You are on page 1of 25

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH SESUAI DENGAN PERATURAN PEMERINTAH NO.

71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

AUDIT SEKTOR PUBLIK

OLEH:

Akhmad Alfin Y Dimas Triaji P Dito Mahar P Eko Prianggono

0910233005 0910233076 105020315111011 105020315111014

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO.71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH

A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia berupaya melakukan reformasi di bidang akuntansi. Hal ini terlihat dari keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi

pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, yang dimulai tahun anggaran 2008. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini dilaksanakan selambatlambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Menurut kacamata akuntansi, secara konsep akuntansi berbasis akrual dianggap dapat menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung terlaksanakannya perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Nilai yang dihasilkan mencakup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Dalam rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis akrual dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju dan membawa manfaat. Manfaat akuntansi berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005): 1. Mendukung manajemen kinerja. 2. Menfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik. 3. Memperbaiki pengertian akan biaya program. 4. Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya. 5. Meningkatkan pelaporan keuangan.
2

6. Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas).

Dalam salah satu penelitiannya, Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual di negara-negara berkembang harus direncanakan secara realistis dan praktis sesuai dengan kemampuan sumber daya dan kapasitas yang tersedia. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat keberhasilan penerapan akuntansi berbasis akrual adalah strategi mendukung

implementasi yang

direncanakan dengan baik, komitmen, tujuan yang dikomunikasikan secara jelas, sumber daya manusia yang andal, dan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Penerapan akuntansi berbasis akrual jika akan dilakukan harus dirancang secara hatihati mengingat Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual (cash towards accrual) baru saja diterbitkan dan belum diimplementasikan sepenuhnya, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Kondisi di atas bagaimanapun akan memungkinkan timbulnya kesulitan dalam penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual. Bagi kalangan yang baru belajar menerapkan akuntansi berbasis kas menuju akrual, peralihan ini pasti menuntut waktu untuk memahaminya. Bagi kalangan yang lebih akrab dengan akuntansi pemerintahan, berbagai permasalahan konseptual dan teknis yang menyertai penerapan akuntansi berbasis akrual dalam kondisi praktik dan aturan manajemen keuangan negara Republik Indonesia saat ini masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Untuk mengatasi permasalahan konseptual dan teknis dalam penerapan akuntansi berbasis akrual pada sector pemerintah, sejak 22 Oktober 2010, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Terbitnya PP No.71 Tahun 2010 menandai berakhirnya era PP Nomor 24 tahun 2005 mengenai hal sama. Dengan terbitnya PP No. 71 tahun 2010 maka PP No.24 tahun 2005 yang sudah berlaku selama 5 tahun lebih dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.

B. Gambaran Umum Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 PP No.71 tahun 2010 merupakan hasil kerja keras KSAP (Komite Standar Akuntansi Pemerintah), terdiri dari 10 pasal, dan dua lampiran. Lampiran I menguraikan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Sedangkan Lampiran II menguraikan Standar
3

Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual. Lampiran I dibagi menjadi 12 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) dan Kerangka Konseptual. Sedangkan Lampiran II dibagi menjadi 11 PSAP dan Kerangka Konseptual. SAP Berbasis Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Di bawah ini adalah lampiran I dan II PP 71, yang merupakan kerangka konseptual akuntansi pemerintah. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan- (PSAP) Lampiran I PSAP No 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan; PSAP No 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; PSAP No 03 tentang Laporan Arus Kas; PSAP No 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; PSAP No 05 tentang Akuntansi Persediaan; PSAP No 06 tentang Akuntansi Investasi; PSAP No 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; PSAP No 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan; PSAP No 09 tentang Akuntansi Kewajiban; PSAP No 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, & Peristiwa Luar Biasa; PSAP No 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; PSAP No 12 tentang Laporan Operasional. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan-(PSAP) Lampiran II PSAP No 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan; PSAP No 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran; PSAP No 03 tentang Laporan Arus Kas; PSAP No 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; PSAP No05 tentang Akuntansi Persediaan; PSAP No06 tentang Akuntansi Investasi; PSAP No 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; PSAP No 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan; PSAP No 09 tentang Akuntansi Kewajiban; PSAP No 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa; PSAP No 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian;

PP No.71 tahun 2010 adalah sebuah upaya pemerintah dalam menerapkan akrual basis dalam pencatatan dan pelaporan keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah. Implementasi SAP berbasis akrual ini merupakan tantangan besar bagi Pemerintah,
4

dikembangkan dari SAP yang ditetapkan dalam PP No.24 tahun 2005 dengan mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan serta kondisi Indonesia. Sedangkan perbedaan penyajian laporan keuangan pemerintah berdasarkan PP 24 tahun 2005 dengan PP 71 tahun 2010 antara lain: PP 24 Tahun 2005 LAPORAN PERUBAHAN SAL Tidak ada laporan tersendiri PP 71 Tahun 2010 LAPORAN PERUBAHAN SAL Laporan Perubahan SAL menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut: a. Saldo Anggaran Lebih awal; b. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; c. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; d. Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan e. Lain-lain; f. Saldo Anggaran Lebih Akhir. NERACA Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas

NERACA Ekuitas Dana terbagi; Ekuitas Dana Lancar: selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek, termasuk sisa lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih Ekuitas Dana Investasi: mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang Ekuitas Dana Cadangan: mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan. LAPORAN ARUS KAS Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Par 15) Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan, dan non anggaran
5

LAPORAN ARUS KAS Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum (Par 15) Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris

LAPORAN KINERJA KEUANGAN Bersifat optional Disusun oleh entitas pelaporan yang menyajikan laporan berbasis akrual Sekurang-kurangnya menyajikan pospos : a) Pendapatan dari kegiatan operasional; b) Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan klasifikasi ekonomi; c) Surplus atau defisit. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Bersifat optional Sekurang-kurangnya menyajikan pospos: a) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran; b) Setiap pos pendapatan dan belanja beserta totalnya seperti diisyaratkan dalam standarstanda lainnya, yang diakui secara langsung dalam ekuitas; e) Efek kumulatif atas perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang mendasar diatur dalam suatu standar terpisah .

LAPORAN OPERASIONAL Merupakan Laporan Keuangan Pokok Menyajikan pos-pos sebagai berikut: a) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional; b) Beban dari kegiatan operasional ; c) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada; d) Pos luar biasa, bila ada; e) Surplus/defisit-LO.

LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Merupakan Laporan Keuangan Pokok Sekurang-kurangnya menyajikan pospos: a) Ekuitas awal; b) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, misalnya: koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap. d) Ekuitas akhir. CALK Perbedaan yang muncul hanya dikarenakan komponen laporan keuangan yang berbeda dengan PP lama.

CALK Pada dasarnya hampir sama dengan PP baru

C. Penerapan Sepenuhnya SAP Berbasis Akrual Berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Penerapan SAP Berbasis Akrual harus dilakukan secara hati-hati dengan persiapan yang matang dan terstruktur terkait dengan peraturan, sistem, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Implementasi SAP Berbasis Akrual akan berdampak pada perubahan peraturan pelaksanaan dan sistem akuntansi, serta harus didukung dengan peningkatan kapasitas dan kemampuan SDM. Hal ini disebabkan SAP Berbasis Akrual memang implementasinya lebih rumit dibandingkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. Namun demikian SAP Berbasis Akrual akan memberikan informasi keuangan yang lebih baik dan lebih akuntabel. Sistem

Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Sistem Akuntansi Pemerintahan pada pemerintah daerah diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota yang mengacu pada pedoman umum Sistem Akuntansi Pemerintahan. Dengan telah ditetapkannya PP No. 71 tahun 2010 maka terjadi perubahan yang cukup signifikan, dalam unsur laporan keuangan yang harus disajikan oleh setiap entitas akuntansi dan entitas pelaporan di pemerintahan, jika dibandingkan dengan PP No. 24 tahun 2005, yaitu sebagai berikut

Dibalik proses penyusunan dan penetapan SAP berbasis akrual yang penuh liku-liku dan adanya kontroversi penggunaan basis akrual di organisasi pemerintahan. Penerapan basis akrual di organisasi pemerintahan dapat dilihat dari segi manfaat yang dapat diperoleh oleh pemerintah yaitu: 1. Membantu pelaksanaan konsep pusat pertanggungjawaban (responsibility center) 2. Membuka peluang untuk menerapkan prinsip cost against revenue
7

3. Memberikan pondasi untuk melakukan perhitungan biaya produk atau pelayanan yang lebih baik 4. Memberikan sarana penghitungan nilai subsidi yang lebih baik atas setiap produk dan atau pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat 5. Analisa keekonomisan dan keefesienan pengelolaan keuangan dapat dilakukan dengan lebih baik 6. Meningkatkan kualitas pelaporan dan evaluasi keuangan serta kinerja organisasi pemerintah 7. Meningkatkan kualitas standar analisis biaya (SAB) bukan lagi hanya sekedar standar analisis belanja (SAB) 8. Membantu penerapan pendekatan anggaran kinerja (performance budget) dan medium term expenditure framework (MTEF) dalam penganggaran

Jika dibandingkan dengan akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual, akuntansi berbasis akrual sebenarnya tidak banyak berbeda. Pengaruh perlakuan akrual dalam akuntansi berbasis kas menuju akrual sudah banyak diakomodasi di dalam laporan keuangan terutama neraca yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keberadaan pos piutang, aset tetap, hutang merupakan bukti adanya proses pembukuan yang dipengaruhi oleh asas akrual. Ketika akrual hendak dilakukan sepenuhnya untuk menggambarkan berlangsungnya esensi transaksi atau kejadian, maka kelebihan yang diperoleh dari penerapan akrual adalah tergambarkannya informasi operasi atau kegiatan. Dalam sektor komersial, gambaran perkembangan operasi atau kegiatan ini dituangkan dalam Laporan Laba Rugi. Sedangkan dalam akuntansi pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam bentuk Laporan Operasional atau Laporan Surplus/Defisit. Dengan demikian, perbedaan kongkrit yang paling memerlukan perhatian adalah jenis/komponen laporan keuangan. Perbedaan mendasar SAP PP 24/2005 dengan SAP Akrual terletak pada PSAP 12 mengenai Laporan Operasional. Entitas pemerintah melaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit operasional merupakan penambah atau pengurang ekuitas/kekayaan bersih entitas
8

pemerintahan bersangkutan. Secara ringkas perbedaan komponen laporan keuangan basis akrual dengan basis kas menuju akrual disajikan pada Lampiran II. Walaupun basis akrual berlaku efektif untuk laporan keuangan atas

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai tahun 2010, tetapi apabila entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010. Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan yakni Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK No 238/PMK.05/2011 Tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan, sedangkan untuk pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri.

D. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Menurut Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010 Laporan Keuangan Laporan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang undangan. Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan berbasis akrual menurut lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, yang jika diuraikan adalah sebagai berikut: 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA); Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai anggaran dan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas

dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran karena menyediakan informasiinformasi sebagai berikut: Informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; Informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.

10

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL); Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos berikut, yaitu: saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan saldo anggaran lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan. Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya. LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.

11

3. Laporan Operasional (LO); Laporan Operasional merupakan laporan yang disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan Laporan operasional, Laporan perubahan ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat

dipertanggungjawabkan, Laporan Operasional diatur dalam SAP Nomor 12. Sebelum disahkannya PP No.71 Tahun 2010, Laporan Operasional merupakan laporan yang bersifat optional dengan nama Laporan Kinerja Keuangan. Yang kemudian setelah PP No.71 Tahun 2010 disahkan, Laporan Operasional diwajibkan untuk dilaporkan dalam Laporan Keuangan instansi pemerintah dan diberikan kerangka tersendiri dalam penyusunannya. Periode penyajian Laporan Operasional paling tidak dilaksanakan satu kali dalam satu tahun

Gambaran Kedudukan LO dalam Laporan Keuangan Pemerintah (Triharta, 2010)


12

Konsep dan fitur yang ada di laporan operasional adalah sebagai berikut : Surplus/defisit akrual yang menambah/ mengurangi ekuitas. Pendapatan dan belanja (beban atau biaya) akrual. Pemisahan laporan pertanggungjawaban anggaran dan laporan finansial. Ada pemisahan kegiatan non operasional dan pos luar biasa. Pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan

berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap dalam CaLK (Catatan atas Laporan Keuangan). Transaksi pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultasi. Pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan surplus/defisit LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada periode pelaporan

Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan. Berkaitan dengan kebutuhan pengguna tersebut, Laporan Operasional menyediakan informasi sebagai berikut: Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk

menjalankan pelayanan; Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam

mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi; Yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif; Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila surplus operasional).

Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan
13

Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. Laporan sebagai berikut: Pendapatan-LO (Kegiatan Operasional) : Merupakan Hak pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Beban : Merupakan penurunan manfaat ekonomi/potensi jasa dalam periode yang menurunkan ekuitas berupa pengeluaran/ konsumsi Operasional menyajikan struktur laporan yang mencakup pos-pos

pelaporan

aset atau timbulnya kewajiban Surplus/Defisit dari operasi Kegiatan non operasional : Kegiatan yang sifatnya tidak rutin, termasuk surplus/defisit dari penjualan aset non lancar dan penyelesaian kewajiban jangka panjang Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa Pos Luar Biasa : Merupakan pendapatan/beban yang bukan merupakan operasi biasa dimana tidak diharapkan sering/rutin terjadi dan di luar kendali/pengaruh entitas. Sifat dan jumlah diungkap dalam CaLK. Surplus/Defisit-LO : adalah surplus/defisit penjumlahan selisih lebih/kurang antara

kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian

luar biasa yang pada akhir periode pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas.

Hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas keuangan selama satu tahun seperti kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angkaangka yang dianggap perlu untuk dijelaskan terkait Laporan Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

14

Gambaran keterkaitan antar elemen Laporan Keuangan Pemerintah (Triharta, 2010)

15

4. Laporan Perubahan Ekuitas; Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos Ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya, Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya: Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya; Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.

Di samping itu, suatu entitas pelaporan juga perlu menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang dijelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur Laporan Perubahan Ekuitas baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.

16

5. Neraca; Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Dalam neraca, setiap entitas

mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.Konsekuensi dari penggunaan sistem berbasis akrual pada penyusunan neraca menyebabkan setiap entitas pelaporan harus mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup jumlahjumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan. Neraca setidaknya menyajikan pos-pos berikut: (1) kas dan setara kas; (2) investasi jangka pendek; (3) piutang pajak dan bukan pajak; (4) persediaan; (5) investasi jangka panjang; (6) aset tetap; (7) kewajiban jangka pendek; (8) kewajiban jangka panjang; dan (9) ekuitas. Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif (dipersandingkan) dengan
17

periode sebelumnya. Selain pos-pos tersebut, entitas dapat menyajikan pos-pos lain dalam neraca, sepanjang penyajian tersebut untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu entitas dan tidak bertentangan dengan SAP.

18

6. Laporan Arus Kas; Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas untuk setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok. Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum atau unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum negara/daerah.Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas) Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas
19

tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

20

7. Catatan atas Laporan Keuangan. Agar informasi dalam laporan keuangan pemerintah dapat dipahami dan digunakan oleh pengguna dalam melakukan evaluasi dan menilai pertanggungjawaban keuangan negara diperlukan Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK). CaLK memberikan informasi kualitatif dan mengungkapkan kebijakan serta menjelaskan kinerja pemerintah
21

dalam tahapan pengelolaan keuangan negara. Selain itu, dalam CaLK memberikan penjelasan atas segala informasi yang ada dalam laporan keuangan lainnya dengan bahasa yang lebih mudah dicerna oleh lebih banyak pengguna laporan keuangan pemerintah, sehingga masyarakat dapat lebih berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan neagra yang dilaporkan secara lebih pragmatis. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci dan analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

E. Masa Transisi Menuju Full Akrual Direktorat Jenderal Perbendaharaan melalui Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor Per-62/PB/2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada Laporan Keuangan, mewajibkan satuan kerja dari ditingkat kuasa pengguna anggaran hingga tingkat kementerian/lembaga untuk melaporkan informasi pendapatan dan belanja akrual pada masing-masing satuan kerja. Hal ini sejalan dengan PP 71 tahun 2010, yang mewajibkan pengungkapan akuntansi berbasis akrual pada laporan keuangan instansi pemerintah. Namun dalam PP 71 tahun 2010, penerapan akuntansi berbasis akrual baru dapat berjalan sepenuhnya pada tahun anggaran 2015. Untuk menyesuaikan dan membiasakan satuan kerja terhadap perubahan ini, sebelum PP 71 tahun 2010 diterbitkan, dikeluarkanlah peraturan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor Per-62/PB/2009 tentang Tata Cara Penyajian Informasi Pendapatan dan Belanja Secara Akrual pada Laporan Keuangan.

22

Contoh pengungkapan informasi pendapatan dan belanja akrual

F. Kesimpulan 1) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 mewajibkan setiap instansi pemerintah baik pusat daerah menggunakan Akuntansi berbasis akrual dan berlaku secara penuh pada tahun 2015. Untuk saat ini hingga 2014 laporan keuangan yang digunakan menggunakan basis cash toward accrual. 2) Akuntansi berbasis akrual mengakui pendapatan dan beban pada saat jasa diberikan atau diterima, tidak melihat pada saat telah diterimanya pembayaran/penerimaan kas.

23

3)

Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju dan membawa manfaat. Manfaat akuntansi berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005): Mendukung manajemen kinerja. Menfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik. Memperbaiki pengertian akan biaya program. Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya. Meningkatkan pelaporan keuangan. Memfasilitasi dengan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas).

4)

Ruang lingkup SAPP adalah : Pemerintah Pusat yang pedoman pelaksanaannya diatur oleh Menteri keuangan (sumber dananya berasal dari APBN) Pemerintah Daerah yang pedoman pelaksanaannya diatur oleh Menteri keuangan (sumber dananya berasal dari APBD)

5)

Perbedaan terjadi pada ouput Laporan Keuangan Pemerintah, meliputi: a) LRA b) Laporan Perubahan SAL c) Neraca d) LAK e) CALK f) Laporan Perubahan Ekuitas g) Laporan Operasional

6)

Selama masa transisi, satuan kerja (khususnya di tingkat pemerintah pusat) menggunakan informasi pendapatan dan belanja akrual untuk melaporkan pada laporan keuangan tahunan ada atau tidaknya transaksi akrual pada kegiatan operasional satuan kerja.

G. Referensi 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah

24

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah 3. http://www.scribd.com/doc/78809616/Laporan-Operasional-Sindhu 4. http://www.scribd.com/doc/99973327/Paper-Cta-vs-Accual 5. http://bambangkesit.files.wordpress.com/2011/04/gambaran-umum-pp-71-2010_sap.ppt 6. http://dc301.4shared.com/img/NaXpFpSX/preview.html 7. http://andichairilfurqan.wordpress.com/2012/05/25/komponen-laporan-keuanganpemerintah-berbasis-akrual/

25

You might also like