You are on page 1of 13

ASPEK LEGAL VISUM ET REPERTUM 1.

Pengertian Surat keterangan tertulis Dibuat oleh dokter yang telah disumpah Atas permintaan penyidik Tentang segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada korban 2.Syarat dibuatkan visum et repertum Dibuat dubawah sumpah oleh seorang dokter Atas permitaan tertulis dari penyidik Hanya mengenai hal yang dilihat dan ditemukan oleh dokter dari korban 3.Visum et repertum yang berguna untuk pengadilan adalah sbb 1. dapat menerangkan jenis kejahatan diantaranya kejahatan oleh senjata tajam,senjata tumpul, luka tembak dll 2. dapat menggambarkan ,bagaimana perbuatan itu dilakukan misalnya: disengaja KUHP 351, tidak sengaja ( kelalaian KUHP 359) atau direncanakan KUHP 340 3. dapat menggambarkan dengan alat apa kejahatan dialkukan, (jejas suntik, kapak jerat )setidaknya ada informasi tentang alat apa yang digunakan untuk melakukan kejahatan, contohnya benda tumpul, tajam 4. sudah tersirat atau dapat diperkirakan tentang waktu kejahatan dilaksanakan. luka sudah membentuk sikatrik berarti lebih dari 4 minggu suhu jenazah masih hangat artinya kematian baru sekitar 15 menit sebelum jenazah ditemukan dan diperiksa gerak sperma 3 jam 5. dapat memperkirakan siapa pelaku kejahatan, misalnya dengan memeriksa golongan darah,(sperma,puntung rokok, jejas gigitan,bulu siapa pemeriksaan serat pakaian ) di TKP, dll 6. dapat menetapkan dan pelakunnya ( identitas korban, laki-laki atau wanita, TB/BB,darah sampai DNA dll) - jenis anak peluru / mesiu / perkosaan dan mutilasi 7.Dimana perbuatan itu dilakukan ( jenis tanah , pasir, rumput,karpet hotel )

1. Siapa yang berhak meminta VR adalah penyidik yaitu pegawai polisi dengan pangkat minimal pembantu letnan dua,pegawai negeri sipil yang ditunjuk berdasarkan UndangUndang Militer Komandan yang berhak menghukum Oditur militer Polisi Militer Catatan : Jaksa dan keluarga korman tidak dapat Kasil VR hamya diberikan pada penyidik 2. Siapa yang berhak membuat VR adalah semua lulusan FK diseluruh indonesia yang telah disumpah.dengan dasar hukum :Lembaran negara no. 350 tahun 1937; tentang : - semua dokter diwilayah indonesia yang telah disumpah berhak membuat VR yang mempunyai daya bukti - karena itu penutup VR menggunakan kata-kata: demikianlah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya dengan lembaran negara no. 350 tahun 1937. KUHAP pasal 133 Polisi berhak meminta keterangan ahli, kepada Ahli kedokteran kehakiman , dokter, dan ahli lainya Keterangan yang diberikan oleh Ahli Kedokteran Kehakiman adalah Keterangan Keterangan ahlilainnya adalah sebagai petunjuk KUHAP pasal 179 Seorang ahli wajib menerima permintaan VR dari penyidik atau pejabat yang berwenang Bila menolak bertentangan dengan KUHAP pasal 224 dan 522 Orang yang wajib menerima VR tetapi orang tersebut tidak memenuhi panggilan pengadilan pada perkara pidana (hukuman 9 bulan) dan perkara lain (hukuman 6 bulan)

KUHP 50,

Orang yang menjalankan Undang- Undang tidak dapat dihukum, maka izin autopsi dari keluarga hanya basa basi dan untuk keselamatan diri saja Apaka dokter dapat menolak permintaan VR KUHAP pasal 170 dan 120 ini memungkinkan Seorang ahli berhak menolak permohonan VR yang datang kepadanya: Tetapi dokter tersebut tetap diproses oleh penyidik apa alasan dokter tersebut dapat diterima atau tidak Hakimlah yang memutuskan Maka walaupun ada hak tapi jrang digunakan oleh dokter Keterangan Ahli sebagai alat bukti dinyatakan dalam perundangan sbb (1)Lembaran Negara ( Staatsblad No 350 thaun 1937 ) (2) UU Mahkamah Agung RI No 1 Th 1950 , pasal 78 Keterangan Ahli adalah alat bukti yang sah (3).Staatsblad No 25 th 1949 ,pasal 1 bahwa berita tertulis dari orang ahli yang bekerja di lemhbaga yang diakui Pemerintah mempunyai kekuatan bukti (4) KHAP 184 alat bukti yang sah adalah (a) Ket Saksi (b) Ket Ahli (c ) Surat (d) Petunjuk (e) Ket Terdakwa Bagaimana cara menentukan sebab pasti kematian (1) dialkukan pemeriksaan luar (2) dilakukan pemeriksaan dalam ( autopsi ) (3 ) deilakukan pemeriksaan Labolatorium - Patologi ( Myocard Infarck) - NSD subacute bacterial endokarditis dari gigi - Leucaemia - acut obstruksi ascariasis - ruptur jantung - jamhan terjadi negatip otopsi Kapan Visum Et Repertum diperlukan Pada setiap tindak pidana yang menyangkut tubuh orang yang mengakibatkan luka , keracunan dan kematian KUHAP 133. Kaitan Visum et Repertum dengan Criminal Justice System ( Sistem Peradilan Pidana Terpadu.

(1).Polisi Jaksa Hakim tidak boleh semaunya menjalankan acara pidana tapiharus berdasar Undang- Undang ( KUHAP ) (2).Bagian- bagian KUHAP (a) Penyidikan, Penyelidikan ( Polisi ) (b) Penuntutan ( Jaksa Penuntut Umum ) (c) Mengadili ( Hakim ) (d) Pelaksanaan pidana ( exsekusi ) oleh jaksa (e ) Upaya Hukum (f ) eksekusi mati ( diperiksa oleh dokter Forensik ) (3) Pada tahapan mana dari Criminal Justice System VR diperlukan (a) Penyelidikan Mencari / menemukan suatu peristiwa pidana yang diduga sebagai tindak pidana untuk dapat tidaknya dilakukan penyidikan VR pada sbb - Casus NSD ternyata mati wajar (ruptur Cor ) - Casus anak tiri dibunuh ayahnya. (b ) Penyidikan Penyidik mengumpulkan bukti bukti hingga terang suatu perkara, menetapkan tersangkanya - kasus pencekikan pada KLL (c) Penuntutan Jaksa menetapkan BAP Polisi Tak lengkap, dimintakan gali kubur ( Kasus Cigalontang TSM (d ) Mengadili sebagai saksi ahli di pengadilan - kasus luka tusuk dengan ayunan - manual srtangulasi dan ectasy (e) Pelaksanaan pidana oleh jaksa - tahanan mati gantung diri - tahanan mati karena leucaemia (f ) eksekusi mati - ditembak sampai mati - digantung sampai mati Kenapa Visum Et Repertum ( Keterangan ahli ) diperlukan oleh Pengadilan (a) Tindak pidana pada tubuh manusia berakibat luka , keracunan dan kematian diperlukan keterangan ahli (b) luka berakibat luka ringan berat,cacat , bahkan kematian,diperlukan VR lanjutan.

(c) Vr pengganti benda bukti, tiak mungkin jenasah dibawa ke Pengadilan. Apakah kepentingan Keterangan ahli ( Visum et Repertum ) (1) Menetapkan sebab pasti kematian, dan dijelaskan Tiori Sebab Akibat, Karena perbuatan terdakwalah korban menjadi mati Perkelahian dengan seorang menderita Jantung koroner (2) Mengarahkan penyidikan, anak diduka diracun ayah tiri padahal bukan. KLL di Majalenghka (3).Menghentikan Penyidikan - Homicide ( istri gantung diri di pohon Ceremai ) - Suicide ( kasus Majalengka ) - Accident ( tertimpa buah / pohon kelapa ) (4) Menetapkan lamanya hukuman - casus infantiside , luka intra vital / post mortal KUHP 338 dan KUHP 320 - kasus tukang ojeg dg penganiayaan ringan (5) Membebaskan terdakwa Psychiatri Kehakiman KUHP 44 Impotensi KUHP 285 perkosaan Aspek Legal Identifikasi dalam Visum Et Repertum (1) KUHAP 183. Hakim menjatuhkan pidana - sekurang kurangnya 2 alat bukti yang sah - kejakinan hakim terdakwalah sebagai pelakunya (2).Dalam media masa sering dilaporkan salah tangkap dan menghukum orang tidak bersalah,gara gara salah identifikasi korban dan pelaku kejahatan (3) Penting identifikasi untu menetapkan, Siapa pelaku tindak pidana dan siapa korban tindak pidana (4) Identifikasi penting dalam praperadilan,menyatakan sah tidaknya penangkapan dan penahanan serta penghentian penyidikan (5) Putusan pengadilan mengenai pemidanaan , bebas , lepas dari segala tuntutan hukum ganti rugi dan rehabilitasi sah bila dicantumkan identitas (6)KUHAP 18 (1) surat perintah penangkapan mencantumkan identitas tersangka (7) KUHAP 133,mewajibkan mencantumkan identitas mayat

(8) KUHAP 135 penggalian mayat mencantumkan identitas mayat (9) KUHAP 143 (22) surat dakwaan mencantumkan identitas berupa (a) nama (e) kebangsaan (b) tempat lahir (f ) tempat tinggal (c) umur / tanggal lahir (g) agama (d) jenis kelamin (i ) pekerjaan (10) KUHAP 197.Putusan pemidanaan memuat (a) Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (b).nama lengkap , tempat lahir ,umur/ tanggal lahir ,jenis kelamin , kebangsaan ,tempat tinggal , agama , pekerjaan. 6.Pembuatan Visum et Repertum a. pembuatan VR jangan melebihi 20 hari (KUHAP pasal 24) b. VR dibuat dengan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti ( KUHAP pasal 51), tidak menggunakan istilah kedokteran c. VR harus sebaik mungkin, karena tersangka atau terdakwa berhak mengajukan saksi ahli lain jika saksi ahli pertama tidak baik (KUHAP pasal 65) d. Sebelum membuat VR harus dialakukan otopsi(KUHAP pasal 134, instruksi Kapolri) e. VR Yang tidak baik akan menyebabkan digalinya kermbali kuburan untuk diperiksa ulang (KUHAP pasal 135) 7Konsultasi forensik dilakukan bila: Bila tidak mampu melakukan VR didaerah, maka dokter daerah yang bersangkutan dengan jenazah ke dokter forensik kemudian melakukan otopsi bersama Memanggil dokter forensik untuk pemeriksaan bersama ke daerah. Mengubah permintaan VR, makia alamat VR diubah, misalnya Puskesmas/ RS didaerah menjadi alamat RSUP. Pencoretan alamat harus oleh polisi dan bukan oleh dokter daerah. TATA CARA PERMINTAAN VR Jenis jenis permintaan VR : - VR untuk orang hidup - VR untuk jenazah - VR untuk psikiatri

1. VR Untuk Orang Hidup (pemeriksaan luka, perkosaan, psikiatri) : Harus diperhatikan : 1. Selain ada permintaan VR dari penyidik, korban harus diantar oleh seorang atau lebih polisi sebab status korban bukan sebagai pasien biasa melainkan sebagai barang bukti. Hal ini untuk mencegah ditukarnya jenis kejahatan/barang bukti/korban. Nama, pangkat kepolisian yang mengantar dan tanggal harus dicantumkan dalam VR 2. Persyaratan permintaan VR harus terpenuhi. 3. Tanggal permintaan VR harus sama dengan tanggal permintaan pemeriksaan terhadap pasien/korban. Tanggal harus sama karena kejadian-kejadian sebelum dikeluarkannya VR adalah hal-hal yang harus dirahasiakan dokter. Bila sudah ada VR yang dikeluarkan maka kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia jabatan gugur. Contoh kasus : Seorang dianiaya pada tanggal 1, kemudian dibawa ke RS untuk diperiksa pada tanggal tersebut (luka-luka masih baru). Tapi permintaan VR baru keluar tanggal 10 sehingga korban diperiksa lagi pada tanggal 10 (saat itu luka sudah sembuh). Maka yang dilaporkan dalam VR adalah hasil pemeriksaan tanggal 10. Keadaan pada tanggal 1-9 adalah rahasia jabatan yang harus dipegang dokter, tetapi ada pengecualian keadaan tanggal 1-9 yang dapat dilaporkan apabila izin dari dokter dan diminta oleh sidang pengadilan. Khusus untuk kejahatan susila pada saat korban diperiksa : 1. harus diantar polisi 2. Harus ada saksi yang menyaksikan pemeriksaan. 3. Harus ada perawat yang mendampingi dokter saat pemeriksaan. Dasar hukum bedah mayat untuk VR adalah instruksi Kapolri No. E/20/IX/1975.KUHAP 134 , PP no 18 tahun 1981,Fatwa Majelis Pembinaan Kesehatan dan Syara No 4 th 1955.bahwa autopsi tidak bertentangan dengan Agama Islam KUHP 50. 2. VR untuk Jenazah

Harus diperhatikan hal-hal dibawah ini : 1. VR tidak berlaku surat 2. Jenazah yang dikirim oleh polisi harus dilabel pada ibu jari kaki. 3. Permintaan VR untuk jenazah harus sekaligus pemeriksaan luar dan dalam. 4. Pencabutan VR pada prinsipnya tidak dibenarkan. Bila sangat diperlukan hanya atas izin komandan Poltabes (DANTABES) atau DANRES atau minimal ditandatangani oleh Kapolres Berdasarkan KUHAP pasal 184, VR dapat diterima sebagai barang bukti atau tidak dalam sidang pengadilan, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Keterangan ahli merupakan benda bukti Didalam VR terdapat kesimpulan dari dokter yang bertugas sebagai seorang ahli yang memberikan keterangan ahli. Maka VR yang demikian dikategorikan sebagai benda bukti. 2. Didalam VR terdapat data-data atau faktafakta sebagai pengganti benda bukti Dalam sidang pengadilan, dokter dapat berfungsi sebagai : - saksi mata : mengetahui ukuran luka, bentuk luka, dll. - Saksi ahli : membuat kesimpilan VR.

3.VR untuk psikiatri Hanya boleh dibuat oleh seorang psikiater. Permohonan tidak bisa secara langsung tetapi harus ditujukan kepada Kanwil kesehatan yang kemudian akan menunjuk psikiaternya. TATA CARA PENGIRIMAN VR 1. VR merupakan benda bukti, karena itu setiap dokter bertanggung jawab penuh terhadap benda bukti. 2. VR harus dirahasiakan, tidak boleh dibaca orang lain sebelum disidangkan (disimpan di laci terkunci).

3. Pembuatan VR hanya rangkap dua, asli untuk polisi dan salinannya untuk arssip dokter yang harus disimpan selama kurang lebih 15 tahun atau sekurang-kurangnya hingga kasus yang bersangkutan selesai disidangkan dan pelakunya telah didakwa hukuman. 4. VR tidak dapat difotokopi dan dilegalisir. 5. Apabila VR hilang, harus dibuat berita acara hilangnya VR, dan apabila akan difotokopi harus pula dibuat berita acara pemfotokopiannya. 6. Orang yang menghilangkan barang bukti dapat dihukum 7. Pengiriman VR tidak boleh melalui pos atau jasa pengiriman lainnya, jadi VR harus diantar langsung, biasanya ada petugas polisi yang harus mengambil hasil VR ke dokter forensik. 8. Pengiriman harus disesuaikan dengan tata cara pengiriman benda bukti sbb : - Bila lebih dari satu lembar, tiap lembar ditandatangani oleh yang bersangkutan - Harus disegel, VR diikatkan dengan benang kasur, kemudian dilipat dan dimasukkan ke amplop tertutup yang dilak. - VR diambil oleh polisi yang membawa surat tugas. Pemeriksaan toksikologi sesuai dengan syarat-syarat dalam KUHAP pasal 130. Minimal dokter umum harus dapat memilih dan mengirimkan bahan-bahan toksikologi.

BAGIAN-BAGIAN DARI VISUM ET REPERTUM : VR yang baik dan dapat diterima di pengadilan adalah terdiri dari 5 bagian sbb : 1. Tulisan Pro Justicia (untuk pengadilan) pada awal laporan VR 2. Pendahuluan 3. Pemberitaan 4. Kesimpulan 5. Penutup a. Pro Justicia

Artinya untuk pengadilan. Perlu dituliskan agar kita tidak perlu lagi menggunakan materai jika akan menulis VR dikertas biasa dan tidak perlu menulis VR diatas kertas segel/bermaterai. b. Pendahuluan 1. Mencantumkan siapa yang menerima VR (nama peminta, tanggal permohonan VR, instansi peminta) 2. Mencantumkan nama dan identitas korban. 3. Mencantumkan siapa yang memeriksa (nama dokter, kualifikasinya ahli forensik atau bukan). 4. Mencantumkan tempat pemeriksaan. 5. Mencantumkan tanggal dan jam saat pemeriksaan dilakukan. 6. Tanggal pemeriksaan penting untuk dicantumkan sebab akan dikaitkan dengan tanggal kejadian kejahatan yang telah terjadi. Apabila terjadi kesalahan pencantuman tanggal (terutama tahunnya), maka VR bisa gugur. Pemberitaan 1. Merupakan bagian terpenting dari VR karena pada bagian ini dikemukakan tentang data-data yang dilihat dan ditemukan (fakta), sehingga VR dapat menjadi pengganti benda bukti 2. Pada pemberitaan tidak dicantumkan tentang pendapat/kesan dokter mengenai apa yang diperiksa. Pada bagian ini benar-benar hanya mencantumkan fakta yang bersifat deskriptif dan tidak boleh berupa kesimpulan dokter. Misalnya terdapat luka dengan diameter 1 cm, berwarna kehitaman dan sekelilingnya terdapat butir-butir pasir, dst. 3. Tidak diperkenankan menulis dengan menggunakan istilahistilah ang tidak dimengerti oleh orang awam, harus jelas dengan pendeskripsian dan jelas dalam memilih kata-kata. 4. Mencantunkan hasil-hasil pemeriksaan luar dan dalam, pemeriksaan laboratorium, dan percobaan binatang (bila ada). Pemeriksaan luar : pakaian, luka-luka pada tubuh dan lain-lain. Pemeriksaan dalam : Hasil pemeriksaan seluruh organ dalam tubuh. Kesimpulan a. Merupakan keterangan ahli, pendapat ahli berdasarkan datadata yang terdapat pada bagian pemberitaan

c.

d.

b. Membuat kesimpulan harus berdasarkan fakta-fakta yang ada dan tidak boleh teoritis, (harus apa adanya). c. Redaksional harus benar-benar jelas. d. Kesimpulan VR bisa menimbulkan perbedaan pendapat anatara dokter dan hakim, bila bertentangan maka harus dilakukan pemeriksaan ulang. Bila kesimpulan dokter sejalan dengan hakim, maka kesimpulan dokter akan diambil alih oleh hakim seolah-olah memang dibuat oleh hakim dan merupakan keputusannya. e. Bila terdapat kesulitan dalam membuat kesimpulan VR. Tidak perlu takut atau malu untuk menuliskan sebab kematian tidak dapat ditentukan. Hal ini mungkin disebabkan fakta-fakta yang ada tidak mencukupi untuk ditarik kesimpulan yang pasti. Kesimpulan harus menjurus ke KUHP. Contoh : Setelah dilakukan pemeriksaan luar terhadap korban, maka ditemukan luka yang tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari korban (berarti luka ringan : pelanggaran pasal 352 KUHP) e. Penutup Dituliskan kalimat demikianlah saya tulis sejujur-jujurnya dengan lembaran negara N0. 350/1937. Kemudian ditandatangani oleh dokter yang memeriksa. JENIS-JENIS VR 1. VR Psikiatri 2. VR Perkosaan 3. VR Perlukaan 1. VR Perlukaan Terdiri atas 3 macam : a. VR segera/definitif, yaitu VR dimana korban tidak perlu perawatan, karena itu hanya mengalami luka-luka lecet saja. b. VR sementara, yaitu VR yang dibuat pada korban-korban yang perlu perawatan. VR sementara dibuat untuk penangkapan tersangka oleh polisi dan didalamnya tidak dibuat kesimpulan atau kualifikasi luka. Kualifikasi luka hanya dicantumkan untuk kepentingan pengobatan sehingga korban perlu dirawat di RS (dicantumkan pada VR lanjutan ). c. VR lanjutan, yaitu VR yang dibuat oleh dokter selesai pengobatan. VR lanjutan dibuat karena pada orang luka terdapat 3 kemungkinan atas lukanya :

1. Sembuh sempurna 2. Setelah dirawat mengalami cacat 3. Meninggal dunia VR lanjutan dibuat apabila : Setelah selesai pengobatan, korban meninggal, korban pindah dokter, korban pindah ke RS lain. 2. Perkosaan Syarat utama pembuatan VR Perkosaan : - Dokter mengetahui dan mengenali jenis-jenis hymen. - Dokter mengetahui UU yang berkaitan dengan kejahatan kesusilaan, sehingga bisa membedakan antara perkosaan, perzinahan, perbuatan cabul, dan persetubuhan. Perkosaan : Hubungan seksual dilakukan dengan pemaksaan Perzinahan : Tidak terbukti ada pemaksaan dalam hubungan seksual Perbuatan cabul : Tidak terbukti ada persetubuhan Persetubuhan : Terbukti melakukan hubungan suami istri. Jika tidak terbukti perbuatan cabul berarti merupakan kasus penipuan, biasanya bermotif pemerkosaan. Pemeriksaan dilakukan di bagian OBGYN, meliputi pemeriksaan bulu-bulu (rambut), kerokan kuku dan cakaran-cakaran. --------ASPEK LEGAL VISUM ET REPRTUM

Pardjamaan Tojo ,dr,SpPA , SpF, SH.

Disampaikan Sebagai Materi P3D Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Pada Tanggal 3 November 2008 Di Bandung.

You might also like