cenderung bervariasi menurut orang yang memeriksanya sehingga pendapat yang dihasilkan pun berbeda. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis adalah adanya (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) : 1. Perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa (internal resorption). 2. Pelebaran jaringan periodontium. 3. Perluasan gambaran radiolusen di daerah periapikal.

4.3 Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis) Karena kurangnya penelitian histologis yang terkendali dengan baik, ada ketidakpastian mengenai derajat korelasi antara temuan histologis dengan gambaran radiologisnya. Pemeriksaan histologis rutin jaringan periapikal pasien jarang dilakukan. Tanda-tanda kegagalan secara histologis adalah (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) : 1. Adanya sel-sel radang akut dan kronik di dalam jaringan pulpa dan periapikal. 2. Ada mikro abses. 3. Jaringan pulpa mengalami degeneratif sampai nekrotik. Di dalam washington Study yang dipublikasikan oleh Ingle dan Beverige (1976) dalam Tarigan (1994) dianalisa secara statistik sebab-sebab yang dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan perawatan saluran akar dua tahun setelah

selesainya perawatan. Dari 1229 kasus yang dirawat endodontik, ditemukan 91,5 % berhasil tanpa keluhan dan yang mengalami kegagalan adalah 8,5 %. Sebab-sebab terjadinya kegagalan tersebut dapat dikatagorikan dalam tiga hal, yaitu (Tarigan, 1994) : 1. Iritasi apikal oleh cairan jaringan yang terinfeksi pada saluran akar yang diisi tidak hermetis adalah 63,46 %. 2. Kesalahan-kesalahan selama dilakukan perawatan, misalnya perforasi, pengisian yang berlebih, instrumen patah, adalah 14,42 %. 3. Kesalahan pada waktu diagnosis, 22,12 %. Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa perawatan saluran akar yang tidak sempurna dan pengisian saluran akar yang salah hampir meliputi du pertiga penyebab kegagalan perawatan saluran akar yang dilakukan (Ingle, 1985; Tarigan, 1994).

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dari tulisan diatas adalah : 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah faktor patologi, faktor penderita, faktor perawatan, faktor anatomi gigi dan faktor kecelakaan prosedural. 2. Macam-macam penyebab terjadinya kegagalan suatu perawatan saluran akar adalah kesalahan yang terjadi pada tahap praperawatan, kesalahan selama perawatan dan kegagalan pascaperawatan. 3. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar yang mudah ditentukan oleh dokter gigi adalah dengan cara pemeriksaan klinis dan radiologis, cara histologis jarang dilakukan. 4. Kegagalan perawatan saluran akar sebagian besar disebabkan oleh faktor kesalahan selama perawatan dan pengisian saluran akar yang tidak sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia. Cohen, S. and Burns, R.C. 1994. Pathway of the pulp. 6 th ed. St. Louis : Mosby. Guttman, J.L. 1992. Problem Solving in Endodontics, Prevention, identification and management. 2 nd ed., St louis : mosby Year Book. Grossman, L.I., Oliet, S. and Del Rio, C.E., 1988. Endodontics Practice. 11 th ed. Philadelphia : Lea & febiger. Ingle, J.L. & Bakland, L.K. 1985. Endodontics. 3 rd ed. Philadelphia : Lea & Febiger. Mardewi, S. K.S.A. 2003. Endodontologi, Kumpulan naskah. Cetakan I. Jakarta : Hafizh. Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (endodonti). Cetakan I, Jakarta : Widya Medika. Walton, R. and Torabinejad, M., 1996. Principles and Practice of Endodontics. 2 nd ed. Philadelphia : W.B. Saunders Co. Weine, F.S. 1996. Endodontics Theraphy. 5 th ed. St. Louis : Mosby Year Book. Inc.

You might also like