You are on page 1of 32

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

JENNY MARLINDAWANI PURBA, SKp.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENDAHULUAN Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi termasuk therapeutic use of self dan helping relationship untuk praktek keperawatan, sikap dan tehnik serta dimensi hubungan dari komunikasi terapeutik.

1. PENGERTIAN DAN JENIS KOMUNIKASI Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

A. KOMUNIKASI VERBAL Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

2003 Digitized by USU digital library

1. Jelas dan ringkas Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh: Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda lebih baik daripada saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.

2. Perbendaharaan Kata Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda akan lebih baik jika dikatakan Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda.

3. Arti denotatif dan konotatif Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati

kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

4. Selaan dan kesempatan berbicara Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

5. Waktu dan relevansi Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

2003 Digitized by USU digital library

6. Humor Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

B. KOMUNIKASI NON-VERBAL Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Komunikasi non-verbal teramati pada:

1. Metakomunikasi Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap

pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

2. Penampilan Personal Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.

3. Intonasi (Nada Suara) Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara perawat.

4. Ekspresi wajah Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi

wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat

2003 Digitized by USU digital library

interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan sejajar.

5. Sikap tubuh dan langkah Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.

6. Sentuhan Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat

ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.

2. KOMUNIKASI TERAPEUTIK SEBAGAI TANGGUNG JAWAB MORAL PERAWAT Perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang memntingkan dirinya sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979) menyatakan bahwa human care terdiri dari upaya untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya: membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri, Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang memrlukan bantuan. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan, sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.

3. TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:

Mendengarkan dengan penuh perhatian

Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal

2003 Digitized by USU digital library

yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan adalah dengan: a. Pandang klien ketika sedang bicara b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan mendengarkan. c. Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak atau tangan. d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu. e. Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting umpan balik. f. Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

2. Menunjukkan penerimaan Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua prilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menunjukkan

tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan kepala seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan. b. Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian. c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal. d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata ya, saya mengikuti apa yang anda ucapkan. (cocok 1987)

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan. Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien. Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri. Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ono, karena pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda. Contoh: - K : saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga - P : Saudara mengalami kesulitan untuk tidur.

5. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien. Contoh: - Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan - Apa yang katakan tadi adalah.

2003 Digitized by USU digital library

6. Memfokuskan Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru. Contoh: Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi .

7. Menyampaikan hasil observasi Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar. Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah memfokuskan atau mengklarifikasi pesan. Contoh: - Anda tampak cemas. - Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda

Menawarkan informasi

Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

9. Diam Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .

10. Meringkas Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas

sebelum meneruskan pada pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan. Contoh: - Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan

11. Memberikan penghargaan Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini bagus dan yang sebaliknya buruk. Perlu mengatakan Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan demikian.

2003 Digitized by USU digital library

- Selamat pagi Ibu Sri. Atau Assalmualaikum - Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu. Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah terpuji, karena berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab.

12. Menawarkan diri Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain

atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih. Contoh: - Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman

13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan. Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannanya dalam interakasi ini perawat dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan. Contoh: - Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan? - Apakah yang sedang saudara pikirkan? - Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?

14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan diskusi/pembicaraan Contoh: - ..teruskan..! - ..dan kemudian.? - Ceritakan kepada saya tentang itu.

15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien

untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi kebutuhannya. Contoh: - Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya. - Kapan kejadian tersebut terjadi.

16. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas. Contoh: - Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan dioperasi - Apa yang sedang terjadi.

2003 Digitized by USU digital library

17. Refleksi Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan maka perawat dapat menjawab: Bagaimana menurutmu? atau Bagaimana perasaanmu?. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan

sebagai individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain. Contoh: K: Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter? P: Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya? K: Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa tidak menelpon saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya. P: Ini menyebabkan anda marah.

Dimensi tindakan Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri perawat, katarsis emosional, dan bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995, h.23). Dimensi ini harus diimplementasikan dalam konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsif.

1. Konfrontasi Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yang bermanfaatn untuk memperluas kesadaran diri klien. Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu: a. Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri (cita-cita/keinginan klien) b. Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien c. Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat Konfrontasi seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah. Oleh karena itu sebelum melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya dengan klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi sangat berguna untuk klien

yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum berubah.

2. Kesegeraan Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan untuk mempelajari fungsi klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera.

3. Keterbukaan perawat Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dan sikapnya sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, h.134) ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien menurunkan tingkat kecemasan perawat klien

4. Katarsis emosional Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik. Dalam hal ini perawat harus dapat mengkaji

2003 Digitized by USU digital library

kesiapan klien untuk mendiskusikan maslahnya. Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan perasaanya, perawat dapat membantu dengan

mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien.

5. Bermain peran Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan antara manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain; juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi yang baru dalam lingkungan yang aman.

KESIMPULAN

Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi terapeutik memrlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat. Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

DAFTAR RUJUKAN PUSTAKA

Hamid, A.Y.S (1996). Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan

Kanus, W.A. Et.al. (1986). An evaluation of outcome from intensive care in major medical centers. Ann Intern Med 104, (3):410

Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. (1983). Introduction to person-centered nursing. Philadelphia: J.B. Lippincott Company.

Potter, P.A & Perry, A.G. (1993) Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd edition. St.Louis: Mosby Year Book

Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995). Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book

Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995).Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book

Sullivan, J.L & Deane, D.M. (1988). Humor and Health. Journal of qerontology nursing 14 (1):20, 1988

2003 Digitized by USU digital library

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk

menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal

kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam

Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting

memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik

komunikasi proposional yang mengarah

penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting

yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.

Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik

tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.

Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan

dasar utnuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara

digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi

penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan.

3.2 Tujuan komunikasi terapeutik

Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :

a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan

pikiran mempertahakan kekuatan egonya.

b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang

c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif

dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.

Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala

a. Tingkah laku perawat

Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang

peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai

oleh masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat berita-

berita tentang perawat rumah sakit. Bertindak yang tidak

sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan

b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit

Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang

klien

semata,

sedangkan

mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan yang

sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko

Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan

perkembangan keturunan.

Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan

masalah yang ada hubungnnya dengan jiwa

Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat

istiadat dari klien di dalam masyarakat.

c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan,

serta kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien

sehingga menghambat hubungan baik.

20 tahun menjadi perawat di rumah sakit ini,

walaupun gaji saya kecil tapi saya dituntut untuk bekerja keras melayani para

pasien sering kali saya mendapat cacian dari pasien karena saya terlambat

memberikan pelayanan. Hal ini sering terjadi kalau saya piket malam karena

keterbatasan jumlah perawat yang piket kemudian permintaan pelayanan dari

pasien banyak sehingga kami kewalahan melayaninya dan berdampak pada

keterlambatan pelayanan ujar suster T

Sehingga sering kali karena terlambat kami menerima cacian dari pasien

dan takala kami menerangkan alasannya kenapa kami telat terus kami minta

pengertaian dari pasiean untuk bersabar malah pasien sering mensalah artikan

kata-kata kami sehingga kami kadang mendapat julukan suster cerewet atau suster

Hal inilah yang sering terjadi sehingga dapat menghambat terjalinnya

komunikasi terapeutik yang harmonis diantara perawat dan pasien

3.3 Proses Komunikasi terapeutik

Proses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan

komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :

Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator

yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam

makalah ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah membantu pasien

dalam mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan memberikan pertolongan

pertama pada pasien dalam keadaan gawat darurat.

Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan

dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah ini ialah

pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik

dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan

keberhasilan dalam melakukan komunikasi ( TAN, 1981:104).

Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan

salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa

kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila

pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan.

Moore dalam Rakhmat (1993:297) mengemukakan bahwa keberhasilan

komunikasi sangat ditentukan oleh daya tarik pesan. Effendy (2000:41)

mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan

2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak

3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima

4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difahami

5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.

Komunikasi interpersonal yang terapeutik mempunyai beberapa prinsip

yang sama dengan komunikasi interpersonal De Vito yaitu keterbukaan,empati,

sifat mendukung sikap positif dan kesetaraan.

3.4 Tahap interaksi pada komunikasi terapeutik

Wood mengatakan pada umumnya hubungan antar pribadi berkembang

1. Tahap awal atau tahap orientasi pada tahap ini antara petugas dan pasien

terjadi kontak dan pada tahap iini penampilan fisik begitu penting karena

dimensi fisik paling terbuka untuk diamati. Kualitas-kualitas lain seperti

sifat bersahabat kehangatan, keterbukaan dan dinamisme juga terungkap.

Yang dapat dialkukan pada terapi ini menurut purwanto ialah pengenalan,

mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat kecemasan diri pasien.

2. Tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih jauh, menurut purwanto

(1994: 25) dialkukan untuk meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain

untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi

nmasalah yang ada, menurut De Vito (1997:24) komunikasi pada tahap ini

mengikatkan pada diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga

mngungkapkan diri kita. Pada tahap ini termasuk pada tahap persahabatan

yang menghendaki agar kedua pihak harus merasa mempunyai kedudukan

yang sama, dalam artian ada keseimbangan dan kesejajaran kedudukan.

Argyle dan Henderson dalam Liliweri (1997:55) mengemukakan,

persahabatan mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. membagi pengalaman agar kedua pihak merasa sama-sama puas dan sukses

2. menunjukan hubungan emosional

3. membuat pihak lain menjadi senang

4. membantu sesama kalau dia berhalangan untuk suatu urusan

Purwanto (1994:26) mengatakan pada tahap komunikasi terapeutik ini harus

(1) melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang ada (2) meningkatkan

komunikasi (3) mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil

tindakan berdasarkan masalah yang ada. Secara psikologis komunikasi yang

bersifat terapeutik akan membuat pasien lebih tenang, dan tidak gelisah.

3. Tahapan terminasi menurut purwanto (1994:26) pada tahap ini terjadi

pengikatan antar pribadi yang lebih jauh, merupakan fase persiapan mental

untuk membuat perencanaan tentang kesimpulan perawatan yang didapat

dan mempertahankan batas hubungan yang ditentukan, yang diukur antara

lain mengantisipasi masalah yang akan timbul karena pada tahap ini

merupakan tahap persiapan mental atas rencana pengobatan, melakukan

peningkatan komunikasi untuk mengurangi ketergantungan pasien pada

petugas. Terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan antara petugas

Menurut Uripni (1993: 61) bahwa tahap terminasi dibagi dua, yaitu

terminasi sementara dan terminasi akhir. Terminasi sementara adalah akhir

dari setiap pertemuan, pada terminasi ini klien akan bertemu kembali pada

waktu yang telah ditentukan, sedangkan terminasi akhir terjadi jika klien

selesai menjalani pengobatan.

Penjelasan Perawat-Klien Baru datang

Yang perlu dijelaskan oleh perawat kepada klien yang baru datang adalah

1. Peaturan-peraturan rumah sakit

3. peraturan makan sehari 3 kali

4. makanan yang perlu dimakan (dietnya) atau bila ada keluarga yang

membawa makanan sendiri

5. bel dimeja bila keperluan memanggil perawat

7. bagi klien yang bisa jalan, perlu diberitahu tempat kamar mandi, WC dan

9. Memperkenalkan teman klien sekamar (klien di bed sebelahnya).

Budi Pekerti Dalam Keperawatan

Budi pekerti keperawatan merupakan salah satu pendorong kekuatan

(stimulus) bagi perawat dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Karena dari

budi pekertilah yang menentukan martabat/derajat tinggi rendahnya sifat manusia

Untuk keberhasilan suatu pekerjaan tergantung pada manusia yang jujur

dalam menjalankannya. Lebih-lebih pekerjaan di rumah sakit, di mana hidup dan

mati sering tergantung pada hal-hal yang remeh saja. Orang yang jujur dapat

menjamin kekekalan persahabatan, keberesan pekerjaan dan kehormatan.

Mempertebal kejujuran itu bukan suatu usaha yang mudah. Hal ini memerlukan

latihan intensif dari athun ke tahun yang sabar. Jujur serta bertanggung jawab

dalam mengurus klien setiap hari. Dalam dunia keperawatan kejujuran itu

mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam kelakuan dan tindakan serta

pembicaraan adalah penting untuk klien dan lingkungannya.

Kejujuran dalam keperawatan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) :

1. Jujur terhadap pekerjaan misalnya mengenai pengobatan, laporan-laporan

yang berhubungan dengan keadaan pasien.

2. jujur terhadap lingkungan. Hal ini penting karena perawat dalam

melaksanakan pekerjaannya setiap hari selalu berhubungan dengan orang

banyak. Hendaknay jangan sekali-kali memiliki atau menggunakan barang

orang lain secara tidak sah tanpa ijin pemiliknya. Kejujuran ini penting

bagi perawat itu sendiri maupun bagi rumah sakit dan masyarakat umum.

3. Jujur dalam perkataan. Tidak membohong, melaporkan hal sebenarnya

tentang keadaan klien kepada atasan secara benar. Tidak menceritakan

kejengkelan orang lain ataupun mengadu domba.

Kejujuran dalam menunaikan tugas bagi perawat sangat penting karena

bertalian dengan keselamatan jiwa pasien. Mengisi status atau daftar mengenai

pasien harus tepat dan yakin akan ketepatannya.

Menuliskan suhu klien tidak bisa dikira-kira begitu saja karena

mengacaukan diagnosis nantinya tindakan demikian tidak jujur namanya. Jika

menemukan kesalahan dalam mengambil tindakan atau dalam pelaksanaan tugas,

hendaknya segera lapor kepada atasan atau kepala ruangan. Sehingga kesalahan

dibetulkan/diperbaiki

atau

disederhanakan. Bila menemukan perawat tidak jujur dalam arti kata memalsukan

laporan atau membuat laporan tidak betul sehingga fatal bagi pasien seharusnya

tidak diberi tanggung jawab atau diskors sama sekali dari tugas-tugasnya. Karena

menjadi perawat tidak boleh sembrono dalam bertindak.

You might also like