You are on page 1of 28

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan

merupakan

perubahan

ke

arah

kemajuan

menuju

terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah merupakan masa keemasan sekaligus dengan masakritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan

perkembangan anak selanjutnya, masa ini merupakan masa yang tepat untuk meletakan dasar-dasar pengembangan fisik, bahasa, sosial, emosional, moral dan nilai-nilai agama,kognitif dan seni.Masing-masing merupakan bagian dari proses perkembangan fisik. Proses pematangan terjadi secara teratur, yaitu kemampuan keterampilan tertentu dan umumnya terjadi sebelum mencapai tonggak lainnya. Keterampilan sosial-emosional pada anak usia 7 - 12 tahun akan menjadi pondasi bagi anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli kepada orang lain, dan produktif.

B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian perkembangan pada anak usia 7-12 tahun adalah untuk mengetahui bagaimana karakteristik sosial emosional yang sering terjadi pada anak usia 7-12 tahun. Dengan memahami reaksi dan pola sosial emosional anak pada usia ini diharapkan kita bisa mengatasi masalah yang menghambat perkembangan anak. Dengan ini anak dapat berkembang dengan normal dan dapat menyongsong kehidupan yang akan datang dengan kesiapan.

Bab II ISI

2.1 ASPEK EGOSENTRIS Pada usia 7-12 tahun ini anak melihat sesuatunya dengan nyata , tetapi pada awal perkembangannya ia belum mampu untuk membedakan hasil cipta mentalnya sendiri dengan hal-hal yang nyata. Menurut Elkind, egosentrisme anak pada masa ini ditandai dengan apa yang disebut realita asumtif yaitu anak melihat kenyataan berdasarkan informasi yang terbatas tanpa memperoleh informasi yang lainnya. Dalam melihat kenyataan anak lebih diarahkan dengan asumsinya sendiri daripada memperhatikan dan mendengarkan asumsi orang lain. Oleh karena itu, orang tuanya. anak pada masa ini lebih mempercayai temannya daripada orang tuanya dan tidak lagi memandang orang tua sebagai orang yang serba tahu. Dengan menggunakan asumsi-asumsi dari dirinya sendiri maka dalam aspek-aspek tertentu anak merasa lebih mengerti daripada oranglain atau Pada masa ini anak menunjukkan superioritas kemampuannya atau kognitifnya, pada saat ini anak mulai mencari bentuk pola kognitifnya dengan menunjukkan ia adalah lebih banyak mengerti dan lebih banyak tahu tentang segala sesuatu walaupun kemampuannya terbatas. Untuk menunjukkan kemampuannya sering kita dapatkan anak pada masa ini menggunakan berbohong sebagai alat untuk diterima kemampuannya. Bisa juga ia akan menunjukkan tingkah laku yang berlawanan dengan biasanya atau disebut prilaku yang tidak disukai atau kenakalan. Kenakalan yang diperlihatkan pertama anak berharap akan mendapat perhatian atau sebagai sikap protes atas perlakuan orang lain terhadap dirinya. Sesuai dengan emosinya yang sedang berkembang pesat anak menggunakan emosinya untuk menunjukkan bahwa ia siap melakukan sesuatu dengan kemampuannya dan keberaniannya dalam menghadapi orang diluar dirinya sehingga emosi ini akan menjadi sesuatu pertahanan dan ekspresi keinginan dan kebutuhan anak. Tanya : Apakah anak mau berbagi yang dia miliki seperti: alat tulis atau jajan dengan orang lain? Jawab : anak mau berbagi,tapi pada orang tertentu.pada orang yang dia kenal saja.

Kesimpulan : Munculnya egosentris, diusia ini anak berfikir bahwa segala yang ada dan tersedia adalah untuk dirinya, semuanya ada untuk memenuhi kebutuhannya.Kuatnya egosentris ini mempengaruhi perilaku anak dalam bermain, saat bermain anak enggan untuk meminjamkan mainannya pada anak lain juga menolak mengembalikan mainan pinjamannya. Wajarlah jika saat seperti ini terjadi konflik dengan temannya. Pada saat mengalami konflik ini anak belum bisa menyelesaikannya secara efektif, ia cenderung menghindar dan menyalahkan orang lain.

2.2 ASPEK PEMBANGKANGAN Merupakan penolakan sementara melihat dan memperhatikan reaksi terhadap orang yang dibangkangkan.membangkang tidak sama dengan anak yang melakukan kekasaran atau bersikap kasar,anak hanya menolak setiap apa yang diperintah disuruh orang tua atau orang yang lebih besar.Sikapnya hanya sekedar menolak sesaat yang nantinya akan melakukan perintah itu. Pembangakangan pada anak-anak merupakan gejala pokok bagi perkembangan kepribadian dan sosial anak,maka anak yang tidak mengalami masa pembangkangan ini dikatakan anak mengalami keterhambatan perkembangan dan akan mengganggu perkembangan selanjutnya,seperti juga pada perkembangan yang lainya. 1. Pembangkangan pasif Pada awal perkembanganya anak akan melakukan pembangkanganya dengan prilaku pasif,dikarenakan anak tidak mengerti apa yang dikehendaki oleh orang tua. 2. Pembangkangan prilaku Dengan bertambahnya usia dan anak melanjutkan masa perkembanganya dimana ia telah memasuki pengertian dan pemahaman.Yaitu mampu membedakan antara keinginan dirinya dengan keinginan orang tua dan orang lain. 3. Pembangkangan sikap Pada masa akhir dari tahapan ini anak akan menunjukkan pembangkangan dengan melakukan sesuatu tindakan yang berbeda dari biasanya.Sering kali disebut tingkah laku yang aneh,dalam berpendapat dengan lingkunganya suka menunjukkan pendapatnya sendiri yaitu

mempertahankan pendapatnya dengan ngambek,ngotot,dan meninggalkan orang yang dibangkang tersebut Tanya : Apakah anak membangkang ketika disuruh oleh orang tua nya ? Jawab : iya, kadang-kadang. Kesimpulan : Pembangkangan merupakan suatu hal yang mutlak dalam perkembangan.Pembangkangan hanya bersifat sementara saja,tergantung dari pada kemajuan dalam menilai kelilingnya.tingkah laku pembangkangan merupakan suatu reaksi keinginan pemenuhan kebutuhan dan pengertian situasinya. Pembangkangan tidak ditemukan pada anak yang bodoh.karena tidak menunjukan aktifitas yang banyak, maka juga tidak terjadi banyak pertentangan dengan lingkungannya.anak yang tidak mengalami fase ini akan tidak bisa mencapai perkembangan kemauan yang sehat 2.3 ASPEK PENGAMBILAN PERAN Pengambilan peran merupakan suatu aktifitas anak untuk mencari dirinya, baik ia berimitasi, identitas diri dan identifikasi.Pengambilan peran ini merupakan suatu perilaku anak-anak yang telah mencapai differensiasi.yaitu, anak yang sudah dapat membedakan antara dirinya dengan lingkungannya (orang lain).Dalam pengambilan peran ini anak sudah dapat dan mampu menempatkan diri pada motif-motif,perasaan,pikiran,dan tingkah laku orang lain. Kemampuan pengambilan peran disini akan dibagi menjadi 3 macam bentuk yaitu Pengambilan peran konseptual yaitu anak yang sudah mampu dan cakap untuk menempatkan diri dalam pembentukan pengertian atau formasi konsep orang lain. 1. Pengambilan peran perseptual konkrit Yaitu kemampuan untuk meramalkan apa yang dilihat orang lain mengenai obyek-obyek yang sama.anak akan mengikuti apa yang dipandang baik orang lain,anak yang pada masa perseptual lebih cepat mempersamakan semua yang diterima atau yang diinformasikan.shingga anak pada masa ini lebih cenderung perhatian daripada melakukannya. 2. Pengambilan peran emosional-motivasional Pada pengambilan peran ini anak menunjukkan suatu kecakapan untuk ikut merasakan secara konkrit alam perasaan dan motif-motif orang lain.Pengambilan peran ini merupakan suatu proses selama hidup individu

meskipun kualitasnya berbeda-bedaHal ini merupakanss dasar bagi semua proses dan tingkah laku interaktif sosial, dan itu merupakan pengendalian dan pemanfaatan bagi dirinya. Tanya : Siapakah tokoh idola yang kamu sukai? Mengapa? Jawab : aku suka okki setiana, karena selain cantik dia pinter ngaji. Kesimpulan : Berkembangnya konsep diri, secara perlahan pemahamannya tentang kehidupan berkembang. Anak mulai menyadari bahwa dirinya,identitasnya karena kesadarannya itu menunjukan eksitensi dirinya. Segalanya ingin ia mencoba. Belajar dari lingkungan, Anak mulai meniru apa yang sering dilakukannya ia belajar mengidentifikasi dirinya dengan model yang dilihatnya misalnya ia akan berperilaku sama persis seperti apa yang di lihatnya di TV dan iapun akan bercita- cita sama seperti profesi orang tuanya. Jadi di usia inilingkunganlah yang sangat berperan dalam membentuk perilakunya.

2.4 ASPEK PRILAKU LEKAT Perilaku lekat merupakan suatu tingkah laku pembentukan rasa aman, percaya diri dan kekuatan mental.dan menimbulkan suatu rasa kedekatan kepada orang yang menjadi perhatian khusus. Perilaku lekat yang berlebihan akan mengalami gangguan sosial. Tingkah laku lekat juga dapat dikatakan dapat terjadi karena adanya pencarian sesuatu terhadap dirinya untuk mengadakan manipulasi dan eksplorasi benda, perhatian dan sesuatu yang ada di sekelilingnya. Orang pertama yang dipilih dalam kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau saudara-saudara lain. Maka tingkah laku lekat merupakan suatu pola yang dimiliki setiap individu dari anak sampai dengan orang dewasa untuk: 1. Mengenal lingkungannya hingga merasa bahwa ia memerlukan orang lain sebagai tempat untuk mendapatkan atau memperoleh sesuatu yang dicarinya 2. Kelekatan diawali sebelum anak mengadakan proses belajar, terjadi pada hubungan yang harmonis, dinamis, dan aktif antara ibu (biologis, pengasuh atau orang lain) dan anak. 3. Dapat dikatakan tingkah laku lekat merupakan hubungan yang mempunyai sifat yang struktural dari ibu dan anak.

Ada 2 model kelekatan yang dialami setiap individu,diantaranya: model differensiasi dan model paralel. Model differensiasi Bahwa kelekatan terjadi pada satu obyek saja,yaitu hanya relatif pada ibunya sampai kurang lebih 6 tahun. Dalam model ini anak akan memilih pada orang2 tertentu saja, yaitu orng pertama yang dipilih adalah ibu,Karena menurutnya ibu adalah figur sentral bagi anak, sedang anggota2 lainnya tidak mempunyai peranan yang penting sampai dengan umur 6 tahun. Dalam proses perkembangan model ini akan menegaskan bahwa sesudah umur 3 tahun, anak mulai dapat merasa aman dalam situasi asing bersama dengan obyek pengganti. Syarat yang menjadi perhatian sebagai peralihan obyek lekat pengganti ibu yaitu: 1. Figur pengganti harus sudah dikenal terlebih dahulu 2. Anak dalam kondisi yang sehat dan nyaman 3. Anak harus mengetahui dimana ibunya dan bahwa ia dengan mudah dapat mencari kontak kembali dengannya. Model Paralel Dalam model ini tingkah laku lekat akan terjadi pada tahun-tahun pertama, setelah itu anak akan mencari kelekatan pada orang dewasa atau temen sebayanya. Karena anak tidak sepenuhnya dirawat oleh ibunya, melainkan dirawat juga oleh pembantu,suster atau saudara yang sering kali kakak-kakak perempuan menggendongnya. Dari model tersebut diatas dapat diperhatikan bahwa terjadinya tingkah laku lekat dikarenakan adanya hubungan antara anak dengan obyek lekat yang langgeng, interaksi dan perhatian penuh. Kelekatan akan terjadi pada diri anak dengan memperlihatkan reaksi-reaksi lekat.reaksi tersebut dapat secara langsung dan tidak langsung, reaksi secara langsung terjadi karena obyek lekat ada dan dapat melakukan interaksi, sedangkan reaksi secara tidak langsung terjadi setelah orang lekat pergi atau tidak terlihat. Stimulus ( sentuhan ) Fisik Anak2 akan berkembang lebih baik jika pada masa bayi dan masa anak2 mendapat sentuhan. Kurangnya sentuhan fisik yang diperoleh anak akan menunjukan penyimpangan tingkah laku sosial,emosional, dan motoriknya. Hal ini menunjukan bahwa pentingnya stimulus taktil( rabaan) sangat berpengaruhterhadap perkembangan cerebellum (susunan otak kecil) dan juga pada bagian-bagian otak yang lain.perkembangan otak inilah yang mempengaruhi tingkah laku sosial-emosional anak.

Stimulus (sentuhan) Psikis Kelekatan terjadi juga dengan kontak atau interaksi antara anak dan orang lain dengan intensitas tertentu. Begitu juga perhatian khusus akan membentuk kelekatan anak dengan perilaku intensif akan mendekat atau merasa kehilangan bila orang yang memberikan perhatian tidak ada. Apabila anak dalam perkembangannya tidak melalui pembangkangan akan menunjukan gejala-gejala kepribadian dan bentuk sosial yang menunjukan anti sosial.Jadikan anak-anak untuk melaksanakan pembangkangan sesuai dengan usianya dengan di beri perhatian dan diarahkan orang tuanya dan lingkungan. Tanya : Kepada siapakah kamu sering cerita tentang pengalaman pribadimu? Jawab : aku lebih sering cerita tentang pengalaman pribadiku pada ibu atau ayahku. Kesimpulan : Perilaku lekat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan psikologis,biasanya kelekatan terjadi juga dengan kontak atau interaksi antara anak dan orang lain dengan intensitas tertentu.

2.5 ASPEK BAHASA Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi yang akan disampaikan dengan suara. Bahasa merupakan suatu ungkapan rasa keinginan dan kebutuhan individu untuk dapat dipuaskan. Stimulus untuk menimbulkan suara pada anak bayi merupakan suatu bentuk perkembangan bahasa. Dalam bahasanya individu akan menggunakan berbagai bentuk di antara bentuk bahasa yang digunakan adalah bahasa verbal dan bahasa non verbal. 1. Bahasa Verbal Ialah bahasa yang menggunakan ucapan atau kata-kata dan bicara digunakan untuk menyampaikan maksud dari pikiran dan perasaannya. 2. Bahasa Non Verbal Ialah bahasa yang menggunakan ungkapan isyarat, gerak-gerik atau mimic, yang mempunyai arti dan makna, sebagai pesan dari pikiran dan perasaan.

Proses Terbentuknya Bahasa Tanya : Bahasa apakah yang digunakan sehari-hari?


7

Jawab : Bahasa jawa karena orang tua menggunakan bahasa jawa untuk komunikasi sehari-hari.tetapi,di sekolah menggunakan bahasa campuran,bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Kesimpulan : Anak pada usia ini menggunakan bahasa yang digunakan orang tua dan lingkungan sekitar.Misalnya : jika orang tua menggunakan bahasa Indonesia sehari-hari maka anak akan menirukan bahasa yang digunakan orang tua. Keterampilan-keterampilan dasar berkembang baik bila ketrampilanketrampilan itu bermanfaat bagi anak-anak.kegiatan-kegiatan yang banyak ini diberikan untuk mengembangkan bahasa.Mendengar dan membaca cerita,mendiktekan cerita,ikut didalam permainan drama,berbicara secara informal dengan anak-anak dan orang dewasa lain. 2.6 ASPEK INTELEGENSI Intelegensi atau sering disebut kecerdasan merupakan suatu karunia yang dimiliki individu untuk mengembangka dan mempertahankan hidupnya,serta bagaimana ia berysaha menghambakan dirinya kepada Pencipta-Nya. Intelegensi akan terlihat dan terpakai setelah ia mencapai dewasa dan menjadi dirinya sendiri.Masa anak-anak hanya merupakan proses perkembangannya. Setiap individu dalam rentang kehidupan dan perkembangannya telah terbentuk kacerdasan yang mana yang dimiliki dan didominasi secara ekspresif(diwujkan)yang terlihat di permukaan. Ada 3 kemampuan intelegensi menurut J.P Guilford Operasional Mental (Proses berfikir) Content (isi yang difikirkan) Product ( hasil berfikir) Ada 3 kemampuan intelegensi menurut Robert Stenberg Proses mental Coping with New Exprience Adapting to Enviroment Koordinasi Tiga Kemampuan Intelegensi

1. Kognitif a. Menangkap : Informasi yang masuk diterima dianalisa dan disimpan dalam memory. b. Mengelola : Informasi yang diterima dianalisa dan diambil suatu keputusan untuk diambil tindakan atau tidak. c. Transformasi : Menghantarkan segala informasi yang telah dianalisa dan dikelola ke dalam bentuk aktivitas. d. Menyampaikan atau merecall segala bentuk pemahaman yang disampaikan secara verbal maupun non verbal. 2. Afektif a. Merasakan segala bentuk informasi dengan perbandingan dan penilaian terhadap kemampuan diri dan situasi lingkungan b. Merespon setiap informasi yang diserahkan,dengan tanggapan atau reaksi sesuatu dengan kondisi diri dan situasi lingkungannya. 3. Motorik
CIRI-CIRI INTELEGENSI

Intelegensi memiliki ciri dan tanda-tanda individu yang dikatakan intelegen yaitu: 1. Kemampuan Menyelesaikan Masalah 2. Kemampuan Menciptakan atau Mengkombinasi Sesuatu Yang Baru 3. Kemampuan Menemukan Sesuatu Yang Baru 4. Kemampuan Memanfaatkan Hasil Pengetahuan 5. Kemampuan Mengkomunikasikan 6. Kemampuan Memahami Ungkapan

PROSES INTELEGENSI

Adapun proses Intelegensi adalah : 1. Menerima dan menangkap semua informasi yang masuk kedalam kognitif ,melalui penglihatan,pendengaran dan perasaan nya sebagai panca indera. 2. Semua informasi disimpan dalam memory kemudian menjadi suatu analisis,dikelola untuk mejadi suatu pengetahuan yang akan digunakan suatu waktu apabia di butuhkan. 3. Memproduksi atau menghasilakn suatu bentuk pikiran dan kecerdasan dari hasil analisis tersebut. 4. Mengungkapkan atau merecall sebagai ungkapan rasa keinginnan dan kebutuhan dari hasil tersebut dari poin-poin sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi intelegensi adalah :

Pengaruh Fisiologis Adalah bagaimana anak dalam fisiologisnya berkembang sesuai dengan usia pertumbuhannya.Yaitu otot-otot telah masak dan mengeras sesuai dengan pertumbuhan fisiologisnya.Begitu juga dalam perkembangan otakya. Pengaruh Lingkungan Adalah perkembangan intelegensi sangat dipengaruhi oleh lingkungan disekitar anak,dimana anak mendapat dukungan atau kesemangatan dalam mengembangkan intelegensinya.Banyaknya informasi yang diperoleh anak dan motivasi untuk menerima informasi tersebut yang akan memberikan perkembangan intelegensi anak. Pengaruh Psikologis Pada masa perkembagan intelegensi sangat dipengaruhi oleh suasana psikologis anak,saat anak merasa senang dan dan meresa tidak senang.Pengaruh ini telah tertanam sejak anak mulai membedakan antara dirinya dengan lingkungannya,ia memahami bahwa dirinya ada orang lain.Suasana psikologis yang diperoleh sejak anak usia dini sangat berpengaruh terhadap perkembangan intelegensi anak. Tanya : Berapa jam anak belajar dalam sehari? Jawab : 2 jam dalam sehari Tanya : Prestasi apa yang pernah diraih Jawab : waktu kelas 6 SD UAS semester 1 rangking 3 Tanya : Mudah paham atau tidak jika diajak bicara / pada saat guru menyampaikan materi? Jawab : Mudah paham Tanya : Mata pelajaran apa yang paling disukai? Jawab : Bahasa Indonesia dan Olah Raga

Kesimpulan : Kemampuan dasar anak akan terlihat saat anak melakukan

aktivitas.Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan akan menunjukkan bahwa anak memang mampu dalam bidang yang lain,sehingga anak dalam perkembangan intelegensinya disesuaikan dengan kemampuan dasar yang dimiliki anak dan bagaimana lingkungan yang mempengaruhi

intelegensinya

10

2.7 ASPEK SOSIALISASI Sosialisasi merupakan suatu hubungan antara diri anak dengan

lingkungannya,untuk mendapatkan sesuatu terhadap dirinya.

MASA BAYI Dengan pelatihan dan pengalaman yang diperoleh pada masa bayi , akan meningkatkan perkembangan sosial anak. Peletakan dasar sosial tersebut akan mengembangkan hubungan antara anak dengan teman- teman sebayanya. Oleh karena itu pada saat ini dapat dikatakan sebagai masa pra kelompok , yaitu anak belum masuk dalam kelompok sifatya sebagai penonton. Maka pada masa ini perkembangan sosial anak di bagi menjadi 3 tahapan yaitu : 1. Bermain Sejajar,yaitu pada saat ini anak bermain dengan teman teman sebayanya sendiri sendiri,tida ada saling hubungan satu dengan yang lainya. Kalau terjadi kontak maka terjadi suatu perebutan da penguasaan mainan tersebut untuk dirinya. Bermain sendiri sendiri merupakan suatu aktivitas sosial pertama yang dilakukan anak dengan teman teman sebayanya. 2. Bermain Bersama dengan caranya sendiri-sendiri,yaitu anak mulai adanya kontak dengan teman sebayanya,sebatas mengikuti permainan teman temanya,belum melibatkan diri dengan pada permainan tersebut,sifatnya sebagai penonton dan melakukan sendiri. 3. Bermain bersama dengan melibatkan dirinya, anak sudah dapat berinyeraksi secara langsung dengan teman sebayanya dengan mengikuti dan melibatkan dirinya dengan permainan tersebut. Hal ini terjadi pada akhir masa konseptual , terjadinya karena proses pematangan sosial sejak masa bayi hingga masa bermain bersma ini 4. Bermain bersama dengan membuat peraturan , anak dalam hal ini sudah melakukan suatu peraturan untuk dirinya dan lingkungannya. Terjadi pada masa kogritual hingga ia mencapai dewasa . Diawali dengan membuat peraturan atas kepentingan dirinya dan teman yang disukainya, kemudian mengikuti peraturan kelompok lain dan menambahkan dan

11

mengurangi peraturan tersebut , dan akhinya menerima perauran diluar dirinya dngan kesadarannya.

Penglihatan / Pengamatan Kemampuan anak dalam memandang sesuai dengan kemampuan anak pada penglihatan, yaitu dimana anak melihat dan memperhatikan benda yang menjadi pengamatannya. Stimulus yang diberikan akan memberikan perkembangan penglihatan anak, diantara perkembangan anak sbb : a. Ketajaman penglihatan pada usia 2 minggu anak dari jarak 20 cm sudah dapat membedakan garis-garis yang terletak dengan jarak 3mm satu sama lain. b. Reflek pupil ( reaksi terhadap perubahan intensitas sinar) sudah ada beberapa hari sesudah dilahirkan. c. Konfegensi ( pemusatan pada satu titik) jga sudah dapat dilakukan sesudah 4 8 mgu. d. Mengikuti objek yang bergerak dengan mata dapat dengan lancar sesudah 3 bulan.

Pendengaran Maksudnya bahwa anak akan menerima suara dari mana suara berasal . Suara inilah yang akan menentukan penerimaan anak untuk dihantarkan kedaerah pengenalan dan pemahaman terhadap benda maupun lainnya. Diantaranya adalah a. Masuknya suara melalui perbedaan waktu , fungsinya membedakan arah yang jauh . b. Masuknya suara melalui intensitas suara, fungsinya untuk membedakan frekuensi tinggi rendahnya suara . Maka dengan itu bahwa keadaan auditif ( pendengaran ) sangat menentukan perkembangan . Sehingga dalm memberikan stimulus ( rangsangan ) merupakan peran utama dalam sosialisasi.

12

Meraba / taktil Tingkah laku sosialpun dapat dilihat dan dibentuk dari anak yang mengalami kekurangan dan kecukupan mendapat sentuhan / taktil. Karena sentuhan akan sangat mempengaruhi perkembangan cerebelum ( susunan otak kecil ) begitu juga pada bagian bagian otak yang lain. Karena dengan sentuhan ini akan memberikan anak: a. Merasa aman, anak merasa terlindungi dan terhindar dari perasaan takut. b. Merasa diterima, adanya penerimaan orang lain dengan dirinya, dengan pemahaman terhadap orang lain, maka anak membutuhkan penerimaan atas dirinya . c. Menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri, ia merasa diri dipercaya, maka ia yakin atas apa yang dilakukan adalah benar.

Dengan memahami perkembangan panca indra seorang anak dan akibat dari kekurangan dari panca indra yang harus dirangsang , maka dengan sendirinya dapa terungkap apa saja yang menjadikan ketertarikan anak terhadap sesuatu itu. Anak yang tidak mengalami masalah dalam panca indranya tersebut, maka dengan mudah perhatiannya tertuju pada sesuatu yang dilihatnya. Yaitu : 1. Sesuatu yang baru akan menjadi daya tarik anak dan menjadi pusat perhatian . 2. Sesuatu yang merangsang dan menyenangkan diri dan anak mampu mengeksplorasi benda tersebut. 3. Menjadi menarik karena orang lain , anak pun ikut tertarik pada sesuatu karena melihat orang lain tertarik. 4. Yang mengalami perubahan perubahan yang sebelumnya terlihat biasa kemudian ada perubahan , baik perubahan bentuk maupun isinya . Begitu juga dapat kita lihat dari hipotesa Schaffer , yang meneliti tentang

prioritas apa yang mendapat perhatian khusus dari bayi tersebut : 1. Rangsangan dengan pola yang jelas kontras , misalnya apa yang disebut bull eyes ( lingkaran- lingkaran konsentris dan atau memusat ) menarik perhatian anak. 2. Rangsangan yang sederhana atau tidak terlalu kompeks.

13

3. Rangsagan yang bergerak , terutama gerakan tiba- tiba 4. Rangsangan 3 dimensi.

Dengan pola pengamatan dan pengalaman yang dilakukan anak pada masa konseptual ini akan menunjukan sosial interaksi anak masa perkembangan selanjutnya. Anak menyadari adanya orang lain dan berusaha mencari perhatian orang lain dan mengamati orang lain dengan bertingkah laku yang menarik perhatian , atau dengan menonjolkan diri. Dalam usia selanjutnya anak sudah terlibat dengan aturan permainan dalam kelompoknya , yaitu pada perkembangan perseptual. Pada masa perseptual anak bersosial dengan baik sesuai dengan yang diharapkan , pada perkembangan berikutnya anak akan lebih mantap lagi menjalankan sosialisasinya. Melajunya perkembangan pada tahapan yang lain , pada aspek sosialisasi anak akan belajar berperilaku untuk diterima dengan kelompoknya , memainkan peran sesuai dengan kelompoknya , mengambil atau menentukan sikab terhadap kelompoknya

1. Diterima, Pada perkembangan ini anak memasuki usia kelompok , saat ini anak berusaha berperilaku untuk dapat diterima dengan kelompoknya. Oleh karena itu pada tahapan usia ini anak berusaha mengadakan : a. Kompromi dengan anggota kelompoknya, dengan maksud agar apa yang diinginka dapat diterimanya. b. Menyesuaikan diri , untuk bisa diterima dalam keompok yang ingin diikuti, maka anak berusaha mengadakan penyesuaian diri yang sesuai dengan kelompoknya . c. Kemurahan hati , terlihat dengaqn adanya kesedihannya untuk berbagi sesuatu dengan teman sebayanya atau kelompoknya, pada masa ini dalam proses kepentingan diri sendiri mulai berkurang, perasaan untuk dirinya sendiri mulai bergeser dengan perasaan simpati dan empati.

14

2. Memainkan Peran, Dalam kelompok sosial terdapat suatu pola kebiasaan yang harus dijalani dan dilakukan setiap anggotanya. 3. Bersikap, Dalam memasuki sekelompoknya anak harus mempunyai suatu sikap yang diterima dan menerima. 4. Kerjasama , Dalam kelompok anak berusaha untuk melakukan kerjasama dengan anggota kelompok, dengan kesempatan yang ada untuk melakukan kerjasama dalam kelompok, anak akan mencapai sosialisasi yang baik . 5. Ketergantungan, Masa perhatian untuk mendapat keinginan dan kebutuhan anak memperlihatkan rasa ketergantungan atau dapat dikatakan perilaku lekat.

Anak yang berharab untuk dapat diterima oleh lingkungannya , baik itu keluarga maupun temannya ia akan berusaha untuk melakukan bernagai macam dan cara: 1. Solidaritas, Rasa setia kawan dengan temannya sangat tinggi , perasaan simpati dan empati meningkat , pada masa ini lebih cepat mengerti apa yang diinginkan dan diharapkan teman- temannya. 2. Membentuk Geng , Mealui kesetiakawanan anak akan membentuk suatu komonitas atau sekumpulan yang tidak diatur oleh orang orang yang

mempengaruhi dirinya maupun guru dan orang tua. 3. Persaingan, Dalam persainagn dengan teman sebaya bukan suatu sikap egois yang muncul pada anak melainkan persaingan terjadi karena ingin mendapat penghargaan , penerimaan dan sanjungan atas kemampuan dirinya . 4. Sikap sportif, Dengan adanya persaingan akan menciptakan suatu sikap yang dapat diterima diantara kelompok maupun dengan orang lebih besar darinya.

Tanya : Apakah kamu suka bermain kerumah teman-temanmu? Jawab : iya, aku suka bermain kerumah temen-temen ku Kesimpulan : Anak menyadari adanya orang lain dan berusaha mencari perhatian orang lain dan mengamati orang lain dengan bertingkah laku yang menarik perhatian , atau dengan menonjolkan diri. Pada masa perseptual anak bersosial dengan baik sesuai dengan yang diharapkan , pada perkembangan berikutnya anak akan lebih mantap lagi menjalankan sosialisasinya.

15

2.8 ASPEK EMOSI Emosi merepukan suatu warna rasa yang muncul pada setiap individu , yang ditimbulkan oleh suatu rangsangan ( stimulus) baik dari dalam maupun dari luar dirinya . Emosi terjadi secara alami pada individu sejak dilahirkan kemudian berkembang hingga ia menapai kedewasaannya . Perkembangan emosi disebabkan adanya suatu situasi perkembanga usia dan kematangan individu . Berkembangnya emosi merupakan suatu proses pembelajaran dan kematangan individu . Oleh karena itu emosi akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan individu itu sendiri. Perkembangan akan terjadi pada setiap masa atau tahapan perkembangan individu disesuaikan dengan masing masing tahapan tersebut . A. Kematangan Emosi Terjadi kematangan emosi pada anak sangat dipengaruhi oleh kondisi yang ada pada anak, yaitu pengaruh dari faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor Fisiologis Yaitu pada perkembangan kelenjar endokrin yang akan mematangkan perilaku emosi anak. Pada masa bayi produksi endokrinnya sangat kurang dan akan berkembang sesuai dengan perkembangan usia anak. Faktor Psikologis Perkembangan pengertian anak akan lebih menjelaskan proses munculnya emosi itu sendiri. Dengannya anak akan mampu memperhatikan , mengerti 1 rangsangan dalam waktu yang lebih lama , kemudian memutuskan untuk bereaksi terhadap rangsangan dengan menyenangkan dan tidak

menyenangkan.

B. Peran Pembelajaran Pada umumnya setiap emosi bereaksi pada suatu stimulus dengan adanya pembelajaran , yang dilakukan oleh anak itu sendiri atau pada orang lain dengan pelatihan dan kebiasaan. Diantara pembelajaran pada diri anak itu

16

sendiri yaitu dengan cara coba salah dengan menirukan dan dengan mempersamakan diri 1. Coba salah ( trial eror) Setiap stimulus yang datang anak berusaha untuk bereaksi . Bila semula reaksinya berlawanan dengan kematangan psikologisnya anak

memahaminya , maka reaksinya akan sesuai dengan stimulusnya. 2. Menirukan Belajar dengan cara menirukan emosi orang lain , yaitu dengan memperhatikan dan mengamati perilaku emosi orang lain, ekspresi , emosi yang ada pada orang lain membangkitkan reaksi emosi anan yang sama dengan orang yang menjadi pengamatan dan perhatiannya. 3. Mempersamakan diri Pembelajaran emosi ini hampir sama dengan cara menirukan emosi. Jika menirukan , anak reaksi emosi yang timbul secara langsung dari orang yang membangkitkan emosinya . Sedangkan pada mempersamakan diri, anak menirukan emosi anak lain terhadap reaksi emosi orang lain adanya sesuatu yang menggugah atau berkesan terhadap rangsangan emosi yang sama dengan orang yang ditiru , berarti adanya persamaan dengan dirinya. 4. Pembiasaan Pembelajaran emosi ini dengan adanya pembiasaan , yang dirutinkan, yaitu anak diperlakukan emosinya dengan terus menerus. 5. Pelatihan Pembelajaan emosi ini pada umumnya dibawah pengawasan dan bimbingan. Untuk pembelajaran emosi dengan pelatihan merupakan suatu pembelajaran emosi dengan tujuan dan memang direncanakan. Perkembangan emosi anak pada masa konseptual ini , banyak faktor yang mempengaruhi kuat tidaknya emosi anak. Emosi akan berkembang sangat kuat pada usia tertentu dan sangat lemah pda usia yang lain. 6. Penularan

1. Penularan langsung pada dirinya


Yaitu bagaimana orang lain memberikan stimulasi emosi kepada diri anak secara langsung.
17

2. Penularan tidak secara langsung pada dirinya


Penularan ini terjadi tidak ditujukan pada dirinya, melainkan anak memperhatikan dan mendengar orang tuanya atau orang lain dilingkungannya, memberikan stimulasi emosi kepada pihak ke3.

C. Faktor yang mempengaruhi emosi

1. Kecerdasan Perkembangan kecerdasan anak sangat mempengaruhi reaksi emosi yang ditumbulkan. 2. Jenis Kelamin Umumnya tidak terjadi suatu perbedaan antara anak laki laki dan perempuan dalam proses perkembangan emosi pada masa anak. Hanya karena pengkondisian anak sehingga banyak menggunakan secara aktif emosinya. 3. Lingkungan Keluarga Besar dan kecilnya keluarga sangat mempengaruhi timbulnya reaksi emosi pada anak, yaitu keluarga yang terdiri dari banyak anak dengan yang sedikit anaknya. Keluarga yang sedikit anaknya akan sangat kurang persaingannya, di banding dengan keluara besar yang banyak anak lebih sering menimbulkan persaingan yaitu persaingan untuk mendapat sesuatu baik kasih sayank maupun berbentuk benda. anak laki- laki yang

4. Lingkungan Sosial Lebih banyak anak bersosialisasi dengan teman- temannya lebih mampu untuk mereaksi emosinya dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat kesempatan untuk bersosialisasi.

18

KARAKTERISTIK EMOSI 1. Tahun pertama a. Emosi anak tidak berlangsung lama dan akan berhenti dengan tiba- tiba , jika anak menimbulkan emosi karena menyatakan suatu kebutuhan dan keinginan. b. Bersifat fluktuatif, tidak tetap, kadang-kadang terlihat kuat dan kadangkadang terlihat dangkal. Sering terjadi saat tidak terpenuhi kebutuhannya. c. Pada tahun pertama anak emosinya sering terjadi, karena emosinya digunakan sebagai ungkapan perasaan dan sebagai, komunikasi untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Tahun kedua hingga tahun ke enam a. Emosinya agak berlangsung lama dan apabila saat berhenti dengan berangsur angsur atau perlahan lahan kemudian berhenti. b. Emosinya ditunjukan dengan kuatnya, jika tertawa dengan terbahak bahak atau menangis dengan menjerit dan bersuara keras . c. Terjadinya emosi sewaktu waktu dan sudah direncanakan. d. Emosinya lebih bersifat agak subjektif, emosinya hanya ditujukan pada apa yang terjadi pada dirinya

3. Tahun ketujuh hingga ia dewasa


a. Emosinya terjadi berlangsung lama dan berakir dengan lambat sekali dengan menyatakan bahwa ia sangat berkesan terhadap apa yang terjadi, b. Bersifat sangat mendalam, karena anak sudah dapat merasakan bahwa ia telah terkena sesuatu atau merasakan apa yang terjadi pada dirinya maupun orang lain. c. Emosinya jarang terjadi. Lebih suka menyebunyikan emosinya , karena disesuaikan dengan proses perkembangan. d. Saat ini anak lebih banyak mengontrol dan mengendalikan emosinya, untuk menunjukkan bahwa dirinya sudah bukan lagi anak- anak

19

D. Pengaruh emosi terhadap diri anak 1. Secara Fisiologis Apabila anak mengalami situasi emosi maka akan terlihat perubahan dari bentuk fisiknya, misalnya anak sedang menagis akan terlihat mukanya merah. Hal ini telah diteliti oleh canon bard , dengan menggunakan sinar ronsen , terhadap seekor kucing yang baru selesai makan. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa emosi yang terjadi akan menunjukkan perubahan fisik secara langsung, apabia emosi tersebut terus- menerus berlangsung maka perubahan akan terjadi menjadi tetap.

2. Secara Psikologis a. Memperkuat rasa semangat atau memperlemah semagat. b. Menghambat dan mengganggu konsentrasi, anak sering mengekspresikan emosi marah, jengkel, dan kecewa. c. Terganggu penyesuaian diri atau anti sosialisasi, seringnya rasa emosi cemburu atau iri hati, cepat marah dan penuh kekecewaan, akan mengalami gangguan penyesuaian diri. d. Suasana emosi yang diterima pada masa anak-anak hingga mencapai akhir baliq akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku dikemudian hari baik itu dirinya maupun orang lain

E. Reaksi emosi pada masa anak 1. Rasa takut Rasa takut ini dijumpai pada umumnya pad usia tertentu dengan bertambah pengalaman dan pengertian rasa takut akan berubah atau berganti dengan rasa takut ang lebih kuat dan lebi lemah. 2. Rasa Marah Rasa marah ini terjadi dan dijumpai pada usia- usia anak yang sudah mengerti adanya orang lain dan benda lain disekitarnya 3. Rasa Cemburu, Iri Hati Perasaan cemburu ditimbulkan adanya persaingan yang muncul diantara anak anak yang lainya.

20

Tanya : Apakah cepat marah dan mudah tersinggung? Jawab : Tidak mudah marah dan mudah tersinggung Tanya : Bagaimana menghadapi teman dalam bergaul? Jawab : Apabila ada teman yang nakal kadang marah dan kadang juga diam saja. Kesimpulan : Berkembangnya emosi merupakan suatu proses pembelajaran dan kematangan individu . Oleh karena itu emosi akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan individu itu sendiri.

2.9 ASPEK BERMAIN Bermain merupakan suatu kegiatan yang menimbulkan rasa senang dan relaksasi,sebagai pelepasan ketegangan yang dialami proses aktivitas sehari-hari. Dunia bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan anak untuk mencapai kesenangan yang ditimbulkannya, tidak memperhatikan hasil dan akibatnya.Dalam bermain anak melakukannya dengan sukarela, tanpa adannya paksaan, tekanan dari pihak luar dirinya atau kewajibannya. Anak bermain akan melepaskan energy yang telah terpenuhi dan membentuk kematangan perkembangan fisiologis, yaitu dengan banyaknya gerak anak-anak akan meningkatkan kematangan otot dan mengembangkan otak. Secara garis besar bermain dibagi menjadi 2 kategori : 1. Bermain Realita : permainan yang dilakukan sesuai dengan keadaan yang ada.Seperti anak bermain dengan mobil-mobilan dengan bentuk mobil yang nyata. 2. Bermain Imajinasi : bermain dengan membayangkan suatu mainan

dengan bentuk alat yang tidak sesuai dengan yang dimainkan.Seperti anak bermain mobil-mobilan dengan menggunakan tangan atau membayangkan seakan-akan ada mobil dihadapinya. Terdapat beberapa pandangan bahwa cirri bermain anak anak adalah :

21

1. Beramain selalu dengan sesuatu yaitu mengguanakan benda atau dengan daya cipta (imajinasi) 2. Dalam bermain anak akan berinteraksi , baik dengan teman sebayanya maupun orang disekitarnya 3. Anak-anak dalam bermain selalu bervariasi yaitu berganti-ganti mainan 4. Anak-anak bermain tidak akan dibatasi dengan ruang dan waktu,anak bermain dimana saja tanpa memperhatikan ruang Waktu yang digunakan dalam bermain Banyak waktu yang digunakan bermain tergantung dari usia perkembangan dan minat anak dalam bermain.Setidaknya dapat diambil suatu kesimpulan dari observasi yang dilakukan,bahwa anak akan bermain menghabiskan sesuai dengan usia perkembangannya dan kemampuan yang dimilikinya serta kondisi lingkungan yang melindungi. Anak akan bermain selang dengan waktunya : 1) Pada tahun perkembangan tahun pertama anak kurang lebih 5 menit,dalam menghabiskan waktu bermain,setelah itu ia akan pada permainan yang lain. 2) Pada perkembangan tahun kedua sampai dengan kelima,kurang lebih 10 menit,anak menghabiskan waktu bermain,setelah itu ia akan beralih pada permainan yang lain. 3) Pada perkembangan tahun kelima sampai dengan tahun kedelapan,kurang lebih 15 menit,anak menghabiskan waktu bermain,setelah itu ia akan beralih pada permainan yang lain. 4) Pada perkembangan tahun kedelapan keatas,waktu yang dihabiskan anak dalam bermain sesuai dengan minat dan kemampuan dirinya. Permainan yang dimainkan Pada tahun pertama anak menggunakan alat permainan dengan : 1) Imitasi (menirukan) ,dengan kenyataan ;yaitu anak akan bermain sesuatu dengan apa yang dilihat dan dioerhatikan orang lain bermain,kemudian ia menirukan. 2) Kemudian tahun-tahun berikutnya anak sudah mulai melebih-lebihkan permainan. 3) Dengan pengalaman yang diperolehnya kemudian ia mulai memainkan permainan tersebut dengan senangnya.Diperoleh dari: a) Coba-salah (trial and error ) ; semula anak tidak mengerti terhadap permainan tersebut.

22

b) Dengan mengamati dengan contoh (imitasi) apa yang pernah dilakukan orang lain. Interaksi antara permainan dengan anak merupakan sumber utama dari berkembangnya motivasional,kognitif dan afektif.begitu juga terungkap bahwa keringat yang dikeluarkan anak-anak akan meningkatkan kecerdasan.Permainan akan timbul bila tercipta suasana interaksi yang baik antara anak dengan lingkunganya. Observasi yang dilakukan dari beberapa anak ,yaitu 8 yang diminta untuk tidak melakukan aktivitas bermain pada umumnya,tetapi melakukan aktivitas sehari-hari sebagai mana biasa ,dari bangun tidur hingga anak tidur kembali.Nampak jelas dari observasi tersebut menunjukkan bahwa anak-anak yang tiadak melakukan aktivitas bermain;terlihat anaknya kurang gairah,merasa capai,dan mengantuk , kondisi badan kurang sehat dan kurang santai,sering mengeluh sakit,lekas marah dan kurang kreatif , terlihat setiap aktivitas yang dilakukanya merasa beban yang berat dan kurang konsentrasi.

Bentuk permainan Begitu pentingnya permainan pada anak anak,sebagaimana yang telah terurai sedikit banyaknya dimuka , memberikan gambaran pentingnya anak bermain.Berhubung dengan itumaka permainan akan mempunyai fungimembentuk pengertian dan pemahaman. 1) Permainan akan membentuk pengertian dan pemahaman atau peningkatan daya koknitifnya. 2) Permainan akan menunjukkan fungsi social,peningkatan daya penyesuaian antara dirinya dengan lingkunganya. 3) Permainan meningkatkan daya cipta,dalam per-kembangannya anak terlihat penuh kreativitas dan keinginan melakukan sesuatu yang baru. 4) permainan memberikan motivasional pada diri anak,dalam perkembangannya mempunyai rasa keinginan untuk berhasil dan dalam kehidupannya anak tidak akan menyerah. Dari fungsi-fungsi tersebut dapat diberikan gambaran bahwa per-mainan akan mempunyai bentuk-bentuknya diantara ialah: 1 Permainan Gerak,yaitu berbagai macam aktivitas motorik,vokal dan pengindraan.dari permainan gerak ini dibagi menjadi: a) Gerak yang terarah yaitu permainannya mempunyai aturan dan gerakan yang teratur. b) Gerak yang tidak terarah yaitu permainan dilakukan tanpa sengaja dan penuh pura-pura.
23

Permainan imajinatif,yaitu permainan tanpa menggunakan permainan,bentuk permainannya fantasi dan permainan fiksi.

alat

Tanya : kamu lebih senang bermain dengan teman sebaya atau dengan kakak kelas? Jawab : saya lebih senang bermain sama teman-teman seumuran saya Kesimpulan : Bermain dengan teman yang seumuran, anak akan lebih mudah berinteraksi dalam bergaul. Karena teman sebaya cenderung lebih mengerti dan paham akan kemauan masing-masing.

24

BIODATA ANAK

Nama : Evatul Aqila Alamat : Jln. Kemuning, Jombang TTL : Jombang, 24 Mei 1999 Kelas : 6 SD Umur : 12Tahun Hobby : Membaca Buku Favorit : Novel dan Majalah Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

1. Aspek egosentris Adek eva jika memiliki barang dia mau berbagi,tapi hanya pada orang tertentuorang yang dia kenal saja. 2. Aspek pembangkangan Adek eva ketika disuruh oleh orang tua nya terkadang suka membangkang 3. Aspek pengambilan peran Tokoh idola yang di sukai adalah okki setiana, karena selain cantik dia pinter ngaji.

25

4. Aspek prilaku lekat Adik eva sering cerita tentang pengalaman pribadinya pada ibu atau ayahku. 5. Aspek Bahasa Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh adek eva adalah bahasa jawa karena orang tua menggunakan bahasa jawa untuk komunikasi sehari-hari.tetapi,di sekolah menggunakan bahasa campuran,bahasa jawa dan bahasa Indonesia. 6. Aspek intelegensi Adek eva belajar 2 jam dalam sehari Prestasi adik eva yaitu pernah mendapatkan peringkat 3 pada waktu kelas 6 SD Adek eva mudah memahami setiap materi yang disampaikan guru 7. Aspek sosialisasi Adek eva suka bermain kerumah temen-temennya Adek eva mudah bergaul dengan masyarakat sekitar 8. Aspek emosi Adek eva tidak mudah marah dan tidak mudah tersinggung 9. Aspek bermain Adek eva lebih senanng bermain dengan teman sebaya daripada bermain dengan kakak kelas atau adik kelas.

26

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari uraian yang telah dikemukakan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa: seseorang sudah ada emosi yang tampak yang dapat ditimbulkan melalui rangsangan.Perkembangan sosial-emosional diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak.Pada usia anak 7 -12 tahun mengalami perubahan baik fisik dan mental dengan berbagai karakter.Setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan yang mengikuti pola atau arah tertentu begitupun dengan perkembangan sosial-emosional. B. Saran Mengetahui pola dan reaksi sosial-emosional terhadap anak sangat penting untuk menjelaskan keterampilan emosi dan sosial karena anak akan memperoleh manfaat dari itu yaitu anak-anak dengan keterampilan emosional lebih bahagia,lebih percaya diri dan lebih sukses di sekolah, dan akan menjadi pondasi bagi anak-anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab, peduli pada orang lain.

27

DAFTAR PUSTAKA

Harloch,Elizabeth.Psikologi Perkembangan. W.Santrock,John.Perkembangan Masa Hidup.Jakarta : Erlangga Haditono , Siti Rahayu.Psikologi Perkembangan.2004.Yogyakarta : Gajah Mada

28

You might also like