You are on page 1of 23

PSEUDOANEURISMA PADA PEMBULUH DARAH TUNGKAI DAN TEKNIK PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN DUPLEX SONOGRAFI

OLEH : IRSYAM WAHIDI NIM : 1005033007

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KARDIOVASKULER JAKARTA 2012
1

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul PSEUDOANEURISMA PADA PEMBULUH DARAH TUNGKAI DAN TEKNIK PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN DUPLEX SONOGRAFI . Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari materi penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Ucapan terima penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing dan semua pihak yang ikut serta memberi dukungan dan membantu dari awal sampai akhir penulisan makalah ini, semoga mendapat imbalan dan pahala yang setimpal dari Allah SWT. Demikian makalah yang sederhana ini penulis buat, semoga dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 01 Januari 2013

Irsyam Wahidi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..... DAFFTAR ISI . BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .. . 1.2 Rumusan Masalah ... 1.3 Tujuan Penulisan ............ 1.4 Manfaat Penulisan .. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi pembuluh darah tungkai ...... 2.2 Pengertian Pseudoaneurisma ... 2.2.1 Patofisiologi Pseudoaneurisma ... 2.2.2 Jenis-jenis Pseudoaneurisma .. 2.2.3 Etiologi Pseudoaneurisma . 2.2.4 Komplikasi Pseudoaneurisma ... 2.2.5 Tatalaksana Pseudoaneurisma ... 2.3 Duplex Sonografi 2.3.1 Pengertian Duplex Sonografi . 2.3.2 Tiga Modalitas Duplex Sonografi ... 2.4 Teknik Pemeriksaan Pseudoaneurisma dengan Duplex sonografi .. 2.4.1 B Mode . 2.4.2 Colour Doppler 2.4.3 Spektrum Doppler

i ii

1 1 2 2

3 6 6 7 8 8 8 8 8 9 9 10 10 11

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Studi Kasus ..... 3.1.1 Persiapan Mesin .. 3.1.2 Persiapan Alat Penunjang 3.1.3 Persiapan Pasien ... 3.1.4 Prosedur Pemeriksaan .... 3.1.5 Merapihkan Pasien . 12 12 12 12 13 16

3.1.6 Merapihkan Alat ... 16 3.2 Interpretasi Hasil ... 17 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan . 18 DAFTAR PUSTAKA 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyakit degeneratif vaskuler merupakan salah satu penyebab kerusakan dan gangguan fungsi organ tubuh bahkan dapat menyebabkan kematian. Sekarang ini di Indonesia penyakit degeneratif vaskuler semakin mengalami kenaikan yang signifikan, hal ini mungkin dikarenakan pola hidup dan pola makanan yang kurang baik. Penyakit degenerative vaskuler ini dapat dideteksi salah satunya adalah dengan melakukan kateterisasi kardiovaskuler, yaitu memasukan kateter kedalam pembuluh darah. Daerah yang paling sering menjadi lokasi penusukan awal untuk masuknya kateter adalah daerah lipatan paha pada arteri atau vena femoralis. Kesalahan pada penusukan awal dapat menyebabkan komplikasi salah satunya adalah pseudoaneurisma. Terjadinya pseudoaneurisma akibat penusukan dari arteri femoralis mencapai 0,2% - 0,5 % (Menurut Moscucci et al, 1994). Dengan perkembangan pengetahuan dan teknoligi yang mumpuni pada saat ini, untuk melakukan diagnosis pada kasus pseudoaneurisma dapat dilakukan dengan menggunakan duplex sonografi, dimana Teknisi Kardiovakuler berperan penting dalam pencitraan dan pengambilan data yang akurat pada pasien sesuai dengan permintaan Dokter. Pada makalah ini penulis ingin membahas tentang pseudoaneurisma dan tekhnik pemeriksaan menggunakan duplex sonografi, sehingga kita semua dapat belajar dan menambah wawasan khususnya pada kasus pseudoaneurisma pada tungkai.

1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini penulis lebih membahas tentang pseudoaneurisma dan teknik pemeriksaan menggunakan duplex sonogrrafi disertai dengan contoh kasus pada pasien pseudoaneurisma di RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita.

1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan Umum penulisan makalah ini adalah untuk saling berbagi pengetahuan tentang pseudoaneurisma dan teknik pemeriksaan menggunakan duplex sonografi 1.3.2 Tujuan Khusus : - Mampu memahami apa yang dimaksud pseudoaneurisma beserta etiologi dan komplikasi. - Mampu memahami teknik pemerikasaan pada kasus pseudoaneurisma

menggunakan mesin duplex sonografi.

1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Institusi Pendidikan Sebagai bahan pustaka bagi mahasiswa untuk dapat mengetahui tentang pseudoaneurisma dan pemeriksaan menggunakan mesin duplex sonogrrafi. 1.4.2 Penulis Untuk merealisasikan ilmu yang diperoleh saat perkuliahaan dan sebagai sarana untuk menambah wawasan tentang pseudoaneurisma beserta teknik pemeriksaannya menggunakan duplex sonografi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi pembuluh darah tungkai 2.1.1 Arteri Arteri merupakan pembuluh darah yang berfungsi sebagai transportasi sel-sel darah yang mengandung oksigen (O2) dari jantung ke jaringan seluruh tubuh. Pembuluh darah arteri memiliki tiga lapisan, yaitu tunika intima yang merupakan lapisan pembuluh darah yang paling dalam yang terdiri dari sel sel endotel, tunika media yang merupakan lapisan pembuluh darah bagian tengah yang terdiri dari otot polos dan jaringan elastik, tunika adventitia merupakan lapisan pembuluh darah paling luar. Lapisan ini terdiri dari jaringan kolagen dan elastik. Lapisan ini berfungsi melindungi dan menguatkan kedudukan pembuluh darah dengan jaringan sekitarnya. Aliran darah pada arteri dipengaruhi oleh pompa jantung.

2.1.2 Vena Pembuluh darah vena berperan sebagai alat transportasi darah yang mengandung karbondioksida (CO2) dari janringan menuju jantung. Pembuluh darah vena memiliki tiga lapisan seperti arteri, tetapi lapisan pada vena lebih tipis sehingga mudah kempes dan elastis. Aliran darah pada vena dipengaruhi oleh kontraksi dari otot-otot gerak dan mengalir secara gravitasi. Oleh karena itu pembuluh darah vena memiliki katup yang berfungsi untuk mencegah aliran balik darah.

Pada pemeriksaan ekstermitas bawah terdapat beberapa titik arteri dan vena yang menjadi pusat perhatian, yaitu antara lain : - Arteri : 1) Arteri femoralis kommunis adalah: Merupakan lanjutan dari arteri illiaka eksternal yang membawa darah ke bagian distal untuk mendarahi otot paha. Mempunyai ukuran yang paling besar di antara ateri yang ada pada ekstremitas bawah. Bagian distal dari arteri ini bercabang dua yaitu: arteri femoralis superfisialis (Superficial Femoral artery) dan arteri femoralis profunda (Profunda Femoral Artery). 2) Arteri Femoralis superfisialis adalah: Cabang dari arteri femoralis kommunis, yang terletak lebih ke superfisial (luar), di mana arteri ini memperdarahi otot paha bagian lateral (luar). 3) Arteri femoralis profunda adalah: Cabang dari arteri femoralis kommunis, yang memperdarahi bagian medial (dalam) pada otot paha. 4) Arteri poplitea: Merupakan pertemuan antara arteri femoralis superfisialis dengan arteri femoralis profunda yang masuk ke fosa poplitea menjadi arteri poplitea yang mendarahi otot di sekitar lutut.

5) Arteri Tibialis Anterior: Cabang pertama dari arteri poplitea yang mengalir sepanjang permukaan dari membran interoseous dibagian depan kaki. Arteri tibialis anterior ini akan menjadi arteri dorsalis pedis. 6) Arteri Tibialis Posterior: Memperdarahi bagian medial (dalam) dan posterior dari kaki bawah. 7) Arteri Peronial: Memperdarahi bagian lateral dan posterior dari kaki bawah. 8) Arteri Dorsalis Pedis: Bagian distal dari arteri tibialis anterior yang memperdarahi otot di sekitar pergelangan dan telapak kaki. - Vena : 1. Vena Femoralis Kommunis: Merupakan vena lanjutan dari vena iliaka eksterna yang terletak di media dan sedikit dalam dari arteri femoralis kommunis. 2. Vena Femoralis Superfisialis: Merupakan cabang dari vena femoralis kommunis yang terletak di media. 3. Vena Femoralis Profunda : Merupakan cabang dari vena femoralis kommunis yang terletak di media arteri femoralis dalam dan hanya bagian proksimal yang dapat terlihat. 4. Vena Poplitea : Merupakan pertemuan antara vena femoralis superfisialis dan vena femoralis profunda yang terletak di anterior.

5. Vena Peronial Vena peronial sejalan dengan arteri peronial sepanjang lateral dan wilayah posterior pada bagian bawah kaki sampai dengan posterior pada fibula.

2.2 Pengertian Pseudoaneurisma Pseudoaneurisma disebut juga false aneurisma, yaitu robeknya satu, dua, atau tiga lapisan pembuluh darah yang mengakibatkan keluarnya darah dari pembuluh darah dan membentuk sebuah kantung didalam jaringan sebuah pembuluh darah. 2.2.1 Patofisiologi Pseudoaneurisma Lapisan pembuluh darah yang robek kemudian didorong dengan tekanan darah pada arteri yang tinggi sehingga menyebabkan darah keluar dan membentuk sebuah kantung atau rongga dalam jaringan yang dihubungkan oleh neck dengan pembuluh darah utama.

10

Tanda tanda Pseudoaneurisma : a. Terdapatnya benjolan pada daerah pseudoaneurisma b. Benjolan pada pseudoaneurisma terasa berdenyut c. Kemungkinan dapat terjadi penekanan pada pembuluh darah arteri di bawahnya, maka tungkai terasa nyeri, bila penekanan terjadi pada pembuluh vena maka akan terjadi oedema (Bengkak) pada tungkai. d. Pasien mengeluh ada benjolan pada bekas puncture dan bila berjalan kaki terasa nyeri e. Bila didengarkan dengan stetoskop pada daerah benjolan terdengar ada Bruit f. Terdapat hematoma g. Pulsatil pada daerah pseudoaneurisma

2.2.2 Jenis jenis Pseudoaneurisma 1. Pseudoaneurisma aktif Pseudoaneurisma aktif dapat diketahui dengan cara memberi Doppler warna pada daerah pseudoaneurisma pada pemeriksaan ultrasonografi vaskuler, maka akan terlihat aliran yang berputar-putar dipembuluh darah tersebut. 2. Pseudoaneurisma pasif Pada pseudoaneurisma pasif ketika daerah pseudoaneurisma diberikan doppler warna pada pemeriksaan ultrasonografi vaskuler, warna tersebut tidak terlihat, misalnya : a) Necknya tidak ada b) Terdapat bekuan pada pseudoanerisma (hematoma) c) Terdapat bendungan
11

d) Dopplernya tidak ada aliran e) Ketika di beri color maka tidak ada aliran yang mengalir pada pseudoanerisma. 2.2.3 Etiologi Pseudoaneurisma Faktor penyebab terjadinya pseudoaneurisma : 1. Tindakan post kateterisasi 2. Trauma pembuluh darah 3. Tindakan medik seperti jarum infus dan pembedahan 4. Infeksi pada pembuluh 2.2.4 Komplikasi Pseudoaneurisma Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan pseudoaneneurisma : - ALI ( Acute Limb Ischemia ) - DVT ( Deep Vein Thrombosis ) 2.2.5 Tatalaksana Pseudoaneurisma Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien pseudoaneurisma : a. Compressi Ultrasound b. Injeksi Thrombin c. Bedah ( ligasi )

2.3 Duplex Sonografi 2.3.1 Pengertian Duplex Sonografi Duplex sonografi merupakan suatu tindakan diagnostic non infasif yang digunakan untuk menilai struktur dan fungsi pembuluh darah dengan ultrasound yang menggunakan tiga modalitas yaitu B-Mode, Doppler, dan Color.

12

2.3.2 Tiga Modalitas Duplex Sonografi 1. B Mode Langkah pertama yang dilakukan dalam pemeriksaan Duplex Sonografi adalah dengan menggunakan B Mode, modalitas ini digunakan untuk melihat seluruh arteri dan vena apakah ada penebalan atau plaque pada arteri dan thrombus pada vena. 2. Colour Doppler Colour pada pemeriksaan Duplex Sonografi digunakan untuk

mengidentifikasi aliran darah arteri dan vena, apakah lumen pembuluh darah terisi penuh atau tidak serta untuk membedakan stenosis, oklusi dan untuk melihat adanya reflux, thrombus, pseudoaneurisma serta patofisiologi pembuluh darah lainnya dengan jelas. 3. Spektrum Doppler Modalitas ini digunakan untuk mengukur kecepatan aliran yang merupakan parameter utama untuk menilai morvologi kurva spektrum Doppler sehingga dapat mengevaluasi ada tidaknya stenosis pembuluh darah dan melihat keparahan tingkat reflux dan pseudoaneurisma.

2.4 Teknik Pemeriksaan Pseudoaneurisma Dengan Duplex Sonografi Diagnostik penggambaran dan penuntun penetrasi ultrasonografi pada pseudoaneurisma dilakukan dengan sebuah transduser linear dengan frekuensi 7-9 MHz, sedangkan pada pasien dengan hematoma luas di inguinal menggunakan transduser convex dengan frekuensi 4 MHz, yang digunakan untuk melihat hasil visualisasi hubungan pseudoaneurisma dan arteri (Kruger, 2003). Teknik pengambilan gambar dimulai dengan tampilan B-Mode, color doppler dan analisa spektrum (Doppler).
13

2.4.1 B Mode Mulai dari posisi pasien terlentang dan santai dengan menggunakan transduser linear 7 MHz jika transduser tersebut tidak dapat mencapai kedalamannya maka transduser yang digunakan adalah convex dengan frekuensi 4 MHz. Pengambilan gambar dimulai dari BMode lokasi pengambilan pertama dari arteri femoralis kommunis. Untuk melihat struktur dan fungsi pembuluh darah arteri dan vena pada tungkai. Selain itu, pada pengambilan gambar BMode dapat menunjukan gambaran echolucent atau echogenic yang menyatakan pseudoaneurisma yang mana terlihat neck dan rongga dari pseudoaneurisma (Peter, 2004). Lakukan pengukuran dari rongga pseudoaneurisma, panjang dan lebarnya pseudoaneurisma untuk mengetahui besarnya pseudoaneurisma. Diameter lumen pseudoaneurisma biasanya sering mencapai 1 sampai 3 cm. Meskipun diameter pseudoaneurisma besarnya dapat melebihi 5 cm (Kenneth, 1995).

Rongga Pseudoaneurisma Neck

Pengambilan gambar secara long axis pada pseudoaneurisma. (Sumber: Karsten Kruger et. al. Radiology. 2003)

2.4.2 Colour Doppler Pemeriksaan color Doppler sangat berguna untuk mendeteksi pseudoaneurisma dan neck (leher) dari pseudoaneurisma di mana dilakukan perhitungan pada lebar neck. Jika neck besar/lebar maka darah akan mudah keluar-masuk ke pseudoaneurisma. Dengan color doppler kita dapat mengetahui pola aliran darah yang berputarputar pada lumen, seperti lambang shaulin atau biasa disebut dengan karakteristik yin yang (Kenneth, 1995).

14

Gambaran color duppler pada Pseudoaneurisma (Sumber: Dr. Vikas Arora, MD, Ferozepur, India)

2.4.3 Spektrum Doppler Penting untuk mengetahui pola aliran pada pre neck dan post neck melalui Kurva Doppler. Bentuk gelombang doppler pre neck dan post neck biasa triphasik yaitu pola kurva doppler normal untuk perifer. kecuali ada penekanan oleh pseudoaneurisma terhadap pembuluh darah arteri dan vena di bawahnya. Jadi sangat penting untuk menilai kurva doppler arteri dan vena tibialis pada distal pseudoaneurisma, dan sebagai petunjuk yang sangat khas pada pseudoaneurisma yaitu di bentuk doppler To and fro (Peter, 2004). neck dengan

Gambaran doppler To and fro pada neck pseudoaneurisma. (Sumber: William J. Zwiebel, MD. Introduction to vascular ultrasonography. 2005).

15

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Studi Kasus Pada bab ini akan diuraikan tekhnik pemeriksaan pada kasus pseudoaneurisma pada tungkai menggunakan dupleks sonografi. pada pasien di Poli vascular RS Jantung Harapan Kita
Jakarta.

Pasien bernama Tn. AM, usia 64 tahun, nomor MR 936623, diagnosa Post Cath, jenis pemeriksaan yang diminta duplex sonografi pada tungkai. 3.1.1 Persiapan Mesin 1. Menyalakan mesin yang akan di gunakan untuk pemeriksaan femoralis, 2. Mengecek alat printer berwarna (cek kertas print berwarna dan ribbon pada alat printer) 3. Mengecek alat printer hitam putih (cek kertas print hitam / putih) 4. Mengecek video rekaman 3.1.2 Persiapan Alat Penunjang 1. Menyiapkan tempat tidur dengan posisi setengah duduk 2. Menyiapkan bantal 3. Menyapkan selimut di atas tempat tidur 4. Mengecek Jelly masih ada/tidak 5. Menyiapkan handuk kecil 3.1.3 Persiapan Pasien 1. Mengisi identitas pasien, diantaranya : Nama pasien usia Nomor rekam medik Jenis kelamin
16

2. Memanggil pasien masuk kedalam ruangan pemeriksaan 3. Menjelaskan kepada pasien daerah yang akan diperiksa dan tujuan pemeriksaan 4. Menganjurkan pasien untuk melepas celana bagian luar. 5. Menyuruh pasien untuk naik keatas tempat tidur yang sudah disiapkan dengan posisi setengah duduk 6. Menutupi kaki pasien dengan selimut, tetapi buka sedikit bagian yang akan diperiksa 7. Pemeriksa atau teknisi wajib memakai sarung tangan 8. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai 3.1.4 Prosedur Pemeriksaan 1. Memilih tranduser sesuai dengan daerah yang akan diperiksa, pada pemeriksaan ini tranduser yang dipilih adalah traduser linear. 2. Beri jelly secukupnya pada bagian atas tranduser 3. Letakkan tranduser pada daerah lipatan paha, ambil gambaran short axis atau gambaran melintang dengan modalitas B-Mode untuk melihat anatomi pembuluh darah arteri dan vena femoralis comunis.

Pengambilan gambar seperti ini bertujuan untuk melihat apakah ada robekan pembuluh darah yang membentuk rongga yang dihubungkan oleh neck dan melihat ada tidaknya thrombus pada vena dengan cara melakukan Compresi Ultra Sound ( CUS ) yaitu melakukan penekanan pada tranduser. Setelah dilakukan CUS maka
17

didapatkan hasil CUS (-) yang menandakan bahwa tidak adanya thrombus pada vena. Setiap pengambilan gambar akan diberikan nama dengan menekan tombol comment pada papan kontrol. 4. Rekam gambaran tersebut kedalam video dan print hitam putih. 5. Kemudian tranduser dirotasikan 900 dari posisi awal untuk pengambilan gambar secara long axis, maka akan terlihat gambaran arteri dan vena secara memanjang, lakukan pemeriksaan dengan menggunakan Doppler dengan menekan tombol PW (Pulsed Wave), letakkan sample volume di tengah lumen pembuluh darah, baik arteri maupun vena, dari hasil pemeriksaan didapatkan kurva doppler pada arteri femoralis comunis kanan dan kiri adalah biphasik dan dilakukan SQD (squeeze distal) untuk melihat aliran pada vena dan hasilnya augmentasi (+) yang artinya tidak terjadi penekanan yang signifikan pada vena yang disebabkan oleh pseudoaneurisma. 6. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih. 7. Posisi tranduser masih dalam keadaan yang sama, tetapi sekarang dilakukan pengambilan gambar arteri femoralis saja. Pada arteri femoralis akan terlihat percabangan yaitu arteri femoralis superficialis dan arteri femoralis profunda. Kemudian beri warna dengan menekan tombol flow. Setelah gambar terlihat dengan jelas mulailah pengukuran pada pseudoaneurisma yaitu panjang dan lebarnya serta necknya, dan jarak dari bifurkasio ke neck. Pada kasus ini pseudoaneurisma aktif berasal dari arteri femoralis profunda kanan.

6. Rekam gambaran tersebut dalam video dan print warna. 7. Kemudian lakukan pemeriksaan dengan mengunakan Doppler dengan menekan tombol PW (Pulsed Wave) ditempat sebelum dan sesudah pseudoaneurisma ( pre neck, in neck,
18

post neck, in pseudo ), dengan menaruh sample volume pada bagian tengah lumen pembuluh darah.

8. Kemudian rekam gambar tersebut kedalam video dan print hitam putih. 9. Setelah pemeriksaan di tempat terjadinya pseudoaneurisma selesai, maka pindahkan tranduser ke daerah poplitea dengan mengambil gambaran short axis menggunakan BMode, setelah dilakukan CUS pada vena, hasilnya adalah CUS (-). 10. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih. 11. Ambil gambaran long axis, taruh sample volume pada bagian tengah lumen pembuluh darah arteri dan vena. Pada kasus ini didapatkan hasil kurva Doppler biphasik pada arteri poplitea kanan dan kiri, dan setelah dilakukan SQD hasilnya augmentasi (+) pada vena poplitea kanan dan kiri. 10. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.

19

11. Tranduser dipindahkan ke daerah dorsalis pedis untuk melihat aliran pada arteri tibialis anterior distal, beri colour agar pembuluh darah lebih mudah terlihat kemudian beri PW Doppler. Didapatkan kurva Doppler biphasik pada arteri tibialis anterior distal kanan dan kiri. 12. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih 13. Selanjutnya tranduser diletakkan disamping mata kaki, untuk melihat gambaran arteri dan vena tibialis posterior. Beri colour untuk memudahkan pencarian arteri dan vena kemudian beri PW Doppler. Pada kasus ini didaptkan hasil kurva Doppler biphasik pada arteri tibialis posterior distal kanan dan kiri, dan augmentasi (+) pada vena tibialis posterior distal kanan dan kiri. 14. Beri nama, kemudian rekam video dan print hitam putih.

3.1.5 Merapihkan pasien 1. Memberitahu pasien bahwa pemeriksaan telah selesai dilakukan 2. Membersihkan sisa jelly pada daerah yang dilakukan pemeriksaan dengan handuk kecil 3. Mempersilahkan pasien untuk mengenakan celananya kembali 3.1.6 Merapihkan alat 1. Bersihkan sisa jelly pada permukaan tranduser dengan handuk kecil 2. Letakkan kembali tranduser pada tempatnya 3. Membereskan print warna dan print hitam putih yang sudah direkam 4. Merapihkan mesin atau monitor pada posisi siap pakai

20

3.2 Interpretasi hasil Berdasarkan hasil dari tinjauan kasus, maka penulis dapat menginterpretasikan hasil pasien yang telah diperiksa sebagai berikut : Vena Tungkai - Compressi Ultra Sound ( CUS ) negatif pada vena femoralis communis, vena poplitea kanan-kiri. - Augmentasi positif dengan uji squeeze distal pada vena femoralis communis, vena poplitea, vena tibialis posterior kanan-kiri. Arteri Tungkai - Gambaran anatomi pembuluh darah rata dan tidak menebal pada arteri femoralis communis, arteri poplitea, arteri tibialis anterior-posterior kanan-kiri. - Morfologi kurva Doppler biphasik pada arteri femoralis communis, arteri poplitea, arteri tibialis anterior-posterior kanan-kiri. Kesimpulan - Pseudoaneurisma pada regio femoralis profunda kanan 7,6 cm dari bifurkasio dengan diameter 28,4 mm x 49,8 cm, sebagian pseudoaneurisma telah terisi thrombus, diameter pseudoaneurisma aktif 16,2 mm x 26,0 mm dengan lebar neck 4,4 mm. - Flow arteri positif sampai distal kedua tungkai. - Tidak ditemukan thrombosis ( DVT ) pada kedua tungkai.

21

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Pseudoaneurisma adalah robeknya lapisan pembuluh darah satu,dua atau tiga yang mengakibatkan keluarnya darah dari pembuluh darah dan membentuk suatu kantong didalam jaringan disekitar pembuluh darah. Pseudoaneurisma biasanya disebabkan oleh tindakan post kateterisasi, trauma pembuluh darah, tindakan medik seperti jarum infus dan pembedahan, infeksi pada pembuluh. Pseudoaneurisma dapat menyebabkan komplikasi yaitu ALI dan DVT Dalam pemeriksaan pseudoaneurisma pada umumnya yang diukur adalah pre neck, in neck, post neck, in pseudo.

22

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com www.google.com Kenneth J.W. Taylor Peter N. Burns Peter N.T. Wells. Clinical Applications Of Doppler Ultrasound. Spiaggias Chicago, 1995 Shirah Hamza, MD et al. Superficial Femoralis Artery Pseudoaneurism Secondary to Bone Exostoses. 2007 Moeri Holly and Sheryly Leander. Vaskuler Surgery and Diagnostik. Carolina William J. Zwiebel, MD. Introduction To Vascular Ultrasonography. Philadelphia, USA, PA. 2005 Peter H. Arger Suzanne Debari Iyoob. The Complete Guide To Vasculer Ulteasound. USA. 2004

23

You might also like