You are on page 1of 8

TEKNOLOGI KOMPUTER

Penanggung Jawab Mata Ajar: Artha Prabawa Semester Genap/2012

APLIKASI TEKNOLOGI KOMPUTER DALAM KESEHATAN MASYARAKAT DI DAERAH TERPENCIL

Oleh

Disusun Oleh:

Ahmad Syakir Azhikri


Ambar A. Rosyidah

0906562000
1006667951

Budy Nofrianto Indra Putra Hendrizal

0906509254 0906492726

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA 2012

Aplikasi Teknologi Komputer dalam Kesehatan Masyarakat di Daerah Terpencil 1. Penggunaan Teknologi Komputer dalam Peningkatan Kesehatan Masyarakat Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi mempunyai pengaruh yang besar dalam proses yang melibatkan data kesehatan masyarakat, baik untuk keperluan penelitian (surveilans) maupun data di instansi kesehatan seperti Rumah Sakit, Pusat kesehatan masyarakat, dan lain-lain. Penggunaan teknologi informasi, terutama computer sebagai media utama, memberikan banyak keuntungan dalam simplifikasi dan kolektivitas sistem informasi yang ada. Banyaknya unit-unit pusat kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia mengharuskan pemerintah untuk mendata jumlah dan kegiatan yang dilakukan pusat kesehatan masyarakat dalam usaha pelayanan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, mulai tahun 2006 dilakukan pengumpulan data dasar pusat kesehatan masyarakat. Untuk itu, dalam rangka mewujudkan sasaran Departemen Kesehatan yaitu berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia, maka Departemen Kesehatan melakukan Pengembangan Jaringan Komputer Online untuk mendukung Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS Online). Salah satu pemanfaatan jaringan komputer online tersebut adalah untuk komunikasi data. Melalui jaringan komputer online, diharapkan aliran data dari kabupaten/kota dan provinsi ke Departemen Kesehatan atau sebaliknya menjadi lebih lancar. Dengan demikian, jaringan komputer online dimaksud dapat dimanfaatkan untuk komunikasi data dalam rangka mendukung penyediaan data dasar pusat kesehatan masyarakat dan jaringannya secara cepat, lengkap, dan akurat. Selain itu, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor : 1410/MENKES/SK/X/2003, tentang Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia (sistem pelaporan RS revisi V) maka setiap RS di seluruh Indonesia yang sudah teregritasi harus mengirimkan laporannya sesuai dengan mekanisme, format dan jenis laporan yang ditetapkan dalam lampiran tersebut. Pelaporan RS yang meliputi proses penggumpulan, pengolahan dan penyajian data kegiatan pelayanan, morbiditas/mortalitas, ketenagaan, data dasar dan peralatan RS baik secara manual dan komputerisasi. Dengan kata lain, penggunaan teknologi komputerisasi memang mutlak dibutuhkan kehadirannya untuk peningkatan kesehatan masyarakat.

Sistem komputer juga dapat digunakan untuk mendeteksi dan melakukan penelitian terkait masalah kesehatan masyarakat yang ada, misalnya outbreak yang terjadi di masyarakat. Kegiatan penelitian kesehatan masyarakat seperti surveilans misalnya, sangat membutuhkan teknologi computer dalam pengumpulan, analisis, interpretasi dan evaluasi data yang ada. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa teknologi komputer memiliki banyak manfaat dalam mencapai kesehatan masyarakat yang lebih baik. 2. Aplikasi Teknologi Komputer di Daerah Terpencil Kemajuan dan penggunaan teknologi komputer selama ini hanya mengutamakan orang-orang di daerah perkotaan. Ketimpangan ini dapat tercermin dari masih minimnya penggunaan teknologi komputer di Indonesia terutama di daerah-daerah terpencil. Hal ini dapat terlihat dari sedikitnya persentase penduduk Indonesia yang mengenal komputer. Pada kenyataannya saat ini kurang dari 10% penduduk Indonesia yang mengenal komputer (Sekarningsih, 2009). Pada awal tahun 2010 saja penjualan komputer telah mencapai 800.000 unit namun Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar menyatakan, tingkat penggunaan komputer dan internet di Indonesia masih sangat rendah. Data menunjukkan hingga tahun 2009, penetrasi komputer di Indonesia hanya 4 % dengan tingkat penetrasi internet kurang dari 10 %. Persentase tersebut jauh lebih mini ketimbang penetrasi internet di China dan Malaysia yang sudah diatas 50 % (tribunnews.com). Walaupun masih rendahnya penggunaan komputer di Indonesia, namun beberapa daerah sudah mulai menggiatkan pengenalan dan penggunaan komputer untuk masyarakat.. Contohnya di Kabupaten Maros, Makassar, komputer pada awalnya hanya digunakan di sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA), meski baru sebatas keperluan administrasi. Pada umumnya komputer yang digunakan berjenis XT (eXtended Technology), sebuah personal computer (PC) yang awalnya diperkenalkan oleh IBM. Namun seiring perkembangan zaman komputer sudah mulai diajarkan dan diterapkan di sekolah-sekolah. Selain itu penggunaan komputer di sekolah-sekolah juga sudah mulai memasuki era teknologi internet seperti yang digunakan oleh Pesantren Darul Istiqamah Maccopa Maros karena mendapatkan bantuan komputer dengan koneksi internet gratis dari WasantaraNet lengkap dengan modem internal berkecepatan maksmial 28.8 Kbps. Hingga saat ini beberapa sekolah di Kabupaten Maros telah mempunyai laboratorium komputer yang digunakan untuk perkembangan pendidikan. Selain dalam dunia pendidikan, penggunaan komputer di daerah-daerah juga dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Sistem informasi berbasis teknologi komputer

yang sedang dikembangkan oleh dinas kesehatan untuk instansi kesehatan di daerahdaerah adalah Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA). Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) Sistem kesehatan di Indonesia dapat dikelompokkan dalam beberapa tingkat sebagai berikut: 1. Tingkat Kabupaten/Kota, dimana terdapat puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar lainnya, dinas kesehatan kabupaten/kota, instalasi farmasi kabupaten/ kota, rumah sakit kabupaten/kota, serta pelayanan kesehatan rujukan primer lainnya. 2. 3. Tingkat Provinsi, dimana terdapat dinas kesehatan provinsi, rumah Tingkat Pusat, dimana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit sakit provinsi, dan pelayanan kesehatan rujukan sekunder lainnya. Pusat, dan Pelayanan kesehatan rujukan tersier lainnya. Saat ini di Indonesia terdapat 3 (tiga) model pengelolaan SIK, yaitu : a. Pengelolaan SIK manual, dimana pengelolaan informasi di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan secara manual atau paper based melalui proses pencatatan pada buku register, kartu, formulir-formulir khusus, mulai dari proses pendaftaran sampai dengan pembuatan laporan. Hal ini terjadi oleh karena adanya keterbatasan infrastruktur, dana, dan lokasi tempat pelayanan kesehatan itu berada. Pengelolaan secara manual selain tidak efisien juga menghambat dalam proses pengambilan keputusan manajemen dan proses pelaporan. b. Pengelolaan SIK komputerisasi offline, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, baik itu dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) maupun dengan aplikasi perkantoran elektronik biasa, namun masih belum didukung oleh jaringan internet online ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional. c. Pengelolaan SIK komputerisasi online, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan sudah terhubung secara online melalui jaringan internet ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional untuk memudahkan dalam komunikasi dan sinkronisasi data. (Kemenkes RI, 2011)

Penerapan Sistem Informasi Kesehatan

Daerah (SIKDA) berbasis teknologi

komputer ini salah satunya telah diterapkan di Kabupaten Purworedjo. Erwin Susetyoaji SKM, M.Kes, Kepala Sie. Jaringan Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kab. Purworejo, mendemonstrasikan Sistem Informasi Kesehatan Kab. Purworejo yang telah berhasil menghubungkan 27 Puskesmas di wilayah tersebut sejak tahun 2004. Dalam lima tahun pertama, penggunaan SIK di Kab. Purworejo berhasil menghemat 23% dalam pemakaian kertas dan ATK, dan petugas kesehatan memiliki waktu 50% lebih banyak untuk melayani pasien. 3. Kondisi Kesehatan Masyarakat Daerah Terpencil Definisi daerah terpencil yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, yaitu daerah terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena berbagai sebab seperti keadaan geografi (kepulauan, pegunungan, daratan, hutan dan rawa), transportasi dan sosial budaya. (Depkes, 2002) Daerah terpencil pada negara yang sedang berkembang dibagi berdasarkan akibat terisolasi secara geografis atau secara sosial. Terisolasi secara geografi dihubungkan dengan jarak, adanya ketidak merataan penyebaran penduduk, serta adanya keterbatasan akses dengan jalan raya sedangkan secara sosial diakibatkan permasalahan kemiskinan. (Bunda dkk, 2008) Pendapat lain mengatakan bahwa daerah terpencil sangat erat terkait pelayanan kesehatan dalam beberapa elemen yaitu penyebaran dengan penduduk yang tidak

merata dan terisolasi, jumlah populasi penduduk, sarana dan prasarana transportasi yang terbatas, jarak dengan rumah sakit dan pelayanan kesehatan lain yang jauh dan adanya kesulitan dalam hal menarik serta merekrut tenaga kesehatan. (Bunda dkk, 2008) Daerah terpencil dengan segala keterbatasannya pada umumnya terdiri dari masyarakat miskin yang rentan terhadap berbagai macam penyakit yang disebabkan antara lain oleh status gizi yang kurang, pengetahuan tentang kesehatan yang rendah, perilaku kesehatan yang kurang baik, dan lingkungan pemukiman yang kurang mendukung. Dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan daerah tersebut menyebabkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat yang ada di sana. Salah satu masalah daerah terpencil adalah masalah Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya tenaga kesehatan. Masalah tersebut antara lain: 1. Tenaga kesehatan yang ditempatkan tidak memiliki kompetensi yang spesifik

2. 3. 4.

Manajemen tenaga kesehatan yang ada saat ini tidak memenuhi kebutuhan Pengembangan mutu, karir dan profesi tidak diatur secara jelas bagi tenaga standar pelayanan kesehatan masih bersifat blanket dan tidak spesifik akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah,

sesuai spesifikasi daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan kesehatan yang ditempatkan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan Permasalahan tersebut penyebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan yang pada akhirnya akan berdampak pada penyelenggaraan pembangunan kesehatan secara keseluruhan. (www.ighealth.org,--) Masalah lain adalah masaah pembiayaan kesehatan, sumber pembiayaan kesehatan dari pemerintah relatife kecil (30%) masih ditandai oleh subsidi ke semua lini sehingga kurang terarah untuk menopang pengembangan jaringan kesehatan bagi penduduk daerah terpencil dan penduduk miskin. (www.jarlitbangkes.or.id,--) Salah satu contoh permasalahan kesehatan masyarakat daerah terpencil adalah yang terjadi di Desa Potanga Kecamatan Tolinggula Wilayah Puskesmas Biau Kabupaten Gorontalo Utara. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) didesa tersebut masih tergolong rendah, karena dari 10 indikator rumah tangga sehat belum ada yang menerapkan 10 indikator tersebut khususnya penggunaan jamban keluarga, bahkan masih bayak masyarakat yang BAB di semak belukar,kebun dan sungai . Kebiasaan yang kurang sehat ini tentu akan berakibat pada timbulnya penyakit berbasis lingkungan seperti diare dan lainnya. Sebagian besar bayi dan anak-anak imunisasinya kurang lengkap dan dari segi pola asuh ibu pada anak masih tergolong kurang karena sebagian besar pemberian ASI esklusif tidak diberikan. (www.dinkes.gorontalo.web.id, 2010) Hal tersebut juga yang terjadi di kabupaten Majene, Sulawesi Barat, dimana salah satu puskesmasnya yaitu puskesmas Tammerodo memiliki wilayah kerja dengan kategori daerah terpencil yaitu sebagian daerahnya terletak di tepi pantai dan pegunungan, dengan persebaran dan kepadatan penduduk tidak merata di masing-masing desa. Akses utama dari perkampungan masyarakat menuju puskesmas tidak dapat ditempuh dengan menggunakan ambulans melainkan harus berjalan kaki atau menggunakan alat transportasi tradisional yang dinamakan bulle, hal ini menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke puskesmas dua hingga empat jam. Berdasarkan data puskesmas terdapat 3 ibu hamil meninggal pada tahun 2006 dan 2 ibu hamil meninggal pada tahun 2007 yang

berasal dari 2 dusun di atas akibat perdarahan dan tidak tertolong pada saat menuju puskesmas. (Bunda dkk, 2008) 4. Manfaat Penggunaan Teknologi Komputer di Daerah Terpencil Manfaat penggunaan teknologi komputer di daerah terpencil adalah saat pengumpulan data dari puskesmas, rumah sakit di daerah ke pusat menjadi lebih mudah bahkan sampai pada kabupaten-kabupaten terpencil dapat memanfaatkan pengiriman data secara online. Selain kemudahan, efisiensi waktu pun menjadikan data akan lebih cepat sampai tanpa membutuhkan waktu yang lama dibandingkan dengan pengiriman data secara manual. Dengan begitu, data yang ada akan lebih cepat diolah oleh pemerintah dan segera diambil tindakan dari masalah-masalah yang ada. Teknologi komputer sebagai media informasi yang cepat akan mempengaruhi pada kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat dengan informasi-informasi yang up to date. Sehingga rakyat di daerah terpencil dapat segera ditangani dan merasakan dampaknya. Dengan adanya teknologi komputer pula dapat memudahkan masyarakat di daerah terpencil untuk update info-info kesehatan yang ada di internet sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan hidup bersih dan sehat. Terlebih lagi untuk ibu hamil dan menyusui, informasi-informasi yang ada akan meningkatkan pengetahuan kemudian menurunkan AKB dan AKI. Jadi, penggunaan komputer memang sangat dibutuhkan demi penyediaan data serta komunikasi informasi yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Bunda, Suryana Mulyana, dkk. 2008. Akses Kepada Kesehatan: Akses Dalam Sistem Rujukan Puskesmas Daerah Terpencil di Kabupaten Majene Sulawesi Barat, www.lrckmpk.ugm.ac.id (Jumat, 4 Mei 2012, pukul 08.10 WIB) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Penempatan Tenaga Medis Melalui Masa Bakti dan Cara Lain, 2002. Dinkes Gorontalo. 2010. Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil, dinkes.gorontalo.web.id (Jumat, 4 Mei 2012, pukul 10.11 WIB). Herlina.Tingkat Penggunaan Komputer di Indonesia Masih Rendah, www.tribunnews.com (Jumat, 4 Mei 2012, pukul 06.10 WIB). Ighealth.org. Kertas Kebijakan Distribusi SDM Kesehatan Di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan, www.ighealth.org (Jumat, 4 Mei 2012, pukul 08.13 WIB). Ihsyah.Sejarah Komputer di Maros. www.blogihsyah.com (Jumat, 4 Mei 2012, pukul 06.14 WIB). Jarlitbangkes.or.id. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pada kelompok Masyarakat Miskin, www.jarlitbangkes.or.id (Jumat, 4 Mei 2012, pukul 08.30 WIB). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. SIKDA Generik. Kemenkes RI: Jakarta, 2011. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Sistem Informasi Kesehatan Daerah (Sikda) Elektronik Diimplementasikan di Indonesia, www.depkes.go.id (Jumat, 4 Mei 2012, pukul 06.22 WIB). Sekarningsih, Titin. Desain Unit Internet Keliling Depkominfo, Skripsi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya, 2009. Soekidjo Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

You might also like