You are on page 1of 4

2011

Nama: Kelas: No.absen:

10/11/2011

Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat. Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya. Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain : 1.Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll. 2. Faktor Budaya : Perceraian, kenakalan remaja, dll. 3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb. 4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb. Masalah sosial di Indonesia terjadi seperti lingkaran setan, Pemerintah telah membuat peraturan tentang akan memberi denda pada orang yang bersedekah pada pengemis, dan pemerintah juga sibuk dengan kebijakan-kebijakan yang telah dan akan dibuat yang berkaitan dengan masalah sosial yang terjadi di Indonesia seperti PNPM Mandiri, Kredit Usaha Rakyat (KUR). Masalah sosial yang sangat terasa di saat sekarang ini adalah realita kemiskinan yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Kita semua menyadari bahwa kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya tetapi masih banyak kita temui permukiman masyarakat miskin hamper di setiap sudut kota.Keluhan yang paling sering disampaikan mengenai pemukiman masayarakat miskin tersebut adalah rendahnya kualitas lingkungan yang dianggap sebagai bagian kota yang mesti disingkirkan.

Artikel Masalah Sosial


JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, tantangan berat bangsa saat ini adalah memerangi kemiskinan dan pengangguran yang tumbuh di masyarakat. Menurutnya, salah satu kekurangan dalam memerangi hal tersebut adalah materi yang dipakai untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat saat ini belum diberikan secara baik oleh pemerintah. "Yang perlu diperhatikan, tidak semua penggangguran itu miskin, tetapi tidak semua juga orang miskin itu pengganguran. Jadi dua-duanya tentu menjadi perhatian kita

semua. Setiap pengangguran cenderung menambah kemiskinan," ujar Kalla saat memberikan orasi ilmiah dalam acara Dies Natalis Universitas Nasional, di JCC, Jakarta, Selasa (11/10/2011). Kalla mengungkapkan, saat ini banyak indikator yang digunakan untuk menjelaskan pengangguran. Pengangguran, terang Kalla, adalah orang yang bekerja kurang dari 20 jam per minggu. Adapun, untuk ukuran kemiskinan bangsa ini, menurut dia, sudah mencapai 12,5 persen atau kurang lebih 30 juta dari total penduduk Indonesia. "Jumlah ini cukup besar. Dan apa sebabnya? Karena pribadi, yang memang tidak mau bekerja keras. Atau bisa juga karena kemiskinan struktural, karena seseorang yang tidak efesien cenderung mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Ini yang mengakibatkan menjamurnuya pengangguran," papar Kalla. Oleh karena itu, lanjutnya, untuk keluar dari persoalan kemiskinan dan pengangguran tersebut, pemerintah harus memberikan kesempatan kerja atau memberikan bantuan yang mudah bagi masyarakat. Bantuan itu dapat bersifat langsung, seperti memberikan subsidi, atau Bantuan Langsung Tunai (BLT). "Selama kebijakan itu mempunyai kebijakan yang adil dan makmur, pasti akan dapat mengentaskan kemiskinan dan pengganguran. Kebijakan ini memang tidak mudah, namun sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan bangsa," kata Kalla. Selain itu, pemerintah juga harus memperbaiki sektor ekonomi, khususnya dalam bidang pertanian. Kalla menilai, Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai kekayaan ekonomi yang cukup. Namun, menurut Kalla, kekayaan tersebut harus terus ditingkatkan dengan efektif, baik dari sisi ekonomi maupun masyarakatnya sendiri. "Kita ambil contoh, petani masih diliputi kekurangan pendapatan. Persoalannya karena hasilnya lebih kecil dari kebutuhannya. Misalnya mereka menghasilkan beras lima setengah ton perhektar, namun bagi mereka sendiri belum bisa mencukupi ekonominya. Ini yang harus juga diperhatikan, meningkatkan produkvitas para petani,

untuk menyelesaikan kebutuhan pokok beras, sehingga bangsa ini tidak bergantung lagi dari negara lain," papar Ketua Palang Merah Indonesia ini. Ia menambahkan, perbaikan kualitas bibit-bibit pertanian dan peningkatan sektor teknologi juga cukup penting. Dalam hal ini, pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan, seperti universitas-universitas untuk menyesuaikan dengan iklim ekonomi dan teknologi dunia yang semakin hari semakin maju. "Jadi untuk menuntaskan kemiskinan ini bukan hanya dengan berteriak, tetapi kita juga harus bekerja keras. Tidak ada bangsa yang maju hanya dengan mengkritik. Suatu demokrasi dan kerja keras bersama baik yang mempertemukan bangsa kita. Dan kalau kita berhasil dalam hal ini, saya yakin kita bisa mengatasi kemiskinan bangsa ini," tegas Kalla.

You might also like